62
d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas
Ghozali, 2009. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna lebih dari 0,9, maka terjadi problem multikolinearitas.
Memiliki nilai VIF lebih dari 10 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 0,10. Maka model terjadi problem multikolinearitas.
Cara mengatasi masalah multikolinearitas antara lain: Menggabungkan data cross section dan time series
Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan indentifikasikan
variabel independen lainnya untuk membentu prediksi Melakukan transformasi variabel. Tranformasi dapat dilakukan
dalam bentuk Logaritma Natural LN
E. Operasional Varibel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat 2 jenis variabel yaitu endogen dan eksogen. Berikut ini rincian variabel endogen dan eksogen:
1. Variabel endogen adalah variabel antara atau variabel terikat. Dalam variabel ini variabel endogen Y adalah stuktur modal yang dihitung
menggunakan rumus DER debt to equity ratio. Mengacu pada penelitian
63
Bramantyo Arief 2011 untuk mengukur tingkat hutang yang digunakan perusahaan maka dalam penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio DER,
yaitu suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui total
hutang dan total ekuitas equity. Rumus : Struktur Modal =
Dimana: Total Debt: total hutang
Total Equity: total hutang 2. Variabel Independen Independent Variabel
Variabel independen disebut juga variabel prediktor predictor variable yang biasa dilambangkan dengan X adalah variabel yang mempengaruhi
variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Jika terdapat variabel independen, variabel dependen juga ada, dan dengan setiap unit kenaikan dalam
variabel independen, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Struktur Aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Jadi, struktur aktiva merupakan susunan
dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva Riyanto,
2001. Rumus : Struktur Aktiva =
64
b. Ukuran perusahaan adalah variabel yang mengukur besarnya perusahaan, dalam penelitian ini diukur dengan total aktiva dari tiap-
tiap perusahaan yang diteliti. c. Intensitas modal adalah perbandingan dari total aktiva dibagi dengan
penjualan yang diukur dengan rumusan sebagai berikut: Rumus: Intensitas Modal=
d. Likuiditas Menurut Dewi Astuti: 2005 : 11 yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek
perusahaan seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini saya menggunakan rasio lancar
current ratio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rumus: Current Ratio: e. Profitabilitas
adalah kemampuan
suatu perusahaan
dalam memperoleh laba. Ukuran profitabilitas yang digunakaan dalam
penelitian ini adalah ROA. ROA yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dan total aktiva
Rumus: ROA: f. Harga Saham
Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan closing price akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi
objek penelitian Michell Suharli, 2006.
65
g. Pertumbuhan perusahaan GROWTH Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengna
menggunakan perubahan total asset total aktiva atau perubahan total sales penjualan Titman dan Wessels, 1988 dalam Darminto,
2007. Dalam penelitian ini digunakan perubahan total aset dengan perhitungan sebaga berkut:
Rumus: I= Tabel 3.1
Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Penelitian Variabel
Definisi Pengukuran
Struktur Modal Kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi total hutang total debt berdasarkan total modal sendiri total
shareholder equity Struktur Aktiva
Hasil bagi antara aktiva dengan total aktiva
Ukuran perusahaan
Dilihat dari nilai total aktiva Total Aktiva
Intensitas Modal Perbandingan antara
total aktiva
dengan penjualan
66
Likuiditas Rasio
yang didapatkan
dari perbandingan curretn asset dengan
current liabilities Profitabilitas
Rasio yang didapat dari perbandingan antara EAT dengan total aktiva
Harga Saham Dilihat dari closing price setiap akhir
tahunnya Closing Price
Pertumbuhan perusahaan
Dilihat dari peningkatan aset dari tahun sebelumnya ke tahun sekarang
I=
67
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Deskriptif Analisis 1. Deskriptif Data Sampel
Berdasarkan pengambian sampel secara purposive sample maka dapat diperoleh populasi sebagai berikut:
Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut 5 tahun di indeks LQ45 pada tahun 2010-2014 sebanyak 21 perusahaan.
Dari 21 perusahaan tersebut diseleksi lagi dan diambil perusahaan yang non bank sebagai sampel dalam penelitian ini.
Dari daftar tersebut peneliti mengambil 16 perusahaan sebagai sampel yang teliti.
Dari 16 data perusahaan peneliti menyeleksi lagi dan yang diambil hanya perusahaan-perusahaan yang menyajikan laporan keuangan yang telah
diaudit dalam bentuk rupiah. Data yang terkumpul sebanyak 12 perusahaan.
