Wisnubroto, Al., dan G. Widiartana., Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia UU Kejaksaan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
Herzien Inlandsch Reglement HIR atau Reglemen Indonesia yang Diperbaharui RIB.
C. Wawancara, dan Diktat
Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010.
Sidharta, B. Arief., ”Cita Hukum Pancasila”, Lembaran Diktat Kuliah Pascasarjana UNPAD, Bandung, 2003.
D. Internet
http:www.modusaceh.comhtmlkonsultasi-hukum-read41pra_penun, diakses terakhir tanggal 15 Maret 2010.
http:justiabellen.blogspot.com200908pentingnya-masa-waktu-penyidikan- di.html, diakses terakhir tanggal 28 Maret 2020.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DASAR PERTIMBANGAN JAKSA DALAM MELAKUKAN
PRAPENUNTUTAN DI KEJAKSAAN NEGERI MEDAN A. Proses Penyelesaian Perkara Pidana Sejak Diserahkan Oleh Penyidik
Kepada Penuntut Umum Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-undang Hukum Acara Pidana Nomor 8 tahun 1981 yang diundangkan pada tanggal 31 Desember 1981 menyebabkan terbukanya suatu
lembaran baru di dalam pelaksanaan Hukum Acara Pidana di Indonesia, yang membawa perubahan fundamental terutama dalam pembagian tugas dan
wewenang penyidik kepolisian, tugas dan wewenang Penuntut Kejaksaan sebelum perkara dilanjutkan dalam tahap pemeriksaan di sidang pengadilan oleh
hakim. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dari penegakan hukum itu sendiri, maka
tepatlah yang dikatakan Chairuman Harahap mengenai tujuan penegakan hukum bahwa salah satu dari tujuan penegakan hukum itu adalah untuk menciptakan
kepastian hukum. Selengkapnya, dikatakan bahwa:
57
Dalam melakukan fungsi Kejaksaan dengan baik sesuai dengan prosedur hukum untuk menciptakan proses peradilan yang baik, jujur, dan berjalan sesuai
dengan undang-undang, dituntut kerjasama yang baik, dan jujur pula antara kedua “Adapun tujuan dari penegakan hukum adalah untuk mewujudkan
kepastian hukum rechtszekerheid dalam masyarakat sehingga terciptanya kedamaian dalam masyarakat dan berfungsinya aparatur pemerintah
dengan baik dan lancar sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
57
Chairuman Harahap., Merajut Kolektivitas Melalui Penegakan Hukum Supremasi Hukum, Bandung: Citapustaka Media, 2003, hal. 213.
Universitas Sumatera Utara
instansi penegak hukum ini harus selalu terjalin, karena kesempurnaan dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP tidak terlepas dari sempurnanya hasil
penyidikan oleh Kepolisian, dengan demikian tercipta pula suatu penuntutan yang sesuai dengan ketentuan dalam perunsang-undangan yang berlaku.
Pengembalian BAP yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang- undang, merupakan bagian dari proses menciptakan perlindungan terhadap
tersangka dari sikap sewenang-wenang penyidik dalam membuat BAP yang tidak lengkap tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Medan adalah
untuk menciptakan aparatur Kejaksaan yang berwibawa dalam kerangka good governance tata kelola lembaga dengan baik dan good government pemerintah
yang baik yang selalu didambakan masyarakat.
58
1. Tahap Menerima Pemberitahuan Telah Dimulainya Penyidikan Oleh Penyidik
Sehubungan dengan itu, dalam menciptakan penegakan hukum yang baik, maka berikut ini perlu dipaparkan tahapan proses pembuatan BAP sesuai dengan
ketentuan undang-undang sebelum diserahkan ke pengadilan.
Untuk melakukan dimulainya penyidikan harus diberitahukan kepada Kejaksaan Negeri Medan. Hal tersebut yang menjadi dasar hukumnya adalah
ketentuan yang telah digariskan dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP ditentukan: ”Dalam hal penyidikan telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa
yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum.”
58
Ibid., hal. 214.
