Pengaruh Trade Off Theory Dan Pecking Order Theory Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Lq45 Periode 2010-2014

(1)

i

PENGARUH TRADE OFF THEORY DAN PECKING ORDER THEORY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI INDEKS LQ45 PERIODE 2010-2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

AISHA ABDULLAH 1111081000128

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1436 H/2015 M


(2)

ii

PENGARUH TRADE OFF THEORY DAN PECKING ORDER THEORY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI INDEKS LQ45 PERIODE 2010-2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Aisha Abdullah NIM : 1111081000128

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I ` Pembimbing II

(Dr. Hj. Pudji Astuty) (Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA)

NIP. 0311065805 NIP.

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1436 H/2015 M


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 10 Maret 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Aisha Abdullah 2. NIM : 1111081000128

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

4. Judul Skripsi : “Pengaruh Trade Off Theory Dan Pecking Order Theory Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Lq45 Periode 2010-2014”.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2015

1. Najwa Khairani, M. Sc NIP.

2. Lili Supriadi, MM NIP.

3. Amalia, SE., MSM NIP.


(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin 22 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 5. Nama : Aisha Abdullah

6. NIM : 1111081000128

7. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

8. Judul Skripsi : “Pengaruh Trade Off Theory Dan Pecking Order Theory Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Lq45 Periode 2010-2014”.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2015

1. Dr. Desmadi Saharuddin, MA NIP. 19720711 200501 1 007

2. Titi Dewi Warninda ( )

NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Dr. Hj. Pudji Astuty ( )

NIP. 0311065805 Pembimbing I

4. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA ( )

NIP. Pembimbing II

5. Adhitya Ginanjar, M.Si NIP. 19740810 201101 1 001


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Aisha Abdullah No.Induk Mahasiswa : 1111081000128

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen / Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melalukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Aisha Abdullah Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 15 April 1992

Alamat : Komp. Billabong blok C1G no. 22 Kab. Bogor 16962

Status Perkawinan : Belum menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Email : aishabalfas@gmail.com

PENDIDIKAN

2011 – 2015 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 – 2010 : SMAN 60 Jakarta

2004 – 2007 : SMPN 182 Jakarta 1998 – 2004 : SDN 05 Rawajati 1997 – 1998 : TK Al-Islah

PENGALAMAN ORGANISASI

1. HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) manajemen 2012-2013

PENGALAMAN KERJA

1. Staff Administrasi Kementrian Agama Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh 2015


(7)

vii ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of the pecking order theory and trade off on the capital structure of the companies listed in LQ45 . The sampling method used in this research is purposive sampling , which LQ45 as research samples . The data used in this research is secondary data obtained from the company's financial statements for 2010-2014 . The methodology used in the formation of capital structure pecking order theory and static trade off theory. Results of this study found the capital structure of the companies listed in LQ45 wear pecking order theory approach . Pecking order theory prefers mengunakaan earnings to finance operations of the company .


(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teori pecking order dan trade off pada struktur modal perusahaan-perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana indeks LQ45 sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan tahun 2010-2014. Metodologi yang digunakan dalam pembentukan struktur modal adalah pecking order theory dan static trade off theory. Hasil dari penelitian ini menemukan struktur modal perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 memakai pendekatan pecking order theory. Pecking order theory lebih mengutamakan mengunakaan laba untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha segalanya, syukur alhamdulillah atas karunia-Mu ya Rabb, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Trade Off Theory dan Pecking Order Theory terhadap Struktur Modal Perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 Periode 2010-2014”, semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur sebagai wujud dari rasa terima kasih kepada :

1. Orang tua yang sangat aku cintai yang memiliki peran penting dan tak terkira, yang telah memberiku doa tulus ikhlas, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

2. Untuk kakak-kakakku yang selalu membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty sebagai dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing dan memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II, yang telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.


(10)

x

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insya Allah dapat bermanfaat.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Kawan-kawan kelas Manajemen D angkatan 2011, terutama untuk Debi,

Dede, Dina, dan Priska yang selalu memberikan semangat dan membantu jika sedang kesulitan. Mereka merupakan teman-teman seperjuangan yang sering menemani dalam pembuatan skripsi.

10.Kawan-kawan Kelas Manajemen Keuangan angkatan 2011 yang bersama-sama kita suka tukar pikiran dan saling menyemangati dalam tiap belajar, ujian bahkan sampai pengerjaan skripsi.

11.Untuk Roby Akbar yang sering menemani, membantu dan selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.

Ciputat, 08 September 2015


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ...vii

Abstrak ...viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ...xiii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Modal ...12

B. Trade Off Theory ...18

C. Pecking Order Theory ...23


(12)

xii

E. Modigliani and Miller Theory ...26

F. Agency Cost ...31

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ...32

1. Struktur Aktiva ...32

2. Ukuran Perusahaan ...32

3. Intensitas Modal ...33

4. Likuiditas ...34

5. Profitabilitas ...35

6. Harga Saham ...36

7. Pertumbuhan Perusahaan ...37

H. Penelitian Terdahulu ...39

I. Kerangka Pemikiran ...49

J. Hipotesis ...50

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...52

B. Teknik Penentuan Sampel ...53

C. Metode Pengumpulan Data ...56

D. Metode Analisis ...56

E. Operasional Variabel Penelitian ...62

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Analisis ...67

1. Deskriptif Data Sampel ...67

2. Analisa Data Penelitian ...68

3. Analisis dan Pembahasan ...81

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...98

B. Saran ...99


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3.1 : Operasional Variabel Penelitian ... 65

Tabel 4.1 : Daftar Nama Perusahaan yang terdaftar di LQ45... 68

Tabel 4.2 : Daftar Struktur Modal Perusahaan ... 69

Tabel 4.3 : Daftar Struktur Aktiva Perusahaan ... 71

Tabel 4.4 : Daftar Ukuran Perusahaan ... 72

Tabel 4.5 : Daftar Intensitas Modal ... 74

Tabel 4.6 : Daftar Likuiditas ... 75

Tabel 4.7 : Daftar Profitabilitas ... 77

Tabel 4.8 : Daftar Harga Saham ... 79

Tabel 4.9 : Daftar Pertumbuhan Perusahaan ... 80

Tabel 4.10 : Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ... 83

Tabel 4.11 : Hasil Uji multikolinearitas ... 85

Tabel 4.12 : Hasil Uji Autokorelasi ... 85

Tabel 4.13 : Hasil Analisis Regresi Berganda ... 86


(14)

xiv

Tabel 4.15 : Model Summary ... 89

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 : Normal P-Plot ... 82

Gambar 4.2 : Scatterplot ... 84

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil output spss regresi linear berganda... 104

