PERUBAHAN SIKAP BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 WONOSARI KEC AMATAN GADINGREJO KABABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELA J ARAN 2013/2014

(1)

MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V

SD NEGERI 2 WONOSARI

GADINGREJO

PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh

WINDARSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PERUBAHAN SIKAP BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPS

SISWA KELAS V SD NEGERI 2 WONOSARI KECAMATAN GADINGREJO KABABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh WINDARSIH

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas V SD pada mata pelajaran Ilmu Pengathauna Sosial di SD Negeri 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo. Hal ini disbabkan oleh bebrapa faktor diantaranya metode yang digunakan masih menggunakan metode ceramah. Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan sikap belajar da hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPS.

Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang berbentuk siklus. Siklus dibagi menjadi empat tahap, tiap-tiap siklus meliputi: tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo. Hal ini dapat dilihat dari sikap belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan dan pada siklus III sikap positif belajar siswa meningkat secara signifikan.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis adalah seorang wanita yang bernama Windarsih, dilahirkan di Palembang pada tanggal 2 Juni 1958, merupakan putri pertama dari 10 (sepuluh) bersaudara lahir dari pasangan bapak Watimin dan ibu Partiyem. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis diawali pada sekolah dasar negeri 1 Wonosari diselesaikan pada tahun 1970, kemudian dilanjutkan sekolah menengah pertama negeri 1 gadingrejo diselesaikan pada tahun 1973, kemudian melanjutkan ksekolah pendidikan guru negeri 1 tanjung karang diselesaikan tahun 1976. Kemudian pada tahun 2011 penulis mengikuti program S1 PGSD guru dalam jabatan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan akhir ini.

Ku persembahakan laporan akhir ini untuk

Ke dua orang tua tercinta yang telah mendidika dan mendoakan atas keberhasilan ku.

Suami tercinta yang telah mendukung dan mendoakan atas keberhasilan ku. Anak-anak ku tercinta yang telah mendukung serta mendoakan keberhasilan ku.

Sahabat-shaabat ku yang telah mendukung dan mendoakan keberhasilan ku. Teman-teman S1 PGSD terima kasih atas dukungannya.


(9)

MOTO

“Keridhoan Allah SWT itu tergantung

pada keridhoan orang tua dan murka Allah SWT itu tergantung pada murka orang tua”


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori Belajar ... 8

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 8

2.1.2 Teori Belajar Gestalt ... 10

2.1.3 Teori Belajar Behaviorisme ... 12

2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 14

2.2.1 Model Kooperatif STAD ... 15

2.2.2 Pengertian Sikap Belajar ... 20

2.2.3 Hasil Belajar ... 21

2.2.4 Pembelajaran IPS ... 23

2.2.5 Tujuan Pembelajaran IPS ... 23

2.2.6 Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 25

2.2.7 Materi Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28

2.4 Kerangka Pikir ... 29

2.5 Hipotesis ... 31

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian ... 39

3.1.1 Tempat Penelitian ... 39


(11)

3.3 Prosedur Penelitian ... 33

3.4 Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.6 Tehnik Analisis Data ... 40

3.6.1 Analisis Data Perubahan Sikap Belajar ... 41

3.6.2 Ananlisi Data Perubahan Hasil Belajar ... 42

3.7 Uji Hipotesis Tindakan ... 43

3.8 Indikator Keberhasilan ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 54

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 57

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 65

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus III ... 75

4.2 Hasil Ananlisis Ketiga Siklus Tentang Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 86

4.2.1 Sikap Belajar Berdasarkan Sebaran Kategori ... 86

4.2.2 Hasil Belajar Berdasarkan Kategori ... 87

4.3 Uji Hipotesis ... 87

4.4 Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 94

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) ... 96

3. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP I) ... 100

4. Lembar Observasi Kegiatan Siswa (RPP I) Siklus I ... 102

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I) ... 103

6. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP II) ... 107

7. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP II ... 109

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) ... 110

9. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran (RPP I) ... 114

10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP I ... 116

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II) ... 117

12. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP II ... 121

13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 2 ... 123

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus III) ... 124

15. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP I ... 128

16. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 1 ... 130

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus III) ... 131

18. Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran RPP II ... 135

19. Lembar Observasi Kegiatan Siswa RPP 2 ... 137

20. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu .... 138

21. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 139

22. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu .. 140

23. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 141

24. Lembar Onservasi Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu . 142 25. Lembar Onservasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua .. 143

26. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 144

27. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 145

28. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 146

29. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 147

30. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu ... 148

31. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kesatu ... 149

32. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 150

33. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 151

34. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu ... 152

35. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kesatu ... 153

36. Analisis Sikap Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua ... 154

37. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan Kedua ... 155

38. Surat Keterangan Penelitian ... 156

39. Surat Izin Penelitian ... 157


(13)

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 31 2. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 41


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN 2 Wonosari Tahun

Pelajaran 2013/2014 ... 4

3.1 Data Perolehan Hasil Belajar ... 51

3.2 Penilaian Sikap ... 52

3.3 Data Peningkatan Hasil Belajar Per-Siklus ... 52

4.1 Nama-Nama Yang Pernah Menjadi Kepala Sekolah SDN 2 Wonosari ... 54

4.2 Nama-Nama Guru SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu ... 55

4.3 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu ... 56

4.4 Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPS SDN 2 Wonosari Tahun Pelajraan 2013/2014 ... 57