68
Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian
Sumber: data diolah 2. Analisis Data Penelitian
Data-data yang diperoleh dari variabel abservedindicator yang diteliti diantaranya adalah:
a. Struktur Modal Struktur modal perusahaan adalah campuran antara hutang jangka panjang
dan modal perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasinya Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 3, Van Horne dan Machowicz 2007: 232.semakin
besar rasio struktur modal, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang No.
Kode Emiten
1. AALI
Astra Argo Lestari Tbk 2.
ASII ASTRA Internasional Tbk
3. GGRM
Gudang Garam Tbk 4.
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
5. INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk 6.
JSMR Jasa Marga Tbk
7. KLBF
Kalbe Farma Tbk 8.
LPKR Lippo Karawaci Tbk
9. LSIP
Pp London Sumatra Indonesia Tbk 10.
PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
11. SMGR
Semen Indonesia Persero Tbk 12.
TINS Timah Tbk
69
cukup tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memanfaatkan hutang. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah,
maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang
terbaik. Tabel 4.2 Struktur Modal Emiten LQ45 Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan Struktur Modal
2010 2011
2012 2013
2014 1
AALI 0,037
0,037 0,048
0,091 0,220
2 ASII
0,301 0,387
0,426 0,345
0,351 3
GGRM 0,044
0,041 0,041
0,043 0,036
4 INDF
0,506 0,289
0,354 0,534
0,534 5
INTP 0,069
0,060 0,047
0,039 0,034
6 JSMR
0,971 1,015
0,850 1,196
1,411 7
KLBF 0,020
0,020 0,021
0,021 0,023
8 LPKR
0,612 0,701
0,865 0,866
0,815 9
LSIP 0,085
0,072 0,076
0,084 0,095
10 SMGR
0,075 0,148
0,198 0,169
0,162 11
PTBA 0,176
0,175 0,288
0,247 0,296
12 TINS
0,097 0,120
0,128 0,105
0,113 MIN
0,020 0,020
0,021 0,021
0,023 MAX
0,971 1,015
0,865 1,196
1,411 RATA-RATA
0,249 0,255
0,279 0,312
0,341
Sumber: data diolah
Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur modal paling kecil pada tahun 2010-2014 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk
sebesar 0.020, 0.020, 0.021, 0.021, 0.023. Sedangkan perusahaan yang memiliki struktur modal paling besar pada tahun 2010 adalah TINS Timah Tbk sebesar
0.971. Pada tahun 2011, 2013 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar
70
1.015, 1.196, dan 1.411. Pada tahun 2012 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.865.
Sedangkan nilai rata-rata struktur modal perusahaan yang terdaftar sebagai emiten LQ45 pada 2010-2014 sebesar 0.249, 0.255, 0.279, 0.312, 0.341. Hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya tidak menggunakan hutang jangka panjang..
b. Struktur Aktiva Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total
aktiva, memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Artinya apabila struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakn tinggi pula jumlah utang
dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan. Karena perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap yang lebih tinggi akan
cenderung menggunakan hutang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang Weston dan Brigham, 1993. Data mengenai
struktur aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
71
Tabel 4.3 Struktur Aktiva Emiten LQ45 Tahun 2010-2014 No.
Nama Perusahaan
Struktur Aktiva 2010
2011 2012
2013 2014
1 AALI
0,767 0,815
0,857 0,887
0,870 2
ASII 0,586
0,572 0,584
0,587 0,588
3 GGRM
0,255 0,223
0,278 0,318
0,338 4
INDF 0,575
0,543 0,558
0,578 0,523
5 INTP
0,512 0,432
0,359 0,367
0,443 6
JSMR 0,784
0,809 0,817
0,865 0,886
7 KLBF
0,284 0,276
0,316 0,337
0,346 8
LPKR 0,242
0,255 0,217
0,233 0,207
9 LSIP
0,734 0,623
0,657 0,749
0,785 10
SMGR 0,528
0,611 0,690
0,676 0,661
11 PTBA
0,238 0,230
0,315 0,445
0,499 12
TINS 0,301
0,302 0,356
0,363 0,328
MIN 0,238
0,223 0,217
0,233 0,207
MAX 0,784
0,815 0,857
0,887 0,886
RATA-RATA 0,484
0,474 0,500
0,534 0,539
Tabel 4.3 menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva paling kecil pada tahun 2010 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
sebesar 0.238. Pada tahun 2011 adalah GGRM Gudang Garam Tbk sebesar 0.223. Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk
sebesar 0.217, 0.233, dan 0.207. Sedangkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva paling besar pada tahun 2010 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk
sebesar 0.784 dan 0.886. Pada tahun 2011- 2013 adalah AALI Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0.815, 0.857, dan 0.887.
