Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga
ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN
KELUARGA
(Studi kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH: ERWINSYAH
090304141 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN
KELUARGA
(Studi kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
ERWINSYAH 090304141 AGRIBISNIS
Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing,
Ketua Anggota
( Dr. Ir. Salmiah, MS ) (
NIP 1957 02171 9860 32 001 NIP 1960 11101 9880 31 003
Ir. M. Jufri M.Si )
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
RINGKASAN
ERWINSYAH (090304141), dengan judul “ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan pengerajin sapu ijuk, menganalisis penyediaan input dan produksi, menganalisis pengolahan dan pemasaran, persentase kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga, masalah dan upaya yang ditemukan dalam industri rumah tangga sapu ijuk. Sampel diambil dengan metode “Simple Random Sampling” dengan jumlah populasi 36 pengerajin sapu ijuk, sampel penelitian adalah sebanyak 30 pengerajin sapu ijuk. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan komponen biaya produksi sapu ijuk terbesar di daerah penelitian ialah biaya bahan dengan persentase sebesar 88,95. Total pendapatan rata-rata pengerajin sebesar Rp 14.489.794,-/Bulan. Kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk dikatagorikan besar dikarenakan memiliki persentase rata-rata diatas 50 %. Pemasaran sapu ijuk tersebar di dalam kota maupun di luar kota seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh, dilakukan dalam waktu 1 kali dalam 2 minggu. Banyaknya ketersediaan tenaga kerja wanita membuat industri rumah tangga sapu ijuk berkembang di daerah penelitian. Masalah yang ditemukan dalam industri sapu ijuk yaitu tidak ada lembaga yang menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas sapu ijuk sehingga harga sapu dibeli murah oleh pengumpul dan persaingan terhadap sapu plastik. Upaya yang dilakukan ialah membuat suatu organisasi perkumpulan para pengerajin sapu ijuk untuk menetapkan (HET), sehingga pengerajin yang tidak terjun langsung ke pemasaran tidak terlalu dirugikan kemudian meningkatkan penampilan dan kualitas untuk lebih menarik para konsumen.
Kata kunci: Analisis Pendapatan, Kontribusi Pendapatan, Ketersediaan Tenaga Kerja
(4)
RIWAYAT HIDUP
Erwinsyah, lahir di Medan pada tangga 09 Oktober 1991. Anak ke empat dari empat bersaudara dari Ayahanda Paino dan Ibunda Poniyem.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1995 masuk Taman Kanak-kanak (TK) Yayasan Pesantren Modern Adnan, Medan. Tamat tahun 1996.
2. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pesantren Modern Adnan, Medan. Tamat tahun 2003.
3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Panca Budi, Medan. Tamat tahun 2006.
4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Panca Budi, Medan. Tamat tahun 2009.
5. Tahun 2009 masuk Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
7. Bulan Mei 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunian-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga” (Studi Kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. M. Jufri M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Para Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda tercinta Paino dan Ibunda Poniyem serta kakak Ira Anggraini dan abang saya Dirja Novian dan Nanang Kurniawan yang telah mendukung, mendoakan, menasehati, menemani dan membantu penulis dalam melakukan penilitian.
(6)
7. Teman-teman seperjuangan yaitu Agribisnis stambuk 2009 yang telah memberikan banyak pelajaran, pengalaman hidup baik secara akademik, moral, maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 06 September 2013
(7)
DAFTAR ISI
RINGKASAN……… i
RIWAYAT HIDUP……… ii
KATA PENGANTAR……… iii
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN………. xi
PENDAHULUAN Latar Belakang……… 1
Identifikasi Masalah……… 4
Tujuan Penelitian………. 5
Kegunaan Penelitian……… 5
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka………. 6
Landasan Teori……… 7
Kerangka Pemikiran……… 11
Hipotesis Penelitian………. 14
MOTODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian……….. 15
Metode Penentuan Sampel……… 18
Metode Pengumpulan Data……….. 18
Metode Analisi Data……… 19
Definisi……… 20
Batasan Operasional……… 22
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGERAJIN SAMPEL Deskrisi Daerah Penelitian………. 23
Luas dan Letak Geografis……….. 23
(8)
Pemerintahan Desa……… 24
Keadaan Penduduk………. 25
Sarana Pendidikan……… 31
Karakteristik Pengerajin Sampel……….. 31
Umur……… 31
Pendidikan……… 32
Jumlah Tanggungan……….. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Sapu Ijuk………. 34
Pengumpulan Bahan... 34
Pemilihan dan Penguraian Serat Ijuk... 35
Pengikatan Serat Ijuk Pada Kepala Sapu... 35
Merapikan Kepala Ijuk... 35
Pemasangan Gagang Sapu... 36
Analisis Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Lahan... 37
Tenaga Kerja... 37
Sarana Produksi... 38
Alat-alat Pendukung... 40
Produksi dan Penerimaan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 42
Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 43
Analisis Kelayakan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 43
Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk... 45
Total Pendapatan Keluarga... 46
Pola Pemasaran Sapu Ijuk... 52
Penyerapan Tenaga Kerja Lokal... 53
Faktor Yang Menyebabkan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Berkembang di Daerah Penilitian... 53
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 54
(9)
Saran Kepada Pengerajin Sapu Ijuk... 54 Saran Kepada Pemerintah... 55 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya... 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten
Deli Serdang, 2012………..…. 3
2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sinembah, 2012………....…. 4
3. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa, 2012……...……… 16
4. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan Industri Di Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Kelompok Industri, 2012.……… 17
5. Penggunaan Lahan Di Desa Medan Sinembah, 2012…...…... 24
6. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Umur, 2012………...……….………..….. 27
7. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Tingkat Pendidikan, 2012...………. 29
8. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Mata Pencaharian, 2012……...………... 30
9. Sarana Pendidikan Di Desa Medan Sinembah, 2012...………. 31
10.Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Medan Sinembah... 32
(11)
12.Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim
Produksi...….……… 42 13.Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi
...………. 43 14.Analisis Kelayakan Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi...… 44 15.Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi..…… 46 16.Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim
Produksi ...…...………. 47 17.Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim
Produksi...………. 48 18.Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim
Produksi ...…….……… 49 19.Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim
Produksi...………. 50 20.Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani
Per Bulan...…….……… 50 21.Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu
Ijuk...…...……… 51 22.Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk... 51 23.Kontribusi Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Terhadap
(12)
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran………. 13
2. Pohon Aren……… 34
3. Serat Ijuk Yang Telah Dipilih……… 35
4. Pembuatan Kepala Sapu……… 35
5. Kepala Sapu Ijuk……… 36
6. Sapu Ijuk Yang Telah Jadi………. 36
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian
2. Uraian Upah Tenaga Kerja Industri Sapu Ijuk Per Bulan Di Daerah Penelitian 3. Jumlah Bahan Dalam Industri Sapu Ijuk Per Bulan di Daerah Penelitian 4. Harga Bahan Industri Sapu Ijuk Per Bulan di Daerah Penelitian
5. Penggunaan dan Penyusutan Alat-Alat Pada Industri Sapu Ijuk
6. Total Biaya Produksi Per Bulan Industri Sapu Ijuk di Daerah Penelitian 7. Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk di Daerah Penelitian
8. Perhitungan Jumlah Dan Harga Input Pada Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian
9. Jumlah Dan Harga Output Pada Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian
10.Total Biaya Produksi Rata-rata Pembibitan Sapi Potong Per Musim Produksi di Daerah Penelitian
11.Jumlah Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi Potong Per Musim Produsi di Daerah Penelitian
12.Distribusi Biaya Produksi Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi di Daerah Penelitian
13. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian
(14)
15.Kontribusi Pendapatan Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian.
(15)
RINGKASAN
ERWINSYAH (090304141), dengan judul “ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan pengerajin sapu ijuk, menganalisis penyediaan input dan produksi, menganalisis pengolahan dan pemasaran, persentase kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga, masalah dan upaya yang ditemukan dalam industri rumah tangga sapu ijuk. Sampel diambil dengan metode “Simple Random Sampling” dengan jumlah populasi 36 pengerajin sapu ijuk, sampel penelitian adalah sebanyak 30 pengerajin sapu ijuk. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan komponen biaya produksi sapu ijuk terbesar di daerah penelitian ialah biaya bahan dengan persentase sebesar 88,95. Total pendapatan rata-rata pengerajin sebesar Rp 14.489.794,-/Bulan. Kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk dikatagorikan besar dikarenakan memiliki persentase rata-rata diatas 50 %. Pemasaran sapu ijuk tersebar di dalam kota maupun di luar kota seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh, dilakukan dalam waktu 1 kali dalam 2 minggu. Banyaknya ketersediaan tenaga kerja wanita membuat industri rumah tangga sapu ijuk berkembang di daerah penelitian. Masalah yang ditemukan dalam industri sapu ijuk yaitu tidak ada lembaga yang menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas sapu ijuk sehingga harga sapu dibeli murah oleh pengumpul dan persaingan terhadap sapu plastik. Upaya yang dilakukan ialah membuat suatu organisasi perkumpulan para pengerajin sapu ijuk untuk menetapkan (HET), sehingga pengerajin yang tidak terjun langsung ke pemasaran tidak terlalu dirugikan kemudian meningkatkan penampilan dan kualitas untuk lebih menarik para konsumen.
