Analisis Pendapatan Anyaman Pandan Dan Sumbangannya Terhadap Total Pendapatan Keluarga
ANALISIS PENDAPATAN ANYAMAN PANDAN DAN
SUMBANGANNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN
KELUARGA
(Studi Kasus: Desa Pantai Cermin Kanan, Kec. Pantai Cermin, Kab.SerdangBedagai)
SKRIPSI
OLEH
EVA MIRANDA LUBIS 060304037
AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS PENDAPATAN ANYAMAN PANDAN DAN
SUMBANGANNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN
KELUARGA
(Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kanan, Kec. Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH
EVA MIRANDA LUBIS 060304037
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Salmiah, M.Si) (H.M. Mozart B. Darus,M.Sc.)
NIP. 195702171986032001 NIP. 131 689 798
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ANALISIS PENDAPATAN ANYAMAN PANDAN DAN
SUMBANGANNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN
KELUARGA
(Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kanan, Kec. Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH
EVA MIRANDA LUBIS 060304037
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(4)
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Anyaman Pandan Dan Sumbangannya Terhadap Total Pendapatan Keluarga
(studi kasus : Desa Pantai Cermin Kanan, Kec. Pantai Cermin Kanan, Kab. Serdang Bedagai)
Nama : EVA MIRANDA LUBIS
NIM : 060304037
Departemen : Agribisnis
Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Salmiah, M.Si H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.
NIP.195702171986032001 NIP. 131 689 798
Mengetahui :
Ketua Departemen Agribisnis
Ir. Luhut Sihombing, M.P. NIP. 132 005 055
(5)
ABSTRAK
Eva Miranda Lubis. 2011. “Analisis Pendapatan Anyaman Pandan Dan
Sumbangannya Terhadap Total Pendapatan Keluarga”. Kasus : Desa Pantai
Cermin Kanan, Kec. Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai.
Secara umum pendapatan penduduk pantai relatif belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sebab penduduk pantai mengandalkan sektor pertanian dengan sub sektor perikanan, peternakan dan lainnya yang ditinjau dari segi pendapatan kurang menguntungkan dalam mendukung kebutuhan hidup rumah tangga. Oleh sebab itu menganyam menjadi pilihan ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga dengan mengandalkan waktu senggang.
Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : bagaimana pola mata pencaharian keluarga penganyam, berapa besar sumbangan dari pendapatan industri rumah tangga anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga, bagaimana hubungan antara pendapatan anyaman terhadap jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam dan modal, serta apa kendala-kendala yang dihadapi penganyam di daerah penelitian.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : pola mata pencaharian dengan persentase tertinggi 23,33% yaitu Nelayan-Menganyam, Menganyam (10%) dan 66,67% lagi terdiri dari 20 pola mata pencaharian yang setiap polanya memiliki persentase terendah yaitu 3,33%. Rata-rata kontribusi anyaman binaan karya bakti sebesar 16,74% dan binaan ibu berkarya sebesar 8,31%. Terdapat hubungan yang sangat rendah antara jumlah anggota dalam keluarga terhadap pendapatan anyaman dan antara pengalaman menganyam dengan pendapatan anyaman, terdapat hubungan yang kuat antara modal dengan pendapatan anyaman. Terdapat kendala pada bahan baku, peroses pengolahan, proses pemasaran dan modal.
Kata Kunci : Analisis Pendapatan Anyaman Pandan Dan Sumbangannya Terhadap Total Pendapatan Keluarga
(6)
RIWAYAT HIDUP
EVA MIRANDA LUBIS, dilahirkan di Petumbukan pada tanggal 30
November 1988 dari ayahanda Suyadi Lubis dan ibunda Junaida. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Teratai PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III Sei-Karang, Galang tahun 1994, SDN 105387 Sei Karang, Galang tahun 2000, SLTPN 1 Galang tahun 2003 dan SMA Negeri 1 Galang tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Berprestasi (PMP).
Pada bulan April 2010 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Kemudian pada bulan Juni 2010 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanah Pinem, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
ANALISIS PENDAPATAN ANYAMAN PANDAN DAN SUMBANGANNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai).
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DR. Ir. Salmiah, M.S.selaku Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Seluruh instansi dan respoden yang terkait dengan penelitian ini yang telah
membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda Suyadi Lubis, ibunda Junaida, kakanda Titin Novika Lubis serta teman-teman Stambuk 2006 Dep. Agribisnis atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
Demikianlah yang dapat penulis haturkan, apabila ada kesalahan dalam skripsi ini maka penulis memohon maaf sebesar-besarnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Medan, Januari 2011 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
PENDAHULUAN ...1
Latar Belakang ...1
Identifikasi Masalah ...5
Tujuan Penelitian ...6
Kegunaan Penelitian ...6
TINJAUAN PUSTAKA ...7
Tinjauan Pustaka ...7
Landasan Teori ...9
Kerangka Pemikiran ...16
Hipotesis Penelitian ...19
METODE PENELITIAN ...20
Metode Penentuan Daerah Penelitian...20
Metode Pengambilan Sampel ...21
Metode Pengumpulan Data ...22
Metode Analisis Data ...22
Defenisi dan Batasan Operasional ...24
Defenisi ...24
Batasan Operasional ...25
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ...26
Deskripsi Daerah Penelitian...26
Letak Geografis Daerah Penelitian ...26
Topografi Wilayah ...26
Iklim ...27
Luas ...27
(9)
Keadaan Penduduk...28
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...28
Komposisi Penduduk Menurut Umur ...29
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...29
Komposisi Penduduk Menurut Mata pencaharian ...30
Komposisi Penduduk Menurut Agama ...31
Sarana Pendidikan dan Kesehatan ...32
Karakteristik Sampel ...33
Sampel Kelompok Pembinaan Karya Bakti Desa Pantai Cermin Kanan ...33
Sampel Kelompok Pembinaan Ibu Berkarya Desa Pantai Cermin Kanan ...34
HASIL DAN PEMBAHASAN ...35
Pola Mata Pencaharian ...35
Kontribusi Anyaman ...36
Hubungan Antara Jumlah Anggota Dalam Keluarga, Pengalaman Menganyam, Modal Dengan Pendapatan Anyaman ...37
Hubungan Antara Jumlah Anggota Dalam Keluarga Dengan Pendapatan Anyaman...38
Hubungan Antara Pengalaman Menganyam Dengan Pendapatan Anyaman ...39
Hubungan Antara Modal Dengan Pendapatan Anyaman ...40
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam...42
Kendala Pada Bahan Baku ...42
Kendala Pada Proses Pengolahan ...43
Kendala Pada Proses Pemasaran ...44
Kendala Pada Modal ...45
KESIMPULAN DAN SARAN ...46
Kesimpulan ...46
Saran ...47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Kontribusi Pengrajin Anyaman Tikar Terhadap Kehidupan Ekonomi Keluarga
Perbulan Berdasarkan Status Perkawinan Tahun 2000 ...9
2. Jumlah Industri Rumah Tangga Anyaman Tikar di Kec. Pantai Cermin...20
3. Kelompok Sampel di Desa Pantai Cermin Kanan Kec. Pantai Cermin ...21
4. Penggunaan Lahan di Desa Pantai Cermin Kanan ...27
5. Komposisi Penduduk Menurut Umur ...29
6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...30
7. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...31
8. Komposisi Penduduk Menurut Agama ...31
9. Sarana Pendidikan di Pantai Cermin ...32
10.Karakteristik Sampel Penganyam Kelompok Pembinaan Karya Bakti di desa Pantai Cermin Kanan ...33
11.Karakteristik Penganyam Kelompok Pembinaan Ibu Berkarya di Desa Pantai Cermin Kanan ...34
12.Persentase Pola Mata Pencaharian Penganyam ...35
13.Rata-rata Kontribusi Anyaman Per Kelompok Binaan ...36
14.Hubungan Jumlah Anggota Dalam Keluarga Dengan Pendapatan Anyaman ...38
15.Hubungan Antara Pengalaman Menganyam Dengan Pendapatan Anyaman.. ...39
16.Hubungan Antara Modal Dengan Pendapatan Anyaman...40
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran...18 2. Pengolahan Bahan Baku ...43
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Sampel Di Daerah Penelitian Tahun 2010 2. Pola Mata Pencaharian Di Daerah Penelitian Tahun 2010
3. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Tikar Di Daerah Penelitian Tahun 2010 4. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Tikar Di Daerah Penelitian Tahun
2010
5. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Tikar Di Daerah Penelitian Tahun 2010
6. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Keranjang Dodol Di Daerah Penelitian Tahun 2010
7. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Keranjang Dodol Di Daerah Penelitian Tahun 2010
8. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Keranjang Dodol Di Daerah Penelitian Tahun 2010
9. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Topi Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
10. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Topi Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
11. Biaya Kain, Kain Keras, Benang Untuk Anyaman Topi Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
12. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Topi Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
13. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Tas Di Daerah Penelitian Tahun 2010 14. Biaya Resleting, Lem, Kertas Karton, Bahan Pewarna, Kain Lapis, Benang,
Kulit Sintetis Untuk Anyaman Tas Di Daerah Penelitian Tahun 2010 15. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Tas Di Daerah Penelitian Tahun 2010 16. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Dompet Di Daerah Penelitian Tahun
(13)
17. Biaya Resleting, Lem, Kertas Karton, Bahan Pewarna, Kain Lapis, Benang, Kancing Untuk Anyaman Dompet Di Daerah Penelitian Tahun 2010
18. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Dompet Di Daerah Penelitian Tahun 2010
19. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Tempat HP Di Daerah Penelitian Tahun 2010
20. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Tempat HP Di Daerah Penelitian Tahun 2010
21. Biaya Kain Lapis, Kancing, Benang Untuk Anyaman Tempat HP Di Daerah Penelitian Tahun 2010
22. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Tempat HP Di Daerah Penelitian Tahun 2010
23. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Kotak Tisu Di Daerah Penelitian Tahun 2010
24. Biaya Lem, Bahan Pewarna Untuk Anyaman Kotak Tisu Di Daerah Penelitian Tahun 2010
25. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Kotak Tisu Di Daerah Penelitian Tahun 2010
26. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Sajadah Di Daerah Penelitian Tahun 2010
27. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Sajadah Di Daerah Penelitian Tahun 2010
28. Biaya Tenaga Kerja Untuk Anyaman Sajadah Di Daerah Penelitian Tahun 2010
29. Biaya Bahan Baku Untuk Anyaman Sandal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
30. Biaya Bahan Pewarna Untuk Anyaman Sandal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
31. Biaya Bahan Lem Untuk Anyaman Sandal Di Daerah Penelitian Tahun 2010 32. Biaya Kain, Tapak Sandal, Benang Untuk Anyaman Sandal Di Daerah
(14)
33. Biaya Tenaga Kerja Menjahit Untuk Anyaman Sandal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
34. Biaya Tenaga Kerja Mengelem Untuk Anyaman Sandal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
35. Jenis Dan Jumlah Peralatan Menganyam Yang Dipakai Di Daerah Penelitian Tahun 2010
36. Biaya Penyusutan Peralatan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
37. Penerimaan Dari Anyaman Tikar Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
38. Penerimaan Dari Anyaman Keranjang Dodol Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
39. Penerimaan Dari Anyaman Topi Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
40. Penerimaan Dari Anyaman Tas Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
41. Penerimaan Dari Anyaman Dompet Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
42. Penerimaan Dari Anyaman Tempat HP Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
43. Penerimaan Dari Anyaman Kotak Tisu Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
44. Penerimaan Dari Anyaman Sajadah Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
45. Penerimaan Dari Anyaman Sandal Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
46. Total Penerimaan Anyaman Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
47. Pendapatan Dari Seluruh Anyaman Di Daerah Penelitian Tahun 2010
48. Total Pendapatan Keluarga Dan Sumbangan Pendapatan Dari Anyaman Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010
49. Data Pendapatan, Jumlah Anggota Dalam Keluarga, Pengalaman Menganyam Dan Modal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
(15)
50. Hasil Korelasi
51. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam Di Daerah Penelitian Tahun 2010
(16)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penduduk yang tinggal di daerah pantai secara umum dapat dikatakan tingkat pendapatannya relatif belum mencukupi dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sumber pendapatan rumah tangga pantai lebih mengandalkan sektor pertanian dengan subsektor perikanan, peternakan, dan lainnya. Disamping itu daerah pantai merupakan lokasi yang terpencil, untuk itu perlu diperhatikan dan diukur seberapa besar tingkat pendapatan penduduk pantai. Dengan mengukur dan memperhatikan hal tersebut diharapkan dapat diketahui peningkatan kesejahteraan penduduk desa pantai (BPS Sumut, 2007).
