Operasional Varibel Penelitian Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas

62 d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas Ghozali, 2009. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:  Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna lebih dari 0,9, maka terjadi problem multikolinearitas.  Memiliki nilai VIF lebih dari 10 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 0,10. Maka model terjadi problem multikolinearitas. Cara mengatasi masalah multikolinearitas antara lain:  Menggabungkan data cross section dan time series  Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan indentifikasikan variabel independen lainnya untuk membentu prediksi  Melakukan transformasi variabel. Tranformasi dapat dilakukan dalam bentuk Logaritma Natural LN

E. Operasional Varibel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 2 jenis variabel yaitu endogen dan eksogen. Berikut ini rincian variabel endogen dan eksogen: 1. Variabel endogen adalah variabel antara atau variabel terikat. Dalam variabel ini variabel endogen Y adalah stuktur modal yang dihitung menggunakan rumus DER debt to equity ratio. Mengacu pada penelitian 63 Bramantyo Arief 2011 untuk mengukur tingkat hutang yang digunakan perusahaan maka dalam penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio DER, yaitu suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui total hutang dan total ekuitas equity. Rumus : Struktur Modal = Dimana: Total Debt: total hutang Total Equity: total hutang 2. Variabel Independen Independent Variabel Variabel independen disebut juga variabel prediktor predictor variable yang biasa dilambangkan dengan X adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Jika terdapat variabel independen, variabel dependen juga ada, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Struktur Aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Jadi, struktur aktiva merupakan susunan dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva Riyanto, 2001. Rumus : Struktur Aktiva = 64 b. Ukuran perusahaan adalah variabel yang mengukur besarnya perusahaan, dalam penelitian ini diukur dengan total aktiva dari tiap- tiap perusahaan yang diteliti. c. Intensitas modal adalah perbandingan dari total aktiva dibagi dengan penjualan yang diukur dengan rumusan sebagai berikut: Rumus: Intensitas Modal= d. Likuiditas Menurut Dewi Astuti: 2005 : 11 yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek perusahaan seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini saya menggunakan rasio lancar current ratio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rumus: Current Ratio: e. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Ukuran profitabilitas yang digunakaan dalam penelitian ini adalah ROA. ROA yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dan total aktiva Rumus: ROA: f. Harga Saham Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan closing price akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi objek penelitian Michell Suharli, 2006. 65 g. Pertumbuhan perusahaan GROWTH Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengna menggunakan perubahan total asset total aktiva atau perubahan total sales penjualan Titman dan Wessels, 1988 dalam Darminto, 2007. Dalam penelitian ini digunakan perubahan total aset dengan perhitungan sebaga berkut: Rumus: I= Tabel 3.1 Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Penelitian Variabel Definisi Pengukuran Struktur Modal Kemampuan perusahaan dalam memenuhi total hutang total debt berdasarkan total modal sendiri total shareholder equity Struktur Aktiva Hasil bagi antara aktiva dengan total aktiva Ukuran perusahaan Dilihat dari nilai total aktiva Total Aktiva Intensitas Modal Perbandingan antara total aktiva dengan penjualan 66 Likuiditas Rasio yang didapatkan dari perbandingan curretn asset dengan current liabilities Profitabilitas Rasio yang didapat dari perbandingan antara EAT dengan total aktiva Harga Saham Dilihat dari closing price setiap akhir tahunnya Closing Price Pertumbuhan perusahaan Dilihat dari peningkatan aset dari tahun sebelumnya ke tahun sekarang I= 67 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL A. Deskriptif Analisis 1. Deskriptif Data Sampel Berdasarkan pengambian sampel secara purposive sample maka dapat diperoleh populasi sebagai berikut:  Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut 5 tahun di indeks LQ45 pada tahun 2010-2014 sebanyak 21 perusahaan.  Dari 21 perusahaan tersebut diseleksi lagi dan diambil perusahaan yang non bank sebagai sampel dalam penelitian ini.  Dari daftar tersebut peneliti mengambil 16 perusahaan sebagai sampel yang teliti.  