Universitas Sumatera Utara
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
59
Konsekuensi logis terhadap adanya tindakan pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik terhadap suatu kasus yang dianggap sebagai suatu
kejadian yang bersifat tindak pidana tersebut, maka materi pemberitahuan tersebut haruslah minimal berisikan:
Ketentuan pada Pasal 109 ayat 1 KUHAP tersebut mengandung makna yaitu bahwa dengan diterimanya surat pemberitahuan dari pihak penyidik kepada
Kejaksaan Negeri Medan, maka hal tersebut merupakan titik awal keterlibatan pihak Kejaksaan Negeri Medan bagi suatu kasus yang materinya disebutkan
dalam surat pemberitahuan tersebut. Oleh karena itu, penyidik melakukan kegiatan dengan memberitahukan
adanya kegiatan tersebut kepada penuntut umum yakni Kejaksaan negeri Medan dengan sendirinya bukanlah dengan tiada suatu alasan. Mengingat ketentuan Pasal
1 butir 2 KUHAP Menyebutkan bahwa: ”Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
tata cara yang telah diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”
60
a. Adanya tersangka dengan identitas yang lengkap:
59
Andi Hamzah., Loc. Cit, hal. 122.
60
http:justiabellen.blogspot.com200908pentingnya-masa-waktu-penyidikan-di.html, diakses terakhir tanggal 28 Maret 2020.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyebutan tindak pidana apa yang diduga telah dilakukan oleh tersangka
walaupun masih belum seluruhnya lengkap: c.
Alat-alat bukti yang sah apa saja yang berhasil dikumpulkan; dan d.
Apakah tersangkanya ditahan atau tidak. Jika ada tindakan-tindakan lain yang telah dilakukan tersangka, maka
perlu disebutkan juga dalam BAP tersebut misalnya:
61
1. Tindakan penangkapan Pasal 16-19 KUHAP;
2. Penggeledahan Pasal 32-37 KUHAP;
3. Penyitaan Pasal 38-46 KUHAP; dan
4. Pemeriksaan surat Pasal 47-49 KUHAP.
Materi pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik tersebut dapat memberikan gambaran kepada penuntut umum untuk menentukan apakah
tindakan penyidik tersebut mempunyai dasar hukum dan apakah selanjutnya diajukan kepenuntutan dan peradilannya.
Sifat keharusan pemberitahuan penyidikan dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP walaupun tidak memberikan kejelasan namun hal tersebut kalau
diserahkan kepada penuntut umum, maka sudah selayaknya tidak menimbulkan masalah bagi penyidik. Di samping itu dengan adanya Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor H.01PW.07.03 tahun 1981 tanggal 4 Februari 1981 tentang pedoman pelaksanaan KUHAP maka menjadi tegas, kuat
dan jelaslah landasan adanya kewajiban pemberitahuan dimulainya kegiatan penyidikan kepada penuntut umum oleh penyidik tersebut.
Ketentuan subtansi dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP tersebut bukan saja merupakan kewajiban penyidik sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat 1 a,
61
Andi Hamzah., Op. cit, hal. 123.
Universitas Sumatera Utara
melainkan meliputi penyidik dalam Pasal 6 ayat 1 b yaitu dari Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang misalnya pegawai
imigrasi, Bea Cukai maupun Jawatan Kereta Api. Materi ketentuan Pasal 109 ayat 1 KUHAP juga mencakup kewajiban
bagi penyidik pembantu seperti Pasal 10 ayat 1 KUHAP yang mengatakan bahwa yang disebut penyidik pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan syarat kepangkatan tertentu yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan menyangkut kewenangan penyidik pembantu sesuai Pasal 11 KUHAP adalah sama dengan kewenangan yang dimiliki penyidik seperti materi
Pasal 7 ayat 19 kecuali mengenai penahanan, penyidik pembantu terlebih dahulu harus dapat pelimpahan wewenang dari penyidik penyidik Polri. Di samping itu
penyidik pembantu diberi wewenang dan kewajiban untuk membuat berita acara dan menyerahkan berkas perkara kepad apenyidik, kecuali perkara dengan cara
pemeriksaan singkat dimana penyidik pembantu dapat langsung menyerahkannya kepada penuntut umum, pasal 12 KUHAP.