Perbedaan tingkat kehidupan rumah tangga pantai yang mencolok antara daerah kabupaten dan kota, dipengaruhi oleh sumber penghasilan utamanya. Daerah kota sumber penghasilan rumah tangga semata-mata tidak terbatas pada sektor pertanian saja tetapi menyebar ke sektor lapangan usaha lainnya. Sedangkan di daerah kabupaten pada umumnya mengandalkan sektor pertanian yang ditinjau dari segi pendapatan yang relatif kurang menguntungkan dalam mendukung kebutuhan hidup rumah tangga (BPS Sumut, 2004).
Faktor-faktor yang menyebabkan banyak orang memilih bekerja sebagai pengrajin anyaman yaitu karena menganyam merupakan suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan tanpa harus meninggalkan rumah tangga dan orang memilih menganyam untuk memanfaatkan waktu senggang. Selain itu keadaan pesisir juga
(17)
di dukung dengan banyaknya tanaman pandan. Namun, akhir-akhir ini tanaman pandan banyak ditebang sehingga tanaman pandan sudah tidak ada lagi. Akibatnya para pengrajin harus membeli pandan ke desa lain sehingga butuh modal yang lebih besar. Sedangkan ketika tanaman pandan masih banyak di desa, pengrajin hanya butuh modal untuk membeli pewarnanya saja. Meskipun demikian, pengrajin tetap menganyam mengingat dengan menganyam tikar bisa memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi keluarga (Fitriana, 2000).
Dalam kurun waktu tahun 2004 hingga 2005, industri kerajinan anyaman mengalami peningkatan permintaan. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan terhadap produk kerajinan anyaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri, berdasarkan data resmi nilai ekspor DISPERINDAGKOP kab. Tasikmalaya, nilai ekspor tahun 2004 mencapai 14,1 M. sedangkan pada tahun 2005 nilai ekspor kerajinan anyaman naik sebesar 45,4% yaitu mencapai Rp 20,5 M. Sebenarnya permintaan untuk ekspor bisa lebih banyak lagi, namun karena masih rendahnya teknologi yang digunakan dan keterbatasan jumlah tenaga kerja menjadi kendala bagi para pelaku industri kerajinan anyaman untuk dapat memenuhi permintaan tersebut. Dengan kondisi seperti ini, para pelaku industri kerajinan anyaman terpaksa melepas peluang mendapatkan keuntungan besar karena ordernya
diambil alih para pelaku industri kerajinan sejenis dari daerah lain (Amin, A. 2007).
Berdasarkan data statistik perkebunan, kebutuhan bahan baku pandan untuk industri mencapai 15.540 ton/tahun, sedangkan produksi nasional hanya 2.870 ton/tahun (Direktorat Jendral Perkebunan 1997). Apabila tidak ada peningkatan
(18)
produksi maka peluang mendapatkan devisa akan hilang, karena 30% penggunaan pandan dapat menghasilkan barang jadi untuk ekspor, disamping itu beberapa daerah sentra kerajinan anyaman pandan akan kehilangan pendapatan asli daerah dan peluang meningkatkan pendapatan petani, pengrajin, pedagang lokal, eksportir dan kesempatan kerja. (Haris, S dan Setiawan. 2005).
Penggunaan bahan alami oleh masyarakat mengalami penurunan atau bahkan bisa dikatakan banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakan produk dari pandan. Hal tersebut disebabkan lokasi tempat tinggal masyarakat yang jauh dari sentra kerajinan pandan, alih fungsi lahan menjadi tambak, pengrajin telah beralih pekerjaan sebagai buruh tani maupun wiraswasta dan distribusi kerajinan yang tidak merata. Meskipun demikian, masyarakat yang tinggal di sekitar sentra kerajinan masih menggunakan tikar pandan, berikut ungkapan masyarakat mengenai alasan memilih tikar pandan adalah kenyamanan yang mereka dapatkan saat menggunakannya uniknya pada musim panas, tikar menjadi dingin dan nyaman, begitu sebaliknya, ketika musim dingin, tikar menjadi hangat dan nyaman sehingga tikar pandan cocok digunakan sebagai alas untuk beristirahat disegala musim (Batoro, dkk. 2006).
Masyarakat mulai menggunakan tikar pandan sejak tahun 1980-an. Sebagian besar masyarakat pengguna tikar pandan, mendapatkan tikar melalui distributor atau pengepul. Harga jual yang ditawarkan oleh pengepul bervariasi berdasarkan ukuran tikar. Semakin besar ukuran tikar, maka semakin mahal harganya. Menurut masyarakat, akses mendapatkan tikar pandan tidak lagi semudah dahulu. Pada era ini, masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan tikar pandan karena
(19)
distribusi penjualan kurang merata, terutama untuk daerah yang jauh dari sentra kerajinan. Distribusi pandan lebih difokuskan untuk dijual dan dipamerkan ke luar kota. Selain itu, beberapa anyaman pandan telah dimodifikasi menjadi bentuk lain, yaitu tas, tempat dokumen, tempat telepon genggam, sandal dan sebagainya dengan harga yang cukup mahal (Batoro,dkk. 2006).
Pekerjaan menganyam dilakukan dengan memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki setiap ibu rumah tangga di desa Pantai Cermin Kanan, Menganyam terus dilakukan untuk melestarikan warisan budaya leluhur, menganyam juga dapat dijadikan sebagai salah satu matapencaharian ibu rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Desa pantai cermin kanan sendiri pernah mendapatkan Upakarti atas jasa pelestarian produk seni dan budaya tradisional pada tahun 2007 tepatnya dari binaan karya bakti. Kelompok binaan karya bakti mulai terbentuk tahun 1980, walaupun cukup lama kelompok binaan tersebut terbentuk, namun ada saja kendala-kendala yang dialami, mulai dari segi waktu, biaya, kondisi alam dan budaya adat.
Sedangkan terbentuknya binaan ibu berkarya terbilang cukup baru sekitar 5 tahun yang lalu, meskipun terbilang baru namun kendala yang dihadapi juga sama seperti binaan karya bakti yaitu mulai dari segi waktu, biaya, kondisi alam dan budaya adat. Dari segi waktu, proses penganyaman ini membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan untuk motif yang agak sulit bisa sampai satu bulan setengah untuk menyelesaikannya. Sehingga tidak banyak orang yang berniat menekuni usaha tikar pandan ini karena jika dibandingkan dengan harga jualnya yang masih rendah, sangat tidak memadai untuk menopang hidup. Dari segi biaya, untuk
(20)
mengembangkannya menjadi produk yang bernilai lebih dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena proses pembuatannya bergantung pada alam, yaitu penjemuran bahan tikar pandan tersebut, sehingga kondisi alam juga turut mempengaruhi bagi pengembangan produk tikar pandan. Dari segi budaya / adat masyarakat dimana nilai adat budaya masyarakat kini sudah mulai luntur. Terkadang masyarakat sudah enggan melakukan prosesi adat untuk acara-acara tertentu. Sehingga tikar pandan yang juga dikenal sebagai tikar adat juga sudah mulai jarang digunakan. Oleh karena itu permintaan tikar pandan berkurang, sehingga pendapatan penganyam berkurang.
Selain itu, faktor yang mendukung anyaman pandan diangkat sebagai objek penelitian adalah karena trend yang berkembang di negara maju saat ini yaitu kembali ke alam (memakai bahan-bahan natural). Seperti halnya yang dilakukan sekelompok penganyam di desa pantai cermin kanan yang memanfaatkan daun pandan sebagai bahan baku anyaman untuk tikar dan jenis anyaman lainnya.Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk meneliti anyaman pandan
(Bantoro,dkk .2006).
