berakting memang sangat terlihat diwajahnya orang yang dilabeling sebagai to polinoro
ketika ia mengadakan pesta sangat kesusahan.
Penulis: selanjutnya apa pentingnya kita harus berposintuwu Pak Buloko:
Sebenarnya itu seperti jaminan sosial, misalnya ayahmu sebelum kamu dilahirkan sudah rajin berposintuwu nah, ketika nanti kamu sekarang sudah
dewasa dan
membutuhkan bantuan
setidaknya tetanggamu
akan datang
menolongmu. Bukan melihat kamu tapi mengingat jasa dari ayahmu dahulu kepada mereka.
Penulis : Selanjutnya bagaimana dengan masalah gaji atau upah. Di sini
sekarang berapa upah gaji untuk laki-laki dan perempuan? Pak Buloko
: Kalau sekarang itu gaji untuk laki laki sekitar 35 ribu rupiah dan untuk perempuan 30 ribu rupiah
Penulis: Mengapa harus dibedakan, apakah itu sudah keputusan akhir? Pak Buloko:
Ya, artinya dilihat dari fisik, biasanya laki-laki pada umumnya memiliki kemampuan bekerja diatas perempuan, selain itu ini sudah menjadi
kesepakatan dari rapat desa tahun 2007. Akan tetapi keputusan ini tidak bersifat tetap karena pada akhirnya terjadi penyesuaian penyesuaian. Artinya jika orang
yang datang bekerja itu meskipun perempuan akan tetapi memiliki kemampuan bekerja diatas laki-laki ataupun setara akan memperoleh upah sebesar 40 sampai
50 ribu rupiah. Kenaikan upah diatas standar hasil rapat desa inilah bentuk posintuwu
karena merasa kita adalah satu kasambaa-mbaa. Dengan begitu besar harapan suatu saat nanti ia akan datang bekerja lagi. Pada kondisi yang sudah
terjalin sangat kuat antara pekerja upahan dan tempat ia bekerja biasanya apa yang diberikan sebagai jasa atau apa yang diberikan sebagai imbalan atas jasa sudah
tidak diperdulikan lagi karena kedua belah pihak sudah merasa saling membutuhkan.
4. Wawancara ke 8 20 Januari 2012 Tetua Kampung
Penulis: Bisa dijelaskan rincian pengeluaran dalam posintuwu? Ibu Mora:
Biasanya posintuwu dalam bentuk material. Dalam posintuwu pesta orang kawin, baik mompawawa atau mempelai laki-laki maupun metaa atau
mempelai perempuan umumnya menurut pengalaman saya itu sebagai berikut: Setiap individu atau setiap perwakilan dari sebuah keluarga
6
akan memberikan pertama 5 kg beras, Uang Rp 20.000 ditambah dengan jasa tenaga 3 hari yakni
sebelum pesta, saat pesta dan sesudah pesta. Tenaga biasanya untuk keperluan mendirikan bantayan
7
, memasak, dan membongkar kembali bantayan setelah pesta selesai. Untuk keluarga dikenal posintuwu keluarga, posintuwu keluarga bisa
disamakan dengan arisan, karena apa yang telah diberikan ketika suatu saat ada
6
Dalam analisa m engacu pada sub sombori dari rum ah besar suam i ist ri dan anaknya
7
Bant ayan adalah tempat peneduh sem i perm anen yang disam bung dengan at ap rum ah orang yang sedang m elakukan acara pest a at au duka.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
generasi dari si pemberi posintuwu itu menikah maka keluarga yang telah diberikan posintuwu tadi harus memberikan sama seperti yang telah diberikan
kepadanya diwaktu acara pesta. Umumnya jumlah posintuwu yang diberikan sama atau bahkan lebih jika memberi kurang biasanya akan dituntut menjadi urusan
keluarga namun dalam hal ini sangsi yang diberikan adalah sangsi sosial. Namun bisanya orang-orang yang memiliki keluarga besar tidak mau mendapat sangsi
sosial dari keluarga besarnya, karena secara sosial ekonomi sangat merugikan keluarganya yang bersangkutan.
Adapun jumlah nominal dari posintuwu keluarga ini adalah sebagai berikut: uang kisaran 100 sampai 250 ribu, dan beras 1 karung. Untuk posintuwu duka biasanya
membawa beras atau material lain tidak ditentukan serta ditambah uang jika ada uang, akan tetapi biasanya standar 3 kg beras, kayu api, daun, garam 1 pak, gula,
dan lain lain. Karena pada duka tuan yang sedang berduka tidak mempersiapkan segala sesuatu sepeti yang terjadi pada posintuwu pesta. Lihat gambar III berikut
ini
Gambar III
5. Wawancara ke