Sedangkan nilai rata-rata struktur Aktiva perusahaan tahun 2010-2014 sebesar 0.484, 0.474, 0.500, 0.534, 0.539. Hal ini menunjukkan rata-rata aset
perusahaan diinvestasikan dalam bentuk harta tetap seperti tanah, bangunan,
72
mesin, kendaraan dll sekitar 48-53 dari total harta yang dimiliki. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir terjadi kenaikan rasio struktur aktiva perusahaan yang
terdaftar sebagai emiten di LQ45. c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan Titman dan Wessels, 1988 dalam Rudiana,
Firdaus dan Garnia 2007. Adapun data mengenai total aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Ukuran Perusahaan Tahun 2010-2014 dalam Jutaan Rupiah No.
Nama Perusahaan
Ukuran Perusahaan 2010
2011 2012
2013 2014
1 AALI
8791799 10240495
12419820 14963190
18558329 2
ASII 113362000
154319000 182274000 213994000 236029000 3
GGRM 30741679
39088705 41509325
50770251 58220600
4 INDF
47275955 53585933
59324207 77611416
85938885 5
INTP 15346146
18151331 22755160
26607241 28884973
6 JSMR
18952129 20915891
24753551 28058582
31857948 7
KLBF 7032497
8274554 9417957
11315061 12425032
8 LPKR
16155385 18259171
24869296 31300362
37761221 9
LSIP 5561433
6791859 7551796
7974876 8655146
10 SMGR
15562999 19661603
26579084 30792884
34314666 11
PTBA 8718394
11510262 12728981
11677155 14812023
12 TINS
5881108 6569807
6101007 8244019
9752477 MIN
5561433 6569807
6101007 7974876
8655146 MAX
113362000 154319000 182274000 213994000 236029000
RATA-RATA 24448460
30614051 35857015
42775753 48100858
Sumber: data diolah Tabel 4.4 menunjukan perusahaan yang mempunyai total aktiva paling
kecill pada tahun 2010, 2013 dan 2014 adalah LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 5,561,433, 7,974,876, dan 8,655,146. Pada tahun 2011
73
dan 2012 adalah TINS Timah Tbk sebesar 6,569,807 dan 6,101,007. Sedangkan perusahaan yang mempunyai total aktiva paling besar pada tahun 2010-2014
adalah ASII Astra Internasional Tbk sebesar 113,362,000, 154,319,000, 182,274,000, 213,994,000 dan 236,029,000.
Sedangkan jumlah rata-rata total aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 pada tahun 2010-2014 sebesar 24,448,460, 30,614,051,
35,857,015, 42,775,754, 48,100,858. Berdasarkan hasil, dapat diinterpretasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut rata-rata total aktiva perusahaan terjadi
peningkatan. Semakin besar total aktiva menunjukkan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
d. Intensitas Modal Intensitas modal adalah rasio antara total aktiva dengan penjualan
Commanor dan Wilson, 1967, Porter, 1979. Data mengenai intensitas modal perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.5.
74
Tabel 4.5 Intensitas Modal Tahun 2010-2014 No.
Nama Perusahaan
Intensitas Modal 2010
2011 2012
2013 2014
1 AALI
0,9941 0,9506
1,0740 1,1805
1,1381 2
ASII 0,8721
0,9493 0,9693
1,1037 1,1702
3 GGRM
0,8156 0,9333
0,8466 0,9158
0,8931 4
INDF 1,2310
1,1821 1,1851
1,3953 1,3514
5 INTP
1,3778 1,3070
1,3161 1,4235
1,4445 6
JSMR 4,4012
3,2249 2,7291
2,7317 3,4721
7 KLBF
0,6877 0,7583
0,6906 0,7071
0,7154 8
LPKR 5,1692
4,3582 4,0371
4,6954 3,2399
9 LSIP
1,5480 1,4493
1,7931 1,9292
1,8312 10
SMGR 1,0850
1,2004 1,3562
1,2568 1,2715
11 PTBA
1,1023 1,0878
1,0979 1,0417
1,1326 12
TINS 0,7052
0,7509 0,7799
1,4086 1,3230
MIN 0,6877
0,7509 0,6906
0,7071 0,7154
MAX 5,1692
4,3582 4,0371
4,6954 3,4721
RATA-RATA 1,6658
1,5127 1,4896
1,6491 1,5819
Sumber: data diolah Tabel 4.5 menunjukkan perusahaan yang mempunyai intensitas modal
paling kecil pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk sebesar0.6877, 0.6906, 0.7071, 0.7154. Pada tahun 2011 adalah TINS
Timah Tbk sebesar 0.7509. Sedangkan perusahaan yang mempunyai intensitas modal paling besar pada tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah LPKR Lippo
Karawaci Tbk sebesar 5.1692, 4.3582, 4.0371, dan 4,6954. Pada tahun 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 3.4721.