1.2Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola mata pencaharian keluarga penganyam pandan di daerah penelitian?
2. Berapa besar sumbangan dari pendapatan industri rumah tangga anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga penganyam pandan di daerah penelitian?
(21)
3. Bagaimana hubungan antara pendapatan anyaman terhadap (jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam, dan modal) di daerah penelitian?
4. Kendala apa saja yang dihadapi penganyam di daerah penelitian?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola mata pencaharian keluarga penganyam di daerah penelitian.
2. Mengukur besarnya sumbangan dari pendapatan industri rumah tangga anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga penganyam di daerah penelitian.
3. Melihat hubungan antara pendapatan anyaman terhadap (jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam, modal) di daerah penelitian. 4. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi penganyam di daerah
penelitian.
1.4Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilakukan penelitian ini adalah :
Sebagai bahan informasi, studi dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan pengembangan anyaman pandan serta sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.
(22)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua marga, enam jenis dan satu varietas. Dua marga tersebut adalah : Pandanus dan Freycinetia. Adapun ciri masing-masing marga menurut Hyene (1987) dalam Batoro,dkk (2006) adalah : a) Freycinetia : Batang memanjat, jarang soliter, tidak mempunyai akar penyangga. b) Pandanus : Batang tidak memanjat, semak atau pohon sering dilengkapi dengan akar penyangga atau akar udara, atau kadang kedua-duanya. Genus Pandanus yang paling banyak ditemukan. Sedangkan spesies yang keberadaannya paling banyak adalah Pandanus tectorius. Di beberapa daerah Jawa Timur, jenis pandan tersebut digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tikar, dan perkakas rumah tangga lain sebagaimana fungsi pandan. Namun, Sebagian besar masyarakat kurang mengetahui kegunaan Pandanus tectorius sebagai bahan baku pembuatan kerajinan (Batoro,dkk. 2006).
Tumbuhan yang dikenal sebagai pandan jarang diteliti tapi sering dimanfaatkan. Anggota dari familia tersebut mempunyai lebih dari 40 jenis yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai tanaman hias, sebagai bahan pangan, pewangi, sebagai bahan bangunan dan bahan industri seperti tikar, tas, mebel dan atap rumah (Lemmens, 1998) dalam Batoro,dkk (2006). Menurut Sudardadi (1996) dalam Batoro,dkk (2006), daun pandan dipergunakan sebagai sumber serat untuk berbagai kerajinan anyaman. Seiring perkembangan budaya, baik tradisional
(23)
maupun bioteknologi, penggunaan bahan pandan, seperti dapat dijumpai baik dimasyarakat, pasar tradisional, mengalami pergeseran yang digantikan oleh bahan lain, seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain, bambu, rotan dan bahan- bahan lainnya. Terjadinya pergeseran ini dapat menyebabkan percepatan hilangnya pengetahuan tentang pemanfaatan serta diversitas jenis-jenis pandan (Batoro,dkk. 2006).
Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi, dimana maksud konsumsi disini adalah barang non pangan, yang mana kebutuhan konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, semakin sedikit pendapatan, semakin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang (Prayudi, 2000).
Dalam realita tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan untuk mengukur pendapatan masyarakat (Rosida, 2007).
Berdasarkan penelitian Fitriana (2000) untuk mengetahui kontribusi pengrajin anyaman tikar terhadap kehidupan ekonomi keluarga, dapat dilihat dari banyaknya sumbangan yang diberikan pengrajin dalam memenuhi kebutuhan keluarga dikaitkan dengan penghasilan suami. Kehidupan ekonomi keluarga yang
(24)
dimaksud disini adalah kebutuhan keluarga akan makanan, kesehatan, pakaian, pendidikan anak, kebutuhan pribadi, pembelian barang berharga dan kegiatan sosial. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kontribusi Pengrajin Anyaman Tikar Terhadap Kehidupan Ekonomi Keluarga Perbulan Berdasarkan Status Perkawinan Tahun (2000)
No Jenis Pekerjaan
Suami
Janda/ Gadis
F Penghasilan Suami/Orang
Tua (Rp)
Penghasilan Pengrajin
(Rp)
Jumlah (Rp) Sumbangan Pengrajin Terhadap Penghasilan Keluarga (%)
1 Pedagang 3 250.000 90.000 340.000 26,47
2 Petani Tambak
8 150.000 100.000 250.000 40,00
3 Petani 4 100.000 100.000 200.000 50,00
4 Penggarap 3 300.000 75.000 375.000 20,00
5 Tukang 2 150.000 100.000 250.000 40,00
6 Lain-lain Janda 8 - 125.000 125.000 100,00
7 - Gadis 2 150.000 90.000 240.000 37,50
Jumlah 30 1.100.000 680.000 1.780.000
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi anyaman tikar tertinggi adalah 100%, karena sumbangan dari penghasilan anyaman tikar merupakan satu-satunya mata pencarian keluarga. Sedangkan sumbangan dari penghasilan anyaman tikar terendah adalah 20%. Persentase dari sumbangan anyaman tersebut memiliki kriteria yang dapat diklasifikasikan melalui penjelasan Soehadji (1992) dalam Noeferdiman dan Novra (2001) bahwa suatu usaha dapat dikatakan cabang usaha apabila kontribusinya terhadap pendapatan keluarga bekisar antara 30-70%, apabila kontribusinya lebih kecil dari 30% maka berupa usaha sambilan, dan jika kontribusinya berkisar antara 70-100% tergolong usaha pokok (Noeferdinan dan Novra, 2001).
2.2 Landasan Teori
Penghasilan setiap orang berbeda satu sama lainnya, begitu juga dengan pengeluaran yang mana setiap orang memiliki pengeluaran yang berbeda.
(25)
Penghasilan mengandung arti produksi barang-barang yang akan ditawarkan, sedangkan kemampuan untuk membeli barang-barang ditentukan oleh penerimaan sesungguhnya atas pendapatan perseorangan (Kadariah, 1984).
Kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari penerimaan usaha anyaman terhadap total pendapatan keluarga penganyam, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan usaha anyaman terhadap total pendapatan keluarga penganyam. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi menurut Nugroho Budiyuwono (1995) dalam Ardhiyansyah (2005) adalah sebagai berikut :
Dimana :
Pn = Kontribusi industri rumah tangga anyaman pandan (%) perbulan.
Qx n = Jumlah penerimaan dari industri rumah tangga anyaman pandan (Rupiah) perbulan.
Qy n = Jumlah penerimaan industri rumah tangga anyaman pandan dan usaha lain/ total pendapatan keluarga (Rp) perbulan.
Dengan analisis ini maka diketahui besarnya kontribusi pendapatan dari industri anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga penganyam. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut maka dapat diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil (Ardhiyansyah, 2005).
Tingkat pendapatan pengrajin anyaman pandan sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Apabila cuaca buruk terus menerus maka daun pandan cepat rapuh dan
Pn = x100% Qy
Qx n n
(26)
mudah patah, akibatnya produksi tikar menurun, namun penganyam akan melakukan usaha di luar menganyam tikar (usaha tambahan lain) yang dapat menambah penghasilan. Selain faktor diatas, pemanfaatan waktu kerja / produktifitas kerja sangat mempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin. Produktifitas kerja yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kerajinan anyaman tikar sangat membantu perekonomian rumah tangga pengrajin. Sebaliknya, jika tingkat produktifitas kerja rendah, menunjukkan bahwa bekerja sebagai pengrajin anyaman tikar bukanlah untuk memenuhi kebutuhan/ pendapatan utama dalam keluarga (Fitriana, 2000).
Penerimaan dari usaha anyaman pandan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
TR = Y. Py dimana, TR = total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dari anyaman pandan Py = harga Y
Pendapatan anyaman pandan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi :
Pd = TR – TC
Dimana, Pd : Pendapatan anyaman pandan (Rp) TR : total penerimaan (Rp)
TC : total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995)
(27)
Pendapatan bersih suatu usaha anyaman mengukur imbalan yang diperoleh keluarga penganyam dari penggunaan faktor-faktor produksi. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usaha anyaman pandan adalah penghasilan bersih anyaman pandan. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih anyaman pandan dengan mengurangkan biaya produksi. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari anyaman pandan untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai di dalam usaha anyaman pandan (Soekartiwi, 1986).
Dalam suatu usaha dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, dan biaya untuk pembelian input produksi (Daniel, 2002).
Penyusutan merupakan bagian dari biaya yang harus dihitung untuk memperoleh pendapatan bersih dari suatu usaha. Dalam penelitian ini penyusustan yang diamati adalah peralatan menganyam, dan cara yang digunakan adalah dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), yaitu pembagian nilai awal setelah dikurangi nilai akhir oleh waktu pemakaian (expected life) dengan formula sebagai berikut :
D =
WP HAk -HAw
Dimana, D = Depresiasi
HAw = Biaya awal untuk alat anyaman HAk = Nilai akhir alat anyaman
WP = Umur ekonomis (Prawirokusumo, 1990).
(28)
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang berada dalam manajemen rumah tangga selain kepala keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan (Sahara,dkk. 2004).
Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahatani. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja (Syafrudin. 2003).
Ada hubungan yang searah antara koefisien keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus hati-hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa berisiko tinggi. Kegagalan petani dalam menjalani usahanya akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan petani (Soekartawi, dkk. 1993).
Pengalaman bertani akan membantu para petani dalam mengambil keputusan usahataninya. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cendrung memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam usaha tani (Sumantri,dkk. 2004).
(29)
Orang perlu belajar untuk membuat perkiraan realistis mengenai pekerjaan apa saja yang dapat atau tidak dapat dikerjakan. Orang akan mempelajari dari pengalaman mengerjakan pekerjaan yang sama atau serupa pada masa lalu dan tafsiran mereka mengenai pengalaman tersebut. Belajar dengan cara mengamati pengalaman orang lain juga sangat penting karena merupakan cara yang jauh lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada mengelola sendiri semua informasi yang ada (Ban dan Hawkins. 2003).
Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahanya adalah terbatasnya sumber modal di pedesaan, terutama untuk pengadaan saprodi, termasuk upah tenaga kerja. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menyediakan modal usaha di pedesaan sehingga perlu dikelola untuk menunjang pembentukan modal dan meningkatkan produksi serta pendapatan usahatani. (Prasetyo dkk. 2008).
Selisih antara pendapatan kotor usaha anyaman dan pengeluaran total usaha anyaman disebut pendapatan bersih anyaman. Pendapatan bersih suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh keluarga penganyam dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diiventasikan kedalam usaha anyaman. Pendapatan kotor adalah nilai produk total usaha anyaman, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usaha anyaman adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga penganyam (Soekartawi dkk. 1984).
(30)
Pendapatan keluarga penganyam adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha di luar menganyam ditambah dengan pendapatan rumahtangga yang berasal dari menganyam. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki penganyam. Pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal
(Soekartawi. 1993).
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Sedangkan koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel, yakni nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai korelasi (r) positif menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel (jika X naik maka Y naik) dan nilai korelasi (r) negatif menunjukkan hubungan terbalik antara kedua variabel (jika X naik maka Y turun). Dan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007) dalam Priyatno. D (2008) adalah sebagai berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah 0,20 – 0,399 = rendah 0,40 – 0,599 = sedang 0,60 – 0,799 = kuat 0,80 – 1,000 = sangat kuat (Priyatno. D. 2008).
(31)
Korelasi didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dan hubungan antara dua variabel disebut korelasi sederhana. Positif atau negatifnya nilai koefisien korelasi merupakan tanda dari derajat keeratan antara kedua variabel. Nilai koefisien korelasi akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Atau dengan kata lain apabilai nilai suatu variabel naik maka nilai variabel lainnya turun. Nilai koefisien korelasi akan positif jika hubungan kedua variabel searah atau dengan kata lain apabila nilai satu variabel naik maka variabel lainnya ikut naik, dan sebaliknya jika satu variabel turun nilainya maka variabel lainnya ikut menurun (Supriana, T. 2008).
2.3 Kerangka Pemikiran
Sampel penganyam diambil dari 2 kelompok pembinaan anyaman pandan, masing-masing penganyam pandan memiliki pendapatan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap rumah tangga memiliki lapangan usaha yang berbeda (pola matapencaharian) yaitu selain menganyam, penganyam memiliki pendapatan dari usaha lain dimana menganyam merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan para ibu rumah tangga. Sedangkan pendapatan dari usaha lainnya merupakan penghasilan utama atau penghasilan tambahan kepala keluarga. Perbedaan pendapatan juga tidak luput dari kendala-kendala yang dihadapi penganyam dalam menganyam pandan, apakah kendala pada bahan baku, pengolahan, pemasaran dan modal. Perbedaan pendapatan rumah tangga penganyam dapat diukur dengan menganalisis pendapatan dari menganyam dengan prinsip semua penerimaan dikurangi dengan semua biaya-biaya yang
(32)
dikeluarkan. Dengan menganalisis pendapatan rumah tangga penganyam maka akan diperoleh total pendapatan keluarga, dimana sebagian dari total pendapatan keluarga diperoleh dari sumbangan anyaman pandan. Adanya karakteristik sosial ekonomi seperti banyaknya jumlah anggota dalam keluarga, lamanya pengalaman menganyam dan besarnya modal, maka perlu dilakukan uji korelasi sederhana untuk melihat apakah karakteristik tersebut ada hubungannya dengan pendapatan anyaman.
(33)
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
: Menyatakan hubungan : Menyatakan mempengaruhi
Kelompok Ibu Berkarya Kelompok Karya
Bakti
Sampel Penganyam
Pola Matapencaharian
Pendapatan Dari Usaha
Lain
Pendapatan Dari Anyaman
Pandan
Total Pendapatan Keluarga
Penganyam Kontribusi Anyaman
Pandan
Jumlah Anggota Dalam Keluarga
Pengalaman Menganyam
Modal
Kendala-kendala Dalam Menganyam
Kendala-kendala Dalam Menganyam
(34)
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
Rata-rata sumbangan dari pendapatan anyaman pandan < 30% terhadap total pendapatan keluarga.
Ada hubungan yang kuat antara pendapatan dengan (jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam dan modal).
(35)
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantai Cermin di Kabupaten Serdang Bedagai, daerah penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Cermin karena Kecamatan tersebut merupakan lokasi pusat pelestarian produk anyaman pandan di Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yakni suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan keadaan alam, yang secara umum desa pesisir banyak ditumbuhi tanaman pandan. Dimana tanaman pandan merupakan bahan baku dalam menganyam dan daerah penelitian tersebut pernah menerima Upakarti dengan kategori ”Jasa Pelestarian Produk Seni dan Budaya Tradisional” pada tahun 2007, yang mewakili Propinsi Sumatera Utara, pernyataan tersebut diperoleh dari data primer melalui informasi dari DISPERINDAGKOP Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 2. Jumlah Industri Rumah Tangga Anyaman Tikar di Kec. Pantai Cermin
No. Desa / Kelurahan Jumlah Penganyam Tikar
1 Ara Payung 203
2 Besar II Terjun 124
3 Celawan -
4 Kota Pari 16
5 Kuala Lama 303
6 Lubuk Saban 27
7 Naga Kisar 5
8 Pantai Cermin Kanan 33
9 Pantai Cermin Kiri 59
10 Pematang Kasih -
11 Sementara 82
12 Ujung Rambung -
Jumlah 852
(36)
Dari tabel 2 diatas maka desa yang terpilih mewakili daerah penelitian adalah desa Pantai Cermin Kanan yang memiliki jumlah penganyam sebanyak 33 orang. Jumlah tersebut tergolong sedikit jika dibandingkan dengan desa kuala lama, ara payung, besar II terjun, sementara dan desa pantai cermin kiri. Namun, jika desa pantai cermin kanan dibandingkan dengan desa lainnya maka desa pantai cermin kanan lah yang memiliki kelompok binaan yang aktif hingga sekarang, serta desa pantai cermin kanan yang terkenal dengan anyamannya yang berbahan baku pandan.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikuntoro (1998) yakni : ”jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.
Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, sehingga metode yang dipergunakan adalah metode sensus. Jumlah sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Kelompok Sampel di Desa Pantai Cermin Kanan Kec. Pantai Cermin
No. Kelompok Pembinaan Anyaman Populasi binaan Sampel
1 Karya Bakti 15 15
2 Ibu Berkarya 15 15
Total 30 30
(37)
Dari tabel 3 diatas terdapat jumlah anggota binaan Karya Bakti sebanyak 15 orang yang mana pada tahun 2007 jumlah anggota sebanyak 20 orang. Sedangkan jumlah anggota binaan ibu berkarya bertambah menjadi 15 orang yang mana sebelumnya hanya 10 orang. Jumlah sampel penganyam menurut BPS sebanyak 33 0rang, karena dari 30 orang mengikuti binaan sedangkan 3 orang lagi tidak mengikuti pembinaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk memenuhi lampiran penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian melalui daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui pola mata pencaharian.
Untuk identifikasi masalah (2) dianalisis dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
Pn = 100%
QYn QXn
×
Dimana :
Pn : Kontribusi dari pendapatan anyaman pandan (%) perbulan QXn : Jumlah pendapatan dari anyaman pandan (rupiah) perbulan QYn : total pendapatan keluarga (rupiah) perbulan
(38)
( )( )
( )
[
∑
−∑
∑
]
∑
[
∑
∑
−( )
∑
]
−2 2
2 2
y y
n x x
n
y x xy
n
Dengan mengukur tingkat pendapatan sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd : Pendapatan Anyaman Pandan (Rp) TR : total penerimaan (Rp)
TC : total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995)
Untuk identifikasi masalah (3) digunakan analisis korelasi sederhana dengan metode pearson correlation, dengan formulasi koefisien korelasi Pearson sebagai berikut:
rxy = keterangan :
x = variabel independent y = variabel dependent n = jumlah sampel (Priyatno, D. 2008)
Untuk identifikasi masalah (4) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menganyam.
(39)
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Pola Mata Pencaharian adalah berbagai bentuk mata pencaharian dalam satu keluarga.
2. Kontribusi anyaman yaitu besarnya sumbangan anyaman terhadap total pendapatan keluarga (%).
3. Anyaman pandan adalah anyaman yang terbuat dari daun pandan menjadi berbagai produk yang dapat dijual seperti : tikar, keranjang dodol, topi, tas, dompet, tempat HP, tempat tisu, sajadah dan sandal, dimana menganyam merupakan pendapatan sampingan ibu rumah tangga.
4. Produksi adalah semua hasil anyaman pandan (tikar, keranjang dodol, topi, tas, dompet, tempat HP, tempat tisu, sajadah dan sandal) yang dibuat penganyam.
5. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian antara seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi yang dinyatakan dalam rupiah. 6. Pendapatan bersih yaitu selisih dari total penerimaan yang diperoleh
penganyam dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung.
7. Jumlah anggota dalam keluarga adalah banyaknya orang yang terdapat dalam sebuah keluarga (orang).
(40)
8. Pengalaman menganyam yaitu lamanya seorang penganyam memulai usahanya dalam menganyam sampai dengan masa penelitian dilakukan (tahun).
9. Modal yaitu semua input yang dimiliki oleh penganyam yang digunakan untuk menjalankan usaha anyamannya.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di desa pantai cermin kanan Kec. Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
3. Sampel adalah penganyam yang mengikuti pembinaan menganyam yang berbahan baku pandan.
(41)
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Pantai Cermin Kanan kecamatan pantai cermin di kabupaten serdang bedagai, daerah ini merupakan pusat pelestarian produk anyaman tikar pandan.
4.1.1 Letak Geografis Daerah Penelitian
Desa pantai cermin kanan berada di kecamatan pantai cermin dengan jarak ke kantor kecamatan ± 200 meter dan jarak ke kantor bupati 36 Km.