Kembali pada persoalan hubungan antara penyidik pembantu dengan penuntut umum, keadaan itu kalau dikaitkan dengan ketentuan Pasal 109 ayat 1
KUHAP merupakan manifestasi daripada bentuk pengawasan, yaitu pengawasan horizontal dan pengawasan vertikal yang pada hakekatnya merupakan perwujudan
dari salah satu bagian sistem tata laksana penyampaian tujuan yang berisi dan bersifat universal.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap pemberitahuan sebagaimana dimaksud oleh ketentuan materi Pasal 109 ayat 1 di atas, yakni pemberitahuan telah dimulainya penyidikan yang
dilaksanakan oleh penyidik terhadap suatu kasus sebagaimana diuraikan di atas, maka pihak penuntut umum atau kejaksaan segera mengikuti perkembangan
proses penyelesaian penydiikan tersebut dan bilamana perlu atas permintaan penyidik memberikan petunjuk-petunjuk atau pengarahan di dalam usaha
melengkapi penyusunan berkas perkara. Walaupun petunjuk itu diberikan dengan materi yang sangat terbatas dan bersifat pasif dalam arti penuntut umum hanya
membatasi dirinya dan kegiatan yang diminta yang merupakan kegiatan terhadap segala sesuatu dalam menghadapi penyerahan berkas perkara pada tahap pertama.
Saat diterimanya surat pemberitahuan telah dimuainya penyidikan terhadap suatu kasus dari penyidik penerimaan BAP sesuai Pasal 8 ayat 3 huruf
a KUHAP, kemungkinan ada tindakan-tindakan lain yang dilakukan oleh pihak penyidik dalam rangka membuat terangnya perkara, hal tersebut dibuat jika ada,
misalnya:
62
a. Penangkapan;
b. Penahanan;
c. Penggeledahan;
d. Penyitaan benda;
e. Pemasukan rumah; dan
f. Pemeriksaan surat.
Hal tersebut dilakukan oleh penyidik dengan cara mengirimkan surat penangkapan, penahanan dengan permohonan surat ijin atau surat persetujuan
kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan sehubungan dengan akan atau telah dilakukannya suatu tindakan untuk memperoleh persetujuan dari Ketua
62
M. Yahya Harahap., Loc, cit, hal. 356.
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Negeri Medan. Dengan ketentuan surat izin itu harus disertakan dalam BAP.
63
Beberapa cara penahanan oleh Kejaksaan Negeri Medan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik sehubungan telah dimulainya kegiatan penyidikan,
antara lain:
64
1 Ditangani oleh suatu team khusus untuk itu sampai dengan tingkat
penelitian berkas perara, kemudian baru ditunjuk umumnya sebelum atau sesudah berkas dianggap lengkap untuk dilimpahkan ke pengadilan.
2 Dengan mengingat antara lain kondisi persediaan jaksa terbatas, Kejari
atau Kasi Operasi langsung menunjuk umum yang bersangkutan . 3
Terhadap perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat berbobot saja yang ditangani terlebih dahulu oleh suatu tim.
Praktek pengolahan ini konktritnya pada masing-masing Kejaksaan kemungkinan berbeda, namun pada hakekatnya prinsip-prinsip yang menyangkut
sistem dan metodenya tetap sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Berdasarkan penjelasan Bapak Herbet, pada Kejakasan Negeri Medan
pengolahan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik telah dimulainya kegiatan penyidikan dilakukan dengan cara yaitu Kepala Kejaksaan Negeri tersebut atau
Kepala Saksi langsung menunjuk calon penuntut umum untuk suatu kasus yang bersangkutan.
65
2. Tahap Menerima Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan BAP
Penyidik dalam menjalankan tugas penyidikan tidak hanya melakukan tindakan penggeledahan dan penyitaan saja, melainkan juga melakukan
pemanggilan terhadap tersangka dan saksi, penangkapan, penahanan rekonstruksi
63
Ibid., hal. 131-132.
64
Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010.
65
Hasil wawancara., ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan tindakan lain yang diperlukan, dimana setiap tindakan harus berdasarkan surat perintah atasan yang berwenang dan harus dibuatkan berita acaranya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 1 jo Pasal 75 KUHAP. Sebelum mengajukan perkara yang ditanganinya itu, terlebih dahulu penyidik harus mengetahui mengenai cara
pemeriksaan perkara pidana. KUHAP membedakan acara pemerikasan perkara pidana dalam 3 tiga
macam, yaitu: a.
Acara pemeriksaan biasa. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan biasa adalah perkara yang pembuktan dan penerapan hukumnya serta
sifatnya rumit dan menarik perhatian masyarakat atau termasuk perkara penting.
66
b. Acara pemeriksaan singkat. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan ini
adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan
hukumnya mudah dan sifatnya sederhana sesuai Pasal 203 ayat 1 KUHAP.