4.5 Kategori Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kesatu ... 60

4.6 Sebaran Hasil Belajar Nilai IPS Siklus I Pertemuan Kesatu ... 60

4.7 Kategori Sikap Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 63

4.8 Sebaran Hasil Belajar Nilai IPS Siklus I Pertemuan Kedua ... 64

4.9 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Peristiwa Disekitar Proklamasi Siklus II Pertemuan Kesatu ... 68

4.10 Sebaran Hasil Belajar IPS Siklus II Pertemuan Kesatu ... 69

4.11 Kategori Sikap Belajar Siswa Pembelajaran Perjuangan Bersenjata Siklus II Pertemuan Kedua ... 73

4.12 Sebaran Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Perjuangan Bersenjata Siklus II Pertemuan Kedua ... 74

4.13 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kesatu ... 78

4.14 Sebaran Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kesatu ... 79

4.15 Kategori Sikap Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kedua ... 83

4.16 Sebaran Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Perjuangan Deplomasi Siklus III Pertemuan Kedua ... 84

4.17 Rata-rata Sikap Belajar Berdasarkan Sebaran Kategori ... 86

4.18 Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Kategori ... 87

4.19 Nilai Rata-rata Sikap Belajar dan Hasil belajar setiap siswa pada setiap siklus ... 87


(16)

4.20 Hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaranm IPS kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan GAdingrejo Kabupaten Pringsewu ... 88 4.21 Tabel Kerja untuk mencari korelasi serial ... 88


(17)

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah serta karunia-Nya sehingga tugas akhir ini yang berjudul” Perubahan Sikap Belajar Dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat penulis diselesaikan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si Selaku Dekan FKIP UNILA

2. Bapak Dr. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 3. Bapak Dr.H. Darsono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD dalam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan sekaligus sebagai pembahas. 4. Bapak Dr. H.M. Thoha B.S Jaya, M.S selaku Pembimbing atas kesabaran dan

masukannya kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah dengan sabar mengajar di Program Studi S-1 dalam jabatan yang telah memberikan ilmunya.

6. Bapak Kepala Sekolah SDN 2 Wonosari yang memberikan izin dan bantuan selama penelitian

7. Suami dan anak-anak ku tercinta yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi serta doanya

8. Bapak dan Ibu guru SDN 2 Wonosari

9. Teman-teman seperjuangan S-1 dalam jabatan yang telah memberikan motivasi dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhit ini.


(18)

Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab II Pasal 4 menjelaskan bahwa “kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional”. Sebagai agen pembelajaran, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yaitu pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna bagi pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik (siswa). Tugas seorang guru salah satunya yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan karena mutu hasil pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Pada pelaksanaan pembelajaran guru


(20)

2

pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul. Untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang unggul, salah satunya dengan mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara aktif.

Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar, menekankan pada proses belajar siswa, bukan pada proses pembelajaran itu sendiri. Misalnya terdapat seorang guru yang menginginkan agar siswanya memahami suatu konsep. Hal yang harus dilakukan oleh guru bukan dengan mengajarkan konsep tersebut, akan tetapi mendorong keaktifan siswa untuk belajar melalui suatu kegiatan tertentu sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep tersebut. Ketika siswa sudah dapat menemukan sendiri konsep yang diajarkan oleh gurunya, maka siswa dapat dengan mudah mengikuti pembelajaran, dan hal demikian tentu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.Di sekolah dasar terdapat berbagai macam mata pelajaran di antaranya adalah matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, agama, PKn, dan muatan lokal (bahasa Inggris, bahasa Lampung). Dari berbagai mata pelajaran yang ada, terdapat salah satu mata pelajaran yang mempunyai nilai strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia unggul yang di dalamnya terdapat materi yang dapat mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, peradaban dunia, menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia, mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.


(21)

Mata pelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut yakni Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pada prakteknya di dalam proses pembelajaran, terkadang hal tersebut belum bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan karena adanya hambatan yang ada. Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan.Dalam proses pembelajaran ketika peneliti melakukan observasi terlihat bahwa guru masih mendesain siswa untuk mengingat dan menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah guru adalah sumber utama pengetahuan atau biasa disebut dengan teacher center dimana pembelajaran berpusat pada guru saja. Teknik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang monoton dan pasif tersebut dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPS yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa. Seperti halnya pada SD Negeri 2 Wonosari, dari pengalaman peneliti pada saat melakukan observasi ditemukan bahwa sebagian guru terlihat belum menyampaikan materi IPS dengan menggunakan metode yang menarik, menantang, menyenangkan dan sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa pada saat pembelajaran dan peneliti juga menemukan bahwa hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPS masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 65. Pada observasi tersebut dapat dilihat bahwa 25%(5 siswa) tuntas dan 75% (15 siswa) belum tuntas dengan nilai rata-rata 53 serta nilai tertingginya yaitu 73 dan


(22)

4

nilai terendah yaitu 32. Hasil belajar tersebut lebih dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN 2 Wonosari Tahun Pelajaran 2013/2014

No Interval Nilai Jumlah Siswa

1 76 –100 -

2 51 –75 5

3 26 –50 15

4 ≤ 25 -

Jumlah 20

Berdasarkan tabel 1.1 hanya 5 siswa yang tuntas ( 25%) dan 15 siswa (75%) belum tuntas. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penilaian tindakan kelas (PTK) yang penulis beri judul Perubahan sikap Belajar dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V (lima) SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang teridentifikasi dalam proses pembelajaran antara lain:


(23)

2. Alat peraga jarang digunakan dalam mata pelajaran IPS

3. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa bersikap pasif

4. Kurangnya minat belajar siswa karena model pembelajaran tidak menyenangkan

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu “ Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

Maka dari itu permasalahan yang diajukan adalah :

1. Bagaimanakah meningkatkan sikap positif dalam belajar siswa mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran STAD di kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran STAD?