Secara administratif desa pantai cermin kanan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa besar II
3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa pantai cermin kiri 4. Sebelah barat berbatasan dengan desa kota pari
Luas desa pantai cermin kanan ini mencapai 400 Ha. Secara geografis kecamatan pantai cermin berada pada 20 57’ LU dan 980 33’ BT.
4.1.1.1 Topografi Wilayah
Kondisi topografi suatu wilayah tertentu dapat diketahui dengan tinggi rendahnya permukaan laut atau yang sering disebut relief. Ditinjau dari segi topografi Desa
(42)
Pantai Cermin Kanan bertopografi datar pada ketinggian 0 – 3 m dari permukaan laut.
4.1.1.2 Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai secara keseluruhan memiliki iklim tropis dengan kelembapan udara 84%, curah hujan berkisar antara 30 sampai 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan september sampai dengan bulan oktober. Hari hujan per bulan berkisar 8-20 hari. Kecepatan udara berkisar 1.10 m/detik dengan tingkat penguapan 3.74 mm/hari dengan temperatur udara perbulan 240 C sampai dengan 340 C.
4.1.1.3 Luas
Luas wilayah desa pantai cermin kanan adalah 400 Ha yang terdiri 4 dusun, 19 rukun tangga (RT) dan 8 rukun warga (RW) dikepalai seorang kepala desa. Untuk mengetahui penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Pantai Cermin Kanan
NO Jenis Penggunaan Lahan Jumlah Persentase (%)
1 Pemukiman 71 17,75
2 Persawahan 31 7,75
3 Ladang/Kebun 88 22,00
4 Hutan 100 25,00
5 Perikanan 18 4,50
6 Lain-lain 92 23,00
Jumlah 400 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan, 2010
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas adalah hutan (25%), dan secara berurutan yakni ladang (22%), pemukiman (17,75%), persawahan (7,75%) dan perikanan (4,50%).
(43)
Kehidupan masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan mata pencahariannya beranekaragam dari bertani, berkebun dan beternak dan berwiraswasta. Tanah yang digunakan masyarakat untuk lahan pertanian adalah sawah tadah hujan karena sebagian besar daerahnya tidak memiliki jaringan pengairan yang baik.
4.1.2 Keadaan Non Fisik Wilayah Desa Pantai Cermin Kanan 4.1.2.1 Keadaan Penduduk
Penduduk adalah modal dasar pembangunan daerah dan tenaga dalam pembangunan. Jika jumlah penduduk suatu daerah sedikit, maka sumber daya alam yang melimpah tidak akan difungsikan secara maksimal hal ini juga harus didukung oleh komponen masyarakat yang berkualitas. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penduduk merupakan subjek dan objek bagi pembangunan.
Keberhasilan pembangunan dalam satu daerah tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan sumber daya alam yang mencukupi. Demikian halnya penduduk desa pantai cermin kanan berjumlah 3701 jiwa dengan 681 kepala keluarga (KK) kepadatan penduduk 925 jiwa/km2.
4.1.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan monografi wilayah Desa Pantai Cermin Kanan pada tahun 2005, jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 3.701. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki 1.749 jiwa (47,25%), lebih banyak dibanding dengan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.952 jiwa (52,75%).
(44)
4.1.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel terpenting dalam demografi, karena akan dapat diketahui besarnya penduduk menurut usia kerja dan jenis kelamin. Untuk mengetahui komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Umur
NO Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0-4 192 5,19
2 5-9 311 8,40
3 10-14 456 12,32
4 15-19 518 14,00
5 20-26 622 16,81
6 27-40 849 22,94
7 41-56 543 14,67
8 Lebih dari 56 tahun 210 5,67
Jumlah 3.701 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan, 2010
Berdasarkan data tabel 5 menunjukkan bahwa komposisi jumlah pendidikan di Desa Pantai Cermin Kanan sebagian besar menunjukkan pada usia produktif usia 27-40 tahun atau pada usia produktif sebanyak 849 jiwa (22,94%) dan jumlah penduduk terendah terdapat pada usia nonproduktif yaitu pada usia 0-4 tahun sebanyak 192 jiwa (5,19%) hal ini menunjukkan bahwa penduduk di desa pantai cermin kanan adalah penduduk yang produktif sebanyak 2532 jiwa.
4.1.2.4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan maka dapat diketahui kualitas penduduk yang tinggal pada suatu daerah. Pendidikan dapat dijadikan titik tolak dalam mengukur maju dan mundurnya suatu daerah, disamping terdapat sektor lain seperti sumber daya alam.
(45)
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang seiring dengan perkembangan jaman harus dapat dipenuhi agar tidak tertinggal jauh akibat makin pesatnya perkembangan teknologi. Suatu daerah dikatakan maju apabila tingkat pendidikan rata-rata penduduknya semakin tinggi begitu pula sebaliknya. Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pantai Cermin Kanan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/tidak tamat SD 2280 61,60
2 Tamat SD 560 15,13
3 Tamat SMP 476 12,86
4 Tamat SMA 324 8,75
5 Akademik D1, D2, D3 32 0,86
6 Sarjana S1-S3 29 0,80
Jumlah 3.701 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan
Berdasarkan data pada tabel 6 diatas menunjukkan sebagian besar penduduk yang belum / tidak tamat SD (61,60%), SD (15,13%), SMP (12,86%), SMA (8,75%), Akademik (0,86%) dan Sarjana (0,80%), hal ini menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Pantai Cermin Kanan kurang berminat dalam bersekolah.
4.1.2.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Pantai Cermin Kanan mayoritas sebagai buruh dan berwiraswasta. Sisanya bermata pencaharian disektor lain seperti petani, pegawai negeri dan TNI/POLRI. Untuk mengetahui lebih jelas komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7.
(46)
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
NO Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 56 15,73
2 Pedagang 127 35,67
3 Pegawai Negeri 35 9,84
4 POLRI/TNI 45 12,64
5 Buruh 93 26,12
Jumlah 356 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan
Berdasarkan data pada tabel 7 diketahui sebagian besar penduduk Desa Pantai Cermin Kanan bekerja sebagai Pedagang (35,67%) dan yang terkecil adalah Pegawai Negeri (9,84%). Dengan adanya objek wisata Pantai Cermin para penduduk dapat memanfaatkan sektor ekonomi dengan menjual barang-barang kerajinan tangan maupun benda-benda khas Pantai Cermin sehingga dapat berwiraswasta yang berguna untuk menambah pendapatan rumah tangga sekaligus mempererat hubungan dengan wisatawan sehingga wisatawan akan terkesan ketika meninggalkan Pantai Cermin.
4.1.2.6 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Penduduk Desa Pantai Cermin Kanan banyak menganut agama islam yaitu sebesar (93,97%), agama budha (5,79%) dan agama Kristen (0,24%). Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Agama
NO Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Islam 3.478 93,97
2 Kristen 9 0,24
3 Budha 214 5,79
4 Hindu - -
3.701 100,00
(47)
Sarana ibadah di Desa Pantai Cermin Kanan terdiri dari 5 buah mesjid dan mushallah dan 2 buah vihara, sedangkan kuil dan gereja belum terdapat di Desa Pantai Cermin Kanan.
4.1.2.7 Sarana Pendidikan Dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan karena kedua unsur ini dapat dijadikan sebagai gambaran terhadap tingkat kemajuan dan kesejahteraan terhadap masyarakat dalam suatu daerah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan fasilitas untuk mendapat pendidikan dengan mudah dan praktis. Sekarang kembali kepada kemampuan kualitas sumber daya manusia dan pendapatan daerah dalam memenuhi fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Pengadaan sarana pendidikan sangatlah penting sebab sarana ini akan mempermudah dalam pencapaian proses belajar mengajar, mutu pendidikan harus ditanggapi dengan serius agar penduduk dapat berkompetisi dengan daerah lainnya. Untuk mengetahui sarana pendidikan di Pantai Cermin dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Sarana Pendidikan di Pantai Cermin
NO Sarana Jumlah Persentase (%)
1 TK 2 22,22
2 SD Negeri 2 22,22
3 SD Swasta 3 33,33
4 SMP 2 22,22
Jumlah 9 100
(48)
4.2 Karakteristik Sampel
4.2.1 Sampel Kelompok Pembinaan Karya Bakti di desa Pantai Cermin Kanan
Penganyam yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi : umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman menganyam. Karakteristik penganyam sampel disajikan pada tabel 10 .
Tabel 10. Karakteristik Sampel Penganyam Kelompok Pembinaan Karya Bakti di desa Pantai Cermin Kanan
No Uraian Satuan Range Rata-rata
1 Umur Tahun 25-56 41
2 Tingkat Pendidikan Tahun 9-16 10,67
3 Jumlah Anggota Dlm Keluarga Jiwa 1-4 2,6
4 Pengalaman Menganyam Tahun 1-34 17
Sumber : Analisis Data Primer (lampiran I) 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur penganyam adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur penganyam masih dalam usia produktif sehingga masih memiliki tingkat tenaga kerja yang baik.
Rata-rata pendidikan penganyam adalah SMP, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penganyam di daerah tersebut adalah menengah.
Rata-rata jumlah anggota dalam keluarga penganyam adalah 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penganyam di daerah tersebut masih menjaga tingkat pertumbuhan penduduk.
(49)
Sampel Kelompok Pembinaan Ibu Berkarya di desa Pantai Cermin Kanan
Penganyam yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan utama keluarga, usaha sampingan istri, dan jumlah tanggungan. Karakteristik penganyam sampel disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Penganyam Kelompok Pembinaan Ibu Berkarya di Desa Pantai Cermin Kanan
Sumber : Analisis Data Primer (lampiran 1) 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur penganyam adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur penganyam masih dalam usia produktif sehingga masih memiliki tingkat tenaga kerja yang baik.
Rata-rata pendidikan penganyam adalah SMP, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penganyam di daerah tersebut adalah menengah.