Kata kunci: Analisis Pendapatan, Kontribusi Pendapatan, Ketersediaan Tenaga Kerja
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada negara-negara berkembang pada umumnya. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada dasarnya adalah usaha-usaha yang dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan baik materil maupun spiritual. Salah satu pembentukan pembangunan itu ialah pembangunan industri. Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan juga dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat (Mudrajad, 2003).
Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani. Pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunya lahan pertanian, mengakibatkan sempitnya penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan semakin terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan industri kecil atau industri rumah tangga yang ada di pedesaan
(Mubyarto, 2001).
Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek
(17)
perubahan ekonomi. Fokus perhatian pembangunan sektor ekonomi dirasa perlu diberikan pada subsektor industri kecil dan kerajinan yang memiliki potensi dan peranan penting. Keberadaanya yang sebagian besar terletak di pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dan kerajinan ini memberikan sumbangan bagi daerah dan masyarakat (Tambunan, 1999).
Industri kecil mencakup semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar atau barang setengah jadi atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Peran industri kecil akan semakin penting apabila di sektor pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usahatani, keadaan ini akan menjadi suatu alternative untuk memilih industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil (Basril, 2002).
Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan industri besar (Mubyarto, 2001).
Ada banyak Industri kecil dan menengah yang berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia, utamanya di Sumatera Utara, seperti di kabupaten Deli Serdang, di mana industri tersebut mampu memberikan lapangan pekerjaan
(18)
dan memberikan pendapatan kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang, 2012
Jenis Unit Jumlah Nilai Kapasitas Nilai No Komoditi Usaha Tenaga Investasi Produksi Produksi
(Unit) (Orang) (Rp) (Rp)
1 Kerupuk Opak 41 398 320.400 2.625 Ton 6.635.000 2 Sapu Ijuk 73 410 236.000 1.215.000 5.467.000
Batang
3 Meubel Kayu 16 340 172.000 10.100 Unit 2.020.000 4 Emping 204 391 49.050 156 Ton 2.808.000 5 Keramik 12 89 374.500 600 Unit 985.000
Gerabah
6 Sabut Kelapa 3 76 489.000 240 Ton 1.440.000 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang 2013
Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di pedesaan dan usaha pemerataan karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih murah dibandingkan dengan industri besar (Syamsiah, 1991).
Industri Kecil dan menengah juga menjadi andalan di wilayah pedesaan di Sumatera Utara seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:
(19)
Tabel 2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sinembah, 2012
Industri Kecil dan Jumlah Jumlah Jumlah No Menengah (Unit) Kegiatan Pengurus
(Unit) (Kelompok) 1 Industri Kerajinan Sapu ijuk 36 1 0 2 Industri Alat rumah tangga 1 2 2 3 Industri Material Bahan dan bangunan 1 0 0 4 Industri Alat Pertanian 2 0 0 5 Industri Makanan 2 1 6 6 Rumah makan dan Restoran 2 1 1 Sumber: Kantor Kepala Desa 2013
Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat yang tinggal di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang berada dalam sektor industri kecil dan menengah. Dari tabel 2 diatas juga dapat dilihat bahwa sektor industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk menjadi industri rumah tangga utama di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?
2. Berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?
3. Bagaimana pola pemasaran sapu ijuk di daerah penelitian?
4. Bagaimana kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal di daerah penelitian?
(20)
5. Apa faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pola pemasaran sapu ijuk di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan usaha sapu ijuk untuk meningkatkan pendapatan pengerajin sapu ijuk.
2. Sebagai bahan informasi atau referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi yang memerlukan.
3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
(21)
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA
PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya kalau serat ini sangatlah istimewa dibanding dengan serat lainnya. Serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) memiliki banyak keistimewaan, diantaranya, tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun, tahan terhadap asam dan garam air laut dan mencegah penembusan rayap tanah (Arengabroom, 2009).
Serat-serat ijuk yang dihasilkan oleh pohon aren (Arenga pinnata Merr) dapat dipanen setelah pohon tersebut berusia 5 tahun dan secara tradisional sering digunakan sebagai bahan pembungkus kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan rayap. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air dan sulit dicerna oleh organisme perusak. Ijuk tumbuh berlapis-lapis di bagian atas pohon aren, selapis ijuk tumbuh dalam kurun waktu empat bulan. Idealnya panen ijuk dilakukan dilakukan sekali dalam setahun, yakini pada saat lapisannya berjumlah tiga (Arengabroom, 2009).
Proses pembuatan sapu ijuk sebenarnya tidaklah sulit dan terbilang cukup sederhana dengan menggunakan alat-alat yang sederhana pula. Serat ijuk yang didapatkan dari hasil pertanian ekstraktif dari desa sekitar dipilih dan dibersihkan agar mudah diurai. Ijuk yang sudah dibersihkan kemudian dibentuk dan dipasang secara horizontal di plastik yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga
(22)
menjadikannya sebagai kepala sapu, kemudian di rapikan dengan cara di sisir dengan sisir khusus yang terbuat dari kawat yang tebal, hal ini diakukan agar serat ijuk menjadi lurus dan rapi sebelum dipotong ujung-ujungnya untuk meratakan permukaan sapunya sehingga dapat membersihkan lantai secara maksimal. Setelah kepala sapu selesai, langkah berikutnya adalah dengan pemasangan gagang sapu yang terbuat dari kayu yang telah disiapkan lalu kepala sapu pun di kemas dengan bungkus pelastik dengan merk tertentu yang tertera pada plastiknya. Jadilah sebuah sapu yang siap dipasarkan dan dipakai.
Landasan Teori
Sektor pertanian mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya. (Soekartawi, 2000).
Biaya Produksi
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1994).
(23)
Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
a) Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.
b) Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi.
c) Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variable. (Soekartawi, 1995).
Penerimaan
Menurut Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang.
Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut (Daniel, 2004). Sedangkan menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat dilihat seperti:
(24)
TR = P.Q Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity) P : Harga (Price)
Pendapatan
Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Di tambahkan oleh Mosher (1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.
Menurut Aukley (1983), pendapatan seseorang individu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu.
Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: a) Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga
dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun.
b) Pendapatan bersih usahatani. Merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
(25)
Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh.
Pemasaran
Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktfitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produsen sampai ke konsumen.
Menurut Soekartawi (1993) pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen, aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Sedangkan menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau pemasaran diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.
Ditambahkan oleh Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal demikian tergantung dari macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud dengan saluran pemasaran adalah suaatu jalur
(26)
yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan sampai akhirnya ke tangan konsumen.
Menurut Sihombing (2011) istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata marketing. Kegiatan tataniaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak di dalam bagian ini bersifat statis, menunggu saja dari apa yang dihasilkan produsen untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen.
Tataniaga atau pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut. Menurut Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain. Jadi bisa disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produksen ke konsumen.
Kerangka Pemikiran
Industri pengolahan sapu ijuk merupakan salah satu jenis industri dengan memanfaatkan ijuk sebagai bahan baku utamanya, dimana ijuk tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersil. Usaha pengolahan ijuk adalah suatu kegiatan mengolah ijuk agar dapat memiliki daya guna yang lebih efektif ataupun untuk meningkatkan nilai jual dari ijuk. Usaha industri sapu ijuk yang dilakukan di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan bahan baku yang di peroleh dari serat-serat ijuk yang
(27)
dihasilkan oleh pohon aren (Arenga pinnata Merr). Dimana industri sapu ijuk tersebut dapat menciptakan produk-produk unggulan dari desa tempat penelitian.
Industri pengolahan ijuk dapat menciptakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang ada disekitar tempat pembuatan sapu ijuk. Ketersediaan tenaga kerja khususnya tenaga kerja lokal yang hidup di sekitar area lokasi industri sapu ijuk dapat memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin kelangsungan hidupnya.