3. Bagaimana hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014?


(24)

6

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk mengetahui perubahan sikap belajar siswa dalam mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD di di kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan gadingrejo kabupaten pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD di di kelas V (lima) SDN 2 Wonosari kecamatan gadingrejo kabupaten pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sangat besar sekali manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah.


(25)

a. Meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Model pembelajaran STAD menjadikan siswa lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran IPS

2. Bagi Guru

a. Model pembelajaran STAD menjadi alternatif yang dapat digunakan/diterapkan di kelas V untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan kompetensi professional guru dalam proses pembelajaran

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.


(26)

8

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Teori Belajar

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran peserta didik. Artinya bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan hal tersebut, Tasker (1992:30), mengemukakan 3 penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut: Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, ke dua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksinan secara bermakna, ketiga adalah mengkaitkan antara gagasan dengan informasi yang diterima.

Sedangkan konsep dasar belajar dalam teori humanisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar peserta didik tidak merasa dikecawakan. Apabila peserta didik merasa upaya pemenuhan kebutuhannya terabaikan


(27)

maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.

Sedangkan teori kognitivisme mengacu pada wacana pisikologi kognitif dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan proses mental dan struktur ingatan atau kogtition dalam sikap belajar belajar cognition memperoleh mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang (Long-term-memory).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar menurut teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan (konstruktivisme, kognitivisme, humanisme) hendaknya menjadi pertimbangan guru dalam menerapkan rancangan pembelajaran dikelas. Hal ini disebabkan karena masing-masing teori belajar tersebut memiliki sudut pandang yang khas dalam menjelaskan pengertian dan hakikat belajar dan pembelajaran masing-masing saling melengkapi dan memiliki dampak pedagogis yang relatif sama.

Oleh karena itu proses merupakan kegiatan yang melibatkan keseluruhan potensi psikis peserta didik, maka pembelajaran yang mendidik harus berpusat pada peserta didik sesuai dengan karakteristik masing-masing keaktifan peserta didik harus diutamakan dalam proses pembelajaran. Peserta didik perlu didorong untuk memiliki keberanian mengemukakan pendapat, karena pada prinsipnya peserta didik mempunyai kemampuan.


(28)

10

Dalam hubungan dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam kelompok membentuk lingkungan sosial. Menurut Ischak, dkk (2005: 1.36), IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi social yaitu praktis, interdisipliner dan dianjurkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

1.1.1 Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai arti sebagi bentuk atau konfiguri, pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek tertentu akan dipandang suatu keseluruhan yang terorganisasikan.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:

a. Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan merangsang dalam prilaku dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemmapuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa

b. Pembelajaran yang bermakna (maening ful leraning) kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta


(29)

didik hendaknya meiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus respon tetapi ada kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari sebagi arah sikap belajar dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d. Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan peserta didik.

e. Transper dalam belajar ; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu kesituasi yang lain. Menurut pandanagn Gestalt, transper belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian dengan terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dan suatu konvigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam konvigurasi lain dalam tata susunannya yang tepat. Juga menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (Generalisasi) Transper belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah dalam


(30)

12

situasi lain. Oleh karena itu guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip dan materi yang diajarkannya.

1.1.2 Teori Belajar Behaviorisme

Pada prinsipnya teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu banyak ragamnya baik sifat amupun jenisnya, karena itu tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan seorang anak bengkok karena jatuh dari sepada motor, maka perubahan seperti itu tidak dapat dikategorikan sebagi perubahan tingkah laku ranah belajar, atas kebijakan yang demikian maka karakteristik perubahan tingkah laku dalam belajar, menurut Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang (1989) dan FKIP Universitas Lampung (2010 :1.12) mencakup hal-hal seperti dikutip berikut ini :

a. Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadinya perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya

c. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian


(31)

makin banyak usaha belajar dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin dan sebagainya tidak dapat dikategorikan sebagai perubahan dalam arti belajar, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan di capai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar di sadari.

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika individu belajar sesuatu sebagai hasilnya mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan


(32)

14

pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan,


(33)

tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (1995: 4) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup dalam pemahaman masing-masing.

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok. Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar.Dari beberapa definisi yang


(34)

16

dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995,4) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Wisenbaken (Slavin, 1995,4) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

a. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama”;

b. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;

c. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;


(35)

d. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;

e. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;

f. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar;

g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yangditangani dalam kelompok kooperatif.

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.


(36)

18

(diunduh http://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf April 2014)

2.2.1 Model Kooperatif STAD

Model pembelajaran STAD dikemvbangkan oleh Robert E Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Guru yang menerapakan pembelajaran STAD mengacu pada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik. Pembelajarn tipe STAD adalah tipe model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 5 sampai 8 orang bersifat hiterogin (Agus Suyatna dalam Modul 26,2010, PAIKEM, PLPG, FKIP UNILA). Pelaksanaan pembelajaran STAD menurut Slavin (1995:71) disusun dalam langkah-langkah berikut:

a. Presentasi kelas oleh guru

b. Membentuk kelompok yang anggotanya hiterogin c. Kegiatan kelompok atau diskusi

d. Mengadakan Quis/tes e. Meningkatkan poin siswa f. Penghargaan kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah diatsa komponen utama model pembelajaran STAD adalah presentasi kelas atau pembelajaran kelas, pembentuka kelompk, kegiatan kelompok, Quiz/tes, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok. Pembelajaran model STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya yang merupakan komponen kegiatan paling penting hal ini karena


(37)

STAD sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dalam pembimbingan antar anggota kelompok sebagai satu kesatuan untuk mencapai yang terbaik.