Dari 16 data perusahaan peneliti menyeleksi lagi dan yang diambil hanya perusahaan-perusahaan yang menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit dalam bentuk rupiah.  Data yang terkumpul sebanyak 12 perusahaan. 68 Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian Sumber: data diolah 2. Analisis Data Penelitian Data-data yang diperoleh dari variabel abservedindicator yang diteliti diantaranya adalah: a. Struktur Modal Struktur modal perusahaan adalah campuran antara hutang jangka panjang dan modal perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasinya Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 3, Van Horne dan Machowicz 2007: 232.semakin besar rasio struktur modal, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang No. Kode Emiten 1. AALI Astra Argo Lestari Tbk 2. ASII ASTRA Internasional Tbk 3. GGRM Gudang Garam Tbk 4. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 5. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 6. JSMR Jasa Marga Tbk 7. KLBF Kalbe Farma Tbk 8. LPKR Lippo Karawaci Tbk 9. LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk 10. PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 11. SMGR Semen Indonesia Persero Tbk 12. TINS Timah Tbk 69 cukup tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memanfaatkan hutang. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik. Tabel 4.2 Struktur Modal Emiten LQ45 Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Struktur Modal 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 0,037 0,037 0,048 0,091 0,220 2 ASII 0,301 0,387 0,426 0,345 0,351 3 GGRM 0,044 0,041 0,041 0,043 0,036 4 INDF 0,506 0,289 0,354 0,534 0,534 5 INTP 0,069 0,060 0,047 0,039 0,034 6 JSMR 0,971 1,015 0,850 1,196 1,411 7 KLBF 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023 8 LPKR 0,612 0,701 0,865 0,866 0,815 9 LSIP 0,085 0,072 0,076 0,084 0,095 10 SMGR 0,075 0,148 0,198 0,169 0,162 11 PTBA 0,176 0,175 0,288 0,247 0,296 12 TINS 0,097 0,120 0,128 0,105 0,113 MIN 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023 MAX 0,971 1,015 0,865 1,196 1,411 RATA-RATA 0,249 0,255 0,279 0,312 0,341 Sumber: data diolah Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur modal paling kecil pada tahun 2010-2014 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk sebesar 0.020, 0.020, 0.021, 0.021, 0.023. Sedangkan perusahaan yang memiliki struktur modal paling besar pada tahun 2010 adalah TINS Timah Tbk sebesar 0.971. Pada tahun 2011, 2013 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 70 1.015, 1.196, dan 1.411. Pada tahun 2012 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.865. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal perusahaan yang terdaftar sebagai emiten LQ45 pada 2010-2014 sebesar 0.249, 0.255, 0.279, 0.312, 0.341. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya tidak menggunakan hutang jangka panjang.. b. Struktur Aktiva Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva, memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Artinya apabila struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakn tinggi pula jumlah utang dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan. Karena perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap yang lebih tinggi akan cenderung menggunakan hutang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang Weston dan Brigham, 1993. Data mengenai struktur aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. 71 Tabel 4.3 Struktur Aktiva Emiten LQ45 Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Struktur Aktiva 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 0,767 0,815 0,857 0,887 0,870 2 ASII 0,586 0,572 0,584 0,587 0,588 3 GGRM 0,255 0,223 0,278 0,318 0,338 4 INDF 0,575 0,543 0,558 0,578 0,523 5 INTP 0,512 0,432 0,359 0,367 0,443 6 JSMR 0,784 0,809 0,817 0,865 0,886 7 KLBF 0,284 0,276 0,316 0,337 0,346 8 LPKR 0,242 0,255 0,217 0,233 0,207 9 LSIP 0,734 0,623 0,657 0,749 0,785 10 SMGR 0,528 0,611 0,690 0,676 0,661 11 PTBA 0,238 0,230 0,315 0,445 0,499 12 TINS 0,301 0,302 0,356 0,363 0,328 MIN 0,238 0,223 0,217 0,233 0,207 MAX 0,784 0,815 0,857 0,887 0,886 RATA-RATA 0,484 0,474 0,500 0,534 0,539 Tabel 4.3 menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva paling kecil pada tahun 2010 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 0.238. Pada tahun 2011 adalah GGRM Gudang Garam Tbk sebesar 0.223. Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.217, 0.233, dan 0.207. Sedangkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva paling besar pada tahun 2010 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.784 dan 0.886. Pada tahun 2011- 2013 adalah AALI Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0.815, 0.857, dan 0.887. Sedangkan nilai rata-rata struktur Aktiva perusahaan tahun 2010-2014 sebesar 0.484, 0.474, 0.500, 0.534, 0.539. Hal ini menunjukkan rata-rata aset perusahaan diinvestasikan dalam bentuk harta tetap seperti tanah, bangunan, 72 mesin, kendaraan dll sekitar 48-53 dari total harta yang dimiliki. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir terjadi kenaikan rasio struktur aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45. c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan Titman dan Wessels, 1988 dalam Rudiana, Firdaus dan Garnia 2007. Adapun data mengenai total aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Ukuran Perusahaan Tahun 2010-2014 dalam Jutaan Rupiah No. Nama Perusahaan Ukuran Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 8791799 10240495 12419820 14963190 18558329 2 ASII 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000 3 GGRM 30741679 39088705 41509325 50770251 58220600 4 INDF 47275955 53585933 59324207 77611416 85938885 5 INTP 15346146 18151331 22755160 26607241 28884973 6 JSMR 18952129 20915891 24753551 28058582 31857948 7 KLBF 7032497 8274554 9417957 11315061 12425032 8 LPKR 16155385 18259171 24869296 31300362 37761221 9 LSIP 5561433 6791859 7551796 7974876 8655146 10 SMGR 15562999 19661603 26579084 30792884 34314666 11 PTBA 8718394 11510262 12728981 11677155 14812023 12 TINS 5881108 6569807 6101007 8244019 9752477 MIN 5561433 6569807 6101007 7974876 8655146 MAX 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000 RATA-RATA 24448460 30614051 35857015 42775753 48100858 Sumber: data diolah Tabel 4.4 menunjukan perusahaan yang mempunyai total aktiva paling kecill pada tahun 2010, 2013 dan 2014 adalah LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 5,561,433, 7,974,876, dan 8,655,146. Pada tahun 2011 73 dan 2012 adalah TINS Timah Tbk sebesar 6,569,807 dan 6,101,007. Sedangkan perusahaan yang mempunyai total aktiva paling besar pada tahun 2010-2014 adalah ASII Astra Internasional Tbk sebesar 113,362,000, 154,319,000, 182,274,000, 213,994,000 dan 236,029,000. Sedangkan jumlah rata-rata total aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 pada tahun 2010-2014 sebesar 24,448,460, 30,614,051, 35,857,015, 42,775,754, 48,100,858. Berdasarkan hasil, dapat diinterpretasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut rata-rata total aktiva perusahaan terjadi peningkatan. Semakin besar total aktiva menunjukkan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. d. Intensitas Modal Intensitas modal adalah rasio antara total aktiva dengan penjualan Commanor dan Wilson, 1967, Porter, 1979. Data mengenai intensitas modal perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.5. 74 Tabel 4.5 Intensitas Modal Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Intensitas Modal 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 0,9941 0,9506 1,0740 1,1805 1,1381 2 ASII 0,8721 0,9493 0,9693 1,1037 1,1702 3 GGRM 0,8156 0,9333 0,8466 0,9158 0,8931 4 INDF 1,2310 1,1821 1,1851 1,3953 1,3514 5 INTP 1,3778 1,3070 1,3161 1,4235 1,4445 6 JSMR 4,4012 3,2249 2,7291 2,7317 3,4721 7 KLBF 0,6877 0,7583 0,6906 0,7071 0,7154 8 LPKR 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,2399 9 LSIP 1,5480 1,4493 1,7931 1,9292 1,8312 10 SMGR 1,0850 1,2004 1,3562 1,2568 1,2715 11 PTBA 1,1023 1,0878 1,0979 1,0417 1,1326 12 TINS 0,7052 0,7509 0,7799 1,4086 1,3230 MIN 0,6877 0,7509 0,6906 0,7071 0,7154 MAX 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,4721 RATA-RATA 1,6658 1,5127 1,4896 1,6491 1,5819 Sumber: data diolah Tabel 4.5 menunjukkan perusahaan yang mempunyai intensitas modal paling kecil pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk sebesar0.6877, 0.6906, 0.7071, 0.7154. Pada tahun 2011 adalah TINS Timah Tbk sebesar 0.7509. Sedangkan perusahaan yang mempunyai intensitas modal paling besar pada tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 5.1692, 4.3582, 4.0371, dan 4,6954. Pada tahun 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 3.4721. Sedangkan nilai rata-rata intensitas modal perusahaan-perusahaan tersebut pada tahun 2010-2014 sebesar 1.6658, 1.5127, 1.4896, 1.6491, 1.5819. Hal ini dapat diinterpretasikan selama kurun waktu 5 tahun terjadi kenaikan dan 75 penurunan intensitas modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di LQ45. Semakin kecil rasio intensitas modal maka akan semakin baik, karena terjadi peningkatan penjualan pada akhirmya akan memaksimalkan laba. e. Likuiditas Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio likuiditas digunakan current ratio atau rasio lancar. Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Data mengenai likuiditas perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Likuiditas Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Likuiditas 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 1,932 1,259 0,685 0,450 0,585 2 ASII 1,273 1,344 1,399 1,242 1,323 3 GGRM 2,701 2,245 2,170 1,722 1,620 4 INDF 2,036 1,910 2,003 1,683 1,807 5 INTP 5,554 6,982 6,028 6,148 4,934 6 JSMR 1,650 0,982 0,682 0,778 0,844 7 KLBF 4,393 3,676 3,405 2,839 3,404 8 LPKR 4,219 6,037 5,599 4,960 5,233 9 LSIP 2,383 4,819 3,273 2,485 2,491 10 SMGR 2,917 2,647 1,706 1,882 2,209 11 PTBA 5,786 4,618 4,924 2,866 2,075 12 TINS 3,237 3,224 4,094 2,152 1,865 MIN 1,273 0,982 0,682 0,450 0,585 MAX 5,786 6,982 6,028 6,148 5,233 RATA-RATA 3,173 3,312 2,997 2,434 2,366 Sumber: data diolah 76 Tabel 4.6 menunjukkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling kecil pada tahun 2010 adalah ASII Astra Internasional Tbk sebesar 1.273. Pada tahun 2011 dan 2012 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.982 dan 0.682. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah AALI Astra Argo Lestari Tbk sebesar 0.450, 0.585. Sedangkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling besar pada tahun 2010 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 5.786. Pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 6.982, 6.028, 6.148. Pada tahun 2014 adalah MNCN sebesar 9.717. Sedangkan jumlah rata-rata likuiditas perusahaan-perusahaan tahun 2010- 2014 sebesar 3.173, 3.312, 2.997, 2.434, 2.366. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan tingkat likuiditas selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil tingkat likuiditas menunjukkan penurunan penggunaan modal yang diperoleh dari hutang atau dengan kata lain perusahaan mengalami penurunan dalam menggunakan hutang sebagai dana pengoperasian. Semakin besar tingkat likuiditas menunjukkan perusahaan semakin banyak menggunakan hutang dalam pengoperasiannya. f. Profitabilitas ROA Rasio probilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio probabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil dari operasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ROA untuk mengukur probabilitas perusahaan. ROA atau pengembalian atas total aktiva adalah rasio antara laba 77 bersih terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak Van Horne dan Wachowizc, 2007, Higgins, 2004: 35, Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 65. Data mengenai profitabilitas ROA perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Profitabilitas ROA Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Profitabilitas 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 0,229 0,244 0,198 0,127 0,141 2 ASII 0,127 0,137 0,125 0,104 0,094 3 GGRM 0,135 0,127 0,098 0,086 0,093 4 INDF 0,062 0,091 0,081 0,063 0,056 5 INTP 0,210 0,198 0,209 0,188 0,183 6 JSMR 0,062 0,056 0,062 0,033 0,038 7 KLBF 0,183 0,184 0,188 0,174 0,171 8 LPKR 0,033 0,045 0,053 0,051 0,083 9 LSIP 0,186 0,251 0,148 0,096 0,106 10 SMGR 0,233 0,201 0,185 0,174 0,162 11 PTBA 0,229 0,268 0,229 0,159 0,136 12 TINS 0,161 0,137 0,071 0,075 0,065 MIN 0,033 0,045 0,053 0,033 0,038 MAX 0,233 0,268 0,229 0,188 0,183 RATA-RATA 0,154 0,162 0,137 0,111 0,111 Sumber: data diolah Tabel 4.7 menunjukkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling kecil pada tahun 2010-2012 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.033, 0.045, 0.053. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.033, 0.038. Sedangkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling besar pada tahun 2010 adalah SMGR Semen Gresik Tbk sebesar 0.233. Pada tahun 2011 dan 2012 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 78 0.268, 0.299. Pada tahun 2013-2014 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah 0.188, 0.183. Sedangkan jumlah rata-rata profitabilitas perusahaan-perusahaan tahun 2010-2014 sebesar 0.154, 0.162, 0.137, 0.111, 0,111. hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan ROA selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil nilai ROA menunjukkan penurunan profitabilitas laba bersih yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya, semakin tinggi ROA menunjukkan peningkatan profitabilitas laba bersih yang diperoleh perusahaan. g. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham closing price akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi objek penelitian. Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi harga saham, dan akan berdampak pada kemakmuran pemegang saham yang tinggi pula. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan kemakmuran perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun data mengenai harga saham perusahaan manufaktur dapat diliat pada tabel 4.8 79 Tabel 4.8 Harga Saham Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Harga Saham 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 26200 21700 19700 25100 24250 2 ASII 5455 7400 7600 6800 7425 3 GGRM 40000 62050 56300 42000 60700 4 INDF 4875 4600 5850 6600 6750 5 INTP 15950 17050 22450 20000 25000 6 JSMR 3425 4200 5450 4725 7050 7 KLBF 3250 3400 1060 1250 1830 8 LPKR 680 660 1000 910 1020 9 LSIP 1285 2250 2300 1930 1890 10 SMGR 9450 11450 15700 14150 16200 11 PTBA 22950 17350 15100 10200 12500 12 TINS 2750 1670 1540 1600 1230 MIN 680 660 1000 910 1020 MAX 40000 62050 56300 42000 60700 RATA-RATA 11355,8 12815 12837,5 11272,1 13820,4 Sumber: data diolah Tabel 4.8 menunjukkan perusahaan yang mempunyai harga saham paling kecil pada tahun 2010 sampai 2014 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 680, 660, 1000, 910, dan 1020. Sedangkan perusahaan yang mempunyai harga saham paling besar pada tahun 2010 sampai 2014 adalah GGRM Gudang Garam Tbk sebesar 40000, 62050, 56300, 42000, dan 60700. Sedangkan jumlah rata-rata harga saham sebesar 11355.8, 12815, 12837.5, 11272.1, dan 13820.4. Harga saham setiap perusahaan mencerminkan nilai perusahaan tersebut. Jika harga saham naik, menunjukkan nilai perusahaan tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata harga saham perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5 tahun 80 terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan penurunan. h. Pertumbuhan Perusahaan Nilai pertumbuhan perusahaan perusahaan ini diliat dari nilai selisih aset tahun n dikurang nilai aset tahun dasar. Nilai pertumbuhan perusahaan mencerminkan adanya pertumbuhan atau penurunan nilai perusahaan. Tabel 4.9 Pertumbuhan Perusahaan Tahun 2010-2014 No. Nama Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 1 AALI 0,161 0,165 0,213 0,205 0,240 2 ASII 0,275 0,361 0,181 0,174 0,103 3 GGRM 0,129 0,272 0,062 0,223 0,147 4 INDF 0,171 0,133 0,107 0,308 0,107 5 INTP 0,156 0,183 0,254 0,169 0,086 6 JSMR 0,172 0,104 0,183 0,134 0,135 7 KLBF 0,085 0,177 0,138 0,201 0,098 8 LPKR 0,332 0,130 0,362 0,259 0,206 9 LSIP 0,148 0,221 0,112 0,056 0,085 10 SMGR 0,737 0,462 0,527 0,135 0,089 11 PTBA 0.079 0,320 0,106 -0,083 0,268 12 TINS 0,211 0,117 -0,071 0,351 0,183 MIN 0,085 0,104 -0,071 -0,083 0,085 MAX 0,737 0,462 0,527 0,351 0,268 RATA-RATA 0,234 0,220 0,181 0,178 0,146 Sumber: data diolah Tabel 4.9 menunjukkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan perusahaan paling kecil pada tahun 2010 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk sebesar 0.085. Pada tahun 2011 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.104. Pada tahun 2012 adalah TINS Timah Tbk sebesar -0.071. Pada tahun 2013 81 adalah PTBA PT tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar -0.083. Pada tahun 2014 adalah LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 0.085. Sedangkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan perusahaan paling besar pada tahun 2010-2012 adalah SMGR Semen Gresik Tbk sebesar 0.737, 0.462, 0.527. Pada tahun 2013 adalah TINS Timah Tbk sebesar 0.351. Pada tahun 2014 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam sebesar 0.268. Sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan perusahaan sebesar 0.234, 0.220, 0.181, 0.178, 0.146. Pertumbuhan perusahaan setiap perusahaan mencerminkan nilai perusahaan tersebut. Jika aset tiap tahunnya naik, menunjukkan nilai perusahaan tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan yang terdaftar di LQ45 menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan penurunan. 3. Analisis dan Pembahasan Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan pengujian analisis Regresi Linier berganda maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yaitu: 1. Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita gunakan dalam penelitian ini berdistribusi norma atau tidak. Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk mengetahui data 82 tersebut berdistribusi nornal atau tidak dapat dilihat didalam Normal P plot. Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal. Gambar 4.1 Sumber: data diolah Gambar 4.1 dapat menjelaskan bahwa tidak terjadi masalah normalitas karena titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga dapat dijelaskan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Selain dengan normal p-plot, uji normalitas dapat diuji juga dengan kolmogorov smirnov, seperti berikut ini: 83 Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual N 58 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation ,70885076 Most Extreme Differences Absolute ,118 Positive ,118 Negative -,080 Kolmogorov-Smirnov Z ,899 Asymp. Sig. 2-tailed ,394 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.394 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji berdistribusi normal. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah ketidaksamaan varian dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan varian homoskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui atau mendeteksi heteroskedastisitas adalah melihat scatterplot nya. 84 Gambar 4.2 Sumber: data diolah Hasil dari scatterplot diatas menunjukkan bahwa data yang diperoleh lolos uji heteroskedastisitas atau data tersebut dapat dibilang homoskedastisitas yang artinya variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap dalam model regresi ini. c. Multikolinearitas Terjadi ketika variabel bebasnya saling berkolerasi satu dengan yang lain. Data regresi yang baik, variabel bebasnya tidak boleh berkolerasi satu sama lain. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Jika nilai Tollerance 0,1 dan VIF 10 maka tidak ada masalah multikolinearitas Jika nilai Tollerance 0,1 dan VIF 10 maka ada masalah multikolinearitas. 85 Tabel 4.11 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,289 3,463 ,743 1,347 ,297 3,368 ,212 4,719 ,664 1,506 ,235 4,264 ,822 1,217 Sumber: data diolah Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai Tollerancenya lebih dari 0,1 dan nilai VIFnya kurang dari 10. d. Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Singgih Santoso nilai Durbin-Watson harus diantara -2 sampai dengan 2. Output SPSS uji Durbin Watson disajikan sebagai berikut: Tabel 4.12 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,819 a ,671 ,624 ,75685 ,772 a. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa b. Dependent Variable: ln_der Sumber: data diolah Tabel diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson 0,772 artinya penelitian ini lolos uji autokorelasi karena nilainya berada diantara -2 sampai 2. Tidak ada 86 autokorelasi postif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi Ghozali, 2009. 2. Analisis Regresi Berganda Dalam bagian ini disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian data tersebut dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda karena ingin mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Tabel 4.13 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. 95,0 Confidence Interval for B B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound 1 Constant -3,848 1,817 -2,118 ,039 -7,498 -,198 ln_sa ,492 ,409 ,182 1,203 ,235 -,329 1,313 ln_up ,034 ,054 ,059 ,624 ,536 -,075 ,143 ln_im ,918 ,348 ,393 2,636 ,011 ,219 1,618 ln_roa -,914 ,387 -,416 -2,361 ,022 -1,691 -,136 ln_hargasaha m -,036 ,099 -,036 -,362 ,719 -,234 ,163 ln_likuiditas -,144 ,314 -,077 -,458 ,649 -,773 ,486 ln_pp ,313 ,116 ,242 2,702 ,009 ,080 ,546 a. Dependent Variable: ln_der Sumber: data diolah Berdasarkan hasil penelitian di atas maka model regresi penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut: 87 DER= -3.848 + 0.492 Struktur Aktiva + 0.034 Ukuran Perusahaan + 0.918 Intensitas Modal - 0.144 Likuiditas - 0.914 ROA - 0.036 Harga Saham + 0.313 Pertumbuhan Perusahaan Model regresi tersebut dapat di interpretasi sebagai berikut: a. β 0 = -3.848 artinya jika variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitasl modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham, dan pertumbuhan perusahaan nol maka nilai DER menurun sebanyak 3.848. b. β 1 = 0.492 artinya jika variabel struktur aktiva naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak 0.492. c. β 2 = 0.034 artinya jika variabel ukuran perusahaan naik sebanyak satu triliun sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak 0.034. d. β 3 = 0.918 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak 0.918. e. β 4 = -0.144 artinya jika variabel profitabilitas naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak 0.144. f. β 5 = -0.914 artinya jika variabel harga saham naik sebanyak seribu sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak 0.914. 88 g. β 6 = -0.036 artinya jika variabel likuiditas naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak 0.036. h. β 7 = 0.313 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak 0.313. Pengujian secara serentak simultan Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal perusahaan dengan menggunakan uji F. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka terdapat pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Tabel 4.14 ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 58,309 7 8,330 14,542 ,000 b Residual 28,641 50 ,573 Total 86,950 57 a. Dependent Variable: ln_der b. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa 1 Pengaruh simultan seluruh variabel bebas terhadap struktur modal Pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat ini menggunakan hipotesis nol: variabel stuktur aktiva, ukuran 89 perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama. Jika probabilitas dari nilai F tingkat signifikansi α maka Ho ditolak. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh F hitung = 14,542 dengan sig α = 0.000 sedangkan F tabel menunjukkan angka 2,09 pada tingkat df1=7 dan df2=112, maka dapat disimpulkan 14,542 2,09. Pada tingkat signifikansi α=5; maka F hitung tersebut signifikan tidak dapat diabaikan, karena sig α = 0.000 0.05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal. Sehingga secara bersama-sama faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap struktur modal pada perusahan yang terdaftar di indeks LQ45 yang terdaftar di BEI 2010-2014. Tabel 4.15 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,819 a ,671 ,624 ,75685 ,772 a. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa b. Dependent Variable: ln_der 90 Koefisien determinan sebesar 0.624 atau 62.4 artinya variabel Y struktur modal dapat dijelaskan oleh variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap variabel struktur modal secara bersama- sama berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan 37.6 sisanya disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini seperti tingkat suku bunga dan nilai kurs mata uang. 2 Pengujian parsial variabel bebas terhadap struktur modal i. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Variabel struktur aktiva pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 1.203 dan koefisien regresi untuk variabel struktur aktiva β = 0.182 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.235. Struktur aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa struktur aktiva tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. ii. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 0.624 dan koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan β = 0.059 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.536. Ukuran perusahaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 91 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. iii. Pengaruh intensitas modal terhadap struktur modal Variabel intensitas modal pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2.636 dan koefisien regresi untuk variabel intensitas modal β = 0.393 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.011. Intensitas modal secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. iv. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal Variabel likuditas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t- hitung sebesar -0.458 dan koefisien regresi untuk variabel likuiditas β = - 0.077 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.649. Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. 92 v. Pengaruh profitabilitas ROA terhadap struktur modal Variabel ROA pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t- hitung sebesar -2.361 dan koefisien regresi untuk variabel profitabilitas β = -0.416 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.022. ROA secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. vi. Pengaruh harga saham terhadap struktur modal Variabel harga saham pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0.362 dan koefisien regresi untuk variabel harga saham β = -0.036 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.719. Harga saham secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa harga saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. vii. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal Variabel pertumbuhan perusahaan pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2.702 dan koefisien regresi untuk variabel pertumbuhan perusahaan β = 0.242 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.009. Pertumbuhan perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang 93 signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial terlihat varibael intensitas modal, probabilitas ROA, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahan yang terdaftar di LQ45. Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang struktur modal yaitu pecking order theory. Teori ini lebih menyukai pendanaan dari dalam internal dari pada pendanaan dari luar eksternal. Dalam penelitian ini menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu 1. Faktor struktur aktiva terhadap struktur modal Dalam penelitian saya ini struktur aktiva tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Soni Abimanyu Tarigan dan Hasan Sakti Siregar yang menunjukkan hasil yang sama. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Masdar Mas’ud 2008 : 156, Hasa Nurrohim KP 2008 : 16 menunjukkan hasil bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. 2. Faktor ukuran perusahaan terhadap struktur modal Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, ini 94 didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi 2010. Yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi 2004 dalam Laksmi 2010 yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen 2004, Huang dan Song 2006, Fraser Donald R 2006 dan Delcoure 2006, Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma 2005. Dan berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili Hidayat, Imam Ghozali dan Dwisetio Poerwono 2001 dalam Laksmi 2010 yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal dan penelitian yang dilakukan oleh Masdar Mas’ud 2008 : 156 yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif. 3. Faktor profitabilitas terhadap struktur modal Hasil pengujian hipotesis kelima menyatakan bahwa profitabilitas ROA berpengaruh signifikan dan memiliki arah koefisien negatif terhadap struktur modal LDER. Hasil pengujian hipotesis kelima dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rafiq et al. 2008, Joni dan Lina 2010, Awan et al. 2011, dan Febriyani dan Srimindarti 2010. Profitabilitas ROA merupakan salah satu variabel yang paling tidak bisa diabaikan pengaruhnya terhadap struktur modal LDER. Profitabilitas mengindikasikan bahwa suatu 95 perusahaan memiliki stabilitas dan sumber daya keuangan yang baik. Tingkat profitabilitas ROA yang tinggi atas investasi pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana internal yang dihasilkan oleh perusahaan. Sumber daya keuangan internal yang baik akan cenderung mendorong perusahaan sektor pertambangan untuk mengurangi proporsi hutang dengan tujuan untuk mengurangi risiko kebangrutan, agency cost serta mengantisipasi potensi ketidakpastian. Sesuai dengan pecking order theory, penggunaan sumber dana yang dihasilkan secara internal berupa laba ditahan lebih diminati perusahaan karena memiliki resiko yang jauh lebih rendah dibanding dengan pendanaan dari sumber eksternal. 4. Faktor pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva GROWTh berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien positif terhadap struktur modal LDER. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma 2005, Rafiq et al. 2008, Joni dan Lina 2010, Firnanti 2011 dan Hestuningrum dan Darsono 2012. Perusahaan yang terdaftar di LQ45 dengan tingkat pertumbuhan yang besar sangat memungkinkan mengalami kekurangan pendanaan kegiatan investasi perusahaan. Pecking order theory mengemukakan bahwa ketika dana yang bersumber dari internal perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai investasi, maka perusahaan 96 memerlukan dana eksternal. Perusahaan yang sedang bertumbuh akan cenderung memilih menggunakan hutang terlebih dahulu dibanding menerbitkan saham baru. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan semakin tinggi pula peluang adanya asimetris informasi. Kondisi seperti ini menyebabkan biaya penerbitan hutang jangka panjang dianggap lebih rendah dibanding biaya penerbitan saham baru. Perusahaan sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan tinggi menandakan perusahaan tersebut memiliki prospek yang menguntungkan. Oleh sebab itu, perusahaan sektor pertambangan pada kondisi tersebut akan menghindari pendanaan dengan penerbitan saham baru dan cenderung menggunakan pendanaan yang bersumber dari hutang. Bagi pemegang saham, penerbitan saham baru dinilai akan merugikan dan mengurangi besarnya bagian keuntungan yang diterima atas prospek yang menguntungkan di masa depan. Myers 1984 mengemukakan bahwa perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang untuk memperkecil peluang terjadinya asimetri informasi. Hal ini didasari oleh signaling theory yang berpendapat bahwa perusahaan dapat mengomunikasikan prospek pertumbuhan yang baik di masa depan dengan menggunakan hutang. Hutang dapat menjadi sinyal positif bagi investor eksternal, hal ini dikarenakan semakin banyak penggunaan hutang, maka investor meyakini bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik dan memiliki prospek dengan pengembalian yang tinggi di masa yang akan datang. Sedangkan penerbitan saham baru cenderung memberikan sinyal negatif 97 bagi publik sehingga akan berpotensi menurunkan harga pasar saham yang dapat menurunkan nilai perusahaan sektor pertambangan. Penjelasan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ross 1977. 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan