bahwa “manifestasi Hak Ulayat itu adalah Persekutuan Hukum dan para anggotanya seca ra bebas boleh mengerjakan tanah yang tanah belum dijamah orang lain untuk macam-ma
cam keperluan, boleh membuka tanah dijadikan tanah pertanian,boleh mendirikan kam- pung tempat tinggal, boleh mengambil hasil hutan. Selanjutnya Mahadi menguraikan “
orang lainluar dalam arti orang bukan warga persekutuan hukum yang bersangkutan bo- leh melakukan tindakan hanya dengan seizin persekutuan, mereka akan melakukan tinda
kan pidana jika tidakan-tindakan itu dilakukan tanpa izin. Orang lainuar dan kadang-ka- dang para anggota persekutuan harus membayar sewa bumi supaya diberi izin melakukan
tinda kan tersebut” 7.
Antara persekutuan dengan tanah yang didudukinya itu terdapat hubungan yang erat sekali, hubungan yang mempunyai sumber serta yang bersifat religio-magis. Hubungan
yang erat dan bersifat religio-magis ini menyebabkan persekutuan memperoleh hak untuk menguasai tanah dimaksud, memanfaatkan tanah itu,memungut hasil dari tumbuh-tumbu-
han yang hidup di atas tanah itu,juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup disi- tu, hak persekutuan atas tanah ini disebut dengan hak pertuanan atau ulayat.
Menurut Soerojo Wignjodipoero dalam bukunya Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat menjelaskan bahwa “antara hak persekutuan ini hak ulayat dan hak para warganya
masing-masing hak individu ada hubungan timbal-balik yang saling mengisi.Artinya le- bih intensif hubungan antara individu, warga persekutuan,dengan tanah yang bersangku-
tan terhadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah terhadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah ter-
------------------------------
7. Mahadi, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat Sejak RR Tahun 1854, Penerbit
Alumni Bandung, 1991, hal 7
hadap tanah dimaksud, tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah ter- sebut menjadi makin lama makin kabur,karena misalnya tanah itu kemudian tidakkurang
dipeliharanya,maka tanah dimaksud kembali masuk dalam kekuasaan hak ulayat
persekutuan” 8
Menurut Dirman dalam bukunya Perundang-Undangan Agraria Di Seluruh Indonesia sebagaimana mengutip pendapatpandangan C.S.J.Maassen dan A.P.G.Hens menjelaskan
“bahwa yang dimaksud dengan hak ulayat adalah hak desa menurut adat dan kemauannya untuk menguasai tanah dan daerahnya buat kepentingan-kepentingan anggotanya atau
untuk kepentingan orang lain orang asing dengan membayar kerugian kepada kas desa melalui kepala desa, sedikit banyaknya turut campur terhadap pembukuan tanah itu dan
turut bertanggung jawab terhadap perkara-perkara yang terjadi disitu dan belum da- pat
diselesaikan” 9
Menurut Maria S.W. Sumardjono yang berjudul “ Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi”, menjelaskan bahwa pengakuan terhadap eksistensi hak
ulayat akan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang seyogianya memuat : 1. kriteria penentuan eksistensi hak ulayat.
2. Pihak-pihak yang terlibat dan berwenang dalam proses penentuan tersebut. 3. Mekanismetatacara penentuan eksistensi hak ulayat.
4. Pelembagaan hak ulayat yang terbukti keberadaannya dalam bentuk hak pengelolaan -------------------------------------------
8. Soerjojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Cetakan Kesepu-
luh, Penerbit CV. Haji Massagung, Jakarta, 2004, hal 198-199
9. Dirman, Perundang-undangan Agraria Di Indonesia, J.B.Wolters, Jakarta, 1958, hal
36
5. Pelembagaan hak ulayat yang terbukti keberadaannya dalam bentuk hak pengelolaan bedasarkan pasal 2 ayat 4 UUPA berikut kewenangannya.
6. Hak-hak dan kewajiban masyarakat hukum adat sebagai pemegang hak pengelolaan” Selanjutnya Maria S.W. Sumardono menegaskan . “sebenarnya perhatian terhadap
pentingnya menghormati dan melindungi hak-hak adat telah terwujud dengan komitmen masyarakat internasional meliputi berbagai konvensi internasional yang diawali dengan
The United Nations Charter pada tahun 1945. Dalam perkembangannya, berbagai konvensi internasional yang memuat penghormatan dan perlindungan hak-hak adat
tercatat antara lain pada : 1. The United Nations Charter 1945.
2. The Universal Declaration of Human Rights 1948. 3. The United Nations Convention on the Prevention and Punishment of the crime of
genocide 1951. 4. Rio Declaration on Environment and Development 1992.
5. Agenda 21 UN Conference on Environment and Development 1992. Dimensi nasional penghormatan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat
dan hak-haknya terutama dalam Pasal 3 UUPA, Pasal 18 UUD 1945 Hasil Amandemen. Dalam pembangunan sekarang ini sangat dibutuhkan partisipasi
masyarakat hukum adat yaitu sebagai hal turut berperan serta masyarakat dalam
suatu kegiatan pembangunan” 10 -----------------------------------
10. Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan dan Penyelesaian Secara Hukum,