Industri sapu ijuk ini sangat memotivasi warga sekitar khususnya kaum ibu-ibu yang kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan dan memilih untuk mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai pengerajin sapu ijuk. Motivasi mereka adalah uang atau pendapatan yang bisa mereka terima yang sangat berpengaruh kontribusinya terhadap pendapatan dalam keluarga.
Total pendapatan keluarga diperoleh dari penjumlahan pendapatan pengerajin sapu ijuk dengan pendapatan dari luar industri sapu ijuk. Untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing sumber pendapatan dapat dihitung dengan perhitungan pendapatan setiap sumber pendapatan dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikali 100 %.
(28)
Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Keterangan:
: Menyatakan hubungan Pendapatan di luar sapu ijuk - Usahatani
- Non usahatani Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Industri Sapu Ijuk
Input Pengerajin
sapu ijuk
Penerimaan
Total Pendapatan Keluarga
Harga Jual
Pendapatan Industri Rumah Tangga Sapu
Ijuk Produksi
Biaya Produksi Pendapatan Non Industri
Sapu Ijuk
Pendapatan Keluarga (Non Industri Sapu Ijuk)
(29)
Hipotesis Penelitian
1. Kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 50%.
(30)
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling (metode pengambilan tempat berdasarkan kriteria tertentu, tujuan tertentu atau disengaja) yaitu menetapkan daerah penelitian di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa di desa ini terdapat banyak industri kecil dan kerajinan terutama kerajinan sapu ijuk serta ketersediaan tenaga kerja yang bekerja menurut kelompok industri kecil dan kerajinan (lihat tabel 3 dan 4).
(31)
Tabel 3. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa, 2012 No Desa/Kelurahan Besar Sedang Kecil Kerajinan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Medan Sinembah - 2 45 23 70
02. Bandar Labuhan - - 6 16 22 03. Bangun Rejo 3 3 6 4 16 04. Aek Pancur - - - - - 05. Naga Timbul - - 3 5 8 06. Lengau Seprang - - 3 44 47 07. Sei Merah - 1 1 - 2 08. Dagang Kerawan - - 1 - 1 09. Tanjung Morawa Pkn - - 5 15 20 10. Tanjung Morawa A 1 2 24 10 37 11. Limau Manis 1 2 26 51 80 12. Ujung Serdang 1 1 8 10 20 13. Bangun Sari 4 14 16 8 42 14. Bangun Sari Baru 1 4 6 10 21 15. Buntu Bedimbar 4 7 15 10 36 16. Telaga Sari 3 3 5 4 15 17. Dagang Kelambir 1 3 3 50 57 18. Tanjung Morawa B 23 22 23 26 94 19. Tanjung Baru 3 2 15 32 52 20. Puden Rejo - - - - - 21. Tanjung Mulia - - 1 - 1 22. Perdamean - - 11 15 26 23. Wonosari - 1 22 12 35 24. Dalu Sepuluh A - - 3 49 56 25. Dalu Sepuluh B - - 3 85 88 26. Penara Kebun - - - 7 7 Jumlah 47 69 251 486 835
(32)
Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Kelompok Industri, 2012
No Desa/Kelurahan Besar Sedang Kecil Kerajinan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Medan Sinembah - 77 426 59 532
02. Bandar Labuhan - - - 26 25 03. Bangun Rejo 498 150 54 23 759 04. Aek Pancur - - - - - 05. Naga Timbul - - 29 25 50 06. Lengau Seprang - - - 66 63 07. Sei Merah - 64 14 - 80 08. Dagang Kerawan - - 19 - 17 09. Tanjung Morawa Pkn - - - 39 38 10. Tanjung Morawa A 1383 146 - 53 1672 11. Limau Manis 407 93 250 255 1004 12. Ujung Serdang 2258 39 - 32 2467 13. Bangun Sari 1838 723 - 40 2746 14. Bangun Sari Baru 211 180 88 39 532 15. Buntu Bedimbar 2262 303 101 53 2861 16. Telaga Sari 1220 70 68 34 1462 17. Dagang Kelambir 430 183 - 111 754 18. Tanjung Morawa B 10779 1260 - 117 12871 19. Tanjung Baru 2027 126 - 208 2482 20. Puden Rejo - - - - - 21. Tanjung Mulia - - - - - 22. Perdamean - - - 46 44 23. Wonosari - 107 - 53 163 24. Dalu Sepuluh A 1454 101 - 104 1749 25. Dalu Sepuluh B - - - 229 220 26. Penara Kebun - - - 41 40 Jumlah 24766 3624 1050 1653 32629
(33)
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Simple Random Sampling. Pengambilan sampel secara random atau acak dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel ditetapkan sebesar 30 orang dari 73 populasi.
Menurut Bailey dalam Hasan (2002) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Gay dalam Hasan (2002) bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan dimana metode deskriptif korelasoinal, minimal sebanyak 30 subjek.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deli Serdang, Badan Pusat Penelitian Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa Medan Sinembah serta literature yang berhubungan dengan penelitian ini.
(34)
Metode Analisis Data
Untuk menganalisis masalah (1) mengenai pendapatan industri pengerajin sapu ijuk digunakan analisis pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable.
Dengan menggunakan rumus: TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total Cost/Total biaya (Rp) FC = Fixed Cost/Biaya tetap (Rp) VC = Variable Cost/Biaya variable (Rp)
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Py.Y Keterangan:
TR = Total Revenue/ Total penerimaan (Rp)
Py = Harga jual (Rp) Y = Jumlah produksi (Batang)
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
Pd = TR – TC Keterangan:
Pd = Pendapatan industri pengerajin/keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue/Total penerimaan (Rp)
(35)
Untuk menganalisis masalah (2) yaitu secara deskriptif. Dengan mengetahui kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian dengan rumus:
Pendapatan pengerajin sapu ijuk
Kontribusi pendapatan = x 100 %
Industri sapu ijuk Total pendapatan keluarga
Keterangan, dengan ketentuan apabila:
Kontribusi pendapatan ≥ 50 % Kontribusi dikatagorikan besar Kontribusi pendapatan ≤ 50 % Kontribusi dikatagorikan rendah
Untuk menganalisis masalah (3), (4) dan (5) mengenai pola pemasaran sapu ijuk, kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal dan faktor - faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Defenisi
1. Ijuk adalah serat alam yang diperoleh dari batang pohon aren (Arenga pinnata
Merr) yang digunakan sebagai bahan dasar sapu ijuk.
(36)
3. Industri sapu ijuk adalah suatu proses pengolahan ijuk sebagai bahan dasarnya yang berasal dari pohon aren untuk kemudian menjadi sapu.
4. Produksi sapu ijuk adalah hasil produksi yang diperoleh dalam sekali proses produksi yang dihitung dalam satuan batang.
5. Harga jual adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen kepada
produsen untuk memperoleh sapu ijuk yang dihitung dalam rupiah.
6. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pengerajin untuk
memperoleh faktor-faktor produksi sapu ijuk yang dihitung dalam rupiah.
7. Kontribusi adalah segala bentuk sumbangan tindakan atau pemikiran yang
bertujuan untuk mewujudkan keinginan bersama.
8. Kesempatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau
seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan tenaga kerja mereka dan jika mereka berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.
9. Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja untuk mengelola usahatani.
10.Pendapatan industri sapu ijuk adalah hasil yang diperoleh dari penjualan
produksi sapu ijuk yang diukur dalam rupiah
11.Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah
dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun.
12.Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam Rp/ton per tahun.
(37)
Batasan Operasional
1. Sampel adalah industri pengolahan ijuk di Desa Medan Sinembah, Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.
3. Daerah penelitian adalah Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang. 4. Komoditi penelitian adalah sapu ijuk.
(38)
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PENGERAJIN SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Letak Geografis
Daerah penelitian memiliki luas wilayah sebesar 356 Ha. Jarak Desa Medan Sinembah ke Ibu Kota Kecamatan 7,5 Km, jarak ke Ibu Kota Kabupaten/ Kota 19 Km, jarak ke Ibu Kota Provinsi 19 Km.
Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tadukan Raga Kecamatan STM Hilir.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Labuhan Kecamatan Tanjung Morawa.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa.
b. Jenis Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan pemanfaatan suatu lahan oleh masyarakat yang terbagi-bagi atas beberapa bentuk kebutuhan hidup dalam skala luas sebagai bentuk interaksi manusia terhadap lahan. Jenis penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada table 5 berikut:
(39)
Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Desa Medan Sinembah, 2012
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Permukiman 327,26 91,93
2. Persawahan 4,50 1,26
3. Perkebunan 12 3,37
4. Kuburan 2,20 0,62
5. Perkantoran 0,04 0,01
6. Luas Prasarana Umum Lainnya 10 2,81
Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar di daerah penelitian adalah untuk permukiman yang memiliki persentase sebesar 91,93 %. Sedangkan lahan untuk perkantoran memiliki persentase yang terendah yaitu 0,01 %.
c. Pemerintahan Desa
Daerah penelitian dipimpin oleh seorang kepala desa yang bertugas dalam megorganisasi struktur pemerintahan desa yang bertujuan membantu kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada pemerintahan pusat. Dalam menjalankan kegiatannya, kepala desa dibantu oleh seorang sekretaris desa, 3 orang kaur (kepala urusan), dan seorang bendahara desa.
(40)
d. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, karena penduduk mempunyai peran penting sebagai tenaga kerja dan penggerak pembangunan desa. Bila jumlah penduduk sedikit maka sumber daya alam yang tersedia tidak akan berfungsi dengan baik sesuai keberadaannya.
Berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Medan Sinembah tahun 2012 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Medan Sinembah berjumlah 7.320 jiwa terdiri dari 1.653 kepala keluarga dengan rincian laki-laki 3.672 jiwa dan perempuan 3.648 jiwa. Data jumlah penduduk tersebut dikomposisikan menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, suku dan agama.
i. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data statistik Desa Medan Sinembah tahun 2012 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Medan Sinembah berjumlah 7.320 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3.672 jiwa (50,16 %) dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 3.648 jiwa (49,84 %). Dengan demikian sex rasionya adalah jumlah penduduk laki-laki dibagi dengan jumlah penduduk perempuan dan dikalikan 100 % sehingga diperoleh hasilnya sebesar 101. Hal ini berarti setiap 100 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan maka terdapat 101 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki.
ii. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk berdasarkan umur menunjukan angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang termasuk kelompok usia produktif dan non-produktif. Penduduk usia produktif atau usia kerja yaitu penduduk yang berusia antara 15-64 tahun dan yang tergolong dalam usia non
(41)
-produktif yaitu penduduk yang berusia antara 0-14 tahun yang merupakan usia rendah atau belum bekerja dan 65 tahun yang merupakan usia lanjut.
Dengan mengetahui jumlah golongan umur ini, dapat diketahui besarnya angka ketergantungan yaitu jumlah rata-rata tanggungan bagi setiap orang usia kerja (15-64 tahun). Dengan demikian dapat dilihat gambaran suatu daerah dengan tersedianya jumlah usia produktif atau usia kerja dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Jika jumlah usia produktif atau usia kerja lebih besar dari pada usia non-produktif maka angka ketergantungan terhadap daerah akan rendah dan jika jumlah usia non-produktif lebih besar dari usia produtif maka angka ketergantungan terhadap daerah akan tinggi. Kemudian dari angka ketergantungan itu akan menentukan apakah suatu daerah tergolong ke dalam daerah berkembang atau belum berkembang. Adapun komposisi penduduk menurut umur di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
(42)
Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Umur, 2012 No. Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0-4 653 8,92
2. 5-9 777 10,62
3. 10-14 821 11,22
4. 15-19 711 9,71
5. 20-24 695 9,50
6. 25-29 642 8,77
7. 30-34 631 8,62
8. 35-39 591 8,07
9. 40-44 569 7,77
10. 45-49 449 6,13
11. 50-54 319 4,36
12. 55-59 198 2,70
13. 60-64 98 1,34
14. > 65 166 2,27
Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013
Tabel 6 menunjukan bahwa penduduk usia produktif adalah penduduk yang terlibat secara aktif dalam kegiatan ekonomi yaitu usia 15-64 tahun sebanyak 4,903 jiwa (66,97 %) dari seluruh jumlah penduduk di daerah penelitian. Sedangkan penduduk usia non-produktif yaitu usia 0-14 tahun dan di atas 64 tahun sebanyak 2.417 jiwa (33,03 %) dari seluruh jumlah penduduk di daerah penelitian. Penduduk non-produktif adalah penduduk yang tidak terlibat secara aktif dalan kegiatan ekonomi.
Dari tabel 6 dapat diketahui besarnya angka ketergantungan (dependency ratio) adalah jumlah rata-rata tanggungan bagi setiap orang usia produktif yang diperoleh dari perbandingan antara jumlah penduduk usia non-produktif dengan
(43)
usia produktif. Depedency ratio dihitung dengan cara menjumlahkan usia non -produktif (0-14 tahun ditambah 65 tahun ke atas) dibagi dengan usia -produktif (15-64 tahun) dikali dengan 100 %, maka hasil yang diperoleh adalah 49 yang artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non-produktif. iii. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya da dalam bidang peningkatan kesejahteraan dan beban mental yang tradisional menjadi mental yang seutuhnya yaitu mental pembangunan yang bersifat aktif dan kreatif.
Suatu daerah akan menjadi daerah maju jika terdapat penduduk yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat diwujudkan melalui pendidikan. Di daerah penelitian memiliki komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
(44)
Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Tingkat Pendidikan, 2012
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. TK 292 4,00
2. SD 1377 18,81 3. SMP/Sederajat 1705 23,29 4. SMA/Sederajat 3448 47,10 5. Perguruan Tinggi 192 2,62 6. Belum/Tidak Menempuh Pendidikan 306 4,18 Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013
Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan yang tertinggi di Desa Medan Sinembah ialah 47,10 % yaitu pada tingkat pendidikan SMA, dan yang terendah ada pada perguruan tinggi dengan persentase 2,62 %.
iv. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Penduduk Desa Medan Sinembah umumnya bersifat heterogen sehingga dapat menimbulkan berbagai aktivitan dan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini penduduk Desa Medan Sinembah tidak terfokus pada satu mata pencaharian saja melainkan berbagai bentuk mata pencaharian yaitu seperti PNS, karyawan, petani, buruh tani, peternak, pengerajin industry, pedagang, perawat, pembantu rumah tangga, TNI, Polri, pensiunan PNS/TNI/POLRI, pengusaha kecil dan menengah, penjaga keamanan (satpam), tukang bangunan, supir dan lainnya. Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut mata pencaharian di daerah penelitian dapat dilihat pada table 8 berikut:
(45)
Tabel 8. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. PNS 93 1,27
2. Karyawan 417 5,70
3. Petani 146 1,99
4. Buruh Tani 490 6,69
5. Pengerajin Industri 38 0,52
6. Pedagang 26 0,36
7. Peternak 106 1,45
8. Bidan 14 0,19
9. Perawat 5 0,07
10. Pembantu Rumah Tangga 27 0,37
11. TNI 6 0,08
12. POLRI 10 0,14
13. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 16 0,22
14. Pengusaha Kecil dan Menengah 307 4,19
15. Dukun Kampung 4 0,05
16. Tukang Listrik 8 0,11
17. Tukang Las 10 0,14
18. Perias Pengantin 6 0,08
19. Tukang Pangkas 10 0,14
20. Supir 69 0,94
21. Tukang Becak 70 0,96
22. Lainnya 5.433 74,22
Jumlah 7.320 100,00 Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013
(46)
e. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak pada zaman modern seperti saat ini. Tumbuh dan berkembangnya suatu daerah erat hubungannya dengan tingkat pendidikan yang terdapat di saerah tersebut. Untuk mencapai daerah yang maju dan berkembang dibutuhkan sarana dan prasarana belajar mengajar guna meningkatkan kualitas dan mutu sumber daya manusia. Ditinjau dari sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian dapat diketahui pada table 9 berikut:
Tabel 9. Sarana Pendidikan Di Desa Medan Sinembah No. Sarana Pendidikan Unit
1. Play Group 3
2. TK 4
3. SD 3
4. SMP 2
5. SMA 1
Jumlah 13
Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013
Karakteristik Pengerajin Sampel
Karakteristik petani adalah cirri-ciri yang sangat memperngaruhi aktifitasnya sehari-hari. Karakteristik petani sampel meliputi umur, lama pendidikan dan jumlah tanggungan.