Rata-rata penganyam di daerah tersebut memiliki usaha sampingan yaitu menganyam, ini berarti bahwa penganyam di daerah tersebut memiliki tambahan penghasilan selain pekerjaan utamanya.
Rata-rata jumlah tanggungan (anak) penganyam adalah 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penganyam di daerah tersebut masih menjaga tingkat pertumbuhan penduduk.
No Uraian Satuan Range Rata-rata
1 Umur Tahun 27-63 41,2
2 Tingkat pendidikan Tahun 6-12 9
3 Jlh Anggota Dlm Keluarga Jiwa 1-7 3,46
(50)
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pola Mata Pencaharian
Untuk mengetahui pola mata pencaharian penganyam di desa pantai cermin kanan, dapat diukur melalui sejumlah rangkaian mata pencaharian penganyam dan dituangkan dalam bentuk persentase.
Tabel 12. Persentase Pola Mata Pencaharian Penganyam
No. Pola Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 Nelayan -Buruh cuci-Menganyam 1 3,33
2 Nelayan-Menganyam 7 23,33
3 Menganyam 3 10
4 Wiraswasta- Menganyam 1 3,33
5 Guru Honor- Menganyam 1 3,33
6 PNS- Menganyam 1 3,33
7 Wiraswasta-Pengupas Kepiting- Menganyam 1 3,33
8 Penyablon- Menganyam 1 3,33
9 Menjahit- Menganyam 1 3,33
10 Tukang Becak -Jual Mi Sup- Menganyam 1 3,33
11 Wiraswasta-Jual Sapu Hias- Menganyam 1 3,33
12 Nelayan -Bertani-Menganyam -Ternak Bebek 1 3,33
13 Nelayan -Menjahit-Menganyam -Ternak Ayam 1 3,33
14 Bertani-Pedagang Kedai Sampah- Menganyam-Ternak Kambing 1 3,33
15 Wiraswasta- Menganyam-Ternak Sapi 1 3,33
16 Nelayan-Menjahit -Menganyam 1 3,33
17 Supir -Jual Mi Sup- Menganyam 1 3,33
18 Bertani -Wiraswasta- Menganyam 1 3,33
19 Nelayan -Pengupas Kepiting-Menganyam 1 3,33
20 Pegawai PLN -Pedagang Kelontong- Menganyam 1 3,33
21 Buruh Bangunan -Menganyam 1 3,33
22 Nelayan -Pedagang/kredit barang-Menganyam 1 3,33
Total 30 100
Sumber : Analisis Data Primer lampiran 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pola mata pencaharian yang memiliki persentase tertinggi terdapat pada pola mata pencaharian Nelayan-Menganyam yaitu sebesar 23,33%. Hal ini dikarenakan banyaknya penganyam yang memiliki pola mata pencaharian Nelayan-Menganyam sejumlah 7 orang. Dan tertinggi
(51)
setelah pola mata pencaharian Nelayan-Menganyam yaitu pola mata pencaharian dari menganyam sebesar 10% artinya dari 30 jumlah sampel hanya 3 orang yang memiliki pola mata pencaharian Menganyam. Dan terendah dengan persentase 3,33% yang dimiliki oleh 20 sampel lagi, yang ternyata dari 20 sampel memiliki 20 pola mata pencaharian (artinya masing-masing sampel memiliki pola mata pencaharian yang berbeda). Hal inilah yang menyebabkan rendahnya persentase pada pola mata pencaharian yang dapat diamati pada tabel 12.
5.2 Kontribusi Anyaman
Kontribusi yaitu besarnya sumbangan yang diperoleh dari hasil realisasi penerimaan usaha anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga. Besarnya kontribusi anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Rata-rata Kontribusi Anyaman Per Kelompok Binaan Rata-rata
pendapatan anyaman (Rp)
Rata-rata total pendapatan keluarga (Rp)
Rata-rata kontribusi anyaman (%) Binaan Karya
Bakti
200.641,67 1.198.308,335 16,74 Binaan Ibu
Berkarya
168.022,62 2.021.489,28 8,31
Total 25,05
Sumber : analisis data primer lampiran 48
Dari tabel 13, dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi anyaman per kelompok binaan Karya Bakti adalah 16,74% yang artinya setiap Rupiah yang dihasilkan dari menganyam telah menyumbangkan sebesar 16,74% terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan rata-rata kontribusi anyaman per kelompok binaan Ibu Berkarya adalah 8,31% yang artinya setiap Rupiah yang dihasilkan dari
(52)
menganyam telah menyumbangkan sebesar 8,31% terhadap pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa pada binaan Karya Bakti persentase rata-rata kontribusi anyaman lebih besar dari persentase rata-rata kontribusi anyaman binaan Ibu Berkarya, artinya anyaman dari binaan Karya Bakti telah memberikan sumbangan lebih besar terhadap pendapatan keluarga dibandingkan dengan kontribusi anyaman dari binaan Ibu Berkarya.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi dari pendapatan anyaman < 30% ini artinya hipotesis 1 sudah terjawab dan diterima, dimana rata-rata kontribusi dari pendapatan anyaman pada masing-masing kelompok binaan sebesar 16,74% dan 8,31% yang keduanya termasuk kategori <30%. Hipotesis 1 ditarik melalui teori Noverdiman dan Novra (2001) yang berbunyi bahwa apabila kontribusi dari suatu usaha terhadap pendapatan keluarga lebih kecil dari 30% maka berupa usaha sambilan. Ternyata hasil penelitian sesuai menurut teori Noverdiman dan Novra (2001) yaitu kontribusi dari pendapatan anyaman <30% yang merupakan usaha sambilan seperti yang dilakukan sampel dari binaan karya bakti dan sampel dari binaan ibu berkarya.
5.3 Hubungan Antara (Jumlah Anggota Dalam Keluarga, Pengalaman Menganyam dan Modal) dengan Pendapatan Anyaman
Untuk mengetahui hubungan antara (jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam dan modal) dengan pendapatan anyaman, maka dapat dianalisis dengan korelasi sederhana melalui alat bantu SPSS pada metode pearson correlation.
(53)
5.3.1 Hubungan Antara Jumlah Anggota Dalam Keluarga Dengan Pendapatan Anyaman
Untuk melihat hubungan jumlah anggota dalam keluarga dengan pendapatan anyaman, dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Jumlah Anggota Dalam Keluarga Dengan Pendapatan Anyaman
Correl ations
1.000 -.057 . .763
30 30
-.057 1.000
.763 .
30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
jumlah anggota dalam keluarga
pendapatan anyaman
jumlah anggot a
dalam keluarga
pendapatan anyaman
Dari tabel 14 diperoleh hasil analisis korelasi sederhana (r) antara jumlah anggota dalam keluarga dengan pendapatan anyaman adalah sebesar 0,057. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat rendah antara kedua variabel tersebut, seperti halnya menurut Sugiyono (2007) dalam Priyatno, D(2008) yang menyatakan bahwa pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi berkisar antara 0,00 s/d 0,199 adalah sangat rendah hubungannya terhadap kedua variabel, ini artinya hipotesis 2 ditolak.
Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, berarti semakin banyak jumlah anggota dalam keluarga maka semakin menurun jumlah pendapatan atau sebaliknya. Hal ini sesuai teori dari Supriana. T(2008) yang menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Atau dengan kata lain apabilai nilai suatu variabel naik maka nilai variabel lainnya turun.
(54)
Hipotesis 2 ditarik dari teori Soekartawi,dkk (1993) bahwa jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan, namun hasil penelitian bertolak belakang dengan teori Soekartawi,dkk (1993).
5.3.2 Hubungan Antara Pengalaman Menganyam Dengan Pendapatan Anyaman
Untuk melihat hubungan antara pengalaman menganyam dengan pendapatan anyaman, dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Hubungan Antara Pengalaman Menganyam Dengan Pendapatan Anyaman
Correlations
1.000 -.070 . .712
30 30
-.070 1.000
.712 .
30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
pengalaman menganyam
pendapatan anyaman
pengalaman menganyam
pendapatan anyaman
Dari tabel 15 diperoleh hasil analisis korelasi sederhana (r) antara pengalaman menganyam dengan pendapatan anyaman adalah sebesar 0,070. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat rendah antara kedua variabel tersebut, seperti halnya menurut Sugiyono (2007) dalam Priyatno, D(2008) yang menyatakan bahwa pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi berkisar antara 0,00 s/d 0,199 adalah sangat rendah hubungannya antara kedua variabel, ini artinya hipotesis 2 ditolak.
(55)
Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, berarti semakin tinggi pengalaman menganyam maka semakin menurun jumlah pendapatan. Hal ini sesuai teori dari Supriana. T(2008) yang menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Atau dengan kata lain apabilai nilai suatu variabel naik maka nilai variabel lainnya turun.
Hipotesis 2 ditarik dari teori Sumantri,dkk (2004) bahwa pengalaman akan membantu para petani dalam mengambil keputusan usahataninya. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cendrung memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam usaha tani (Sumantri,dkk. 2004). Namun teori ini ditolak karena tidak sesuai dengan hasil penelitian.
5.3.3 Hubungan Antara Modal Dengan Pendapatan Anyaman
Untuk melihat hubungan antara modal dengan pendapatan anyaman, dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Hubungan Antara Modal Dengan Pendapatan Anyaman
Correlations
1.000 .729** . .000
30 30
.729** 1.000
.000 .
30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
modal
pendapatan anyaman
modal
pendapatan anyaman
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.
(56)
Dari tabel 16 diperoleh hasil analisis korelasi sederhana (r) antara modal dengan pendapatan anyaman adalah sebesar 0,729. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kedua variabel tersebut, seperti halnya menurut Sugiyono (2007) dalam Priyatno, D(2008) yang menyatakan bahwa pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi berkisar antara 0,60 s/d 0,799 adalah kuat hubungannya antara kedua variabel, ini artinya hipotesis 2 diterima.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin besar modal maka semakin meningkat jumlah pendapatan. Hal ini sesuai teori dari Supriana. T(2008) yang menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi akan positif jika hubungan kedua variabel searah atau dengan kata lain apabila nilai satu variabel naik maka variabel lainnya ikut naik, dan sebaliknya jika satu variabel turun nilainya maka variabel lainnya ikut menurun.
