18
B. Trade Off Theory
Model ini dikembangkan oleh Baxter 1967, Kraus and Litzenberger 1973 dan Kaaro 2002, yang mencoba menguji pendapat MM dengan
menghubungkan asumsi-asumsi MM dengan biaya kebangkrutan financial distress cost yang mana hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang
digunakan: 1. Pada tingkat leverage rendah manfaat penghematan pajak akibat
penggunaan utang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan, dan 2. Pada tingkat leverage tinggi biaya kebangkrutan justru bisa melebihi
manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut 3. Semakin besar penggunaan utang maka semakin besar pula keuntungan
akibat utang tersebut namun PV biaya financial distress dan agency juga besar bahkan lebih besar.
Jadi disebut model trade-off karena struktur modal optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan
manfaat atas penggunaan leverage atau utang tax-shield. Model trade-off memang logis secara teori tapi secara empiris bukti-bukti yang mendukung model
ini kurang kuat, namun demikian MM dan Miller sangat berperan dalam mengembangkan teori struktur modal. Ambarwati, 2010: 49-50
19
Menurut trade-off theory Myers, 2001: 81 “Perusahaan akan berhutang
sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak tax shields dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress
”. Biaya kesulitan keuangan financial distress adalah biaya kebangkrutan
bankruptcy costs atau reorganization, dan biaya keagenan agency costs yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory
dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.
Pengembangan teori MM adalah teori perimbangan statis static trade-off. Utang memiliki manfaat dan biaya. Utang menguntungkan perusahaan karena
pembayaran bunga, tidak seperti pembayaran dividen, diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang
dibayarkan berkurang Budi Frensidy, 2008. Disebut model trade off karena struktur modal yang optimal dapat
ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan hutang tax shield benefits of leverage dengan biaya financial distress dan agency problem
Warsono, 2003. Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan
personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut
20
termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi, apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka
hutang tidak boleh lagi ditambah Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 275. Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.
Penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham
perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham perusahaan akan dimaksimalkan jika menggunakan hutang 100 persen. Dalam
kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100 persen karena perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kebangkrutan Brigham dan Houston, 2006. Teori struktur modal yang disebut sebagai balancing theories Myers,
1984 dan Bayles and Diltz, 1994. Disebut sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal
sendiri. Pembicaraan balancing theories dimulai dari keadaan ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Tentu saja kondisi
seperti ini tidak ada dalam dunia nyata Husnan,2004: 324.
21
Model trade off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat PV biaya financial distress
dan PV agency cost. Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting Lukas Setia Atmaja, 2008: 260:
1. Perusahaan yang meiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki probabilitas financial distress yang besar. Perusahaan
semacam ini harus menggunakan sedikit hutang. 2. Aktiva tetap yang khas tidak umu, aktiva yang tidak nampak intangible
assets dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam
ini seharusnya menggunakan sedikit hutang. 3. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi dikenai tingkat pajak yang
besar sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan yang membayar pajak lebih rendah.
Menurut Brigham :2001 dalam Hasa 2008, hutang mempunyai keuntungan pada:
1. Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah.
2. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaimbagi pemilik perusahaan.
22
Dalam static trade off theory, terdapat dua implikasi penting yaitu perusahaan dengan resiko bisnis tinggi lebih baik menggunakan sedikit hutang.
Hal ini akan memperbesar biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga perusahaan mengalami biaya kesulitan keuangan.
Menurut Erwin Prasetya dalam bukunya yang berjudul “hutang menjadi untung”, dia mengungkapkan bahwa “hutang akan baik-baik saja apabila
penggunaanya baik, konseptual, dan berkomitmen” agar tidak terjebak kedalam keputusan berhutang yang keliru, ada minimal 3 pertanyaan kunci yang perlu
diajukan sebelum memutuskan berhutang: 1. untuk apa hutang tersebut digunakan,
2. Berapa besar hutang yang ingin dan mampu anda ambil, 3. Bagaimana hutang itu bisa dilunasi dalam keadaan darurat.
Static trade off theory mengemukakan bahwa hutang mempunyai dua sisi. Sisi positif dari hutang adalah bahwa pembayaran bunga akan mengurangi
pembayaran kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena adanya perbedaan
perlakuan pajak terhadap bunga dan dividen serta pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga
jumlah pajak yang dibayar perusahaan perusahaan berkurang. Sebaliknya, pembagian dividen kepada pemegang saham tidak mengurangi pembayaran
pembayaran pajak perusahaan. Jadi, dari sisi pajak akan lebih menguntungkan jika perusahaan membiayai investasi dengan hutang karena adanya penghematan
23
pajak. Menurut teori ini, semakin besar laba EBIT yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar
berkurang. Namun demikian, besarnya hutang ini dibatasi oleh besarnya biaya- biaya kepailitan dan biaya tekanan keuntungan yang timbul menjelang perusahaan
bangkrut cost of financial distress.
C. Pecking Order Theory