Lampiran 2 : Hasil output spss regresi linear berganda ... 105

Lampiran 3 : Hasil output spss regresi linear berganda ... 106


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Dalam perusahaan, manajemen keuangan mempunyai arti penting dalam kegiatan operasi, dan pengelolaan perusahaan. Manajemen keuangan diharapkan bisa menangkap dan mengantisipasi perubahan di masa yang akan datang dengan penyesuaian dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Manajemen keuangan dapat juga dipandang sebagai suatu manajemen yang mempelajari fungsi-fungsi dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran dan kekayaan pemegang saham serta memaksimumkan harga saham, selain itu tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai dari perusahaan (Zulkifli:2012). Tujuan perusahaan menurut pandangan manajemen keuangan, pada dasarnya adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula share holdernya. Nilai perusahaan akan tercemin dari harga sahamnya (Fama:1978, Wright & Ferris :1997, dan Walker :2000 dalam Hasmawati: 2005). Jadi semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.

Agar tujuan tercapai maka manajer keuangan harus dapat menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen dengan baik. Menurut Sutrisno (2007 : 5), fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu :


(16)

2 a. Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.

b. Keputusan Pendanaan

Keputusan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna mempelajari kebutuhan-kebutauhan investasi.

c. Keputusan Dividen

Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan:

1. Besarnya presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend,

2. Stabilitas dividen yang dibagikan, 3. Dividen saham (stock dividen), 4. Pemecahan saham (stock spilit), serta

5. Penarikan kembali saham beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan


(17)

3

dengan komposisi hutang, saham preferen, dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien. Secara efisien disini dimaksudkan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer keuangan.

Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.

Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Perusahaan memerlukan dana untuk investasi dan operasinya, dalam memperoleh dana tersebut perusahaan dapat mengundang investor sebagai investor ekuitas dan investor utang. Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana, perusahaan itu bisa mengundang investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus tingkat bunga tetap (Brarely Myers dan Brigham,2009).


(18)

4

Sejak diterbitkannya Paket Kebijaksanaan Desember 1988, pengusaha memperoleh kemudahan untuk mendapatkan dana melalui pasar modal yaitu dengan dipermudahnya persyaratan untuk go public. Kemudahan tersebut telah mendorong pengusaha untuk melakukan ekspansi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Terkadang ekspansi yang digunakan perusahaan telah menyebabkan besarnya sumber modal pinjaman dalam struktur permodalan perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan.

Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban– kewajibannya dan kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan.

Perusahaan memiliki fleksibilitas yang cukup besar dalam memilih struktur modal. Selain memutuskan kombinasi pendanaan, manajer keuangan juga harus memutuskan secara pasti bagaimana dan dimana perusahaan akan mendapatkan uang. Biaya-biaya yang terkait dengan melakukan pendanaan jangka panjang bisa jadi cukup besar jumlahnya, sehingga berbagai kemungkinan harus dievaluasi secara cermat ( Ross Westerfield Jordan, 2009:4,5).


(19)

5

Dalam proses pengambilan keputusan mengenai sumber pendanaan yang akan digunakan, seorang manajer akan melakukan analisis mengenai sifat dan karakteristik serta biaya yang ditimbulkan dari penggunaan sumber dana tersebut. Manajer dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan sumber dana internal ataupun eksternal. Sumber dana internal dapat berasal dari retained earning, sedangkan sumber dana eksternal dapat berupa hutang atau saham. Proporsi masing-masing sumber dana akan mempengaruhi cost of capital dari struktur modal perusahaan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah konsekuensi baik finansial maupun non finansial atas penggunaan sumber dana tersebut. Keputusan pembiayaan menjadi isu yang penting bagi perusahaan utamanya berkaitan dengan optimal financing mix dimana perusahaan berusaha mencapai proporsi debt to equity yang mampu meminimalkan cost of capital sehingga mampu menaikkan nilai perusahaan di pasar.

Yang jadi permasalahan dari struktur modal adalah bagaimana agar perusahanan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat komposisi sumber pembiayaan yang paling optimal. Capital structure (struktur modal) pada intinya terdiri dua bagian penting, yaitu debt dan equity. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai penjumlahan nilai dari utang dan ekuitas perusahaan. Jika tujuan manajemen adalah membuat perusahaan semakin bernilai, maka perusahaan harus


(20)

6

menentukan debt equity ratio yang membuat pie (semacam kue bola) sebesar mungkin. Ada dua pertanyaan penting:

a. Kenapa pemegang saham harus peduli tentang maksimalisasi nilai perusahaan?

Mungkin mereka harus tertarik dengan strategi yang memaksimalkan nilai pemegang saham.

b. Berapakah rasio debt to equity yang memaksimalkan nilai pemegang saham?

Selanjutnya, perubahan pada struktur modal akan menguntungkan pemegang saham, jika dan ahanya jika nilai perusahaan meningkat. (Rodoni dan ali,2014:130)

Dalam mempelajari pembentukkan struktur modal perusahaan, terdapat lima teori yang dapat diandalkan yaitu Trade-off Theory, Pecking Order Theory, Signalling Theory, MM Theory dan Agency Cost Theory . Pemilihan alternatif dalam sumber dana berdasarkan Trade-off Theory, didasarkan kepada pertimbangan biaya dan manfaat antara biaya modal dan penggunaan hutang, yaitu antara biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak. Pemilihan alternatif dalam sumber dana berdasarkan Pecking Order Theory, didasarkan pada hierarki keamanan penggunaan sumber dana (dimulai dari yang paling kecil biayanya) yakni internal (retained earning), hutang, sampai kemudian pada saham sebagai pilihan terakhir. Dalam Signalling Theory hal tersebut didasarkan bahwa manajer menggunakan struktur modal sebagai sinyal. Ross mengatakan bahwa nilai


(21)

7

perusahaan akan naik seiring dengan penggunaan hutang, karena peningkatan hutang mengangkat presepsi pasar tentang nilai perusahaan (Suad Husnan dalam Sholihah 2006). Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Informasi ini menerangkan bahwa didalam pasar selalu ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dikatakan informasi yang didapat tidak sempurna. Penambahan hutang baru misalnya, memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesultan dalam pendanaannya. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, terjadi pertanda atau sinyal (signalling).

