33 Dari uraian di atas dapat disimpulkan Gereja adalah persekutuan orang percaya
kepada Yesus Kristus yang dipanggil ke luar untuk memberitakan Kabar Baik bagi semua ciptaan. Kabar Baik yang dimaksud adalah keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
Namun kenyataannya peran perempuan dalam Gereja menghadapi hambatan karena adanya rintangan yang disebabkan pandangan teologis dan budaya serta hal praktis
sebagaimana disebutkan di atas yang mengakar kuat dalam Gereja dan bukan tidak mungkin hal itu juga yang membatasi perempuan sebagai pemimpin Gereja.
Gereja adalah pelaku keadilan sehingga pemahaman-pemahaman yang berkembang tentang posisi perempuan sebagai warga kelas dua, sudah selayaknyalah
ditinjau kembali dengan pemahaman bahwa manusia, laki-laki dan perempuan adalah gambar Allah dan di dalam Kristus kita adalah satu.
Kepemimpinan Gereja menjadi tanggungjawab bersama karena semua orang adalah imam sebagaimana dipahami dalam I Petrus 2: 9. Imamat am orang percaya
memberikan pemahaman bahwa siapa saja, baik laki-laki atau perempuan memiliki tanggungjawab yang sama karena itulah dia disebut dan boleh menjadi pemimpin.
Untuk itulah perempuan dan laki-laki terpanggil secara bersama-sama dan bekerjasama dalam Gereja mewujudkan kesetaraan dan keadilan sehingga keduanya memiliki posisi
yang setara.
B. Teori Feminisme dan Jender
1. Feminisme
Kita tahu bahwa orang zaman dahulu menganggap derajat perempuan rendah. Sebagaimana dikutip oleh John Stott, Plato menganggap nasib malang yang menimpa
34 laki-laki kalau dia berinkarnasi sebagai perempuan. Sedangkan Aristoteles menganggap
perempuan se agai je is pria a g tidak le gkap . Ia e uliska eti a adalah ja ta
yang tidak sempurna, yang secara tidak sengaja dilahirkan demikian akibat kekurangan si a ah atau aki at pe garuh jahat a gi selata a g le
a .
58
Hal yang sama juga ditemukan dalam doa pagi orang Yahudi, seorang pria Yahudi setiap pagi e gu ap s ukur ahwa Allah tidak e iptaka dia se agai seora g kafir,
udak atau seora g wa ita .
59
Dalam sejarah doktrin, perempuan selalu disalahkan dan membawa kepada pencobaan dan mengarahkan suku ke dalam dosa asali. Dalam
hukum Yahudi seorang perempuan bukan suatu pribadi, melainkan suatu benda. Ia tidak mempunyai suatu hak legalpun, ia milik mutlak suaminya, yang boleh diperlakukannya
sesuka hatinya.
60
Dalam faktanya perempuan adalah ciptaan kedua, di luar Adam dan hal tersebut dipakai sebagai bukti memperlakukan perempuan dibawah laki-laki. Juga
dalam pikiran banyak perempuan tidak hanya berbeda dari laki-laki, perempuan adalah subordinasi bahkan dianggap iblis.
61
Sejarah penindasan terhadap kaum perempuan sudah berlangsung begitu lama dan tersebar merata sehingga terasa bahwa sudah tiba saatnya masyarakat yang
didominasi kaum perempuan harus mengoreksi diri. Gerakan feminisme mendapat momentum, khususnya pada tahuan 60-an bertujuan membebaskan baik laki-laki
maupun perempuan dari dominasi kaum laki-laki dan mengangkat pandangan serta
58
John Stott, Isu-Isu Global, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina KasihOMF, 1994, 334.
59
Letty M. Russel, Ed, Feminist Interpretation of the Bible, Philadephia, West minster Press, 1973, 22-23.
60
Letty M. Russel, Ed, Feminist..., 35.
61
Ibid.
35 nilai kaum perempuan ke dalam kesadaran masyarakat agar berkembang suatu
hubungan baru berdasarkan kesamaan tingkat.
