3 Model Pembelajaran Inquiry Menurut Kuslan Stone Dahar 1991 yang dikutip oleh
Saliman hal. 7 mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-
peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah
suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok- kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau
mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara
jelas. 4 Model Pembelajaran Discovery
Menurut Endang Mulyani 2013: 11 model pembelajaran discovery adalah proses pembelajaran yang terjadi bila
peserta didik tidak disajiakan dengan pembelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi
diharapkan peserta
didik mengorganisasi sendiri.
f. Evaluasi Belajar Kurikulum 2013
Menurut Maclcolm, Provus, pencetus Discrepancy Eavaluation yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnapis 2008: 3
mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Sedangkan
menurut Sudaryono 2012: 39 evaluasi berarti menentukan
sampai seberapa jauh sesuatu itu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan
terhadap proses pembelajaran mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh
keduanya dapat dinilai baik. Peran evaluasi sangat menentukan, baik sebagai
komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan. Dengan adanya evaluasi, tingkat pencapaian keberhasilan belajar
siswa akan diketahui. Oleh karena itu, akan diketahui pula proses selanjutnya yang perlu dilakukan dari hasil evaluasi tersebut.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas nilai dan arti pembelajaran
terhadap berbagai
komponen pembelajaran
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran
Zainal Arifin, 2013: 9. Pada kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum KTSP 2006
penilaian hasil belajar menggunakan penilaian melalui tes, yang hanya mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja.
Dalam Kurikulum 2013 akan diterapkan metode penilaian otentik, yaitu penilaian yang tidak hanya mengukur kompetensi
pengetahuan saja, tetapi juga sikap dan keterampilan berdasarkan
proses dan hasil. Berikut ini karakteristik penilaian pada Kurikulum
2013 menurut
Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
1 Mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi.
2 Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam bukan sekedar hafalan.
3 Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa. 4 Menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Portofolio
yaitu penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Menurut
Mulyasa 2015: 148 penilaian portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan,
serta mencangkup
seluruh kompetensi
inti yang
dikembangkan.
Tabel 4. Perbandingan antara Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik
Penilaian Tradisional Penilaian Otentik
Memilihmerespon: Siswa memililh jawaban, menentukan
pilihan, dan menjawab dengan uraian.
Melaksanakan kegiatan: Siswa melakukan aktivitas yang
sesungguhnya sehingga memperoleh pengalaman
belajar.
Dikondisikan: Akavitas siswa dikondisikan sesuai dengan
keinginan penguji, seperti memilih jawaban yang
dikodisikan guru. Kenyataan hidup: Guru menilai
kenyataan yang sesungguhnya siswa lakukan pada kehidupan
nyata dalam waktu pendek.
Mengingat menyatakan: Siswa mengingat atau menyatakan
informasi yang mereka kuasai. Konstruksiaplikasi: Penilaian
otentik memperhatikan siswa menganalisis atau
mengaplikasikan ilmu dalam proses berkreasi, berinovasi
atau mencipta.
Struktur dirancang guru: Siswa perlu berhati-hati untuk
mengembangkan struktur yang guru harapkan, memenuhi target
seperti yang guru inginkan. Struktur prilaku dikembangkan
Siswa: Penilaian otentik memberi ruang kepada siswa
mengembangkan konstruksi sesuai dengan keinginannya
Bukti tidak langsung: Dalam penilaian tradisional melalui tes
pilihan ganda, misalnya, memperoleh bukti kompetensi
siswa tidak langsung Bukti langsung: Dalam
penilaian otentik guru memperoleh bukti langsung
tentang perkembangan kompetensi yang ditunjukkan
siswa secara langsung
Sumber: Mulyasa, 2015 Lebih dari itu, pada tabel 4 menyajikan perbandingan
antara penilaian tradisional pada Kurikulum KTSP 2006 dengan penilaian otentik pada Kurikulum 2013 menurut Jon Mueller
2014 yang telah diterjemahkan. Pada penilaian tradisional peserta didik cenderung dinilai sesuai dengan harapan guru,
sedangkan pada penilaian otentik peserta didik dinilai sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
3. Kesulitan Guru