25
theory. Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai.
Sesuai dengan teori ini, maka investasi akan dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu yaitu laba yang ditahan, kemudian baru diikuti oleh penerbitan saham
hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Dengan adanya asimetrik informasi tersebut juga akan mengakibatkan perusahaan lebih suka
pendanaan internal daripada eksternal. Penggunaan dana internal tidak mengharuskan perusahaan mengungkapkan informasi baru kepada pemodal
sehingga dapat menurukan harga saham Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 278.
D. Signalling Theory
Model ketiga tentang struktur modal adalah teori signalling yang dikembangkan Ross 1977. Model ini, seperti juga teori pecking order,
berdasarkan asumsi adanya asimetri informasi antara manajer dan investasi Budi Frensidy, 2008.
Signalling Theory Teori Persinyalan menurut Brigham dan Houston 2006 merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang
diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya, yang artinya menarik investor-investor baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Adanya pengumuman penawaran
26
saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan seperti ayng dilihat manajemen tidak terlalu cerah. Hal ini selanjutnya
menunjukkan bahwa ketika sebuah perusahaan mengumumkan penawaran saham baru, biasanya harga sahamnya akan menurun.
Karena asimetri ini, pemegang saham tidak mempercayai pernyataan manajemen bahwa prospek perusahaan bagus karena manajemen perusahaan lain
juga akan berkata sama. Bukankah berbicara dan berjanji itu mudah dan murah. Kalau mau, manajer perusahaan bagus dapat melakukan signaling yang tidak
dapat diikuti perusahaan yang tidak bagus karena berharga terlalu mahal untuk mereka. Ross mengatakan hanya perusahaan bagus yang dapat dipercaya kreditor
untuk berhutang banyak atau memperoleh hutang baru dan tetap dapat bertahan. Perusahaan-perusahaan jelek tidak dapat mengambil langkah ini. Kalaupun
dipaksakan, sangat mungkin mereka akan berakhir dengan kebangkrutan karena harus membayar bunga bankobligasi yang sangat besar.
Menurut model ini, rasio hutang itu bergantung pada bagus jeleknya perusahaan. Perusahaan bagus akan mempunyai rasio hutang yang besar
sementara perusahaan jelek akan menjaga rasio hutangnya tetap rendah Budi Frensidy, 2008.
E. Modigliani and Miller Theory