62
Feminisme memperjuangkan suatu cara berpikir yang terbuka dan inklusif. Oleh karena itu feminisme merupakan suatu sikap dan keyakinan yang dapat dianut oleh
kaum laki-laki juga. Pada dasarnya teori feminisme tidak bersifat tunggal, namun ada banyak alirannya. Meskipun gerakan feminisme berasal dari analisis dan ideologi yang
berbeda tetapi mempunyai kesamaan tujuan yaitu kepedulian memperjuangkan nasib perempuan. Ada tiga aliran feminisme yang disebut dalam bagian ini yaitu:
a. Aliran Feminisme Liberal
Aliran Feminisme Liberal memahami bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas. Mereka tidak memperlihatkan struktur dan sistem sebagai pokok
persoalan tetapi dalam penekanan dalam diri perempuan itu sendiri. Oleh karena itu mereka mengusulkan dengan cara mempersiapkan perempuan agar bisa bersaing
dalam suatu dunia yang penuh persaingan bebas.
63
Teori Feminisme Liberal bermaksud membebaskan perempuan dari penindasan berdasar jenis kelamin. Untuk itu dianjurkan baik laki-laki maupun perempuan
mengembangkan sifat androgini, yakni dengan mengembangkan karakter maskulin dan feminim dalam dirinya masing-masing.
64
Pemberian hak kepada individu merupakan prioritas tertinggi agar tercipta kesempatan yang lebih adil antara laki-
62
Maria Claire Barth-Frommel, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, Jakarta, BPK-Gunung Mulia, 2003, 9.
63
Mansour Fakih, Analisis Gender, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2010, 80 -83.
64
Dien Sumiyatiningsih, Ringkasan Disertasi Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Jender, Semarang UNS, Program Pasca Sarjana, 2010, 25.
36 laki dan perempuan. Agenda yang diperjuangkan adalah di bidang pendidikan,
politik , kesehatan dan kerja. b.
Aliran Feminisme Radikal Aliran Feminisme Radikal menganggap penyebab penindasan terhadap
perempuan berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkhinya. Peran tubuh dan seksualitas bagi teori ini mempunyai tempat yang
sangat penting. Bagi mereka, patriarkhi adalah dasar dari ideologi penindasan yang merupakan sistem hirarkhi seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior atas
tubuh pribadi perempuan.
65
Dari sini tumbuh sistim patriarkhi yaitu bapa atau laki-laki yang berkuasa. Itu berarti berbagai penindasan sistim patriarkhi yang terjadi dalam ruang pribadiranah
privat, juga merupakan penindasan di bidang publik. Oleh karena itu mereka mengusulkan untuk menuju kepada kesetaraan jender adalah jika ada pengadopsian
pemahaman androgini, menolak kontrol atas tubuh, melakukan penyadaran serta edukasi tentang konsep patriarkhi dan dampaknya.
66
c. Aliran Feminis Sosialis
Feminisme Sosialis dikenal thn 1970-an, aliran ini memahami bahwa penindasan perempuan terjadi di kelas manapun bahkan revolusi sosialis ternyata tidak serta
merta menaikkan posisi perempuan. Feminis Sosialis berpendapat ketidakberhasilan memasukkan perempuan ke dalam masyarakat revolusi di Uni Soviet, Cina dan Kuba
65
Mansour Fakih, Analisis Gender ..., 84-85.
66
Dien Sumiyatiningsih, Ringkasan Disertasi..., 14.
37 membuktikan bahwa revolusi sosialis tidak dengan serta merta membebaskan
perempuan.
67
Menurut Feminisme Sosialis, ketidakadilan bukan akibat dari perbedaan biologis laki-laki
– perempuan tapi lebih karena penilaian dari masyarakat social construction terhadap perbedaan itu.
68
Itu berarti ketidakadilan juga bukan karena kegiatan produksi atau reproduksi dalam masyarakat melainkan karena manisfestasi
ketidakadilan jender yang merupakan konstruksi sosial. Mereka memerangi konstruksi visi dan ideologi masyarakat serta struktur dan sistem yang tidak adil yang
dibangun di atas bias jender. Menurut aliran ini, alienasi perempuan lebih berat karena kehadirannya hanya
sekedar sebagai pelengkap orang lain, bahkan dia sendiri telah kehilangan jati dirinya. Oleh karena itu teori ini menyarankan perempuan harus dapat menemukan
jati dirinya secara utuh sebab penindasan terhadap kaum perempuan dapat diatasi dengan kekuatan dan posisi ekonomi yang baik dari perempuan itu sendiri.
69
Meskipun gerakan feminisme memiliki aliran yang bermacam-macam namun mereka mencoba menggunakan analisis masing-masing yang cocok untuk melihat
keadaan yang sedang dihadapi. Di samping itu mereka memiliki tujuan yang sama yaitu adanya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan.
67
Mansour Fakih, Analisis Gender ..., 90 - 93
68
Ibid, 92.
69
Dien Sumayatiningsih, Risalah Disertasi..., 15.
38
2. Jender