67
c. Acara pemeriksaan cepat, terdiri dari:
68
1 Acara pemerikasan tindak pidana ringan yang diperiksa menurut acara
ini adalah perkara yang diancam dengan penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima
ratus rupiah dan penghinaan ringan Pasal 205 ayat 1 KUHAP.
66
Andi Hamzah., Op. cit, hal. 245.
67
Ibid., hal. 252.
68
Ibid., hal. 253.
Universitas Sumatera Utara
2 Acara pemeriksaan perkara lalu lintas jalan yang diperiksa menurut
acara ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan Pasal 211 KUHAP.
Selanjutnya dari ketiga macam acara pemeriksaan tersebut, hanya dua perkara yang berkas perkaranya diajukan kepada penuntut umum, sedangkan
untuk acara pemeriksaan cepat pelanggaran lalulintas misalnya tidak pakai helm, melanggar rambu-rambu, dan lain-lain penyidik atas kuasa penuntut umum,
langsung mengirimkan berkas perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat Pengadilan Negeri Medan.
69
Sebelum memasuki isi berkas perkara dan pemberkasannya, penulis akan menyajikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan berkas perkara itu. Berkas
perkara adalah himpunan hasil penyidikanpemeriksaan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang tertuang dalam suatu berita acara dan berita acara tersebut
dibuat atas sumpah jabatan dan ditandatangani oleh pejabat dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
70
1. Sampul berkas perkara ;
Menurut lampiran instruksi pelaksana Nomor INS-006J.A1986 tentang Petunjuk Pidana Administrasi Teknis Yustisial Perkara Pidana Umum, disebutkan
bahwa isi berkas perkara meliputi:
2. Daftar isi berkas perkara;
3. Resume Pasal 121 KUAP;
4. Laporan Polisi sesuai Pasal; 5 ayat 1 dan Pasal 103 KUHAP;
5. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan sesuai Pasal 109 ayat 1
KUHAP; 6.
Berita acara pemeriksaan saksiahli Pasal 162, 120 jo Pasal 176 KUHAP.
69
Ibid., hal. 254.
70
M. Yahya Harahap., Op. cit, hal. 355.
Universitas Sumatera Utara
7. Surat perintah penangkapan Pasal 18 KUHAP
8. Surat perintah penahanan sesuai Pasal 21 KUHAP ;
9. Dokumen-dokumen bukti;
10. Daftar adanya saksi;
11. Daftar adanya tersangka;
12. Daftar barang bukti;
13. Lain-lain yang perlu dilampirkan.
Memperhatikan isi dari BAP tersebut di atas, nampak bahwa berkas perkara itu hanya terdiri dari kumpulan berita acara, melainkan melampirkan juga
surat-surat dan keterangan lain yang diperlukan. Namun demikian tidak mutlak bahwa BAP harus dilengkapi dengan berita acara atau surat-surat atau keterangan
sebagaimana tersebut diatas melainkan tergantung pada kasus perkaranya dan kejaksaan atau tindakan yang dilakukan oleh penyidik.
71
a. Setiap lembar kertas perkara, pada bagian kirinya dilubangi dengan
perforator alat pembuat lubang kertas pada tiga tempat yaitu di tengah, atas dan bawah.
Dalam hal suatu perkara tidak memerlukan kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi BAP secara lengkap sebagaimana tersebut di atas
maka isi berkas perkara disusun sesuai dengan susunan tersebut di atas dikurangi dengan lembaran-lembaran dimana tidak ada atau tidak diperlukan.
Selanjutnya menurut Petunjuk Teknis Pol JUKNIS10II1982 tentang Penyusunan Berkas Perkara dan Pemberkasannya, maka dilakukan pemberkasan
sebagai berikut:
b. Dengan jarum dan talibenang tanpa sambungan, kertas dijilid sedemikian
rupa sehinga benang tidak akan mudah putuslepas dan simpul dibuat pada atau di atas lubang tengah.
c. Kedua ujung dihimpun menjadi satu dan dipotong sepanjang 10 cm dari
simpul, kemudian ditarik ke bawah kanan.
71
Ibid., hal. 357.