Hipotesis 2 ditarik dari teori Prasetyo, dkk (2008) bahwa salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahanya adalah terbatasnya sumber modal di pedesaan, terutama untuk pengadaan saprodi, termasuk upah tenaga kerja. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menyediakan modal usaha di pedesaan sehingga perlu dikelola untuk menunjang pembentukan modal dan meningkatkan produksi serta pendapatan usahatani. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya modal maka ketersediaan saprodi bertambah itu artinya produksi akan meningkat sehingga pendapatan ikut pula meningkat. Dan hasil penelitian sesuai menurut teori Prasetyo, dkk (2008), sehingga hipotesis dapat diterima.
(57)
5.4 Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam
Adapun kendala-kendala yang dihadapi penganyam adalah sebagai berikut :
Tabel 17. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam
Jumlah Persentase (%)
Kendala Pada Bahan Baku 30 100
Kendala Pada Proses Pengolahan 24 80
Kendala Pada Proses Pemasaran 30 100
Kendala Pada Modal 30 100
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 51
Dari tabel 17 terdapat 30 sampel (100%) yang mengalami kendala pada bahan baku, kendala pada proses pemasaran dan juga kendala pada modal. Sedangkan kendala pada proses pengolahan dialami 24 sampel (80%) saja. Adapun yang melatarbelakangi permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
5.4.1 Kendala Pada Bahan Baku
Adapun kendala-kendala yang terdapat dalam bahan baku adalah : Persediaan bahan baku yang semakin berkurang;
Hal ini menyebabkan kekhawatiran penganyam dalam hal ketersediaan bahan baku, sebab bahan baku yang mereka gunakan lambat laun semakin berkurang yang disebabkan habitat pandan yang mulai dikonversikan menjadi lahan bangunan untuk perumahan.
Lamanya waktu pemesanan bahan baku;
Bahan baku yang diperoleh harus melalui pemesanan dahulu selama 2 minggu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan baku disebabkan pengolahan bahan baku melalui berbagai proses agar bahan baku berkualitas dan siap untuk dianyam. Dimana proses pengolahan bahan baku yang dilakukan oleh penjual bahan baku dapat digambarkan sebagai berikut :
(58)
Gambar 2. Pengolahan Bahan Baku
Bahan baku yang tergantung pada cuaca;
Cuaca yang buruk menyebabkan bahan baku berwarna kecoklatan, bahan baku yang seperti itu tidak layak untuk dianyam, sebab bahan baku mudah rapuh dan sangat sulit untuk dianyam.
5.4.2 Kendala Pada Proses Pengolahan
Untuk mendapatkan hasil anyaman yang variatif, maka penganyam harus menambah jenis anyamannya. Namun, penganyam menemukan kendala dalam mengolah anyamannya menjadi lebih variatif lagi, yaitu ketidak mampuan penganyam untuk membeli mesin jahit. Yang mana untuk menghasilkan jenis anyaman seperti : tas, dompet, topi, tempat HP dan sandal membutuhkan mesin jahit. Padahal dengan hasil anyaman yang variatif dapat meningkatkan pendapatan.
Mengambil daun pandan dari pohon
Pisahkan daun pandan dari duri
Membelah daun pandan menjadi 4
bagian
Daun yang sudah dibelah, dilakukan perebusan
Setelah direbus, masukkan bahan baku kedalam wadah yang berisi air bersih dan direndam selama 24 jam Dilakukan proses
penjemuran bahan baku selama 2/3 hari, bila cuaca buruk ±1 minggu.
Maka hasil akhir yang diperoleh adalah bahan baku berwarna putih, yang menunjukkan bahwa bahan tidak mudah rapuh sehingga hasil anyaman tahan lama.
(59)
5.4.3 Kendala Pada Proses Pemasaran
Produk yang dihasilkan oleh penganyam kurang mendapatkan promosi apabila penganyam menjual produknya sendiri, karena yang dapat dilakukan penganyam adalah menjual produknya dari rumah ke rumah sekitar tempat tinggal. Ini tidak mungkin diupayakan terus menerus karena permintaan yang semakin menurun, akibatnya tidak ada pilihan lain selain menjual produk yang dihasilkan kepada agen. Yang mana harga, jenis produk anyaman, jumlah produk yang dihasilkan adalah ditetapkan oleh agen, selain itu untuk membuat anyaman harus menunggu adanya permintaan dari agen sehingga penghasilan penganyam bergantung pada agen.
Namun, apabila ada penyelenggaraan pameran maka penganyam dapat menganyam kembali untuk memenuhi ketersediaan produk anyaman untuk dipamerkan. Dari acara pameran, penganyam bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar bila dibandingkan dengan menjual produk anyaman ke agen, karena pembeli rata-rata berasal dari kalangan menengah ke atas. Namun terlepas dari pameran, penganyam tetap memasarkan produknya melalui agen. Karena tidak mungkin penganyam memasarkan produknya dengan menunggu adanya penyelenggaraan pameran pada beberapa bulan kemudian atau di tahun berikutnya. Sedangkan kebutuhan hidup rumah tangga, tiap bulannya semakin meningkat saja.
(60)
5.3.4 Kendala Pada Modal
Secara keseluruhan penganyam menggunakan modal pribadi, namun modal menjadi berkurang karena kebutuhan ekonomi. Akibatnya pendapatan berkurang dari sebelumnya karena tidak adanya tambahan modal. Program pemerintah sendiri ada seperti kredit usaha rakyat (KUR), namun penganyam sendiri tidak yakin dapat membayar tagihan perbulannya karena penghasilan menganyam yang tidak menentu.
(61)
BAB VI. KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1. Pola mata pencaharian yang memiliki persentase tertinggi terdapat pada pola mata pencaharian Nelayan-Menganyam yaitu sebesar 23,33%. Sedangkan pola mata pencaharian yang memiliki persentase paling rendah pada pola mata pencaharian Nelayan-buruh cuci-menganyam, wiraswasta-menganyam, guru honor- menganyam, PNS- menganyam, wiraswasta-pengupas kepiting-menganyam, penyablon-kepiting-menganyam, menjahit-kepiting-menganyam, tukang becak-jual mi sup- menganyam, wiraswasta-becak-jual sapu hias- menganyam, nelayan-bertani- menganyam-ternak bebek, nelayan-menjahit-menganyam-ternak ayam, bertani -pedagang kedai sampah-menganyam-ternak kambing, wiraswasta- menganyam-ternak sapi, nelayan-menjahit-menganyam, supir-jual mi sup- menganyam, bertani-wiraswasta-menganyam, nelayan-pengupas kepiting-menganyam, pegawai PLN-pedagang kelontong- menganyam, buruh bangunan-menganyam, nelayan-pedagang/kredit barang-menganyam, masing-masing pola mata pencaharian tersebut memiliki persentase sebesar 3,33% . 2. Rata-rata kontribusi anyaman per kelompok binaan Karya Bakti adalah
16,74%. Sedangkan rata-rata kontribusi anyaman per kelompok binaan Ibu Berkarya adalah 8,31%.
3. Hasil analisis korelasi sederhana antara jumlah anggota dalam keluarga dan pengalaman menganyam tidak menunjukkan hubungan yang kuat terhadap pendapatan anyaman melainkan memiliki hubungan yang sangat rendah
(62)
terhadap pendapatan anyaman. Hal ini dapat terlihat angka yang didapat dari hasil korelasi sederhana yaitu sebesar 0,057 untuk hubungan antara jumlah anggota dalam keluarga dengan pendapatan anyaman dan 0,070 untuk hubungan antara pengalaman menganyam dengan pendapatan anyaman. Sedangkan hubungan antara modal dengan pendapatan anyaman memiliki hubungan yang kuat karena didapat hasil korelasi sederhana sebesar 0,729. 4. Hasil analisis mengenai kendala-kendala yang dihadapi penganyam di daerah
penelitian terdapat 30 sampel (100%) yang mengalami kendala pada bahan baku, kendala pada proses pemasaran dan juga kendala pada modal. Sedangkan kendala pada proses pengolahan dialami sebanyak 24 sampel (80%).
6.2. Saran
Kepada Penganyam
Penganyam harus tetap membuat anyaman pandan, meskipun terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam menganyam namun dengan tetap menganyam dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk ekonomi keluarga penganyam. Selain memberikan kontribusi untuk ekonomi keluarga,manfaat lainnya dari menganyam pandan adalah bisa melestarikan warisan nenek moyang penganyam, sehingga pekerjaan menganyam ini tidak pernah luntur dari masyarakat pesisir.
(63)
Kepada Pemerintah
Sebaiknya pemerintah bisa menangani segala kendala yang dihadapi penganyam. Karena kesejahteraan masyarakat merupakan tanggungjawab pemerintah termaksud masyarakat penganyam. Menganyam dapat mengurangi jumlah pengangguran, apabila kendala-kendala yang dihadapi penganyam dapat segera teratasi maka dengan menganyam dapat membantu memperlancar program pemerintah untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Kepeda Peneliti
Perlu diadakan penelitian selanjutnya tentang analisis pendapatan anyaman pandan dan sumbangannya terhadap total pendapatan keluarga.