Sedangkan nilai rata-rata intensitas modal perusahaan-perusahaan tersebut pada tahun 2010-2014 sebesar 1.6658, 1.5127, 1.4896, 1.6491, 1.5819. Hal ini
dapat diinterpretasikan selama kurun waktu 5 tahun terjadi kenaikan dan
75
penurunan intensitas modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di LQ45. Semakin kecil rasio intensitas modal maka akan semakin baik, karena terjadi
peningkatan penjualan pada akhirmya akan memaksimalkan laba. e. Likuiditas
Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio likuiditas digunakan current ratio atau rasio lancar. Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Data mengenai likuiditas perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat dilihat
pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Likuiditas Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan Likuiditas
2010 2011
2012 2013
2014 1
AALI 1,932
1,259 0,685
0,450 0,585
2 ASII
1,273 1,344
1,399 1,242
1,323 3
GGRM 2,701
2,245 2,170
1,722 1,620
4 INDF
2,036 1,910
2,003 1,683
1,807 5
INTP 5,554
6,982 6,028
6,148 4,934
6 JSMR
1,650 0,982
0,682 0,778
0,844 7
KLBF 4,393
3,676 3,405
2,839 3,404
8 LPKR
4,219 6,037
5,599 4,960
5,233 9
LSIP 2,383
4,819 3,273
2,485 2,491
10 SMGR
2,917 2,647
1,706 1,882
2,209 11
PTBA 5,786
4,618 4,924
2,866 2,075
12 TINS
3,237 3,224
4,094 2,152
1,865 MIN
1,273 0,982
0,682 0,450
0,585 MAX
5,786 6,982
6,028 6,148
5,233 RATA-RATA
3,173 3,312
2,997 2,434
2,366 Sumber: data diolah
76
Tabel 4.6 menunjukkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling kecil pada tahun 2010 adalah ASII Astra Internasional Tbk sebesar 1.273. Pada
tahun 2011 dan 2012 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.982 dan 0.682. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah AALI Astra Argo Lestari Tbk sebesar 0.450,
0.585. Sedangkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling besar pada tahun 2010 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 5.786.
Pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 6.982, 6.028, 6.148. Pada tahun 2014 adalah MNCN sebesar 9.717.
Sedangkan jumlah rata-rata likuiditas perusahaan-perusahaan tahun 2010- 2014 sebesar 3.173, 3.312, 2.997, 2.434, 2.366. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa terjadi kenaikan dan penurunan tingkat likuiditas selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil tingkat likuiditas menunjukkan penurunan penggunaan modal yang
diperoleh dari hutang atau dengan kata lain perusahaan mengalami penurunan dalam menggunakan hutang sebagai dana pengoperasian. Semakin besar tingkat
likuiditas menunjukkan perusahaan semakin banyak menggunakan hutang dalam pengoperasiannya.
f. Profitabilitas ROA Rasio probilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Rasio probabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil dari operasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ROA untuk mengukur probabilitas perusahaan. ROA atau pengembalian atas total aktiva adalah rasio antara laba
77
bersih terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak Van Horne dan
Wachowizc, 2007, Higgins, 2004: 35, Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 65. Data mengenai profitabilitas ROA perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat
dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Profitabilitas ROA Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan Profitabilitas
2010 2011
2012 2013
2014 1
AALI 0,229
0,244 0,198
0,127 0,141
2 ASII
0,127 0,137
0,125 0,104
0,094 3
GGRM 0,135
0,127 0,098
0,086 0,093
4 INDF
0,062 0,091
0,081 0,063
0,056 5
INTP 0,210
0,198 0,209
0,188 0,183
6 JSMR
0,062 0,056
0,062 0,033
0,038 7
KLBF 0,183
0,184 0,188
0,174 0,171
8 LPKR
0,033 0,045
0,053 0,051
0,083 9
LSIP 0,186
0,251 0,148
0,096 0,106
10 SMGR
0,233 0,201
0,185 0,174
0,162 11
PTBA 0,229
0,268 0,229
0,159 0,136
12 TINS
0,161 0,137
0,071 0,075
0,065 MIN
0,033 0,045
0,053 0,033
0,038 MAX
0,233 0,268
0,229 0,188
0,183 RATA-RATA
0,154 0,162
0,137 0,111
0,111 Sumber: data diolah
Tabel 4.7 menunjukkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling kecil pada tahun 2010-2012 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.033,
0.045, 0.053. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.033, 0.038. Sedangkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling besar
pada tahun 2010 adalah SMGR Semen Gresik Tbk sebesar 0.233. Pada tahun 2011 dan 2012 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar
78
0.268, 0.299. Pada tahun 2013-2014 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah 0.188, 0.183.