a. Umur
Umur adalah usia petani sampel yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukannya penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Responden pada daerah
(47)
penelitian ini berjumlah 30 orang berstatus sebagai pengusaha atau pengerajin sapu ijuk. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka diketahui usia responden yang dapat dilihat pada table 10 berikut:
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Medan Sinembah No. Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 20 - 29 1 3,33
2. 30 – 39 6 20,00
3. 40 – 49 16 53,33
4. 50 – 59 7 23,33
5. > 60 0 0 Jumlah 30 99,99 % Sumber: Data diolah dari lampiran 1
Tabel 10 menunjukan distribusi responden menurut kelompok umur pada umumnya berada pada usia produktif. Dari kelompok umur tersebut dapat dilihat persentase paling besar berada pada usia 40-49 tahun dengan persentase sebesar 53 %, sedangkan yang terendah ada pada usia 20-29 tahun yaitu dengan persentase sebesar 3 %.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah lamanya proses belajar pada tingkatan tertentu yang ditempuh oleh petani sampel di bangku sekolah yang dinyatakan dengan tahun. Pendidikan yang ditempuh petani sampel yaitu dari SD sampai perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di daerah penelitian, dapat dilihat tingkat pendidikan responden pada table 11 berikut:
(48)
Tabel 11. Distribusi Responden Di Desa Medan Sinembah
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1. SD 7 23,33
2. SMP 15 50,00
3. SMA 6 20,00
4. STM/SMK 2 6,66 Jumlah 30 99,99 % Sumber: Data diolah dari lampiran 1
Dari table 11 dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh petani sampel di daerah penelitian adalah SMP/Sederajat dengan persentase sebesar 50 % sedangkan di tingkat SMA/STM/SMK mempunyai persentase sebesar 26,66 %.
c. Jumlah tanggungan
Jumlah tanggungan adalah semua orang yang berada di dalam keluarga atau rumah tangga dan ditanggung oleh kepala keluarga yang dinyatakan oleh jiwa. Jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian yaitu dari 0 – 5 jiwa dengan rata-rata 3 jiwa per satu sampel.
(49)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pembuatan Sapu Ijuk
Dalam pembuatan sapu ijuk ini dibutuhkan tingkat kesabaran dan ketelitian dari pengerajin sapu ijuk agar menghasilkan kualitas yang baik dan bermutu dengan tahapan pekerjaan yang teratur dan berlanjut. Adapun teknik pembuatan sapu ijuk di daerah penelitian meliputi:
1. Pengumpulan Bahan
Bahan baku sapu ijuk berasal dari serat ijuk yang dipanen secara ekstraktif dari pohon aren (Arenga pinnata Merr). Selain air niranya yang bisa diambil untuk dijadikan gila merah, lapisan luar dari pohon ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sapu ijuk. Serat ijuk yang dikenal kuat dan tahan terhadap serangan raya menjadikan serat ijuk sebagai bahan baku utama untuk membuat sapu ijuk. Bahan baku ini di dapat dari daerah sekitar dan juga dari luar desa.
(50)
2. Pemilihan dan Penguraian Serat Ijuk
Setelah serat ijuk terkumpul, lalu akan ada pemilihaan atau penguraian serat ijuk (sortasi). Hal ini dilakukan untuk memisahkan serat ijuk yang kurang bermutu dan memilih serat ijuk yang berkualitas baik yang akan dijadikan sebagai bahan baku sapu ijuk.
3. Pengikatan Serat Ijuk Pada Kepala Sapu
Ijuk yang sudah dibersihkan kemudian dibentuk dan dipasang secara horizontal di plastik yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikannya sebagai kepala sapu.
4. Merapikan Kepala Ijuk Setelah ijuk terpasang pada kepala sapu, ijuk disisir dengan penyisir khusus yang bentuknya sama dengan penyisir rambut tetapi jarum-jarumnya menggunakan kawat tebal sehingga dapat menyisir serat ijuk yang tebal, lalu dilakukan pemotongan pada ujung-ujung ijuk hal ini guna mendapatkan ujung ijuk yang rata agar dapat membersihkan permukaan
Gambar 3: Serat ijuk yang telah
(51)
lantai dan digunakan dapat dengan baik. Setelah kepala sapu sudah selesai, terlihat seperti gambar 4 di samping.
5. Pemasangan Gagang Sapu
Setelah kepala sapu ijuk telah selesai lalu langkah berikutnya ialah pemasangan gagang sapu yang terbuat dari kayu yang telah disiapkan, kayu-kayu tersebut pun
dilapisi dengan pelastik berbagai warna agar menambah kesan atau daya tarik pembeli, lalu kepala sapu pun di kemas dengan bungkus pelastik dengan merk tertentu yang tertera pada plastiknya. Jadilah sebuah sapu yang siap dipasarkan dan dipakai. Gambar 5: Kepala sapu ijuk.
(52)
Analisis Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk 1. Lahan
Ketersediaan lahan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usaha. Demikian juga dalam industri pengerajin sapu ijuk. Status kepemilikan lahan untuk menjalankan usaha sapu ijuk pada 30 sampel di daerah semuanya milik sendiri. Adapun iuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus dibayar sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata sebesar Rp 150.000/Tahun.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha, kerena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan usaha tersebut. Dalam industri sapu ijuk di daerah penelitian, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang berasal dari penduduk yang tinggal di daerah penelitian dibayar dengan hitungan per gagang sapu yang telah diselesaikannya, 1 gagang sapu diberikan upah Rp 800,/orang. Untuk tenaga kerja laki-laki biasanya mampu menghasilkan 75 batang sapu ijuk/hari, dengan upah rata-ratanya sebesar Rp 60.000,-/hari, untuk tenaga kerja perempuan mampu menyelesaikan 65 batang sapu ijuk/hari dengan upah rata-rata perharinya Rp 52.000,-, sedangkan untuk anak-anak hanya mampu menghasilkan 40 batang sapu ijuk/hari dengan upah rata-rata Rp 32.000,-/hari. Tenaga Kerja bekerja 30 hari sebulan, sedangkan anak-anak biasanya melakukan pembuatan sapu ijuk hanya pada saat setelah pulang sekolah atau mengisi waktu liburan sekolah. Rata-rata produksi yaitu 60 batang sapu per orang.
3. Sarana Produksi a. Ijuk
(53)
Ijuk digunakan sebagai bahan dasar dari pembuatan sapu ijuk yang berasal dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) dan biaya yang harus dikeluarkan sampel untuk mendapatkan ijuk Rp 6000/Kg. Penggunaan ijuk terbanyak pada sampel di daerah penelitian yaitu mencapai 16.200 Kg/bulan dengan total biaya Rp 97.200.000/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 2.700 Kg/bulan dengan total biaya Rp 16.200.000/Bulan.
b. Pelastik Tapak Sapu/Pelastik Kepala Sapu
Tapak sapu plastik digunakan sebagai tempat pengikat ijuk-ijuk yang pada akhirnya dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kepala sapu. Sampel di daerah penelitian membeli pelastik tapak sapu ini dengan harga Rp 1.500/Buah. Penggunaan pelastik tapak sapu oleh pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian terbanyak yaitu dengan jumlah 32.400 Buah/Bulan dengan total biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 48.600.000/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 5.400 tapak sapu/Bulan dengan total biaya Rp 8.100.000/Bulan.
c. Rotan Gagang Sapu
Rotan ini digunakan sebagai gagang untuk memegang sapu yang kira-kira memiliki panjang 150 cm. Harga rotan ini Rp 1.500/Batang. Untuk pemakaian terbanyak pada sampel di daerah penelitian yaitu mencapai 32.400 batang/Bulan dengan total biaya Rp 48.600.000/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 5.400 batang/Bulan dengan total biaya Rp 8.100.000/Bulan.
(54)
d. Tali Nilon
Tali nilon digunakan sebagai alat untuk mengikat serat ijuk ke tapak sapu/pelastik kepala sapu agar lebih kuat dan tahan lama. Pengerajin sapu ijuk membelinya dala hitungan kilogram dengan harga Rp 40.000/Kg. Penggunaan terbanyak tali nilon sebagai pengikat ijuk ke kepala sapu pada sampel di daerah penelitian yang paling tinggi adalah sebanyak 19 Kg nilon/Bulan dengan biaya sebesar Rp 760.000/Bulan dan yang terendah adalah sebesar 3,2 Kg nilon/Bulan dengan biaya sebesar Rp 128.000/Bulan.
e. Pelastik Merk
Pelastik digunakan untuk membalut kepala sapu agar terlihat rapih dan cantik dan juga agak kepala sapu tidak rusak saat dipasarkan. Untuk harga yang harus dikeluarkan oleh sampel di daerah penelitian yaitu Rp 400/Buah. Penggunaan terbanyak oleh sampel yaitu sebesar 32.400 buah/Bulan dengan total biaya Rp 12.960.000/Bulan dan yang terendah adalah 12.600 buah/Bulan dengan total biaya Rp 5.040.000/Bulan.
f. Paku
Paku digunakan sebagai penguat ikatan antara gagang sapu dengan topi sapu. Agar topi sapu menempel lebih kuat pada gagang kayu atau rotan, topi sapu harus dipaku ke rotan atau gagang kayu. Penggunaan paku dihitung dalam satuan kotak, satu kotak Rp 8.000,-. Pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian yang terbanyak menggunakan paku adalah sebanyak 130 kotak dengan biaya Rp 1.040.000,-/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 22 kotak dengan biaya Rp 520.000,-/Bulan.