Universitas Sumatera Utara
d. Sepanjang 5 cm dari kedua ujung benangtali dilak, dan sebelum lak
tersebut kering, ditekan dengan cap kesatuan Polri setempat yang terbuat bahan logam kuningan.
e. Tidak dibenarkan membubuhi lak diatas simpul.
f. Lak dan cap tidak boleh menghalang-halangi atau menutup tulisan-tulisan
yang terdapat dalam simpul. g.
Penomoran pada sampul berkas perkara diambil dari nomor urut buku register berkas perkara dan cara penomorannya sebagai berikut:
1 Kode atau singkatan berkas perkara BP;
2 Nomor urut;
3 Angka bulan angka romawi;
4 Angka tahun;
5 Kode Kesatuan Polri yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, hasil penyidikan yang dihimpun menjadi satu bundle buku, dalam sehari-hari disebut dengan berkas perkara atau BAP.
a Penyerahan Berkas Perkara Tahap Pertama di Kejaksaan Negeri Medan
Setelah pemberkasan selesai, penyidik segera menyerahkan berkas perkara tersebut dalam rangkap dua kepada penuntut umum, disertai dengan surat
pengantar. Dalam surat pengantar tersebut dicantumkan hal-hal sebagai berikut: a.
Nomor dan tanggal berkas perkara; b.
Jumlah berkas perkara yang dikirim rangkap 2; c.
Nama, umur, pekerjaan dan alat tersangkat; d.
Status tersangka; ditahan atau tidak. Kalau ditahan dijelaskan mulai tanggal berapa ditahan dan surat-surat lainnya.
e. Tempat penyimpanan barang bukti yang tersebut dalam daftar barang
bukti; f.
Tindak pidana dan pasal yang dipersakakan; g.
Hal-hal lain yang dianggap perlu;
Universitas Sumatera Utara
h. Tembusan surat pengantar disampaikan kepada Kesatuan Atasari dan
Ketua Pengadilan Negeri setempat dalam hal perkara memerlukan perpanjangan penahanan dari Ketua Pengadilan Negeri.
Pengiriman berkas perkara disamping dicatat dalam buku ekspedisi, juga disertai surat tanda penerimaan, tanda tangan dan nama terang petugas kejaksaan
setempat yang diserahi tugas menerima berkas, serta dibubuhi stempel dinas. Hal ini penting untuk memperhitungkan jangka waktu 14 hari yang diberikan oleh
KUHAP kepada penuntut umum untuk memeriksa kelengkapan berkas perkara tersebut.
Berdasarkan Pasal 14 huruf b KUHAP, Penuntut Umum mempunyai wewenang untuk mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4 serta memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
Pasal 14 huruf b KUHAP diatas mempunyai kaitan dengan ketentuan Pasal 138 yang berbunyi sebagai berikut:
72
a Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik segera
mempelajari dan meneliti dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
b Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak
tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.
Sehubungan dengan kegiatan penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan maka untuk meneliti BAP, penelitian tersebut diterangkan dalam formulir “Hasil
Penelitian Tahap Pertama” sebagai berikut:
72
Ibid., hal. 359.
Universitas Sumatera Utara
1. Pemberitahuan dimulainya penyidikan dan surat perintah penyidikan. Hal
ini disebutkan ada atau tidak, kalau ada dicantumkan pula nomor dan tanggalnya.
2. Nomor perkara, tanggal diterimanya berkas perkara, asal berkas perkara,
jumlah tersangka dan jumlah sanksi. 3.
Identitas tersangka namna, tempat lahir, umur, tanggal lahir, kebangsaan, jenis kelamin, tempat tinggal, agama, pekerjaan dan sidik jari
4. Pasal yang disangkakan, keterangan acara pidana KUHAPKhusus,
memenuhi Pasal 21 ayat 4 KUHAP atau tidak, memenuhi pasal 29 ayat 1 KUHAP atau tidak, penunjukan penasehat hukum wajib atau tidak,
penaseht hukum ada atau tidak, macam delik aduan atau bukan dan surat pengaduan atau atau tidak.
5. Status Tersangka
Tersangka ditahan atau tidak, jenis tahanan, tanggal tersangka ditahan, berita acara penahanan ada atau tidak dan tunggal berakhirnya masa
penahanan. 6.
Benda sitaan Benda sitaan ada atau tidak, surat penyitaan ada atau tidak, izin pengadilan
negeri atau tidak, berita acara penyitaan ada atau tidak. 7.
Apakah ada berita acara 8.