Sedangkan jumlah rata-rata profitabilitas perusahaan-perusahaan tahun 2010-2014 sebesar 0.154, 0.162, 0.137, 0.111, 0,111. hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan ROA selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil nilai ROA menunjukkan penurunan profitabilitas laba
bersih yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya, semakin tinggi ROA menunjukkan peningkatan profitabilitas laba bersih yang diperoleh perusahaan.
g. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
closing price akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi objek penelitian. Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi
harga saham, dan akan berdampak pada kemakmuran pemegang saham yang tinggi pula. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan kemakmuran
perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun data mengenai harga saham perusahaan manufaktur dapat
diliat pada tabel 4.8
79
Tabel 4.8 Harga Saham Tahun 2010-2014 No.
Nama Perusahaan
Harga Saham 2010
2011 2012
2013 2014
1 AALI 26200 21700
19700 25100
24250 2 ASII
5455 7400
7600 6800
7425 3 GGRM
40000 62050 56300
42000 60700
4 INDF 4875
4600 5850
6600 6750
5 INTP 15950 17050
22450 20000
25000 6 JSMR
3425 4200
5450 4725
7050 7 KLBF
3250 3400
1060 1250
1830 8 LPKR
680 660
1000 910
1020 9 LSIP
1285 2250
2300 1930
1890 10 SMGR
9450 11450 15700
14150 16200
11 PTBA
22950 17350
15100 10200
12500
12 TINS
2750 1670
1540 1600
1230
MIN 680
660 1000
910 1020
MAX 40000 62050
56300 42000
60700 RATA-RATA
11355,8 12815 12837,5 11272,1 13820,4 Sumber: data diolah
Tabel 4.8 menunjukkan perusahaan yang mempunyai harga saham paling kecil pada tahun 2010 sampai 2014 adalah LPKR Lippo Karawaci Tbk sebesar
680, 660, 1000, 910, dan 1020. Sedangkan perusahaan yang mempunyai harga saham paling besar pada tahun 2010 sampai 2014 adalah GGRM Gudang Garam
Tbk sebesar 40000, 62050, 56300, 42000, dan 60700. Sedangkan jumlah rata-rata harga saham sebesar 11355.8, 12815, 12837.5,
11272.1, dan 13820.4. Harga saham setiap perusahaan mencerminkan nilai perusahaan tersebut. Jika harga saham naik, menunjukkan nilai perusahaan
tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata harga saham perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5 tahun
80
terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan penurunan.
h. Pertumbuhan Perusahaan Nilai pertumbuhan perusahaan perusahaan ini diliat dari nilai selisih aset
tahun n dikurang nilai aset tahun dasar. Nilai pertumbuhan perusahaan mencerminkan adanya pertumbuhan atau penurunan nilai perusahaan.
Tabel 4.9 Pertumbuhan Perusahaan Tahun 2010-2014 No.
Nama Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan 2010
2011 2012
2013 2014
1 AALI
0,161 0,165
0,213 0,205
0,240 2
ASII 0,275
0,361 0,181
0,174 0,103
3 GGRM
0,129 0,272
0,062 0,223
0,147 4
INDF 0,171
0,133 0,107
0,308 0,107
5 INTP
0,156 0,183
0,254 0,169
0,086 6
JSMR 0,172
0,104 0,183
0,134 0,135
7 KLBF
0,085 0,177
0,138 0,201
0,098 8
LPKR 0,332
0,130 0,362
0,259 0,206
9 LSIP
0,148 0,221
0,112 0,056
0,085 10
SMGR 0,737
0,462 0,527
0,135 0,089
11 PTBA
0.079 0,320
0,106 -0,083
0,268 12
TINS 0,211
0,117 -0,071
0,351 0,183
MIN 0,085
0,104 -0,071
-0,083 0,085
MAX 0,737
0,462 0,527
0,351 0,268
RATA-RATA 0,234
0,220 0,181
0,178 0,146
Sumber: data diolah Tabel 4.9 menunjukkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan
perusahaan paling kecil pada tahun 2010 adalah KLBF Kalbe Farma Tbk sebesar 0.085. Pada tahun 2011 adalah JSMR Jasa Marga Tbk sebesar 0.104.