(55)
g. Tali Plastik
Tali pelastik digunakan untuk mengikat sapu-sapu yang telah selesai dan siap dipasarkan agar mudah dibawa-bawa dan membuat ikatan pada ujung gagang sapu agar sapu dapat digantungkan atau dipajang di kedai-kedai. Harga tali pelastik ialah Rp 3.500/Gulung. Penggunaan tali pelastik pada sampel di daerah penelitian terbanyak ialah 129 gulung dengan total biaya Rp 451.500,-/Bulan, sedangkan yang terendah ialah sebanyak 22 gulung dengan biaya Rp 176.500,-/Bulan.
h. Topi Sapu
Topi sapu merupakan bahan untuk penutup ujung gagang sapu agar terlihat lebih rapi. Topi sapu juga memiliki kegunaan untuk menyangkutkan sapu pada paku di dinding. Harga yang dikeluarkan sampel untuk mendapat topi sapu ialah Rp 800,-/Buah. Penggunaan terbanyak oleh sampel yaitu sebesar 32.400 buah dengan biaya sebesarRp 25.920.000,-, sedangkan yang terendah berjumlah 5.400 buah dengan biaya sebesar Rp 4.320.000,-.
4. Alat-Alat Pendukung
Alat-alat pendukung adalah sarana yang sangat penting dalam usaha industri sapu ijuk. Alat-alat yang digunakan pada industri sapu ijuk adalah penyisir ijuk yang dapat dibeli di toko alat dan bahan bangunan.
4.1Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya alat-alat yang dikeluarkan pada suatu industri pengerajin sapu ijuk selama satu kali musim produksi, dimana alat-alat tersebut masih dapat digunakan untuk industri pengerajin sapu ijuk selanjutnya. Biaya
(56)
penyusutan dapat dihitung dari pembagian nilai pembelian alat dengan umur tahan pakai.
Adapun alat yang digunakan dalam industri sapu ijuk ialah penyisir ijuk dan parang pemotong ijuk. Harga sisir ijuk Rp 15.000/Buah dan harga parang pemotong ijuk ialah Rp 45.000/Buah. Umur ekonomis dari penyisir ijuk adalah 2 tahun dan parang pemotong ijuk ialah 2,5 tahun dengan periode musim produksi 1 bulan. Adapun biaya penyusustan dari alat yang digunakan pada sampel pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian ialah yang terbesar adalah Rp 38.250,-/Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 19 buah dan parang pemotong ijuk 19 buah, sedangkan yang terendah mempunyai biaya penyusutan alat sebesar Rp 6.375,-/Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 3 buah dan parang pemotong ijuk sebanyak 3 buah.
4.2 Biaya Pengangkutan/Pemasaran
Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan pengerajin sapu ijuk dalam proses pengangkutan dan pemasaran ke berbagai daerah tujuan pemasaran seperti ke pasar-pasar kota medan, kisaran, siantar dan sampai ke aceh. Hanya ada 2 sampel yang memasarkan sampai ke luar kota, sisanya hanya menjual kepada pedagang pengumpul sapu ijuk dan hanya menjual di pasar-pasar tradisisonal di sekitar daerah penelitian dan pasar-pasar di kota Medan. Untuk biaya transportasi atau pemasaran sampel di daerah penelitian yang memasarkan sampai keluar kota memerlukan biaya sebesar Rp 500.000,- sampai dengan Rp 700.000,-/Minggu yang berarti jika dihitung per bulan adalah Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp 2.800.000,-/Bulan, sedangkan untuk pengerajin bersekala kecil hanya
(57)
memasarkan ke sekitar daerah pembuatan dan pasar-pasar tradisional di kota Medan dengan biaya Rp 100.000,-/Minggu atau Rp 400.000,-/Bulan.
Produksi dan Penerimaan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk
Produksi ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Adapun produksi sapu ijuk di daerah penelitian terbagi menjadi produksi besar, sedang dan kecil.
Tabel 12. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi
No. Jenis Jumlah
Produksi Produksi Penerimaan (Rp) Perentase (%) (Batang)
1. Besar 32.400 298.080.000 63,71 2. Sedang 10.140 91.044.000 22,76 3. Kecil 5.400 48.600.000 13,52 Total 47.880 437.724.000 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 7
Dari table 7dapat dikemukakan bahwa penerimaan industri sapu ijuk terbesar di Desa Medan Sinembah adalah penerimaan dari produksi berskala besar yaitu dengan persentase sebesar 63,71 %, menyusul produksi sedang dengan persentase 22,76 % dan yang produksi kecil dengan persentase 13,52 %.
(58)
Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk
Pendapatan bersih industri sapu ijuk adalah total penerimaan industri sapu ijuk dikurang dengan total biaya produksi industri sapu ijuk. Besarnya pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 13. Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)
1. Total Penerimaan 91.004.000
2. Total Biaya Produksi 78.426.206
Pendapatan Bersih Industri Sapu Ijuk 12.617.794 Sumber: Data diolah dari lampiran 7
Dari tabel 13 dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah sebesar Rp 12.617.794,-/Pengerajin.
Analisis Kelayakan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk
Untuk melihat apakah industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah layak diusahakan atau tidak, maka dapat dilihat dari analisis kelayakan usaha seperti tertera pada tabel berikut.
(59)
Tabel 14. Analisis Kelayakan Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi
No. Uraian Satuan Per Pengerajin
1. Total Biaya Rupiah 78.426.206
2. Total Produksi Batang 10.140
3. Harga Jual Rp/Batang 9.013
4. Total Penerimaan Rupiah 91.004.000
R/C Ratio - 1,16
BEP Volume Produksi Batang 8.701 BEP Harga Produksi Rp/Kg 7.734 Sumber: Data diolah dari lampiran 7
Dari tabel 14 menunjukan bahwa perhitungan BEP (Break Event Point) volume produksi diperoleh yaitu sebesar 8.701 Batang/Pengerajin, sedangkan volume produksi sapu ijuk di daerah penelitian telah mlebihi titik impas yaitu sebesar 10.140 Batang/Pengerajin. Perhitungan BEP (Break Event Point) harga produksi diperoleh yaitu sebesar RP 7.734/Batang, sedangkan harga jual sapu ijuk di daerah penelitian telah melebihi titik impas yaitu sebesar Rp 9.013/Batang. Untuk lebih jelasnya, kurva BEP (Break Event Point) industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah dapat dilihat pada gambar 6 berikut.
(60)
Harga (Rupiah)
Untung 9.013
BEP 7.734
Rugi
Produksi (Batang)
8.701 10.140
Gambar 7: Kurva Break Event Point (BEP) Industri Sapu Ijuk
Dari kurva BEP industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dikemukakakn bahwa industri sapu ijuk mengalami keuntungan yaitu pada saat volume produksi di atas 8.701 batang dan harga di atas Rp 7.734/Batang. Untuk perhitungan R/C ratio diperoleh yaitu sebesar 1,16 yang artinya setiap biaya Rp 1,- yang dikeluarkan pengerajin akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,16,- atau dengan kata lain R/C ratio industri sapu ijuk > 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri sapu ijuk adalah layak untuk diusahakan.
Pendapatan Pengerajin Industri Sapu Ijuk
Pendapatan pengerajin sapu ijuk adalah pendapatan bersih industri sapu ijuk ditambah dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Pendapatan rata-rata pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
(61)
Tabel 15. Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi
No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)
1. Pendapatan Bersih Industri Sapu ijuk 12.617.794
2. Nilai TKDK 1.872.000
Pendapatan Pengerajin 14.489.794
Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 7
Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa pendapatan industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi adalah sebesar Rp 14.489.794,-/Pengerajin.
Total Pendapatan Keluarga
Sumber pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian selain dari usaha sapu ijuk adalah dari usahatani (berternak lembu dan ikan) dan non usahatani (penjaga keamanan, wiraswasta, becak motor dan pekerja bangunan). 1. Usahatani Pembibitan Sapi
Usaha pembibitan sapi di desa penelitian dihitung selama 1 musim produksi yaitu lamanya waktu usahatani untuk menghasilkan anak sapi adalah 15 bulan (9 bulan masa mengandung dan anak sapi yang sudah bisa dijual berumur 6 bulan). Sapi yang dibibitkan berjenis Simental/Limousine. Ada 4 sampel pengerajin sapu ijuk yang mengusahakan pembibitan sapi simental di daerah penelitian untuk menambah pendapatan keluarga. Biaya produksi rata-rata pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
(62)
Tabel 16. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim Produksi
No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel
1. Suntik Pembibitan 292.500 1,53
2. Biaya Obat-obatan 63.000 0,33
3. Tenaga Kerja 18.000.000 94,07 Total Biaya Variabel 18.355.500 95,93 B. Biaya Tetap
4. Penyusutan Alat dan kandang 590.219 3,08
5. Sewa Lahan/PBB 187.500 0,98
Total Biaya Tetap 777.719 4,06
Total Biaya Produksi 19.133.219 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 10
Dari tabel 16 dapat dikemukakan bahwa komponen biaya produksi terbesar pada usahatani pembibitan sapi jenis simental di daerah penelitian adalah biaya tenaga kerja yaitu 94,07 %, lalu biaya penyusutan alat dan kandang memiliki persentase sebesar 3,08 %, suntik pembibitan dengan persentase sebesar 1,53 %, kemudian biaya sewa lahan atau pembayaran PBB dengan persentase sebesar 0,98 %. Sedangkan komponen biaya produksi yang memiliki persentase paling rendah ialah biaya obat-obatan dengan persentase sebesar 0,33 %. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani pembibitan sapi berjenis simental selama 1 musim produksi (15 bulan) adalah sebesar Rp 19.133.219,-/Petani.
Selanjutnya pendapatan rata-rata petani pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
(63)
Tabel 17. Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim Produksi
No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)
1. Pendapatan Bersih Pembibitan Sapi 1.991,663
2. Penjualan Kotoran Sapi 594.000
3. Nilai TKDK 18.000.000
Pendapatan Petani 20.585.663 Sumber: Data diolah dari lampiran 11
Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani pembibitan sapi jenis simental di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (15 Bulan) adalah sebesar Rp 20.585.663,-/Petani, sehingga jika Rp 20.585.663 dibagi 15 bulan maka pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi simental di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.372.377,-/Petani. Nilai TKDK sebesar Rp 18.000.000,- di dapat dari upah bekerja sebesar Rp 1.200.000,-/Bulan, sehingga jika dikalikan per satu musim produksi (15 Bulan) maka total upah TKDK adalah Rp 18.000.000,-/Musim Produksi.
2. Usahatani Budidaya Ikan Lele
Usahatani budidaya ikan lele dianalisis selama 1 musim produksi, lamanya waktu usahatani untuk menganalisis produksi ikan lele ialah 4 bulan dalam 1 musim produksi. Jenis lele yang diusahakan di daerah penelitian adalah lele sangkuriang dengan panjang bibit lele sekitar 5-7 cm. Adapun biaya produksi rata-rata bidudaya ikan lele di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel berikut.
(64)
Tabel 18. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi
No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel
1. Harga Bibit 851.785 11,45
2. Biaya Obat-obatan 60.000 0,80
3. Tenaga Kerja 3.200.000 43,01 4. Biaya Pakan 3.109.859 41,79 Total Biaya Variabel 7.221.664 97,05 B. Biaya Tetap
5. Penyusutan Alat dan kolam 164.673 2,21
6. Sewa Lahan/PBB 54.342 0,73
Total Biaya Tetap 219.015 2,94
Total Biaya Produksi 7.440.679 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 12
Dari tabel 18 dapat dikemukakan bahwa komponen biaya produksi terbesar pada usahatani budidaya ikan lele jenis sangkuriang di Desa Medan Sinembah adalah biaya tenaga kerja dengan persentase sebesar 43,01 %, lalu biaya pakan lele memiliki persentase sebesar 41,79 %, biaya pembelian bibit lele mempunyai persentase sebesar 11,45 %, biaya penyusutan alat dan kolam memiliki persentase sebesar 2,21 %, kemudian biaya sewa lahan atau pembayaran PBB dengan persentase sebesar 0,73 %. Sedangkan komponen biaya produksi yang memiliki persentase paling rendah ialah biaya obat-obatan dengan persentase sebesar 0,80 %. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani budidaya ikan lele selama 1 musim produksi (4 bulan) adalah sebesar Rp 7.440.679,-/Petani. Selanjutnya pendapatan rata-rata petani pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
(65)
Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi
No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)
1. Pendapatan Bersih Budidaya Lele 3.479.424
2. Nilai TKDK 3.200.000
Pendapatan Petani 6.679.424
Sumber: Data diolah dari lampiran 13
Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani budidaya ikan lele di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (4 Bulan) adalah sebesar Rp 6.679.424,-/Petani, sehingga jika Rp 6.679.424,- dibagi 4 bulan maka pendapatan petani dari usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.669.856,-/Petani.
3. Non usahatani
Pendapatan non usahatani adalah pendapatan yang diperoleh pengerajin sapu ijuk dari usaha lain yang bukan termasuk ke dalam pertanian. Pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non usaha tani dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 20. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani Per Bulan
No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)
1. Wiraswasta 1.500.000 – 10.000.000
2. Jasa Angkutan Umum/Transportasi 2.000.000
3. Penjaga Keamanan 1.500.000
4. Pekerja Bangunan 1.800.000
Pendapatan Rata-rata 1.410.000 Sumber: Data diolah dari lampiran 14
(66)
Adapun pendapatan rata-rata pengerajin dari non usahatani selama 1 bulan adalah Rp 1.410.000,-/Pengerajin.
Besarnya pendapatan pengerajin dari non usahatani selama 1 musim produksi (1 bulan) dapat dilihat pada tabel 21 berikut.
Tabel 21. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu Ijuk No. Uraian Per Pengerajin Persentase
(Rupiah) (%) 1. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 29,20 2. Non Usahatani 1.410.000 70,79 Pendapatan Rata-rata 1.991.893 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 15
Dari tabel 21 dapat dikemukakan bahwa sumber pendapatan petani terbesar dari non industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah dari pendapatan non usahatani dengan memiliki persentase sebesar 72,48 %, sedangkan pendapatan dari usahatani memiliki persentase sebesar 27,50 %. Dengan demikian pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non industri sapu ijuk selama sebulan adalah Rp
1.944.893,-/Pengerajin.
Tabel 22. Total Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk
No. Uraian Per Pengerajin
(Rupiah)
1. Industri Sapu Ijuk 14.489.794
2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 3. Non Usahatani 1.410.000 Total Pendapatan Rata-rata 16.481.458 Sumber: Data diolah dari lampiran 15
(1)
Lampiran 12. Distribusi Biaya Produksi Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi di Daerah Penelitian
No. Sampel
Luas Kolam
(M²)
Harga Bibit (Rp/ekor)
Total Jumlah Bibit (Ekor)
Biaya Pakan (Rp) Penggunaan Tenaga Kerja
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 TKDK TKLK
1. 48 125 7.200 780.000 800.000 858.000 848.000 1 -
2. - - - -
3. - - - -
4. - - - - -
5. - - - -
6. - - - -
7. - - - -
8. 24 125 3.600 390.000 400.000 429.000 424.000 1 -
9. - - - -
10. 65 125 9.750 1.056.250 1.083.333 1.161.875 1.148.333 1 -
11. - - - -
12. - - - -
13. 40 125 6.000 650.000 666.000 715.000 706.000 1 -
14. - - - -
15. - - - -
16. - - - -
17. - - - -
18. - - - -
19. - - - -
20. - - - -
21. - - - -
22. 48 125 7.200 780.000 800.000 858.000 848.000 1 -
23. - - - -
24. 48 125 7.200 780.000 800.000 858.000 848.000 1 -
25. - - - -
26. - - - -
27. - - - -
28. - - - -
29. - - - -
30. 45 125 6.750 731.250 750.000 804.375 795.000 1 -
Total 342 1000 51.300 5.167.500 5.299.333 5.684.250 5.167.333 8
Rata-rata 42,75 125 6.412 738.214 757.047 812.035 802.476 1
(2)
Sambungan Lampiran 12
No. Sampel
Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-Alat Per Musim Produksi
Selang Ember Jaringan Kolam
Unit (meter)
Biaya (Rp)
Umur Pakai
Penyusu tan (Rp)
Unit Biaya (Rp)
Umur Pakai
Penyusut an (Rp)
Un it
Biaya (Rp)
Umur Pakai
Penyusuta n (Rp)
Biaya Umur Pakai
Penyusuta n (Rp)
1. 15 37.500 3 thn 4.166 6 150.000 2,5 thn 20.000 3 45.000 2,5 thn 6000 1.200.000 3 thn 133.333
2. - - - -
3. -
4. - - - -
5. - - - -
6. - - - -
7. - - - -
8. 10 25.000 3 thn 2.777 4 100.000 2,5 thn 13.333 3 45.000 2,5 thn 6.000 600.000 3 thn 66.666 9.
