2. Pemilihan dan Penguraian Serat Ijuk
Setelah serat ijuk terkumpul, lalu akan ada pemilihaan atau penguraian serat ijuk sortasi. Hal ini dilakukan untuk
memisahkan serat ijuk yang kurang bermutu dan memilih serat ijuk yang
berkualitas baik yang akan dijadikan sebagai bahan baku sapu ijuk.
3. Pengikatan Serat Ijuk Pada Kepala Sapu
Ijuk yang sudah dibersihkan kemudian dibentuk dan dipasang secara horizontal di plastik yang telah
dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikannya sebagai kepala sapu.
4. Merapikan Kepala Ijuk
Setelah ijuk terpasang pada kepala sapu, ijuk disisir dengan penyisir khusus yang bentuknya sama dengan penyisir
rambut tetapi jarum-jarumnya menggunakan kawat tebal sehingga dapat menyisir serat ijuk yang tebal, lalu dilakukan pemotongan pada ujung-ujung ijuk hal ini
guna mendapatkan ujung ijuk yang rata agar dapat membersihkan permukaan Gambar 3: Serat ijuk yang telah
Gambar 4: Pembuatan kepala sapu.
Universitas Sumatera Utara
lantai dan digunakan dapat dengan baik. Setelah kepala sapu sudah
selesai, terlihat seperti gambar 4 di samping.
5. Pemasangan Gagang Sapu
Setelah kepala sapu ijuk telah selesai lalu langkah berikutnya ialah pemasangan gagang sapu yang terbuat dari kayu yang telah disiapkan, kayu-kayu tersebut pun
dilapisi dengan pelastik berbagai warna agar menambah kesan atau
daya tarik pembeli, lalu kepala sapu pun di kemas dengan bungkus pelastik
dengan merk tertentu yang tertera pada plastiknya. Jadilah sebuah sapu
yang siap dipasarkan dan dipakai. Gambar 5: Kepala sapu ijuk.
Gambar 6: Sapu ijuk yang telah jadi.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk 1. Lahan
Ketersediaan lahan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usaha. Demikian juga dalam industri pengerajin sapu ijuk. Status kepemilikan lahan
untuk menjalankan usaha sapu ijuk pada 30 sampel di daerah semuanya milik sendiri. Adapun iuran Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang harus dibayar
sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata sebesar Rp 150.000Tahun.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha, kerena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan usaha tersebut.
Dalam industri sapu ijuk di daerah penelitian, tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK yang berasal dari penduduk yang
tinggal di daerah penelitian dibayar dengan hitungan per gagang sapu yang telah diselesaikannya, 1 gagang sapu diberikan upah Rp 800,orang. Untuk tenaga kerja
laki-laki biasanya mampu menghasilkan 75 batang sapu ijukhari, dengan upah rata-ratanya sebesar Rp 60.000,-hari, untuk tenaga kerja perempuan mampu
menyelesaikan 65 batang sapu ijukhari dengan upah rata-rata perharinya Rp 52.000,-, sedangkan untuk anak-anak hanya mampu menghasilkan 40 batang sapu
ijukhari dengan upah rata-rata Rp 32.000,-hari. Tenaga Kerja bekerja 30 hari sebulan, sedangkan anak-anak biasanya melakukan pembuatan sapu ijuk hanya
pada saat setelah pulang sekolah atau mengisi waktu liburan sekolah. Rata-rata produksi yaitu 60 batang sapu per orang.
3. Sarana Produksi