Pada tahun 2012 adalah TINS Timah Tbk sebesar -0.071. Pada tahun 2013
81
adalah PTBA PT tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar -0.083. Pada tahun 2014 adalah LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 0.085.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan perusahaan paling besar pada tahun 2010-2012 adalah SMGR Semen Gresik Tbk sebesar 0.737,
0.462, 0.527. Pada tahun 2013 adalah TINS Timah Tbk sebesar 0.351. Pada tahun 2014 adalah PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam sebesar 0.268.
Sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan perusahaan sebesar 0.234, 0.220, 0.181, 0.178, 0.146. Pertumbuhan perusahaan setiap perusahaan mencerminkan
nilai perusahaan tersebut. Jika aset tiap tahunnya naik, menunjukkan nilai perusahaan tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan yang
terdaftar di LQ45 menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan
penurunan. 3. Analisis dan Pembahasan
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan pengujian
analisis Regresi Linier berganda maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yaitu: 1. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita
gunakan dalam penelitian ini berdistribusi norma atau tidak. Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk mengetahui data
82
tersebut berdistribusi nornal atau tidak dapat dilihat didalam Normal P plot. Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal.
Gambar 4.1
Sumber: data diolah
Gambar 4.1 dapat menjelaskan bahwa tidak terjadi masalah normalitas karena titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga dapat dijelaskan bahwa data
tersebut berdistribusi normal. Selain dengan normal p-plot, uji normalitas dapat diuji juga dengan
kolmogorov smirnov, seperti berikut ini:
83
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardi zed
Residual N
58 Normal Parameters
a,b
Mean 0E-7
Std. Deviation
,70885076 Most Extreme
Differences Absolute
,118 Positive
,118 Negative
-,080 Kolmogorov-Smirnov Z
,899 Asymp. Sig. 2-tailed
,394 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.394 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji
berdistribusi normal. b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah ketidaksamaan varian dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan varian homoskedastisitas.
Salah satu cara untuk mengetahui atau mendeteksi heteroskedastisitas adalah melihat scatterplot nya.
84
Gambar 4.2
Sumber: data diolah Hasil dari scatterplot diatas menunjukkan bahwa data yang diperoleh
lolos uji heteroskedastisitas atau data tersebut dapat dibilang homoskedastisitas yang artinya variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
dalam model regresi ini. c. Multikolinearitas
Terjadi ketika variabel bebasnya saling berkolerasi satu dengan yang lain. Data regresi yang baik, variabel bebasnya tidak boleh berkolerasi satu sama lain.
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF.
Jika nilai Tollerance 0,1 dan VIF 10 maka tidak ada masalah multikolinearitas Jika nilai Tollerance 0,1 dan VIF 10 maka ada masalah multikolinearitas.
85
Tabel 4.11
Collinearity Statistics Tolerance
VIF ,289
3,463 ,743
1,347 ,297
3,368 ,212
4,719 ,664
1,506 ,235
4,264 ,822
1,217
Sumber: data diolah Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas
karena nilai Tollerancenya lebih dari 0,1 dan nilai VIFnya kurang dari 10. d. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Singgih Santoso nilai Durbin-Watson harus diantara -2 sampai
dengan 2. Output SPSS uji Durbin Watson disajikan sebagai berikut: Tabel 4.12
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,819
a
,671 ,624
,75685 ,772
a. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa b. Dependent Variable: ln_der
Sumber: data diolah Tabel diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson 0,772 artinya penelitian
ini lolos uji autokorelasi karena nilainya berada diantara -2 sampai 2. Tidak ada
86
autokorelasi postif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi Ghozali, 2009.
2. Analisis Regresi Berganda Dalam bagian ini disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh
selama pelaksanaan penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian data tersebut dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda karena ingin mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Tabel 4.13
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
95,0 Confidence
Interval for B B
Std. Error Beta
Lower Bound
Upper Bound
1 Constant
-3,848 1,817
-2,118 ,039 -7,498 -,198
ln_sa ,492
,409 ,182
1,203 ,235 -,329
1,313 ln_up
,034 ,054
,059 ,624 ,536
-,075 ,143
ln_im ,918
,348 ,393
2,636 ,011 ,219
1,618 ln_roa
-,914 ,387
-,416 -2,361 ,022 -1,691 -,136
ln_hargasaha m
-,036 ,099
-,036 -,362 ,719
-,234 ,163
ln_likuiditas -,144
,314 -,077
-,458 ,649 -,773
,486 ln_pp
,313 ,116
,242 2,702 ,009
,080 ,546
a. Dependent Variable: ln_der
Sumber: data diolah Berdasarkan hasil penelitian di atas maka model regresi penelitian ini
dapat ditulis sebagai berikut:
87
DER= -3.848 + 0.492 Struktur Aktiva + 0.034 Ukuran Perusahaan + 0.918 Intensitas Modal - 0.144 Likuiditas - 0.914 ROA - 0.036 Harga Saham + 0.313
Pertumbuhan Perusahaan Model regresi tersebut dapat di interpretasi sebagai berikut:
a. β
0 =
-3.848 artinya jika variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitasl modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham, dan pertumbuhan
perusahaan nol maka nilai DER menurun sebanyak 3.848. b.
β
1 =
0.492 artinya jika variabel struktur aktiva naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.492. c.
β
2 =
0.034 artinya jika variabel ukuran perusahaan naik sebanyak satu triliun sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER
sebanyak 0.034. d.
β
3 =
0.918 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.918. e.
β
4 =
-0.144 artinya jika variabel profitabilitas naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.144. f.
β
5 =
-0.914 artinya jika variabel harga saham naik sebanyak seribu sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.914.
88
g. β
6 =
-0.036 artinya jika variabel likuiditas naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.036. h.
β
7 =
0.313 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.313.
Pengujian secara serentak simultan Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan
perusahaan terhadap struktur modal perusahaan dengan menggunakan uji F. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal. Tabel 4.14
ANOVA
a
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
58,309 7
8,330 14,542
,000
b
Residual 28,641
50 ,573
Total 86,950
57 a. Dependent Variable: ln_der
b. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
1 Pengaruh simultan seluruh variabel bebas terhadap struktur modal Pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat ini menggunakan hipotesis nol: variabel stuktur aktiva, ukuran
89
perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama.
Jika probabilitas dari nilai F tingkat signifikansi α maka Ho ditolak. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh F
hitung
= 14,542
dengan sig α = 0.000 sedangkan F tabel menunjukkan angka 2,09 pada tingkat df1=7 dan df2=112, maka dapat disimpulkan 14,542 2,09.
Pada tingkat signifikansi α=5; maka F
hitung
tersebut signifikan tidak dapat diabaikan, karena sig α = 0.000 0.05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas
modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap
struktur modal. Sehingga secara bersama-sama faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh terhadap struktur modal pada perusahan yang terdaftar di indeks LQ45 yang terdaftar di BEI 2010-2014.
Tabel 4.15
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,819
a
,671 ,624
,75685 ,772
a. Predictors: Constant, ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa b. Dependent Variable: ln_der
90
Koefisien determinan sebesar 0.624 atau 62.4 artinya variabel Y struktur modal dapat dijelaskan oleh variabel struktur aktiva, ukuran
perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas harga saham dan pertumbuhan perusahaan terhadap variabel struktur modal secara bersama-
sama berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan 37.6 sisanya disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak tercakup dalam
penelitian ini seperti tingkat suku bunga dan nilai kurs mata uang. 2 Pengujian parsial variabel bebas terhadap struktur modal
i. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Variabel struktur aktiva pada penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai t-hitung sebesar 1.203 dan koefisien regresi untuk variabel struktur aktiva β = 0.182 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.235. Struktur
aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari
hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa struktur aktiva tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
ii. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai t-hitung sebesar 0.624 dan koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan β = 0.059 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.536.
Ukuran perusahaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari
91
0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal. iii. Pengaruh intensitas modal terhadap struktur modal
Variabel intensitas modal pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2.636 dan koefisien regresi untuk variabel intensitas
modal β = 0.393 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.011. Intensitas
modal secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
iv. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal Variabel likuditas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-
hitung sebesar -0.458 dan koefisien regresi untuk variabel likuiditas β = -
0.077 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.649. Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap struktur modal.
92
v. Pengaruh profitabilitas ROA terhadap struktur modal Variabel ROA pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-
hitung sebesar -2.361 dan koefisien regresi untuk variabel profitabilitas β =
-0.416 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.022. ROA secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena
tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal. vi. Pengaruh harga saham terhadap struktur modal
Variabel harga saham pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0.362 dan koefisien regresi untuk variabel harga saham
β = -0.036 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.719. Harga saham secara
parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut
dapt disimpulkan bahwa harga saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
vii. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal Variabel pertumbuhan perusahaan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai t-hitung sebesar 2.702 dan koefisien regresi untuk variabel pertumbuhan perusahaan β = 0.242 dengan probabilitas tingkat kesalahan
0.009. Pertumbuhan perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang
93
signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa pertumbuhan
perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial terlihat varibael
intensitas modal, probabilitas ROA, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahan yang
terdaftar di LQ45. Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang struktur modal yaitu pecking order theory. Teori ini lebih menyukai pendanaan dari dalam internal
dari pada pendanaan dari luar eksternal. Dalam penelitian ini menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu
1. Faktor struktur aktiva terhadap struktur modal Dalam penelitian saya ini struktur aktiva tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap struktur modal, ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Soni Abimanyu Tarigan dan Hasan Sakti Siregar
yang menunjukkan hasil yang sama. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Masdar Mas’ud 2008 : 156, Hasa Nurrohim KP 2008 : 16
menunjukkan hasil bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
2. Faktor ukuran perusahaan terhadap struktur modal Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, ini
94
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi 2010. Yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal. Ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi 2004 dalam Laksmi 2010 yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chen 2004, Huang dan Song 2006, Fraser Donald R 2006 dan Delcoure 2006, Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma
2005. Dan berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili Hidayat, Imam Ghozali dan Dwisetio Poerwono 2001 dalam Laksmi
2010 yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal dan penelitian yang dilakukan
oleh Masdar Mas’ud 2008 : 156 yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif.
