Agency Cost Theory Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

31

F. Agency Cost Theory

Hal yang berhubungan dekat dengan biaya kebangkrutan dekat dengan biaya kebangkrutan dalam hal dampaknya atas struktur modal dan nilai modal adalah biaya agensi agency cost. Biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan juga menggunakan utang dan menggunkannya untuk melakukan kegiatan yang merugikan kreditur. Agency cost terdiri dari biaya kehilangan kebebasan dan biaya untuk memonitor perusahaan. Horne- Wachowicsz, 2006 Pihak manajemen dapat dianggap, sebagai agen dari pemilik perusahaan, yaitu pemilik saham. Para pemegang saham ini, dengan harapan bahwa agen akan bertindak demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen, agar pihak manajemen dapat membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham, merupakaan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat insentif yang tepat gaji, bonus, opsi saham, dan kompensasi. Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori yang bagus yaitu teori biaya agensi. Di antaranya, mereka menunjukkan bahwa siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham. Semakin besar kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga, dan semakin rendah nilai bagi para pemegang sahamnya, jika semua hal lai dianggap tetap. Ambarwati, 2010: 53 32

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

1. Struktur aktiva Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing- masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Riyanto, 2001. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek umumnya kurang dari satu tahun. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi Riyanto, 2001. Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang Brigham Houston, 2011:188. Dengan demikian struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. Jadi, struktur aktiva berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori trade off. 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan Hol dan Wijst, 2006. Hubungan antara ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses perusahaan ke pasar modal. Perusahaan dengan ukuran besar lebih terdiversifikasi, sehingga 33 mengurangi risiko kebangkrutan dan akan lebih mudah mendapatkan akses mendapatkan pinjaman, sehingga semakin besar kesempatannya untuk menghimpun dana yang lebih cepat dan mempunyai kesempatan peminjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini diakibatkan karena perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dengan saham yang tersebar luas, perusahaan lebih berani dalam ekspansi perusahaan dengan penggunaan pinjamannya dalam bentuk hutang Frank dan Goyal, 2003. Menurut Brigham dan Houston 2011:40, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan hutang. Sedangkan menurut Bambang Riyanto 2001:299 perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dengan pendekatan teori trade off. 3. Intensitas Modal Menurut Myers dalam Sholihah 2006, intesitas modal mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pudji Astuty 2005, hasil penelitian menunjukkan 34 bahwa intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Intensitas modal berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori pecking order. 4. Likuiditas Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. CR current ratio atau rasio lancar adalah salah satu ukuran dari rasio likuiditas. CR berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya Hanafi dan Halim, 2005. Semakin besar R current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya CR current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan: untuk membayarkan dividen yang dijanjikan Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar untuk memperkirakan seberapa besar aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya. Ukuran lain dari rasio likuiditas adalah Cash ratio yang merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya current liability melalui sejumlah kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya Brigham, 1983 dalam Chasanah 2008. Dengan 35 semkin meningkatnya keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalama membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitka utang dalam jumlah yang besar. Bambang Riyanto 1995:301 menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaannya. Dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal dengan pendekatan teori trade off. 5. Profitabilitas Profitabilitas menurut Riyanto 2001 adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan, 36 lebih suka untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya dengan profit yang didapat yaitu laba ditahannya, oleh karena itu biasanya perusahaan menggunakan hutang yang relatif kecil dibanding dengan total modal sendiri. Pengertian profitabilitas menurut Agus Sartono 2008:122 adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memiliki dana internal laba ditahan yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dengan pendekatan teori pecking order. 6. Harga Saham Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi pula kemakuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan kemakmuran perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Kebijaksanaan struktur modal akan mempengaruhi harga saham, menurut Brigham dan Houston 2001 dalam Sriwardany 2006, selama tingkat hutang menaikkan laba persaham yang diharapkan, leverage bekerja mengungkit harga saham. Namun tingkat hutang yang lebih tinggi juga meningkatkan resiko perusahaan, yang menaikkan biaya ekuitas dan selanjutnya menurunkan harga saham. 37 7. Pertumbuhan perusahaan GROWTH Menurut Lukas Setia Atmaja 2008: 274 dalam buku teori dan praktek manajemen keuangan, jika faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, pada umunya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehungga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Karena adanya faktor “asyimmetric information” serta kenyataan bahwa floation cost berhutang lebih rendah dari pada floation cost menerbitkan saham biasa, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Selanjutnya berdasarkan teori pecking order, tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal, karena perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar Warsono, 2003. Menurut Riyanto 2001, struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah: 1. Tingkat Bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. 38 Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi. 2. Stabilitas dari Earnings Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk. 3. Susunan dari Aktiva Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. 4. Kadar Resiko dari Aktiva Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, semakin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. 39 5. Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. 6. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi up saving para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritasnya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. 7. Sifat Manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajemen yang menyukai risiko akan cenderung menggunakan lebih banyak hutang. Sebaliknya, manajemen yang tidak menyukai risiko akan cenderung memilih pendanaan yang bersumber dari modal sendiri.

H. Penelitian Terdahulu