Susunan isi berkas Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum
9. Apakah ada dua alat bukti yang sah
Universitas Sumatera Utara
Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum 10.
Apakah berkas perkara tersebut sudah lengkapsempurna, persyaratan untuk dilimpahkan kepengadilan negeri cukup memenuhi syarat atua
belum dan apakah sudah dapat dilimpahkan kepengadilan negeri 11.
Saran Jaksa penelitian memberi saran, apakah berkas perkara tersebut tidak
dikembalikan atau dikembalikan kepada penyidik disertai petunjuk. Kalau dikembalikan kepada penyidik karena berkas belum lengkap, maka jaksa
penelitian memberikan petunjuk mengenai penyidik tambahan yang harus dilakukan oleh penyidik.
Sebagaimana diketahui dalam KUHAP, tugas dan wewenang jaksa dalam hal penyidikan, penyidikan lanjutan serta mengkoordinasikan alat-alat penyidik,
khususnya dalam perkara-perkara tindak pidana umum, sepenuhnya beralih kepada penyidik seperti dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b. sebagai
konsenkuensi dari peralihan fungsi penyidikan tersebut sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b KUHAP, dimana penuntut umum tidak
berwenang lagi melakukan penyidikan tambahan atau lanjutan menyebabkan berkas perkara tersebut harus benar-benar memenuhi syarat-syarat penuntutan.
Jelas kiraya mengapa pembentuk undang-undang dalam Pasal 138 KUHAP memberikan kewenangan kepada jaksa penuntut umum untuk mengembalikan
berkas perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap kepada penyidik, guna dilengkapi
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum. Disamping itu
Universitas Sumatera Utara
petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum disini adalah dalam rangka menyusun surat dakwaan yang memenuhi syarat formal dan syarat material
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Berkas perkara hasil penyidikan dapat dikatakan lengkap apabila telah
memenuhi syarat-syarat kelengkapan formil dan kelengkapan materiil sebagai berikut:
a. Kelengkapan Formil
Berkas perkara hasil penyidikan dari penyidik dapat dikatakan secara formil apabila memuat antara lain:
1. Identitas tersangka seperti tersebut dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a
KUHAP. 2.
Surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila penggeledahan dan penyitaan dilakukan Pasal 33 dan Pasal 38 KUHAP.
3. Penyidikpenyidik pembantu harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
ditentukan dalam Peraturan Menteri Kehakiman No.M.05.PW.07.04 tahun 1984.
4. Surat izin Khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila dilakukan
pemeriksaan surat, Pasal 47 KUHAP 5.
Adanya pengaduan dari orang yang berhak dalam hal delik aduan. 6.
Pembuatan berita acara sepreti dimaksud dalam Pasal 75 KUHAP apabila dilakukan pemeriksaan tersangka, penangkapan dan lain sebagainya dan
ditandatangani oleh yang berhak menandanganinya. b.
Kelengkapan Materiil
Universitas Sumatera Utara
Kelengkapan materiil yang dimaksud ialah apabila berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat dilimpahkan ke pengadilan, antar lain
seperti adanya alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 183, 184 KUHAP, uraian secara jelas, cermat dan lengkap mengenai tindak pidana yang
disangkakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP.
Dengan demikian apabila berkas perkara hasil penyidikan sudah lengkap, maka jaksa penuntut umum sudah menjadikan sebagai dasar pembuatan surat
dakwaan yang memenuhi syarat baik formil maupun materiil, dan berkas perkar ahasil penyidikan tidak perlu lagi dikembalikan kepada penyidik untuk
dilengkapi. Akan tetapi apabila hasi penyidikan dari penyidik belum lengkap, maka jaksa penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik,
disertai petunjuk untuk dilengkapi oleh penyidik sehingga hasil penyidikan menjadi lengkap dan dapat dijadikan dasar pembuatan surat dakwaan yang
memenuhi syarat Pasal 138 jo Pasal 110 KUHAP. Dengan demikian hasil penelitian terhadap berkas perkara yang dilakukan
oleh penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan, hasilnya ada dua kemungkinan yaitu:
73
a. Apabila sebelum batas waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas,
penuntut umum mengembalikan berkas perkara tersebut dimana penyidik segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk tertulis
dari penuntut umum sesuai Pasal 110 ayat 3 KUHAP. Dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas perkara penyidik harus sudah
menyampaikan kembali berkas perkara itu keapda penuntut umum.