10. 15 37.500 3thn 2.777 8 200.000 2,5 thn 26.666 5 75.000 2,5 thn 10.000 1.625.000 3 thn 180.555
11. - - - -
12. - - - -
13. 10 25.000 3 thn 2.777 5 125.000 2,5 thn 16.666 3 45.000 2,5 thn 6.000 1.000.000 3 thn 111.000
14. - - - -
15. - - - -
16. - - - -
17. - - - -
18. - - - -
19. - - - -
20. - - - -
21. - - - -
22. 10 25.000. 3 thn 2.777 4 100.000 2,5 thn 13.333 3 45.000 2,5 thn 6.000 1.200.000 3 thn 133.333
23. - - - -
24. 8 20.000 3 thn 2.222 5 125.000 2,5 thn 16.666 3 45.000 2,5 thn 6.000 1.200.000 3 thn 133.333
25. - - - -
26. - - - -
27.
28. - - - -
29.
30. 10 25.000 3 thn 2.777 5 125.000 2,5 thn 16.666 4 60.000 2,5 thn 8.000 1.125.000 3 thn 125.000
Total 78 195.000 20.273 925.000 123.330 360.000 48.000 7.950.000 883.220
(3)
Sambungan Lampiran 12
No. Sampel
Luas Kolam
(M²)
Total Harga Bibit
(Rp)
Penyusutan Alat dan Kolam
(Rp)
Sewa Lahan/PBB
(Rp)
Upah Tenaga Kerja
(Rp)
Biaya Pakan (Rp)
Obat-obatan (Rp)
Total Biaya Produksi
(Rp)
1. 48 900.000 163.499 64.000 3.200.000 3.286.000 60.000 7.673.499
2. - - - -
3. - - - -
4. - - - - -
5. - - - -
6. - - - -
7. - - - -
8. 24 450.000 66.666 50.000 3.200.000 1.643.000 60.000 5.469.666
9. - - - -
10. 65 1.218.750 219.998 50.000 3.200.000 4.449.791 60.000 9.198.539
11. - - - -
12. - - - -
13. 40 750.000 136.443 66.400 3.200.000 2.737.000 60.000 6.949.843
14. - - - -
15. - - - -
16. - - - -
17. - - - -
18. - - - -
19. - - - -
20. - - - -
21. - - - -
22. 48 900.000 155.443 50.000 3.200.000 3.286.000 60.000 7.751.443
23. - - - -
24. 48 900.000 158.221 50.000 3.200.000 3.286.000 60.000 7.654.221
25. - - - -
26. - - - -
27. - - - -
28. - - - -
29. - - - -
30. 45 843.750 152.443 50.000 3.200.000 3.080.625 60.000 7.386.818
Total 342 5.962.500 1.152.713 380.400 22.400.000 21.769.016 420.000 52.084.629
Rata-rata 42,75 851.785 164.673 54.342 3.200.000 3.109.859 60.000 7.440.679
(4)
Lampiran 13. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian
No. Sampel
Luas Kolam
(M²)
Jumlah Lele (Ekor) 10% Kematian
Harga Jual/Kg
(Rp)
Total Biaya Produksi
(Rp)
Penerimaan (Rp)
Pendapatan Bersih
(Rp)
Nilai TKDK Pendapatan Petani (Rp)
1. 48 6.480 16.000 7.673.499 11.520.000 3.906.501 3.200.000 7.046.501
2. - - - -
3. - - - -
4. - - - - -
5. - - - -
6. - - - -
7. - - - -
8. 24 3.240 16.000 5.469.666 5.760.000 350.334 3.200.000 3.550.334
9. - - - -
10. 65 8.775 16.000 9.198.539 15.600.000 6.401.461 3.200.000 9.601.461
11. - - - -
12. - - - -
13. 40 5.400 16.000 6.949.843 9.600.000 2.650.157 3.200.000 5.850.157
14. - - - -
15. - - - -
16. - - - -
17. - - - -
18. - - - -
19. - - - -
20. - - - -
21. - - - -
22. 48 6.480 16.000 7.751.443 11.520.000 3.768.557 3.200.000 6.968.557
23. - - - -
24. 48 6.480 16.000 7.654.221 11.520.000 3.865.779 3.200.000 7.065.779
25. - - - -
26. - - - -
27. - - - -
28. - - - -
29. - - - -
30. 45 6.075 16.000 7.386.818 10.800.000 3.413.182 3.200.000 6.674.182
Total 342 42.930 112.000 52.084.629 76.320.000 24.355.971 22.400.000 46.755.968
Rata-rata 42,75 6.132 16.000 7.440.661 10.902.857 3.479.424 3.200.000 6.679.424
(5)
Lampiran 14. Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani Di Daerah Penelitian
No.Sampel
Umur (Tahun)
Pendapatan Per Bulan (Rp)
1. 56 -
2. 47 1.800.000
3. 45 -
4. 48 10.000.000
5. 51 1.500.000
6. 38 1.500.000
7. 45 2.000.000
8. 48 -
9. 57 -
10. 53 -
11. 39 2.000.000
12. 41 1.500.000
13. 40 -
14. 48 2.000.000
15. 40 1.600.000
16. 57 1.800.000
17. 59 1.600.000
18. 43 1.800.000
19. 45 900.000
20. 33 1.500.000
21. 42 1.500.000
22. 35 -
23. 28 4.000.000
24. 47 -
25. 49 1.800.000
26. 40 1.500.000
27. 37 -
28. 44 2.000.000
29. 55 -
30. 39 -
(6)
Lampiran 15.Kontribusi Pendapatan Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian
No. Sampel
Pendapatan Pengerajin Ijuk (Rp) Total Pendapatan Keluarga
(Rp)
Kontribusi (%) Industri Sapu
Ijuk Usahatani Non Usahatani Industri Sapu Ijuk Usahatani Non Usahatani
1. 16.824.150 1.761.625 - 18.585.775 90,52 9,42 -
2. 17.224.150 - 1.800.000 19.024.150 90,54 - 9.46
3. 12.982.875 1.684.214 - 14.667.089 88,51 11,48 -
4. 40.961.050 - 10.000.000 50.961.050 80,37 - 19.62
5. 12.982.875 - 1.500.000 14.482.875 89,64 - 10.35
6. 12.982.875 - 1.500.000 14.482.875 89,64 - 10.35
7. 13.382.875 - 2.000.000 15.382.875 87,00 - 13.00
8. 12.982.875 887.583 - 13.870.458 93,60 6,39 -
9. 15.354.150 1.268.431 - 16.622.581 92,36 7,63 -
10. 10.597.500 1.268.431 - 11.865.931 89,31 10,68 -
11. 13.382.875 - 2.000.000 15.382.875 87,00 - 13.00
12. 12.982.875 - 1.500.000 14.482.875 89,64 - 10.35
13. 19.217.525 1.462.539 - 20.680.064 92,92 7,07 -
14. 15.384.150 - 2.000.000 17.384.150 88,49 - 11.50
15. 12.982.875 - 1.600.000 14.582.875 89,02 - 10.97
16. 10.597.500 - 1.800.000 12.397.500 85,48 - 14.51
17. 15.584.150 - 1.600.000 17.184.150 90,68 - 9.31
18. 13.382.875 - 1.800.000 15.182.875 88,14 - 11.85
19. 12.982.875 - 900.000 13.882.875 93,52 - 6.48
20. 12.982.875 - 1.500.000 14.482.875 89,64 - 10.35
21. 12.982.875 - 1.500.000 14.482.875 89,64 - 10.35
22. 10.597.500 1.742.139 - 12.339.639 85,88 14,11 -
23. 17.716.075 - 4.000.000 21.716.075 81,58 - 18.41
24. 10.597.500 1.766.444 - 12.363.944 83,86 13,97 -
25. 8.603.625 - 1.800.000 10.403.625 82,69 - 17.30
26. 13.382.875 - 1.500.000 14.882.875 89,92 - 10.07
27. 10.597.500 851.866 - 11.449.366 92,55 7,44
28. 16.824.150 - 2.000.000 18.824.150 89,37 - 10.62
29. 12.982.875 1.684.997 - 14.667.872 88,51 11,48 -
30. 12.982.875 1.668.545 - 14.651.420 88,61 11,38 -
Total 434.693.820 16.046.814 42.300.000 493.040.634