Dalam teori Modigliani-Miller (1958) capital structure irrelevance proposition, yang mengasumsikan bahwa tidak terdapatnya bankruptcy cost, agency cost, asymetric information dan berada pada pasar yang efisien sehingga nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut didanai (hutang dan ekuitas) dan bagaimana kebijakan dividennya. Teori M&M ini mempengaruhi munculnya pengembangan teori struktur modal seperti trade-off theory dan pecking order theory (Stewart C. Myers,1984).

Dalam Agency Cost Theory menyatakan bahwa dalam menentukan struktur modal perlu pula dipertimbangkan biaya yang ditimbulkan dengan


(22)

8

adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dengan pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan teori ini struktur modal berpengaruh positif terhadap kemungkinan kebangkrutan, nilai lebih arus kas, nilai likuiditas, target take over, dan reputasi manager. Struktur modal berpengaruh yang lebih besar bagi pemberi hutang, sehingga biaya hutang menjadi lebih besar juga. Biaya hutang yang besar tersebut merupakan monitoring cost bagi manajemen. Karena biaya bunga sifatnya tetap, biaya yang tinggi tersebut membuat para manager akan berusaha untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi yang benar.

Penelitian ini mengambil perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45. Menurut Triharjono (2013), indeks LQ45 merupakan saham likuid berkapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi, memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, tidak berfluktuatif dan secara objektif telah diseleksi oleh BEI dan merupakan saham yang aman dimiliki karena fundamental kinerja saham tersebut yang bagus, sehingga dari sisi risikko kelompok saham LQ45 memiliki risiko terendah dibandingkan saham-saham lain. Dalam penelitian ini, untuk menghitung struktur modal perusahaan perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45, peneliti menggunakan DER (Debt to Equity Ratio). Peneliti memilih menggunakan DER karena DER melihat kekuatan modal dibagi hutang. DER juga biasa digunakan bank untuk melihat tingkat besaran yang di berikan.


(23)

9 B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah:

1. Apakah terdapat pengaruh variabel trade off theory yang terdiri dari variabel struktur aktiva, total aktiva (ukuran perusahaan), intensitas modal dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan.

2. Apakah terdapat pengaruh variabel pecking order theory yang terdiri dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham, dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH) terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan.

3. Dari kedua indikator tersebut, yaitu trade off theory yang terdiri dari variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal dan likuiditas pecking order theory yang terdiri dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH), indikator apa yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.


(24)

10 C. Tujuan Penelitian

Penilitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut

1. Untuk menguji pengaruh variabel trade off theory yang terdiri dari variabel struktur aktiva, total aktiva (ukuran perusahaan), intensitas modal dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan.

2. Untuk menguji pengaruh variabel pecking order theory yang terdiri dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH) terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan.

3. Untuk menguji ketiga indokator tersebut yaitu trade off theory yang terdiri dari variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal dan likuiditas pecking order theory yang terdiri dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH), indikator apa yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.


(25)

11 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi investor dan masyarakat , dengan adanya penelitian ini diharapkan investor serta masyarakat dapat memberikan masukan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pembentukan struktur modal untuk menghasilkan struktur modal yang optimal. 2. Dunia penelitian dan Akademis, dapat menambah literatur mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage perusahaanpada perusahaan-perusahaan yang go public di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai pengaruh faktor-faktor penentu kebijakan struktur modal terhadap tingkat leverage perusahaan pada masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual

bagi pengembangan literatur dan menambah referensi tetntang kebijakan struktur modal perusahaan dan faktor yang mempengaruhi, sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan penelitian yang sejenis.


(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Modal

Struktur modal sangatlah penting bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan penggunaan sumber dana yang paling menguntungkan. Dalam mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri dan modal asing atau utang. Jika menggunakan utang maka perusahaan akan menanggung biaya tetap yaitu bunga. Masalah leverage muncul karena perusahaan menggunakan aset yang menyebabkan harus membayar biaya tetap dan menggunakan utang yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap.

Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. (Ambarwati, 2010:1). Perusahaan harus mengambil keputusan permodalan yang paling optimal sehingga antara utang dan ekuitas benar-benar kombinasi yang dapat menghasilkan keuntungan atau return bagi perusahaan yang akhirnya memaksimalkan nilai perusahaan.

Struktur modal (capital structure) sebuah perusahaan adalah kombinasi spesifik ekuitas dan utang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk mendanai operasinya. Manajer keuangan memiliki dua kepentingan dalam area ini (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2009:4).


(27)

13

Dalam menentukan struktur yang paling optimal, teori tersebut telah banyak dikembangkan oleh para pakar dengan menganalisa komposisi utang dan modal. Teori struktur modal yang dikenal pertama kali ialah yang dicetuskan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (disebut teori MM). Menurutnya, dalam struktur yang menggunakanyang menggunakan dana dari utang tidak mempunyai pengaruh apa pun terhadap nilai perusahaan. Namun bila mulai dipertimbangkan faktor pajak, penggunaan utang akan sellau lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan asumsi bahwa yang dipergunakan dalam model ini adalah: Pertama; tidak ada biaya kebangkrutan. Kedua, tidak ada biaya transaksi. Ketiga, bunga pinjaman dan simpanan besarnya sama bagi perorangan atau pun perusahaan.

Modigliani Miller juga menjelaskan bahwa pembiyaan modal perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, baik berupa penerbitan obligasi atau pun pinjaman jangka panjang mempunyai biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan biaya modal sendiri. Hal tersebut disebabkan karena pertama, penghasilan yang diterima oleh pemilik modal sendiri bersifat lebih tidak pasti dibandingkan dengan pemberian kredit. Kedua, karena dalam peristiwa likuidasi pemilik modal sendiri akan menerima bagian paling akhir setelah kredit-kredit dilunasi. Selain itu dilihat dari segi pajak penggunaan utang (jangka panjang), biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (tax deductibility of interest payment). Menghemat pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan. Namun yang terpenting dalam keputusan perusahaan menetukan proporsi paduan jenis atau seumber pembiayaannya haruslah memperhatikan risiko.


(28)

14

Teori yang dikenal dengan Trade off model, mengatakan bahwa bila perusahaan menggunakan leverage maka perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa penghematan pajak (tax shield). Namun disisi lain harus pula diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan leverage tersebut, seperti biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (Keown, et.al:2005).

Dalam teori Asymetris information diterangkan bahwa dalam pasar selalu ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dapat dikatakan informasi yang didapattidak sempurna. Penambahan utang baru, misalnya memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan dalam hal pendanaanya. Beberapa pengujian membuktikan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap penambahan utang dan berpengaruh negatif terhadap penerbitan saham baru.