Sedangkan menurut Eggen dalam bukunya (1996:289) dalam melaksanakan pembelajaran STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:

a. Pembelajaran (Instruktion)

b. Membentuk kelompok (Trantition to Teams)

c. Belajar kelompok dan pengawasan (Teams Studi and Monitoring) d. Quis/tes

e. Poin peningkatan individu f. Penghargaan kelompok

Model pembelajaarn STAD menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan dan kemampuan penerapan konsep, prinsip, pensamarataan, peraturan-peraturan dan penyediaan buku praktek. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini bertindak sebagai fasilitator. Guru berperan sebagai pemberi simulasi, pembimbing kegiatan siswa atau menentukan araah tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa.

2.2.2 Pengertian Sikap Belajar

Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau sikap belajar, akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap


(38)

20

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Sama seperti perkembangan yang lainnya, perkembangan sikap juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.

1) Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Kebudayaan. menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. 3) Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap

konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4) Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan


(39)

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersiapkan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

b. Pengertian Disiplin

Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu dengan pengetahuan, sikap, dan prilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang


(40)

22

dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik dirumah maupun disekolah.

Berdisiplin disini sangatlah penting bagi siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki beberapa mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik. Disiplin tersebut akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda dimulai dari lingkungan keluarga melalui pendidikan yang tertanam sejak usia muda yang semakin lama semakin menyatu dalam dirinya dengan bertambahnya usia. Sehingga dalam hal ini dalam pendidikan khususnya di dalam sekolah disiplin harus bisa diterapkan kepada para siswa tentu saja dengan proses dan cara penerapan serta pembinaan yang berlanjut yang menjadikan siswa mempunyai kedisiplinan dalam dunia sekolah yang berlaku dalam dunia pendidikan.

Untuk lebih memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa para ahli :

1. Disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib, aturan yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Dari pengertian disiplin diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud disiplin dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajibannya secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun dirumah.


(41)

Berdisiplin sangat penting bagi setiap siswa. Karena dengan berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara bersikap dan juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik.

1) Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004) dalam buku peran disiplin pada prilaku dan prestasi siswa yaitu :

a) Menata Kehidupan Bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dengan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.

b) Membangun Kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya di pengaruhi oleh faktor lingkungan, disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk kedalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

c) Melatih Kepribadian

Sikap, prilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib teratur dan patuh perlu dibiasakan dan di latih.

d) Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah / Lembaga Pondok Pesantren yang berdisiplin sangat baik, maka dengan


(42)

24

terpaksa siswa tersebut harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah / Lembaga Pondok Pesantren tersebut.

e) Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.

f) Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif

Disiplin sekolah / Lembaga Ponpes berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah / Lembaga Ponpes sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

2.2.3 Hasil Belajar

Menurut Daryanto dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar (1999:100) ada tiga ranah yang menjadi sasaran daalm evaluasi hasil belajar yaitu ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotor. Namun dlam penelitian ini hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif saja. Masih Menurut Daryanto (1999:100-101) aspek kognitif dibedakan enam jenjang diantaranya:

a. Pengetahuan b. Pemahaman c. Penerapan d. Analisis e. Sintesis


(43)

Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengatahuan, pemahan, penerapan, analisi, dan sistesis siswa yang dievaluasi disetiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalan bentuk hasil belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3-4) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi siwa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar.

Hasil belajar dari satu sisi berkat tindakan guru suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah atau kemampuan melompat setelah latihan, menurut Dimyati (2002:4-5). Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar.

Menurut Mulyono dalam bukunya Kemampuan hasil belajar (1999:37) Hasil belajar adalah hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang menetap. Anak yang bethasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes. Hasil belajar sangat berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa. Seorang siswa dikatakan tuntas jika hasil belajar yang diperolehnya mencapai batas ketuntasan yang


(44)

26

ditetapkan masing-maisng satuan pendidikan. Dalam hal ini pada SDN 2 Wonosari memperoleh skor 63. Pada KTSP ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetendi dasar berkisar antara (0-100%) dimana kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator sebesar 75%.

2.2.4 Pembelajaran IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihataspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahandi lingkungan sekitarnya.


(45)

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

2.2.5 Tujuan Pembelajaran IPS

Hakikat tujuan mata pelajaran IPS menurut (Chapin, J.R, Messick, R.G. 1992: 5) dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang. b. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk mencari

dan mengolah/ memproses informasi.

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/ berperan serta dalam kehidupan sosial.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial


(46)

28

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Adapun National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai organisasi para ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini merumuskan tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial yaitu mengembangakan siswa untuk menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk humaniora dan sains.

Kedua tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi,saling berhubungan dan saling melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti Pengembangan Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pemgetahuan Sosial Di SD mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga negara demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan didukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.


(47)

Beberapa pengertian tentang IPS seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah,antropologi, dan psikologi untukdiajarkan pada jenjang pendidikan. Definisi kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah dikemukan di atas di gabung menjadi satu pengertian makapembelajaran IPS adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu-isusosial dan kewarganegaraan untukdiajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan efisien.

2.2.6 Fungsi Pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial dan masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. Untuk melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar fungsi dan peranan mata pelajaran IPS. Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack (Winataputra, 2008) diantaranya yaitu:

a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS. c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode


(48)

30

d. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.

e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

g. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

Fungsi pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah untuk menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, mengembangkan daya kreatif dan inovatif siswa serta memberi bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

2.2.7 Materi Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar

Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

1. Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

a. Perjuang melawan Belanda sebelum abad XX - Indonesia dibawah kekuasaan VOC - Perlawanan terhadap VOC

- Indonesia dibawah kekuasaan pemerintah Belanda. b. Tokoh-tokoh pergerakan nasional

- Tokoh Budi Utomo - Tokoh Indische Pratij (IP)


(49)

- Tokoh perhimpunan Indonesia - Tokoh partai nasional Indonesia - Tokoh pergerakan wanita - Tokoh sumpah pemuda.

c. Tokoh pejuang melawan penjajah Jepang - Tokoh organisasi pusat tenaga rakyat - Tokoh barisan pelopor

- Tokoh Pembela Tanah Air (PETA)

- Tokoh perjuangan melalui gerakan bawah tanah - Tokoh perjuangan melalui perlawanan bersenjata.

2. Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

a. Persiapan melalui badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.

b. Persiapan melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia

3. Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. a. Peristiwa di sekitar proklamasi.

b. Penyebaran berita proklamasi dan pembentukan negara kesatuan republik Indonesia.

4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. a. Perjuangan bensenjata

- Perlawanan di Surabaya

- Pertempuran lima hari di Semarang - Bandung lautan api


(50)

32

- Pertempuran Ambarawa - Perintiwa Bali puputan - Pertempuran Medan area - Peristiwa di Kalimantan - Peristiwa di Aceh - Peristiwa di Sulawesi. b. Perjuangan deplomasi

- Perundingan linggar jati dan agresi militer I - Perundingan renfil dan agresi militer II

- Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. c. Tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

- Jenderal Sudirman - Bung Tomo

- Sri Sultan Hamengkubuwono IX - Mr. Syarifuddin Prawiranegara - Muhammad Roem.


(51)

2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai penerapan model kooperatif tipe STAD telah banyak dilakukan, di antaranya:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Irawati Eka Safitri (2009) dengan judul Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran kimia untuk peserta didik kelas X semester 2 SMAN I Pacitan.Hasil dari penelitian penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kelas kontrol.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Puspitasari (2007), yang hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar kimia peserta didik dan juga dapat motivasi belajar kimia peserta didik kelas XI semester 1 di SMA Negeri 9 Yogyakarta pada tahun ajaran 2006/2007.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Siwi Nugraheni (2007) menemukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan di kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2006/2007, tidak ada peningkatan motivasi belajar kimia peserta didik di kelas eksperimen, tetapi ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia peserta didik kelas eksperimen dengan kelas kontrol, jika pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik. Ketiga penelitian diatas cukup relevan kerena ketiga penelitian mengungkap efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian


(52)

34

mengenai model pembelajaran tipe STAD lebih lanjut. (http://eprints.uny.ac.id/9194/3/bab%202%20-%2010303247005.pdf).(diunduh pada tanggal 22 April 2014).

2.4 Kerangka Pikir

Model kooperatif learning memiliki beberapa tipe seperti kooperative lerning tipe STAD dan demontrasi. Pembelajaran model tipe STAD menempatkan pendidik sebagai fasilitator sehingga peran guru tidak lagi terlalu dominan. Guur berperan sebagai pemberi stimulasi pembimbing kegiatan siswa, menentukan araah tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode demonstrasi akan menciptakan kondisi belajar siswa yang efektif. Pembelajaran dimulai dengan membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab atas keberhasilan anggota kelompok nereka dan harus membantu satu sama lain. Hal ini dilakukan agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan dari setiap individu akan mempengaruhi keberhasilan kelompoknya. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru terkait materi yang disampaikan berdasarkan lembar kerja kelompok (LKK) selama guru melakukan penjelasan siswa aktif memperhatikan dan mempelajari materi secara individual sambil menyelesaikan tugas kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok berdasarkan model kooperatif tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan demonstrasi akan membuat siswa terbiasa bekerjasama dan berdiskusi dengan temannya sehingga meningkatkan


(53)

kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Melalui adanya kerjasama dan diskusi akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan diantara anggota kelompk tanpa adanya pengucilan individu. Model dan metode ini juga dapat mengembangkan semangat kerja kelompok, serat menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diatara anggota kelompok. Dengan demikian akan terjadi peningkatan sikap belajar dan pencapaian kompetensi belajar siswa dapat berkembang yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatakan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 2 Wonosari. Hasil belajar pada penelitian ini untuk meningkatakan sikap belajar dan hasil belajar dari berbagai aspek meliputi afektiv, kognitif dan psokomotor. Atas dasar uaraian diatas, kerangka pikir penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(54)

36

Gambar 2.1 : Kerangka pikir penelitian

Kerangka pikir peneliti

Penggunaan media pembelajaran yang tidak bervariatif dalam pembelajaran IPS dapat membuat siswa bosan dan enggan untuk belajar, pembelajaran yang berpusat pada guru cenderung monoton siswa pun akan mengalami kejenuhan sehingga mengakibatkan sikap belajar siswa nyaris tidak terlihat sehingga berdampak pada hasil pencapaian hasil belajar yang rendah. Diharapakan model pembelajaran tipe STAD siswa bereksplorasi dan berkembang secara wajar sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia SD yang masih dalam

Kondisi Akhir

Di duga dengan model STAD dapat meningkatkan

Sikap Belajar dan hasil belajar

Siklus II

Menggunakan model pembelajaran STAD siswa diskusi dan mengeluarkan pendapat serta mencoba dalam kelompoknya Kondisi awal Model Pembelajaran STAD Guru: belum menggunakan

Siswa : Sikap Belajar dan hasil

belajar rendah Guru: Menggunakan Model Pembelajaran STAD Tindakan (Action) Siklus I Guru menggunakan model STAD siswa melihat dan diskusi

Siklus III

Dalam menggunakan model STAD siswa mengikuti, mencoba dan menyajikan hasil diskusi didepan kelas


(55)

tahap operasional konkrit menurut peneliti dengan mengkombinasikan media pembelajaran siswa lebih tertantang dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan sikap belajar dan hasil belajar yang lebih baik.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir penelitian, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan sikap belajar mata pelajaran IPS siswa Kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2013/2014.

2. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa Kelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2013/2014.


(56)

38

3. Ada hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dikelas V SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2013/2014.


(57)

III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo kabupaten Pringsewu. Alasan mengambil lokasi atau tempat ini yaitu dengan pertimbangan karena penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga dapat memudahkan penulis dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu penelitian dilakukan dikelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri 2 Wonosari Kecamatan Gadingrejo.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V yang berjumlah 20 orang yaitu delapan orang laki-laki dan 12 orang perempuan


(58)

40

3.2.1 Rencana Penelitian

Rencana Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Banyaknya pertemuan setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan materi pelajaran. Setiap akhir siklus akan diadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari pada siklus tersebut. Pada setiap pembelajaran akan dilakukan observasi oleh guru lain yang berperan sebagai observer untuk mengamati guru peneliti yang sedang mengajar, dan mengamati siswa yang sedang belajar untuk melihat sikap belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus masing-masing siklus dengan tahapan perencanaan-tindakan-onservasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan kolaborasi partisipasi anatara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflekting), (5) rekomendasi (Dimyati dan Mujiono, 2002:124).


(59)

Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

DST Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan

Prosedur penelitian seperti tergambar diatas diterjemahkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun rencana tindakan yang hendak diselenggarakn didalam pembelajaran IPS. Dalam kaitan ini rencana disusun secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif

RENCANA TINDAKAN ANALISIS & REFLEKSI PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI ANALISIS & REFLEKSI PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN OBSERVASI PELAKSANAAN TINDAKAN ANALISIS & REFLEKSI

OBSERVASI PELAKSANAAN

TINDAKAN PERBAIKAN RENCANA


(60)

42

anatara peneliti dan guru agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak diteliti

2. Pelaksanaan, sebagai langkah kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun secara bersama-sama sebelumhya.

3. Observasi yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat mencapai tujuan yang kita inginkan

4. Refleksi, yaitu merupak kegiatan yang dilakukan setelah tindakan berakhir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajara siswa.

5. Rekomendasi, dalam penelitian ini, teman sejawat adalah memberikan masukan atau saran untuk ditindak lanjuti atau dilaksanakan pada siklus berikutnya

SIKLUS I

Materi siklus satu adalah peristiwa di sekitar proklamasi, materi tersebut diberikan 2 kali pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan adalah

Perencanaan (Planning) mencakup :

- Menganilisis silabus/ kurikulum tingkat satuan pendidikan - Menyusun RPP dengan menggunakan alat peraga

- Mendiskusikan pembelajaran yang akan disajikan - Menyiapkan instrumen (pedoman observasi, tes akhir)


(61)

- Menyusun kelompok belajar peserta didik - Merencanakan tugas kelompok

- Melakukan diskusi dengan guru pendamping dan kepala sekolah untuk rencana observasi

Tahap melakukan tindakan (Action) mencakup :

1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan (RPP) a. Pertemuan 1 (2 x 35 menit)

Kompetensi dasar : menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan indonesia

Indikator : menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi

Kegiatan awal

 Mempersiapkan alat dan bahan

 Apersepsi dengan bertanya tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa

 Memberikan motovasi dengan bertanya tentang yang membaca proklamasi, tanggal proklamasi diproklamirkan

Kegiatan inti


(62)

44

 Siswa diberi penjelasan tentang pelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan membagi tugas pada tiap kelompok.

 Membagi lembar kerja siswa tentang proses penyusunan teks proklamasi  Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

 Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan menanggapi hasil presentasi

Kegiatan akhir

 Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah di berikan berdasarkan hasil kerja kelompok

 Guru memberikan tugas secara individual untuk membuat resume/rangkuman tentang peristiwa sekitar proklamasi

2. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana

3. Meperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan

4. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan

Tahap Mengamati ( Obsevation) mencakup :

1. Melakukan pengamatan tehadap diskusi kelompok yang dilakukan

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat diskusi kelompok Tahap Refleksi (Reflektion) mencakup:

1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi


(63)

3. Melakukan refleksi terhadap model STAD 4. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa

5. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan pembelajaran yang akan datang

SIKLUS II

Materi siklus II adalah perjuangan mempertahanakan kemerdekaan, materi tersebut diberikan dua kali pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan adalah

Tahap Perencanaan (Planning) mencakup :

1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya

2. Mencari kendala yang dihadapi saat pembelajaran 3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I. Tahap melakukan tindakan (Action) mencakup : 1. Melakukan analisis pembelajaran

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan mengggunakan model pembelajaran STAD.

Kegiatan Awal

a. Mempersiapakn alat dan bahan

b. Apersepsi untuk menyampaikan kompetensi yang akan dicapai c. Memberikan motivasi dengan bertanya tentang materi pelajaran


(64)

46

Kegiatan Inti

a. Siswa dibagi dalam 4 kelompok dengan 5 orang anggota

b. Siswa diberi penjelasan tentang pelajaran yang akan dilakukan dengan membagi tugas pada tiap kelompok

c. Siswa dibagikan lembar kerja, kepada tiap diminta kelompok mempresentasikan hasil diskusi

d. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan menanggapi hasil presentasi

Kegiatan Akhir

a. Guru membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan

b. Guru memberikan tugas secara individu untuk membuat rangkuman. Tahap Mengamati (Observation) Mencakup :

1. Melakukan pengamatan terhadap model pembelajaran STAD

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat pembelajaran dengan menggunakan model STAD.

Tahap Refleksi (Reflektion) mencakup :

1. Merefleksikan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Merefleksikan sikap belajar siswa pada waktu menggunakan model STAD 3. Menganalisis temuan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya

4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan yang dilakukan guruserta memberikan saran perbaikan pembelajaran yang akan datang.


(65)

Materi siklus III adalah perjuangan deplomasi, materi tersebut diberikan dua kali pertemuan. Pelaksanaan siklus III dilakukan berdasarkan refleksi siklus II. Tahap yang dilakukan pada siklus III adalah

Perencanaan (planning) mencakup :

- Mengevaluasi hsil refleksi, mendiskuiskan dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajarn berikutnya

- Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran - Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus ke-2.

Kegiatan Awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan

b. Apersepsi dengan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa c. Memberi motivasi dengan bertanya tentang materi pelajaran.

Kegiatan Inti

a. Siswa dibagi dalam 4 kelompok dengan 5 orang anggota

b. Siswa diberi penjelasan tentang pelajaran yang akan dilakukan dengan membagi tugas pada tiap kelompok

c. Siswa dibagikan lembar kerja, kepada tiap diminta kelompok mempresentasikan hasil diskusi

d. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan menanggapi hasil presentasi.

Kegiatan Akhir

a. Guru membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan

b. Guru memberikan tugas secara individu untuk membuat rangkuman. Tahap Refleksi (Reflektion) mencakup :


(66)

48

1. Merefleksikan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Merefleksikan sikap belajar siswa pada waktu menggunakan model STAD 3. Menyusun rekomendasi atas dasar hasil diskusi dengan teman sejawat.

3.4 Sumber Data

a. Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data hasil semester ganjil mata pelajaran IPS

b. Data primer yang diperoleh langsung dari subyek penelitian secara langsung melalui observasi terhadap kegiatan pembelajaran siswa.

3.5 Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

1. Metode Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati perubahan sikap belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagi upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan evaluasi setiap 30 menit selam proses pembelajaran data sikap belajar diperoleh dengan lembar observasi sikap belajar siswa dengan menggunakan tanda plus (+) indikator yang diobservasi mencakup sebagi berikut:


(67)

a. Mendengarkan atau memperhatikan pejelasan guru b. Mengerjakan lembar kerja siswa dan latihan soal c. Keterampilan berdiskuis kelompok

d. Bertanya antar siswa dengan guru e. Berdiskusi antar siswa dan siswa

f. Mengkomunikasikan hasil kerja individu

2. Metode Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Tes diberikan setiap akhir siklus pembelajaran.

3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data. Data tertulis tentang data nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk memperoleh data kualitatif dari hasil observasi maupun data kuantitatif dari tes hasil belajar dan dilakukan terus menerus sepanjang penelitian berlangsung dari awal hingga akhir.

3.6.1 Analisis Data Sikap Belajar

Untuk mengetahui sikap siswa indikator siswa dikatakan aktif jika ≥ 60 % frekuensi yang ditetapkan per-indikator. Setelah selesai diobservasi maka jumlah sikap yang dilakukan siswa dihitung lalu dipersentasikan.


(68)

50

a. Menentukan persentase sikap yang dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan i : Interval NT : Nilai tinggi NR : Nilai rendah K : Kategori

Tabel 3.2 Data pnilaian observasi tentang perubahan sikap belajar

No Nama Siswa

Indikator Perubahan Sikap

(aspek) Ket.

1 2 3

1 2 3 Dst

Ketetangan : 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

3.6.2 Analisis Data Perubahan Hasil Belajar

Untuk menganalisis perolehan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes pada setiap siklus dalam pembelajaran IPS. Diambil dari presentase ketuntasan


(69)

belajar siswa setelah diadakan tes pada setiap siklus. Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai ≥ 65 diolah dengan teknik perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Siswa =

Tabel 3.3 Data perolehan hasil belajar

No Nama Siswa Soal Skor

1 2 3 4 5 1

2 3 Dst

Tabel 3.4 Data Peningkatan Hasil Belajar Per-Siklus

No Nama Siswa Nilai Tes Per-Siklus Peningkatan

I II III

1 2 3 4 Dst


(70)

52

Nilai = Jumlah Jawaban yang benar

Peningkatan : nilai tes akhir siklus sesudah – nilai tes siklus sebelumnya

3.7 Uji Hipotesis Tindakan

Untuk menguji hubungan antara sikap belajar dan hasil belajar IPS digunakan

rumus teknik korelasi serial sebagai berikut :

Keterangan ybs

p

o : :

: : :

Koefisien korelasi biserial.

Masing-masing angka rata-rata (mean) dari subsample I dan subsample II.

Standar deviasi dari variabel yang diselidiki. Proporsi segmen dalam sample

Tinggi ordinat yang memisahkan segmen yang satu dengan segmen yang lain.


(71)

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥65 (tuntas belajar) untuk hasil belajar kognitif (Mulyasa, 2003:99). Dan perubahan sikap belajar kearah lebih positif.


(72)

92

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksaaan tindakan kelas yang telah dilakukan pada siswa kelas V SDN 2 Wonosari, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perubahan pada sikap belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari dengan menggunakan model pemeblajaran STAD dikatakan sangat baik berhasil dilihat dari kegiatan belajar pada saat penelitian.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari dengan menggunakan model pembelajaran STAD dilihat dari kegiatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian.

3. Terdapat hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa dilihat dari kegiatan belajar siswa setelah dilakukan penelitian.

5.2 Saran

Saran pada penelitian ini adalah :

1. Dalam mengajarkan pelajaran IPS yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehrai-hari kepada siswa SD kelas V hendaknya menggunakan metode yang tepat, yang dapat membuat siswa lebih aktif serta terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran serta dapat menambah wawasan, pengetahuan siswa tentang peristiwa proklamasi.


(73)

2. Penggunaan model STAD pada pembelajaran IPS dapat dijadikan referensi untuk pengembangan medel pembeljaran pada mata pelajaran lainnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari 3. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model STAD

hendaknya guru lebih meningkatkan penguasaan kelas serta pengawasan terhadap proses pembelajaran.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Agung purwoko, 2001. Buku Panduan Pedoman PPL. Semarang: Unnes Press

Dimyati dan Mudjiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta

Dimyati dan Mulyono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Rineke Cipta

Daryanto. 1999. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Rieka Cipta.

http://fivefive5.wordpress.com/2014/01/30/hubungan-antara-sikap-disiplin-siswa- terhadap-kedisiplinan-siswa-kelas-ix-mts-al-karimiyyah-beraji-gapura-sumenep/

Ischak, dkk. 2005. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep. Karakteristik dan Implementasi. Bandung:Remaja Rosda Karya.

Mulyono. 1999. Kemampuan Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara


(75)

Bacon. Boston

Slavin, 1975. Cooperative Learning Teori Research and Practice. Allyn and Bacon. Boston

Slametto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta

Tasker, R 1992 "Effective teaching: what can a constructivist view of learning offer". In The Australian Science Teachers Journal.

Tu’u,Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta, Grasindo.


(1)

Peningkatan : nilai tes akhir siklus sesudah – nilai tes siklus sebelumnya

3.7 Uji Hipotesis Tindakan

Untuk menguji hubungan antara sikap belajar dan hasil belajar IPS digunakan

rumus teknik korelasi serial sebagai berikut :

Keterangan ybs p o : : : : :

Koefisien korelasi biserial.

Masing-masing angka rata-rata (mean) dari subsample I dan subsample II.

Standar deviasi dari variabel yang diselidiki. Proporsi segmen dalam sample

Tinggi ordinat yang memisahkan segmen yang satu dengan segmen yang lain.


(2)

53

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥65 (tuntas belajar) untuk hasil belajar kognitif (Mulyasa, 2003:99). Dan perubahan sikap belajar kearah lebih positif.


(3)

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksaaan tindakan kelas yang telah dilakukan pada siswa kelas V SDN 2 Wonosari, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perubahan pada sikap belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari dengan menggunakan model pemeblajaran STAD dikatakan sangat baik berhasil dilihat dari kegiatan belajar pada saat penelitian.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 2 Wonosari dengan menggunakan model pembelajaran STAD dilihat dari kegiatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian.

3. Terdapat hubungan antara sikap belajar dengan hasil belajar siswa dilihat dari kegiatan belajar siswa setelah dilakukan penelitian.

5.2 Saran

Saran pada penelitian ini adalah :

1. Dalam mengajarkan pelajaran IPS yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehrai-hari kepada siswa SD kelas V hendaknya menggunakan metode yang tepat, yang dapat membuat siswa lebih aktif serta terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran serta dapat menambah wawasan, pengetahuan siswa tentang peristiwa proklamasi.


(4)

93

2. Penggunaan model STAD pada pembelajaran IPS dapat dijadikan referensi untuk pengembangan medel pembeljaran pada mata pelajaran lainnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari 3. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model STAD

hendaknya guru lebih meningkatkan penguasaan kelas serta pengawasan terhadap proses pembelajaran.


(5)

Agung purwoko, 2001. Buku Panduan PedomanPPL. Semarang: Unnes Press

Dimyati dan Mudjiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta

Dimyati dan Mulyono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Rineke Cipta

Daryanto. 1999. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Rieka Cipta.

http://fivefive5.wordpress.com/2014/01/30/hubungan-antara-sikap-disiplin-siswa- terhadap-kedisiplinan-siswa-kelas-ix-mts-al-karimiyyah-beraji-gapura-sumenep/

Ischak, dkk. 2005. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep. Karakteristik dan Implementasi. Bandung:Remaja Rosda Karya.

Mulyono. 1999. Kemampuan Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

Slavin.1995. Cooperative learning Teori Research and Practice. Allyn and Bacon. Boston

Slavin, 1975. Cooperative Learning Teori Research and Practice. Allyn and Bacon. Boston

Slametto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta

Tasker, R 1992 "Effective teaching: what can a constructivist view of learning offer". In The Australian Science Teachers Journal.

Tu’u,Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta, Grasindo.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GADINGREJO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 44

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III SD NEGERI 1 MATARAM GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 25

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DEMONTRASI MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS V SD NEGERI 2 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/ 2012

2 19 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 KEDONDONG

0 5 44

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 60

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BATU BADAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 53

PERUBAHAN SIKAP BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 WONOSARI KEC AMATAN GADINGREJO KABABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELA J ARAN 2013/2014

0 8 75