Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan dan Penyelesaian Secara Hukum,

5. Pelembagaan hak ulayat yang terbukti keberadaannya dalam bentuk hak pengelolaan bedasarkan pasal 2 ayat 4 UUPA berikut kewenangannya. 6. Hak-hak dan kewajiban masyarakat hukum adat sebagai pemegang hak pengelolaan” Selanjutnya Maria S.W. Sumardono menegaskan . “sebenarnya perhatian terhadap pentingnya menghormati dan melindungi hak-hak adat telah terwujud dengan komitmen masyarakat internasional meliputi berbagai konvensi internasional yang diawali dengan The United Nations Charter pada tahun 1945. Dalam perkembangannya, berbagai konvensi internasional yang memuat penghormatan dan perlindungan hak-hak adat tercatat antara lain pada : 1. The United Nations Charter 1945. 2. The Universal Declaration of Human Rights 1948. 3. The United Nations Convention on the Prevention and Punishment of the crime of genocide 1951. 4. Rio Declaration on Environment and Development 1992. 5. Agenda 21 UN Conference on Environment and Development 1992. Dimensi nasional penghormatan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat dan hak-haknya terutama dalam Pasal 3 UUPA, Pasal 18 UUD 1945 Hasil Amandemen. Dalam pembangunan sekarang ini sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat hukum adat yaitu sebagai hal turut berperan serta masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan” 10 -----------------------------------

10. Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan dan Penyelesaian Secara Hukum,

Makalah disampaikan pada Seminar Penyelesaian Konflik Pertanahan, Jakarta, 1996, hal 56 Dalam karya ilmiah lain menurut Maria S.W. Sumardjono dalam Materi Kuliahnya berjudul Harmonisasi Kedudukan Hak Ulayat Dalam Peraturan Perundangan Di Indonesia menegaskan bahwa : “Ada beberapa daerah yang telah mengeluarkan Peraturan Daerah sebagai pengakuan dan pengukuhan keberadaan masyarakat adat di wilayahnya. Akan tetapi masih banyak juga daerah yang belum menerbitkan Peraturan Daerah meskipun ditengarai ada masyarakat di wilayah tersebut. Di sisi lain dalam era reformasi, pemerintah dituntut untuk dapat melakukan pembaharuan menyeluruh di segala bidang termasuk hukum. Maka seperti sebuah euphoria, bermunculanlah peraturan-peraturan seperti Undang-Undang No.41 Tahun1999 Tentang Kehutanan Lebih lanjut Maria S.W.Sumardjono menambahkan bahwa : “Untuk menjebatani per- masalahan tersebut, kiranya untuk menetapkan eksistensi hak ulayat harus melihat pada tiga hal yaitu : 1. Adanya masyarakat hukum adat yang memenuhi ciri-ciri tertentu subjek hak ulayat. 2. Adanya tanahwilayah dengan batas-batas tertentu sebagai Lebenrauw yang meru- pakan objek hak ulayat. 3. Adanya kewenangan masyarakat hukum adat untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Ketiga hal tersebut diatas harus dipenuhi secara simultan untuk dapat me- nyatakan ada atau tidaknya masyarakat hukum adat di wilayah tertentu” 11 Masyarakat hukum adat menurut B. Ter Haar Bzn “adalah merupakan masyarakat hukum rechtsgemeenschappen dalam pergaulan hukum mereka merasa menjadi ----------------------------------- 11. Maria S.W.Sumardono, Harmonisasi Kedudukan Hak Ulayat Dalam Peraturan Per- rundang-undangan di Indonesia. BahanMateri Kuliah Hukum Sumber Daya Alam Bagi Pegiat Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Universitas Gadjah Mada, Yogya- karta, 2002, hal 2. anggota daripada ikatan bersikap dan bertingkah laku dan bertindak sebagai suatu kesatuan, beberapa orang berbuat apa, semuanya beruntung atau merugi adalah suatu aturan batin yang menyebabkan bahwa beberapa orang atau golongaan orang mempunyai hak mendahulu, hak lebih atau kekuasaan adalah barang, tanah, air, tanaman, kuil dan bangunan yang harus dipelihara secara bersama-sama oleh angota ikatan dan yang harus dipertahan kan oleh meraka secara bersama-sama” 12 Selanjutnya B. Ter Haar Bzn menjelaskan “ masyarakat hukum adat adalah kelom- pok masyarakat yang teratur, menetap disuatu daerah tertentu,mempunyai kekuasaan sen- diri dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang terlihat maupun tidak terli- hat, dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami hidup dan kehidupan da- lam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun dian- tara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah timbul dan tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya Dalam dimensi dan analisis yuridis normatif perangkat peraturan perundang-undang an yang berlaku, Negara Republik Indonesia dengan jelas dan tegas mengakui, menghor- mati dan melindungi eksistensi keberadaan masyarakat hukum adat berikut dengan hak ulayat terhadap tanah, hutan dan kehutanan yang ada disekitarnya di Indonesia. Dalam UUD 45 Amandemen II, Pasal 18B ayat 2 menyatakan :“Negara mengakui dan meng- hormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepan- jang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Nega ------------------------------------

12. B.Ter Haar Bzn Terjemahan K.Ng.Soebakti Poesponoto,Asas-Asas dan Susunan