3. Faktor profitabilitas terhadap struktur modal Hasil pengujian hipotesis kelima menyatakan bahwa profitabilitas
ROA berpengaruh signifikan dan memiliki arah koefisien negatif terhadap struktur modal LDER. Hasil pengujian hipotesis kelima dalam
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rafiq et al. 2008, Joni dan Lina 2010, Awan et al. 2011, dan
Febriyani dan Srimindarti 2010. Profitabilitas ROA merupakan salah satu variabel yang paling tidak bisa diabaikan pengaruhnya terhadap
struktur modal LDER. Profitabilitas mengindikasikan bahwa suatu
95
perusahaan memiliki stabilitas dan sumber daya keuangan yang baik. Tingkat profitabilitas ROA yang tinggi atas investasi pada perusahaan
yang terdaftar di LQ45 memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana internal yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sumber daya keuangan internal yang baik akan cenderung mendorong perusahaan sektor pertambangan untuk mengurangi
proporsi hutang dengan tujuan untuk mengurangi risiko kebangrutan, agency cost serta mengantisipasi potensi ketidakpastian. Sesuai dengan
pecking order theory, penggunaan sumber dana yang dihasilkan secara internal berupa laba ditahan lebih diminati perusahaan karena memiliki
resiko yang jauh lebih rendah dibanding dengan pendanaan dari sumber eksternal.
4. Faktor pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa pertumbuhan
aktiva GROWTh berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien positif terhadap struktur modal LDER. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma 2005, Rafiq et al. 2008, Joni dan Lina 2010, Firnanti 2011 dan
Hestuningrum dan Darsono 2012. Perusahaan yang terdaftar di LQ45 dengan tingkat pertumbuhan yang besar sangat memungkinkan mengalami
kekurangan pendanaan kegiatan investasi perusahaan. Pecking order theory mengemukakan bahwa ketika dana yang bersumber dari internal
perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai investasi, maka perusahaan
96
memerlukan dana eksternal. Perusahaan yang sedang bertumbuh akan cenderung memilih menggunakan hutang terlebih dahulu dibanding
menerbitkan saham baru. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan semakin tinggi pula peluang adanya asimetris informasi.
Kondisi seperti ini menyebabkan biaya penerbitan hutang jangka panjang dianggap lebih rendah dibanding biaya penerbitan saham baru. Perusahaan
sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan tinggi menandakan perusahaan tersebut memiliki prospek yang menguntungkan. Oleh sebab
itu, perusahaan sektor pertambangan pada kondisi tersebut akan menghindari pendanaan dengan penerbitan saham baru dan cenderung
menggunakan pendanaan yang bersumber dari hutang. Bagi pemegang saham, penerbitan saham baru dinilai akan merugikan dan mengurangi
besarnya bagian keuntungan yang diterima atas prospek yang menguntungkan di masa depan. Myers 1984 mengemukakan bahwa
perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang untuk memperkecil peluang terjadinya asimetri informasi. Hal ini didasari oleh signaling
theory yang berpendapat bahwa perusahaan dapat mengomunikasikan prospek pertumbuhan yang baik di masa depan dengan menggunakan
hutang. Hutang dapat menjadi sinyal positif bagi investor eksternal, hal ini dikarenakan semakin banyak penggunaan hutang, maka investor meyakini
bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik dan memiliki prospek dengan pengembalian yang tinggi di masa yang akan datang.
Sedangkan penerbitan saham baru cenderung memberikan sinyal negatif
97
bagi publik sehingga akan berpotensi menurunkan harga pasar saham yang dapat menurunkan nilai perusahaan sektor pertambangan. Penjelasan
tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ross 1977.
98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan