Mahadi, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat Sejak RR Tahun 1854, Penerbit Soerjojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Cetakan Kesepu- Dirman, Perundang-undangan Agraria Di Indonesia, J.B.Wolters, Jakarta, 1958, hal

bahwa “manifestasi Hak Ulayat itu adalah Persekutuan Hukum dan para anggotanya seca ra bebas boleh mengerjakan tanah yang tanah belum dijamah orang lain untuk macam-ma cam keperluan, boleh membuka tanah dijadikan tanah pertanian,boleh mendirikan kam- pung tempat tinggal, boleh mengambil hasil hutan. Selanjutnya Mahadi menguraikan “ orang lainluar dalam arti orang bukan warga persekutuan hukum yang bersangkutan bo- leh melakukan tindakan hanya dengan seizin persekutuan, mereka akan melakukan tinda kan pidana jika tidakan-tindakan itu dilakukan tanpa izin. Orang lainuar dan kadang-ka- dang para anggota persekutuan harus membayar sewa bumi supaya diberi izin melakukan tinda kan tersebut” 7. Antara persekutuan dengan tanah yang didudukinya itu terdapat hubungan yang erat sekali, hubungan yang mempunyai sumber serta yang bersifat religio-magis. Hubungan yang erat dan bersifat religio-magis ini menyebabkan persekutuan memperoleh hak untuk menguasai tanah dimaksud, memanfaatkan tanah itu,memungut hasil dari tumbuh-tumbu- han yang hidup di atas tanah itu,juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup disi- tu, hak persekutuan atas tanah ini disebut dengan hak pertuanan atau ulayat. Menurut Soerojo Wignjodipoero dalam bukunya Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat menjelaskan bahwa “antara hak persekutuan ini hak ulayat dan hak para warganya masing-masing hak individu ada hubungan timbal-balik yang saling mengisi.Artinya le- bih intensif hubungan antara individu, warga persekutuan,dengan tanah yang bersangku- tan terhadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah terhadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah ter- ------------------------------

7. Mahadi, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat Sejak RR Tahun 1854, Penerbit

Alumni Bandung, 1991, hal 7 hadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah ter- sebut menjadi makin lama makin kabur,karena misalnya tanah itu kemudian tidakkurang dipeliharanya,maka tanah dimaksud kembali masuk dalam kekuasaan hak ulayat persekutuan” 8 Menurut Dirman dalam bukunya Perundang-Undangan Agraria Di Seluruh Indonesia sebagaimana mengutip pendapatpandangan C.S.J.Maassen dan A.P.G.Hens menjelaskan “bahwa yang dimaksud dengan hak ulayat adalah hak desa menurut adat dan kemauannya untuk menguasai tanah dan daerahnya buat kepentingan-kepentingan anggotanya atau untuk kepentingan orang lain orang asing dengan membayar kerugian kepada kas desa melalui kepala desa, sedikit banyaknya turut campur terhadap pembukuan tanah itu dan turut bertanggung jawab terhadap perkara-perkara yang terjadi disitu dan belum da- pat diselesaikan” 9 Menurut Maria S.W. Sumardjono yang berjudul “ Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi”, menjelaskan bahwa pengakuan terhadap eksistensi hak ulayat akan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang seyogianya memuat : 1. kriteria penentuan eksistensi hak ulayat. 2. Pihak-pihak yang terlibat dan berwenang dalam proses penentuan tersebut. 3. Mekanismetatacara penentuan eksistensi hak ulayat. 4. Pelembagaan hak ulayat yang terbukti keberadaannya dalam bentuk hak pengelolaan -------------------------------------------

8. Soerjojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Cetakan Kesepu-

luh, Penerbit CV. Haji Massagung, Jakarta, 2004, hal 198-199

9. Dirman, Perundang-undangan Agraria Di Indonesia, J.B.Wolters, Jakarta, 1958, hal

36 5. Pelembagaan hak ulayat yang terbukti keberadaannya dalam bentuk hak pengelolaan bedasarkan pasal 2 ayat 4 UUPA berikut kewenangannya. 6. Hak-hak dan kewajiban masyarakat hukum adat sebagai pemegang hak pengelolaan” Selanjutnya Maria S.W. Sumardono menegaskan . “sebenarnya perhatian terhadap pentingnya menghormati dan melindungi hak-hak adat telah terwujud dengan komitmen masyarakat internasional meliputi berbagai konvensi internasional yang diawali dengan The United Nations Charter pada tahun 1945. Dalam perkembangannya, berbagai konvensi internasional yang memuat penghormatan dan perlindungan hak-hak adat tercatat antara lain pada : 1. The United Nations Charter 1945. 2. The Universal Declaration of Human Rights 1948. 3. The United Nations Convention on the Prevention and Punishment of the crime of genocide 1951. 4. Rio Declaration on Environment and Development 1992. 5. Agenda 21 UN Conference on Environment and Development 1992. Dimensi nasional penghormatan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat dan hak-haknya terutama dalam Pasal 3 UUPA, Pasal 18 UUD 1945 Hasil Amandemen. Dalam pembangunan sekarang ini sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat hukum adat yaitu sebagai hal turut berperan serta masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan” 10 -----------------------------------

10. Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan dan Penyelesaian Secara Hukum,