Dapat disimpulkan bahwa didalam menentukan struktur modal, perusahaan harus membuat komposisi yang tepat dari paduan sumber dananya, sehingga diharapkan tingkat pengembalian investasinya dari sumber dana tersebut dapat mempengaruhi harga saham melalui return yang diperoleh meningkat. Selain itu, pengaturan komposisi ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko. Dengan kata lain struktur modal yang optimal harus membawa keseimbangan antara risiko dan pengembalian (Rodoni dan Ali, 2014: 130)

Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan perkembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai,


(29)

15

apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar deviden dan keputusan-keputusan kebijakan atau pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan. Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban membayar deviden yang harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan perusahaan likuidasi maka pemegang saham preferen akan didahulukan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo (Dewi Astuti, 2004: 138).dengan demikian, Manajer keuangan akan berhubungan dengan sisi kanan neraca. Jika kita melihat pendanaan gabungan untuk perusahaan-perusahaan dari berbagai macam industri, akan terlihat perbedaan yang jelas. Beberapa perusahaan memiliki hutang yang lebih besar dari perusahaan-perusahaan lain. Apakah jenis pendanaan yang dipakai memiliki pengaruh terhadap perbedaan-perbedaan yang timbul dan apakah pendanaan gabungan tertentu dapat memberikan hasil yang terbaik (Indo Yama dan Hemmy Fauzan, 2006).

Struktur modal perusahaan (atau struktur keuangan) adalah campuran antara hutang jangka panjang dan modal perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasinya (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 3). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007: 232) dalam buku prinsip-prinsip manajemen keuangan, struktur modal adalah bauran (atau proporsi) pendanaan permanen


(30)

16

jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa.

Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham preferen dan saham biasa (Sjahrial, 2008). Struktur modal menggambarkan proporsi antar hutang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006: 236). Menurut Warsono (2003), struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004: 138), struktur modal merupakan bauran atau perpaduanhutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen,saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

Dalam laporan keuangan neraca sisi kredit, dapat dilihat susunan atau struktur modal yang ada pada suatu perusahaan. Bagian dari struktur modal ini disebut komponen modal. Jadi pos-pos yang berada pada sisi kanan neraca yang terdiri berbagai jenis hutang, saham preferen dan ekuitas saham biasa disebut komponen modal. Komponen modal adalah salah satu jenis modal yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana (Dewi Astuti, 2004: 127).


(31)

17

Capital structure atau strukturn modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Brigham dan Gapenski: 2003). Sedangkan menurut Keown, et.al. (2005), struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dan jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992) memberikan gambaran tentang pengertian struktur modal bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur financial tercermin pada keseluruhan passive dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.

Berdasarkan referensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, di mana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. (Rodoni dan Ali,2014:129)


(32)

18 B. Trade Off Theory

Model ini dikembangkan oleh Baxter (1967), Kraus and Litzenberger (1973) dan Kaaro (2002), yang mencoba menguji pendapat MM dengan menghubungkan asumsi-asumsi MM dengan biaya kebangkrutan (financial distress cost) yang mana hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang digunakan:

1. Pada tingkat leverage rendah manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan, dan 2. Pada tingkat leverage tinggi biaya kebangkrutan justru bisa melebihi

manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut

3. Semakin besar penggunaan utang maka semakin besar pula keuntungan akibat utang tersebut namun PV biaya financial distress dan agency juga besar bahkan lebih besar.

Jadi disebut model trade-off karena struktur modal optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shield). Model trade-off memang logis secara teori tapi secara empiris bukti-bukti yang mendukung model ini kurang kuat, namun demikian MM dan Miller sangat berperan dalam mengembangkan teori struktur modal. (Ambarwati, 2010: 49-50)


(33)

19

Menurut trade-off theory (Myers, 2001: 81) “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.

Pengembangan teori MM adalah teori perimbangan statis (static trade-off). Utang memiliki manfaat dan biaya. Utang menguntungkan perusahaan karena pembayaran bunga, tidak seperti pembayaran dividen, diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayarkan berkurang (Budi Frensidy, 2008).

Disebut model trade off karena struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan hutang (tax shield benefits of leverage) dengan biaya financial distress dan agency problem (Warsono, 2003).

Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut


(34)

20

termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi, apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 275).

Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham perusahaan akan dimaksimalkan jika menggunakan hutang 100 persen. Dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100 persen karena perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2006).

Teori struktur modal yang disebut sebagai balancing theories (Myers, 1984 dan Bayles and Diltz, 1994). Disebut sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balancing theories dimulai dari keadaan ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Tentu saja kondisi seperti ini tidak ada dalam dunia nyata (Husnan,2004: 324).


(35)

21

Model trade off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat PV biaya financial distress dan PV agency cost. Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting (Lukas Setia Atmaja, 2008: 260):

1. Perusahaan yang meiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki probabilitas financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan sedikit hutang.

2. Aktiva tetap yang khas (tidak umu), aktiva yang tidak nampak (intangible assets) dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini seharusnya menggunakan sedikit hutang.

3. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai tingkat pajak yang besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan yang membayar pajak lebih rendah.

Menurut (Brigham :2001) dalam Hasa (2008), hutang mempunyai keuntungan pada:

1. Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah.

2. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaimbagi pemilik perusahaan.


(36)

22

Dalam static trade off theory, terdapat dua implikasi penting yaitu perusahaan dengan resiko bisnis tinggi lebih baik menggunakan sedikit hutang. Hal ini akan memperbesar biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga perusahaan mengalami biaya kesulitan keuangan.

Menurut Erwin Prasetya dalam bukunya yang berjudul “hutang menjadi untung”, dia mengungkapkan bahwa “hutang akan baik-baik saja apabila penggunaanya baik, konseptual, dan berkomitmen” agar tidak terjebak kedalam keputusan berhutang yang keliru, ada minimal 3 pertanyaan kunci yang perlu diajukan sebelum memutuskan berhutang:

1. untuk apa hutang tersebut digunakan,

2. Berapa besar hutang yang ingin dan mampu anda ambil, 3. Bagaimana hutang itu bisa dilunasi dalam keadaan darurat.

Static trade off theory mengemukakan bahwa hutang mempunyai dua sisi. Sisi positif dari hutang adalah bahwa pembayaran bunga akan mengurangi pembayaran kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena adanya perbedaan perlakuan pajak terhadap bunga dan dividen serta pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayar perusahaan perusahaan berkurang. Sebaliknya, pembagian dividen kepada pemegang saham tidak mengurangi pembayaran pembayaran pajak perusahaan. Jadi, dari sisi pajak akan lebih menguntungkan jika perusahaan membiayai investasi dengan hutang karena adanya penghematan


(37)

23

pajak. Menurut teori ini, semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar berkurang. Namun demikian, besarnya hutang ini dibatasi oleh besarnya biaya-biaya kepailitan dan biaya-biaya tekanan keuntungan yang timbul menjelang perusahaan bangkrut (cost of financial distress).

C. Pecking Order Theory

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 275) dalam buku “dasar-dasar manajemen keuangan”, disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informa asimetrik (asymmetric information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-keputusan keuangan, yang menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat dilihat dari reaksi harga saham pada waktu manajemen mengumumkan sesuatu (seperti peningkatan pembayaran deviden).

Menurut pecking order theory terdapat skenario urutan dalam memilih sumber pendanaan (Smart, Megginson dan Gitman, 2004: 458-459):

1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal


(38)

24

tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keutungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.

Informasi asimetrik ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal (yaitu dana dari hasil operasi perusahaan) ataukah eksternal, dan antara penerbitan hutang baru ataukah ekuitas baru. Karena itu teori ini disebut pecking order


(39)

25

theory. Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Sesuai dengan teori ini, maka investasi akan dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu (yaitu laba yang ditahan), kemudian baru diikuti oleh penerbitan saham hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Dengan adanya asimetrik informasi tersebut juga akan mengakibatkan perusahaan lebih suka pendanaan internal daripada eksternal. Penggunaan dana internal tidak mengharuskan perusahaan mengungkapkan informasi baru kepada pemodal sehingga dapat menurukan harga saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 278).

D. Signalling Theory

Model ketiga tentang struktur modal adalah teori signalling yang dikembangkan Ross (1977). Model ini, seperti juga teori pecking order, berdasarkan asumsi adanya asimetri informasi antara manajer dan investasi ( Budi Frensidy, 2008).

Signalling Theory (Teori Persinyalan) menurut Brigham dan Houston (2006) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya, yang artinya menarik investor-investor baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Adanya pengumuman penawaran


(40)

26

saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan seperti ayng dilihat manajemen tidak terlalu cerah. Hal ini selanjutnya menunjukkan bahwa ketika sebuah perusahaan mengumumkan penawaran saham baru, biasanya harga sahamnya akan menurun.

Karena asimetri ini, pemegang saham tidak mempercayai pernyataan manajemen bahwa prospek perusahaan bagus karena manajemen perusahaan lain juga akan berkata sama. Bukankah berbicara dan berjanji itu mudah dan murah. Kalau mau, manajer perusahaan bagus dapat melakukan signaling yang tidak dapat diikuti perusahaan yang tidak bagus karena berharga terlalu mahal untuk mereka. Ross mengatakan hanya perusahaan bagus yang dapat dipercaya kreditor untuk berhutang banyak atau memperoleh hutang baru dan tetap dapat bertahan. Perusahaan-perusahaan jelek tidak dapat mengambil langkah ini. Kalaupun dipaksakan, sangat mungkin mereka akan berakhir dengan kebangkrutan karena harus membayar bunga bank/obligasi yang sangat besar.

Menurut model ini, rasio hutang itu bergantung pada bagus jeleknya perusahaan. Perusahaan bagus akan mempunyai rasio hutang yang besar sementara perusahaan jelek akan menjaga rasio hutangnya tetap rendah (Budi Frensidy, 2008).

E. Modigliani and Miller Theory

Teori ini dipelopori oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958 (dalam Karadeniz et al, 2009) berdasarkan pendekatan Modigliani dan Miller tersebut semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan maka akan


(41)

27

semakin besar pula nilai perusahaan, karena adanya efek corporate tax rate shield. Hal tersebut dikarenakan pada saat berada dalam pasar sempurna dan ada pajak, pada umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Pendekatan ini akan membawa pada kesimpulan semakin banyak penggunaan hutang pada struktur modal maka semakin besar penghematan yang diraih sehingga semakin besar nilai perusahaan. Namun nilai perusahaan justru tidak akan maksimal dengan penggunaan hutang 100%. Ketidaksempurnaan pasar modallah yang menyebabkan timbulnya biaya kebangkrutan serta tingginya biaya modal baik disebabkan rating kredit yang rendah atau bila hutang telah mencapai titik tertentu.

Teori Modigliani dan Miller (MM) adalah teori yang berpandangan bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu:

1. Tidak terdapat agency cost 2. Tidak ada pajak

3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan

4. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan


(42)

28

6. Earning before interest and taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang

7. Para investor adalah price-takers

8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak. Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan. Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada resiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).

Banyak penelitian yang mencoba menjelaskan tentang perilaku organisasi dalam keputusan berkaitan dengan struktur modalnya guna merumuskan struktur modal yang paling optimal. Struktur modal merupakan bauran antara proporsi sumber dana eksternal yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri (Musyafikin 2005). Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dengan cara yang akan


(43)

29

memaksimumkan harga saham perusahaan (Keown et al. 2000 dalam Rahardjo & Hartaningrum 2006).

Teori struktur modal modern dimulai oleh Franco Modigliani dan Merton H. Miller pada tahun 1958. Modigliani-Miller (MM) (1958) dalam Frensidy (2008) menyatakan bahwa rasio hutang tidak relevan dan tak ada struktur modal yang optimal. Nilai perusahaan bergantung pada arus kas yang akan dihasilkan dan bukan pada rasio utang dan ekuitas. Inti dari teori ini adalah tidak ada rasio hutang yang optimal dan rasio hutang yang tidak menjelaskan nilai perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah tidak ada pajak, tidak ada asimetri informasi, dan tidak ada biaya transaksi.

Namun, teori ini dianggap kurang relevan karena adanya pengurangan pajak penghasilan atas penggunaan hutang, kondisi pasar dengan asimetri informasi, serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak dimasukkan ke dalam teori MM ini (Frensidy 2008). Sisi positif dari hutang adalah hutang menurunkan biaya keagenan (agency cost) ekuitas. Penggunaan hutang juga akan mendisplinkan manajer untuk tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena pengawasan oleh kreditur iasanya jauh lebih ketat dan efektif daripada pengawasan para pemegang saham diluar [erusahaan dengan informasi yang relatif terbatas (Hartono 2004)

Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori MM tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan erhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer


(44)

30

keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan.

Perusahaan menggunakan utang atau tidak ternyata nilai perusahaan dan biaya modal perusahaan adlaah tetap. Atau dengan kata lain nilai perusahaan yang menggunakan utang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang, VL=VU . implikasinya adalah:

a. Struktur modal perusahaan menjadi tidak relevan

b. WACC perusahaan akan tetap sama apapun perimbangan utang modal sendiri atau struktur modal yang digunakan untuk mendanai perusahaan. (Ambarwati, 2010: 45)

Adapula teori MM dengan pajak, menurut Brigham dan Davis (2004) dan seperti yang dikutip Lukas (1999) maka untuk melanjutkan teori ini MM menerbitkan artikel tahun 1963 dengan mengubah asumsi adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan (corpoorate taxes). Menurut asumsi iini maka penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan atau dengan kata lain perusahaan lebih memilih mendanai perusahaan menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Hal ini dikarenakan adanya penghematan pembayaran pajak penghasilan karena adanya biaya bunga (tax-deductible). Teori ini menyatakan bahwa penggunaaan utang akan mempengaruhi nilai perusahaan, jika perusahaan tidak menggunakan utang maka nilai perusahaan sama dengan nilai modal sendiri perusahaan. (Ambarwati, 2010: 46)


(45)

31 F. Agency Cost Theory

Hal yang berhubungan dekat dengan biaya kebangkrutan dekat dengan biaya kebangkrutan dalam hal dampaknya atas struktur modal dan nilai modal adalah biaya agensi (agency cost). Biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan juga menggunakan utang dan menggunkannya untuk melakukan kegiatan yang merugikan kreditur. Agency cost terdiri dari biaya kehilangan kebebasan dan biaya untuk memonitor perusahaan. (Horne-Wachowicsz, 2006)

Pihak manajemen dapat dianggap, sebagai agen dari pemilik perusahaan, yaitu pemilik saham. Para pemegang saham ini, dengan harapan bahwa agen akan bertindak demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen, agar pihak manajemen dapat membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham, merupakaan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat insentif yang tepat (gaji, bonus, opsi saham, dan kompensasi). Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori yang bagus yaitu teori biaya agensi. Di antaranya, mereka menunjukkan bahwa siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham. Semakin besar kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga, dan semakin rendah nilai bagi para pemegang sahamnya, jika semua hal lai dianggap tetap. (Ambarwati, 2010: 53)


(46)

32

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 1. Struktur aktiva

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 2001). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto, 2001). Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Brigham & Houston, 2011:188). Dengan demikian struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. Jadi, struktur aktiva berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori trade off.

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan (Hol dan Wijst, 2006). Hubungan antara ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses perusahaan ke pasar modal. Perusahaan dengan ukuran besar lebih terdiversifikasi, sehingga


(47)

33

mengurangi risiko kebangkrutan dan akan lebih mudah mendapatkan akses mendapatkan pinjaman, sehingga semakin besar kesempatannya untuk menghimpun dana yang lebih cepat dan mempunyai kesempatan peminjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini diakibatkan karena perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dengan saham yang tersebar luas, perusahaan lebih berani dalam ekspansi perusahaan dengan penggunaan pinjamannya dalam bentuk hutang (Frank dan Goyal, 2003). Menurut Brigham dan Houston (2011:40), perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan hutang. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:299) perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dengan pendekatan teori trade off.

3. Intensitas Modal

Menurut Myers dalam Sholihah (2006), intesitas modal mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pudji Astuty (2005), hasil penelitian menunjukkan


(48)

34

bahwa intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Intensitas modal berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori pecking order.

4. Likuiditas

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. CR (current ratio) atau rasio lancar adalah salah satu ukuran dari rasio likuiditas. CR berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi dan Halim, 2005).

Semakin besar R (current ratio) menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya CR (current ratio) menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan: untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010). Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar untuk memperkirakan seberapa besar aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya.

Ukuran lain dari rasio likuiditas adalah Cash ratio yang merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983 dalam Chasanah 2008). Dengan


(49)

35

semkin meningkatnya keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor.

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalama membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitka utang dalam jumlah yang besar.

Bambang Riyanto (1995:301) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaannya. Dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal dengan pendekatan teori trade off.

5. Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan,


(50)

36

lebih suka untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya dengan profit yang didapat yaitu laba ditahannya, oleh karena itu biasanya perusahaan menggunakan hutang yang relatif kecil dibanding dengan total modal sendiri. Pengertian profitabilitas menurut Agus Sartono (2008:122) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dengan pendekatan teori pecking order.

6. Harga Saham

Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi pula kemakuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan kemakmuran perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Kebijaksanaan struktur modal akan mempengaruhi harga saham, menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Sriwardany (2006), selama tingkat hutang menaikkan laba persaham yang diharapkan, leverage bekerja mengungkit harga saham. Namun tingkat hutang yang lebih tinggi juga meningkatkan resiko perusahaan, yang menaikkan biaya ekuitas dan selanjutnya menurunkan harga saham.


(51)

37

7. Pertumbuhan perusahaan (GROWTH)

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008: 274) dalam buku teori dan praktek manajemen keuangan, jika faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, pada umunya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehungga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Karena adanya faktor “asyimmetric information” serta kenyataan bahwa floation cost berhutang lebih rendah dari pada floation cost menerbitkan saham biasa, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah.

Selanjutnya berdasarkan teori pecking order, tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal, karena perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar (Warsono, 2003).

Menurut Riyanto (2001), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:

1. Tingkat Bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu.


(52)

38

Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.

2. Stabilitas dari Earnings

Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.

3. Susunan dari Aktiva

Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.

4. Kadar Resiko dari Aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, semakin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.


(53)

39

5. Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.

6. Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritasnya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.

7. Sifat Manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajemen yang menyukai risiko akan cenderung menggunakan lebih banyak hutang. Sebaliknya, manajemen yang tidak menyukai risiko akan cenderung memilih pendanaan yang bersumber dari modal sendiri.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.


(54)

40 1. Cahyo Widodo (2013)

Pada penelitian Cahyo Widodo menganalisa tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di bursa efek indoesia. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa size, growth, struktur aktiva, ROA dan sales secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDER dengan Adjusted R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel size, ROA, dan sales masing-masing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDER, variabel growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDER sedangkan variabel struktur aktiva memiliki arah hubungan yang negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDER.

2. Bhagas Pratyaksa Mahardika (2013)

Bhagas melakukan penelitian tentang pengujian pecking order theory dan trade off theory pada struktur modal perusahaan consumer goods di bei 2008-2012. Dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan antara variabel defisit pendanaan terhadap perubahan total hutang dan perubahan hutang jangka panjang perusahaan dalam pandangan pecking order theory dan hubungan antara variabel tangibility assets, growth, size dan profitabilitas terhadap total hutang perusahaan dan hutang jangka panjang perusahaan dalam pandangan trade off theory. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi (Pooled Ordinary Least Squares dan fixed effect method). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pandangan pecking order theory variabel defisit pendanaan berpengaruh terhadap perubahan hutang jangka panjang, tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan total hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(55)

41

dan menurut pandangan trade off theory tentang pengaruh faktor-faktor determinan struktur modal terhadap total hutang, variabel profitabilitas berpengaruh terhadap total hutang dan variabel tangibility assets, growth dan size tidak berpengaruh terhadap total hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Dumas Lusangji (2012)

Pada penelitian Dumas Lusangaji menganalisa tentang pengaruh ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil perhitungan dan uji regresi linier berganda, maka dapat diketahui bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian terdapat tiga variabel saja yang signifikan, yakni ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan profitabilitas. Serta hasil penelitian ini juga menegaskan bahwa variabel yang perlu diperhatikan sekaligus yang mempengaruhi struktur modal paling dominan adalah ukuran perusahaan. Berdasarkan temuan dan hasil penelitian, maka dalam penetapan struktur modalnya, perusahaan makanan dan minuman perlu untuk melihat variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas, terutama pada variabel ukuran perusahaannya.


(56)

42 4. Herman Ruslim (2009)

Herman Ruslim melakukan penelitian tentang pengujian struktur modal (teori pecking order) analisis empiris terhadap saham LQ45. Penelitian ini menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, faktor tersebut antara lain DEF, profitabilitas, dan long term debt terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 yang dicerminkan dalam book value only. Bentuk penelitian adalaha penelitian deskriptif dan verikatifkarena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi mengenai pengaruh profit, defisit pendanaan internal dan hutang jangka panjang perusahaan terhadap struktur modal dinamis. Hasil penelitian ini yaitu variabel long term debt dan variabel pendanaan internal secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel struktur modal. Secara simultan variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap struktur modal atas emiten non keuangan di LQ45. Perusahaan LQ45 tidak mengikuti teori pecking order.

5. Sutapa, Hendri dan Heri (2007)

Sutapa, Hendri dan Heri melakukan penelitian sebelumnya membahas tentang pengujian teori pecking order di Indonesia dengan studi kasus pada emiten syariah 2001 hingga 2004. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar memberikan hasil yang konsisten dengan prediksi teori pecking order. Variabel-variabel tersebut adalah profitabilitas dan ukuran perusahaan. Dengan semakin tingginya tingkat keuntungan perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index semakin rendah tingkat


(57)

43

hutang yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar yang ditunjukkan dengan nilai aktiva memberikan akses yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan pada Jakarta Islamic Index untuk mendapatkan hutang. Sementara untuk variabel kesempatan bertumbuh tidak ditemukan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (leverage). Secara umum, hasil penelitian sebelumnya memberikan dukungan atas berlakunya teori pecking order di Indonesia.

6. Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah (2006)

Pada penelitian Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah menganalisa pengaruh teori balance, teori pecking ordr, dan teori signalling terhadap struktur modal perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2000 sampai 2005. Hasil penelitian pada analisis persamaan regresi pertama untuk menguji teori balance menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan intensitas modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil analisa persamaan regresi kedua, untuk menguji pecking order theory dan signalling theory, menunjukkan profitabilitas (ROA) dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000-2005 menggunakan teori signalling dalam menentukan struktur modal.

7. Pudji Astuti (2005)

Pudji Astuti mengkaji sejauh mana pengaruh pecking order, balance dan kebijakan makro terhadap pengambilan keputusan leverage. Menggunakan


(58)

44

sampel 92 perusahaan industri dengan dimensi waktu sebelas tahun (1991-2001) dari data time series dan cross sectional yang digabung menjadi panel data. Hasil penelitian tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan dan intensitas modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1991-2001.

8. Saidi (2004)

Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004) dalam Laksmi (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara lain: ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan yang menyatakan bahwa secara simultan, semua variabel independen berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis (business risk) berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Tabel 2.1 Rincian Hasil Penelitian Terdahulu N

o

Nama Tahun Judul Hasil

1. Cahyo Widodo

2013 analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor pertambangan yang

Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa size, growth, struktur aktiva, ROA dan sales secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDER dengan Adjusted


(59)

45 terdaftar di bursa efek indoesia.

R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel size, ROA, dan sales masing-masing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDER, variabel growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDER sedangkan variabel struktur aktiva memiliki arah hubungan yang negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDER.

2. Bhagas Pratyaksa Mahardika

2013 pengujian pecking order theory dan tade off theory pada struktur modal perusahaan consumer goods di bei 2008-2012.

pandangan pecking order theory variabel defisit pendanaan berpengaruh terhadap perubahan hutang jangka panjang, tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan total hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menurut pandangan trade off theory tentang pengaruh


(1)

106 Lampiran 3

Hasil output spss regresi linear berganda


(2)

107 Lampiran 4

Data Perusahaan

No. Nama

Perusahaan

Struktur Modal

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 0,037 0,037 0,048 0,091 0,220

2 ASII 0,301 0,387 0,426 0,345 0,351

3 GGRM 0,044 0,041 0,041 0,043 0,036

4 INDF 0,506 0,289 0,354 0,534 0,534

5 INTP 0,069 0,060 0,047 0,039 0,034

6 JSMR 0,971 1,015 0,850 1,196 1,411

7 KLBF 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023

8 LPKR 0,612 0,701 0,865 0,866 0,815

9 LSIP 0,085 0,072 0,076 0,084 0,095

10 SMGR 0,075 0,148 0,198 0,169 0,162

11 PTBA 0,176 0,175 0,288 0,247 0,296

12 TINS 0,097 0,120 0,128 0,105 0,113

MIN 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023

MAX 0,971 1,015 0,865 1,196 1,411

RATA-RATA 0,249 0,255 0,279 0,312 0,341

No. Nama

Perusahaan

Struktur Aktiva

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 0,767 0,815 0,857 0,887 0,870

2 ASII 0,586 0,572 0,584 0,587 0,588

3 GGRM 0,255 0,223 0,278 0,318 0,338

4 INDF 0,575 0,543 0,558 0,578 0,523

5 INTP 0,512 0,432 0,359 0,367 0,443

6 JSMR 0,784 0,809 0,817 0,865 0,886

7 KLBF 0,284 0,276 0,316 0,337 0,346

8 LPKR 0,242 0,255 0,217 0,233 0,207

9 LSIP 0,734 0,623 0,657 0,749 0,785

10 SMGR 0,528 0,611 0,690 0,676 0,661

11 PTBA 0,238 0,230 0,315 0,445 0,499

12 TINS 0,301 0,302 0,356 0,363 0,328

MIN 0,238 0,223 0,217 0,233 0,207

MAX 0,784 0,815 0,857 0,887 0,886


(3)

108 No. Nama

Perusahaan

Ukuran Perusahaan

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 8791799 10240495 12419820 14963190 18558329

2 ASII 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000

3 GGRM 30741679 39088705 41509325 50770251 58220600

4 INDF 47275955 53585933 59324207 77611416 85938885

5 INTP 15346146 18151331 22755160 26607241 28884973

6 JSMR 18952129 20915891 24753551 28058582 31857948

7 KLBF 7032497 8274554 9417957 11315061 12425032

8 LPKR 16155385 18259171 24869296 31300362 37761221

9 LSIP 5561433 6791859 7551796 7974876 8655146

10 SMGR 15562999 19661603 26579084 30792884 34314666

11 PTBA 8718394 11510262 12728981 11677155 14812023

12 TINS 5881108 6569807 6101007 8244019 9752477

MIN 5561433 6569807 6101007 7974876 8655146

MAX 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000

RATA-RATA 24448460 30614051 35857015 42775753 48100858

No. Nama

Perusahaan

Intensitas Modal

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 0,9941 0,9506 1,0740 1,1805 1,1381

2 ASII 0,8721 0,9493 0,9693 1,1037 1,1702

3 GGRM 0,8156 0,9333 0,8466 0,9158 0,8931

4 INDF 1,2310 1,1821 1,1851 1,3953 1,3514

5 INTP 1,3778 1,3070 1,3161 1,4235 1,4445

6 JSMR 4,4012 3,2249 2,7291 2,7317 3,4721

7 KLBF 0,6877 0,7583 0,6906 0,7071 0,7154

8 LPKR 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,2399

9 LSIP 1,5480 1,4493 1,7931 1,9292 1,8312

10 SMGR 1,0850 1,2004 1,3562 1,2568 1,2715

11 PTBA 1,1023 1,0878 1,0979 1,0417 1,1326

12 TINS 0,7052 0,7509 0,7799 1,4086 1,3230

MIN 0,6877 0,7509 0,6906 0,7071 0,7154

MAX 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,4721


(4)

109

No. Nama

Perusahaan

Likuiditas

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 1,932 1,259 0,685 0,450 0,585

2 ASII 1,273 1,344 1,399 1,242 1,323

3 GGRM 2,701 2,245 2,170 1,722 1,620

4 INDF 2,036 1,910 2,003 1,683 1,807

5 INTP 5,554 6,982 6,028 6,148 4,934

6 JSMR 1,650 0,982 0,682 0,778 0,844

7 KLBF 4,393 3,676 3,405 2,839 3,404

8 LPKR 4,219 6,037 5,599 4,960 5,233

9 LSIP 2,383 4,819 3,273 2,485 2,491

10 SMGR 2,917 2,647 1,706 1,882 2,209

11 PTBA 5,786 4,618 4,924 2,866 2,075

12 TINS 3,237 3,224 4,094 2,152 1,865

MIN 1,273 0,982 0,682 0,450 0,585

MAX 5,786 6,982 6,028 6,148 5,233

RATA-RATA 3,173 3,312 2,997 2,434 2,366

No. Nama

Perusahaan

Profitabilitas

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 0,229 0,244 0,198 0,127 0,141

2 ASII 0,127 0,137 0,125 0,104 0,094

3 GGRM 0,135 0,127 0,098 0,086 0,093

4 INDF 0,062 0,091 0,081 0,063 0,056

5 INTP 0,210 0,198 0,209 0,188 0,183

6 JSMR 0,062 0,056 0,062 0,033 0,038

7 KLBF 0,183 0,184 0,188 0,174 0,171

8 LPKR 0,033 0,045 0,053 0,051 0,083

9 LSIP 0,186 0,251 0,148 0,096 0,106

10 SMGR 0,233 0,201 0,185 0,174 0,162

11 PTBA 0,229 0,268 0,229 0,159 0,136

12 TINS 0,161 0,137 0,071 0,075 0,065

MIN 0,033 0,045 0,053 0,033 0,038

MAX 0,233 0,268 0,229 0,188 0,183


(5)

110

No. Nama

Perusahaan

Harga Saham

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 26200 21700 19700 25100 24250

2 ASII 5455 7400 7600 6800 7425

3 GGRM 40000 62050 56300 42000 60700

4 INDF 4875 4600 5850 6600 6750

5 INTP 15950 17050 22450 20000 25000

6 JSMR 3425 4200 5450 4725 7050

7 KLBF 3250 3400 1060 1250 1830

8 LPKR 680 660 1000 910 1020

9 LSIP 1285 2250 2300 1930 1890

10 SMGR 9450 11450 15700 14150 16200

11 PTBA 22950 17350 15100 10200 12500

12 TINS 2750 1670 1540 1600 1230

MIN 680 660 1000 910 1020

MAX 40000 62050 56300 42000 60700

RATA-RATA 11355,8 12815 12837,5 11272,1 13820,4

No. Nama

Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan

2010 2011 2012 2013 2014

1 AALI 0,161 0,165 0,213 0,205 0,240

2 ASII 0,275 0,361 0,181 0,174 0,103

3 GGRM 0,129 0,272 0,062 0,223 0,147

4 INDF 0,171 0,133 0,107 0,308 0,107

5 INTP 0,156 0,183 0,254 0,169 0,086

6 JSMR 0,172 0,104 0,183 0,134 0,135

7 KLBF 0,085 0,177 0,138 0,201 0,098

8 LPKR 0,332 0,130 0,362 0,259 0,206

9 LSIP 0,148 0,221 0,112 0,056 0,085

10 SMGR 0,737 0,462 0,527 0,135 0,089

11 PTBA 0.079 0,320 0,106 -0,083 0,268

12 TINS 0,211 0,117 -0,071 0,351 0,183

MIN 0,085 0,104 -0,071 -0,083 0,085

MAX 0,737 0,462 0,527 0,351 0,268


(6)