(1)
Lampiran 46. Total Penerimaan Anyaman Dalam 1 Tahun Di Daerah Penelitian Tahun 2010
No. Sampel Jumlah Penerimaan Anyaman Total
Tikar K. Dodol Topi Tas Dompet Tpt HP Tpt Tisu Sajadah Sandal
1 3.000.000 900.000 0 0 0 0 0 0 0 3.900.000
2 3.000.000 1.080.000 0 0 0 0 0 0 0 4.080.000
3 4.500.000 0 1.800.000 0 0 0 0 0 0 6.300.000
4 7.500.000 0 0 6.000.000 2.700.000 0 0 0 0 16.200.000
5 3.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 3.000.000
6 3.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 3.000.000
7 1.500.000 360.000 2.700.000 0 0 1.200.000 0 0 0 5.760.000
8 3.000.000 540.000 1.800.000 0 0 0 0 0 0 5.340.000
9 3.000.000 0 0 0 0 1.600.000 0 0 0 4.600.000
10 3.000.000 540.000 1.800.000 0 0 0 0 0 0 5.340.000
11 3.000.000 0 0 0 0 1.200.000 0 0 0 4.200.000
12 4.500.000 0 1.800.000 0 0 0 0 0 0 6.300.000
13 4.500.000 0 0 0 0 0 0 1.050.000 0 5.550.000
14 1.500.000 0 0 0 0 0 0 0 0 1.500.000
15 0 900.000 0 0 0 0 0 0 0 900.000
Total Rata-rata
48.000.000 3.200.000
4.320.000 288.000
9.900.000 660.000
6.000.000 400.000
2.700.000 180.000
4.000.000 266.666,67
0 0
1.050.000 70.000
0 0
75.970.000 5.064.666,67
Lanjutan Lampiran 46
No. Sampel Jumlah Penerimaan Anyaman Total
Tikar K. Dodol Topi Tas Dompet Tpt HP Tpt Tisu Sajadah Sandal
16 12.000.000 0 3.150.000 0 0 0 0 0 0 15.150.000
17 0 0 0 0 0 0 4.000.000 0 0 4.000.000
18 0 0 3.150.000 0 0 0 0 0 0 3.150.000
19 2.400.000 0 1.800.000 0 0 0 0 1.500.000 0 5.700.000
20 3.600.000 0 0 0 0 0 0 0 0 3.600.000
21 1.200.000 0 0 0 0 1.600.000 0 0 0 2.800.000
22 1.200.000 0 1.800.000 0 0 0 0 0 0 3.000.000
(2)
Lampiran 47. Pendapatan Dari Seluruh Anyaman Di Daerah Penelitian Tahun 2010
No. Sampel Total
Penerimaan
Total Biaya Pendapatan Pertahun
Pendapatan Perbulan
1 3.900.000 2.215.000 1.685.000 140.416,67
2 4.080.000 2.053.000 2.027.000 168.916,67
3 6.300.000 3.238.000 3.062.000 255.166,67
4 16.200.000 9.090.000 7.110.000 592.500
5 3.000.000 1.561.000 1.439.000 119.916,67
6 3.000.000 1.801.000 1.199.000 99.916,67
7 5.760.000 2.593.000 3.167.000 263.916,67
8 5.340.000 3.066.000 2.274.000 189.500
9 4.600.000 2.114.500 2.485.500 207.125
10 5.340.000 3.156.000 2.184.000 182.000
11 4.200.000 1.960.000 2.240.000 186.666,67
12 6.300.000 3.192.000 3.108.000 259.000
13 5.550.000 2.643.000 2.907.000 242.250
14 1.500.000 781.000 719.000 59.916,67
15 900.000 391.000 509.000 42.416,67
Total Rata-rata
75.970.000 5.064.666,67
39.854.500 2.656.966,67
36.115.500 2.407.700
3.009.625,03 250.802,08
16 15.150.000 11.249.000 3.901.000 325.083,33
17 4.000.000 1.594.000 2.406.000 200.500
18 3.150.000 1.895.000 1.255.000 104.583,33
19 5.700.000 3.042.000 2.658.000 221.500
20 3.600.000 2.401.000 1.199.000 99.916,67
21 2.800.000 1.269.500 1.530.500 127.541,67
22 3.000.000 1.881.000 1.119.000 93.250
23 9.000.000 3.355.428,57 5.644.571,43 470.380,95
24 10.320.000 6.445.000 3.875.000 322.916,67
25 1.200.000 721.000 479.000 39.916,67
26 3.000.000 2.161.000 839.000 69.916,67
27 1.800.000 1.081.000 719.000 59.916,67
28 5.800.000 3.315.000 2.485.000 207.083,33
29 1.800.000 1.105.000 695.000 57.916,67
30 6.000.000 4.561.000 1.439.000 119.916,67
Total Rata-rata
76.320.000 5.088.000
46.075.928,57 3.071.728,571
30.244.071,43 2.016.271,43
2.520.339,3 168.022,62
(3)
Lampiran 48. Total Pendapatan Keluarga Dan Sumbangan Pendapatan Dari Anyaman Pandan Di Daerah Penelitian Tahun 2010 No.
Sampel
Total Pendapatan Keluarga Di-
luar Menganyam
(Rp)
Pendapatan Anyaman
(Rp)
Total Pendapatan
Keluarga (Rp)
Kontribusi Anyaman
(%)
No. Sampel
Total Pendapatan Keluarga Di-
luar Menganyam
(Rp)
Pendapatan Anyaman
(Rp)
Total Pendapatan
Keluarga (Rp)
Kontribusi Anyaman
(%)
1 1.325.000 140.416,67 1.465.416,67 9,58 16 2.132.000 325.083,33 2.457.083,33 13,23
2 900.000 168.916,67 1.068.916,67 15,80 17 1.950.000 200.500 2.150.500 9,32
3 - 255.166,67 255.166,67 100 18 2.200.000 104.583,33 2.304.583,33 4,53
4 1.400.000 592.500 1.992.500 29,73 19 2.000.000 221.500 2.221.500 9,97
5 300.000 119.916,67 419.916,67 28,55 20 - 99.916,67 99.916,67 100
6 2.250.000 99.916,67 2.349.916,67 4,25 21 3.000.000 127.541,67 3.127.541,67 4,07
7 1.400.000 263.916,67 1.663.916,67 15,86 22 1.600.000 93.250 1.693.250 5,50
8 1.000.000 189.500 1.189.500 15,93 23 2.240.000 470.380,95 2.710.380,95 17,35
9 800.000 207.125 1.007.125 20,56 24 1.500.000 322.916,67 1.822.916,67 17,71
10 240.000 182.000 422.000 43,12 25 1.680.000 39.916,67 1.719.916,67 2,32
11 1.000.000 186.666,67 1.186.666,67 15,73 26 2.500.000 69.916,67 2.569.916,67 2,72
12 1.200.000 259.000 1.459.000 17,75 27 900.000 59.916,67 959.916,67 6,24
13 - 242.250 242.250 100 28 2.800.000 207.083,33 3.007.083,33 6,88
14 1.300.000 59.916,67 1.359.916,67 4,40 29 700.000 57.916,67 757.916,67 7,64
15 1.850.000 42.416,67 1.892.416,67 2,24 30 2.600.000 119.916,67 2.719.916,67 4,40
Total Rata-rata
14.965.000 997.666,67
3.009.625,03 200.641,67
17.974.625,03 1.198.308,335
423,5 16,74
Total Rata-rata
27.802.000 1.853.466,67
2.520.339,3 168.022,62
30.322.339,3 2.021.489,28
211,88 8,31
(4)
Lampiran 49. Data Pendapatan, Jumlah Anggota Dalam Keluarga, PengalamanMenganyam Dan Modal Di Daerah Penelitian Tahun 2010
Pendapatan Anyaman
(Rp)
Jlh anggota dlm keluarga
(Org)
Pengalaman menganyam
(Thn)
Modal (Rp)
1685000 3 10 2215000
2027000 2 5 2053000
3062000 2 20 3238000
7110000 1 30 9090000
1439000 1 10 1561000
1199000 3 25 1801000
3167000 3 23 2593000
2274000 4 11 3066000
2485500 3 1 2114500
2184000 1 24 3156000
2240000 4 12 1960000
3108000 2 34 3192000
2907000 1 30 2643000
719000 4 5 781000
509000 2 21 391000
3901000 5 32 11249000
2406000 3 10 1594000
1255000 3 5 1895000
2658000 2 30 3042000
1199000 1 50 2401000
1530500 7 8 1269500
1119000 4 6 1881000
5644571 4 7 3355429
3875000 3 5 6445000
479000 3 45 721000
839000 3 12 2161000
719000 2 39 1081000
2485000 5 14 3315000
695000 2 45 1105000
(5)
Lampiran 50. Hasil Korelasi
Descriptive Statistics
2.90 1.40 30
2211986 1501553.26 30 jumlah anggota
dalam keluarga pendapatan anyaman
Mean Std. Deviation N
Correl ations
1.000 -.057
. .763
30 30
-.057 1.000
.763 .
30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
jumlah anggota dalam keluarga
pendapatan anyaman
jumlah anggot a
dalam keluarga
pendapatan anyaman
De scri ptive Statistics
19.60 13.79 30
2211986 1501553.26 30 pengalaman menganyam
pendapatan any aman
Mean St d. Deviat ion N
Correlations
1.000 -.070
. .712
30 30
-.070 1.000
.712 .
30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
pengalaman menganyam
pendapatan anyaman
pengalaman menganyam
pendapatan anyaman
De scri ptive Statistics
2864348 2342428.20 30 2211986 1501553.26 30 modal
pendapatan any aman
Mean St d. Deviat ion N
Correlations
modal
pendapatan anyaman
(6)
Lampiran 51. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Penganyam Di Daerah Penelitian Tahun 2010
No. Sampel
Kendala Pada Bahan Baku Kendala Pada Proses Pengolahan (Tidak Memiliki Mesin Jahit)
Kendala Pada Pemasaran Kendala Pada
Permodalan Kurang
Tersedia Bahan Baku
Lamanya Pemesanan Bahan Baku
Bahan Baku Tergantung
Cuaca
Kurangnya Promosi Penjualan Melalui Agen
1 √ √ √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ - √ √ √
4 √ √ √ - √ √ √
5 √ √ √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √ √ √
7 √ √ √ - √ √ √
8 √ √ √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √ √ √
17 √ √ √ - √ √ √
18 √ √ √ √ √ √ √
19 √ √ √ √ √ √ √
20 √ √ √ √ √ √ √
21 √ √ √ √ √ √ √
22 √ √ √ - √ √ √
23 √ √ √ √ √ √ √
24 √ √ √ - √ √ √
25 √ √ √ √ √ √ √
26 √ √ √ √ √ √ √
27 √ √ √ √ √ √ √
28 √ √ √ √ √ √ √
29 √ √ √ √ √ √ √