73
Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Apabila dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penuntut
umum tidak mengembalikan berkas perkara atau sebelum batas waktu tersebut telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum
sesuai Pasal 110 ayat 4 KUHAP, maka penyidik segera menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 huruf b KUHAP
Biasanya pengiriman barang bukti tersangka dilakukan penyidik setelah ada surat pemberitahuan dari penuntut umum bahwa hasil penyidikannya telah
lengkap, disertai permintaan agar tersangka dan barang bukti diserahkan kepada penuntut umum untuk penyelesaian selanjutnya.
b Penyerahan Berkas Perkara Tahap Kedua di Kejaksaan Negeri Medan
Pada penyerahan tahap kedua ini, penyidik menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum dengan disertai surat pengantar. Pada tahap
ini jaksa peneliti melakukan penelitian terhadap tersangka, yaitu mencocokan identitasnya dalam hal ini tersangka yang dihadapkan kepadanya dengan
identitas yang tercantum dalam berkas perkara. Begitu pula terhadap barang bukti, jaksa peneliti juga mencocokan barang-barang tersebut dengan yang tercantum
pada daftar barang bukti sebagaimana terlampir dalam berkas perkara tersebut dengan disaksikan oleh penyidik dan tersangka. Dan selanjutnya menanyakan
kepada tersangka apakah benar benda tersebut tersangkut dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh tersangka.
Terhadap benda sitaan, saksi korban atau saksi lainnya harus diikutsertakan dalam menyaksikan penelitian, hal demikian untuk menghindarkan
hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya menyulitkan kedudukan penuntut umum.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan penelitian terhadap tersangka dan barang bukti tersebut masing-masing dibuatkan berita acaranya, dan ditandatangani oleh penuntut
umum dan penyidik yang menyaksikan acara itu. Berita acara serah terima tersangka dan barang sitaanbukti memuat hal-
hal sebagai berikut:
74
1. Kapan serah terima tersangka dan barang bukti dilakukan;
2. Nama, pangkat, nomor registrasi perkara dan jabatan penyidikpenyidik
pembantu yang menyerahkan tersangka dan barang bukti tersebut; 3.
Surat pengantar pengiriman tersangka dan barang bukti disertai nomor polisi dan tanggalnya;
4. Nama tersangka sebagaimana terlampir dalam daftar tersangka;
5. Barang bukti sebagaimana terlampir dalam daftar barang bukti;
6. Nama, pekerjaan, pangkatjabatan penuntut umum pada kejaksaan negeri
setempat yang menerima tersangka dan barang bukti; 7.
Tempat diserahkan tersangka dan barang bukti; 8.
Nama, pekerjaan, pangkatjabatan dan alamat para saksi 2 orang yang menyaksikan penyerahan tersebut;
9. Tempat, tanggal ditandatanganinya berita acara tersebut.
Dengan diserahkannya tersangka dan barang bukti oleh penyidik kepada penuntut umum, maka penyidikan atas perkara tersebut telah selesai dan secara
yuridis tanggung jawab atas tersanga dan barang bukti tersebut beralih kepada penuntut umum. Namun demikian bukan berarti tugas penyidik terhadap perkara
tersebut selsesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan proses persidangan. Hubungan koordinasi fungsional dan instansional antara penyidik dan penuntut
umum masih berlangsung sampai ke pelaksanaan putusan hakim.
74
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 359-360.
Universitas Sumatera Utara
B. Dasar Hukum Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan Prapenuntutan
Berdasarkan Pasal 109 ayat 1 KUHAP, penyidik jika telah mulai melakukan penyidikan, penyidik memberitahukan kepada penuntut umum. Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan itu biasanya disingkat dengan “SPDP”, yaitu Surat Pemberitahuan dimulainya penyidikan, selanjutnya penulis
menggunakan istilah SPDP. Setelah SPDP diterima oleh Kepala Kejakasan Negeri Kepala Kejaksaan Tinggi apabila SPDP berasal dari POLDA, maka SPDP
tersebut dikelola oleh Kepala Saksi KASI. Jika menyangkut perkara pidana umum pidum surat tersebut dikelola oleh Kasi Pidum sedangkan berkenaan
dengan pidana khusus pidsus surat tersebut dikelola oleh Kasi Pidsus. Kasi Pidum atau Kasi Pidsus sesuai dengan bidang masing-masing mempersiapkan
konser surat dengan bidang masing-masing mempersiapkan konser surat penunjukan “jaksa penelitian”. Jaksa penelitian ini biasanya merupakan calon
penuntut umum. Rumusan kata “biasanya” menunjukkan bahwa hal tersebut tidak bersifat mutlak, karena bisa saja ditunjuk jaksa sebagai pengganti penuntut umum
oleh Kepala Kejaksaan Negeri. Jaksa yang telah ditunjuk tersebut bertugas mengikuti perkembangan penyidikan sebagaimana tersebut dalam SPDP, dan ia
mempersiapkan petunjuk-petunjuk kepada penyidik guna merampungkan berkas perkara apabila berkas perkara hasil penyidikannya belum lengkap.
Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas, Kejaksaan Negeri Medan, ketika dilakukan wawancara dengan JPU, Kejaksaan langsung melakukan
Universitas Sumatera Utara
koordinasi dengan penyidik agar penyidik segera melakukan penyidikan untuk mempersiapkan tindakan penuntutan.
75
Setelah berkas perkara diterima oleh Kejaksaan Negeri Medan penuntut umum dari penyidik, Kejaksaan Negeri Medan segera menentukan apakah berkas
perkara tersebut telah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan berdasarkan Pasal 139 KUHAP. Menurut Bapak Herbet dikatakan
bahwa:
76
1. Penuntut umum meneliti dan mempelajari sesuai dengan Pasal 138
KUHAP untuk memastikan BAP sudah lengkap atau tidak dan itu dilakukan selama 14 empat belas hari;
2. Apabila BAP dari penyidik tidak lengkap, Kejaksaan Negeri Medan segera
mengembalikan BAP tersebut kepada penyidik Kepolisian disertai dengan petunjuk-petunjuk dalam waktu 7 tujuh hari, kemudian setelah
dilengkapi penyidik, BAP tersebut diserahkan kembali kepada Kejaksaan Negeri Medan;
3. Apabila Kejaksaan Negeri Medan beranggapan bahwa BAP hasil
penyidikan penyidik itu sudah lengkap dan sesuai dengan undang-undang, maka Kejaksaan Negeri Medan wajib memberitahukan kepada penyidik
dan tidak dapat dilakukan lagi prapenuntutan.
Penuntut umum maupun penuntut umum pengganti secara bersama-sama selanjutnya melakukan pengamatan yang cermat atas berkas perkara tersebut,
yakni mengenai: a.
Waktu dan kejadian tindak pidana; b.
Pelaku serta kemungkinan orang-orang yang terkait dalam tindak pidana itu yang selanjutnya menentukan posisi masing-masing;
c. Perbuatan yang terjadi;
75
Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010.
76
Hasil wawancara, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
d. Apakah untuk melakukan penentuan telah memenuhi sarat formil maupun
syarat materiil; e.
Apakah setiap unsur delik telah didukung oleh alat-alat bukti yang cukup dengan mempedomi Pasal 183 yang menentukan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah. Berdasarkan pengamatan pada data atau fakta tersebut di atas, jaksa
penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan adakalanya berpendapat sebagai berikut:
a. Perbuatan yang telah dilakukan tersebut tidak dapat dihukum atau bukan
merupakan suatu tindak pidana. Keadaan demikian sesuai dengan dalil “tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan”.
b. Tersangka tidak dapat dihukum disebabkan oleh karena orang yang
melakukan delik tersebut dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu tidak dapat dihukum, misalnya Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP.
c. Sesuai dengan Pasal 78 KUHAP, perbuatan itu jelas dan cukup bukti akan
tetapi hak untuk menuntut telah hilang. d.
Tidak terdapat cukup bukti. e.
Berkas perkara perlu dipisahkan. f.
Berkas perkara perlu digabungkan. Dalam hal jaksa peneliti berpendapat bahwa “tidak cukup alasan” untuk
diajukan ke pengadilan negeri karena perbuatan bukan merupakan suatu tindak pidana atau si tersangka tidak dapat dihukum atau hak menuntut telah hilang,
maka penyidik harus melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kejaksaan Negeri
Universitas Sumatera Utara
Medan dan mempersiapkan konsep “surat penetapan”. Surat penetapan tersebut dirumuskan pada Pasal 14 ayat 2 KUHAP yang dalam sehari-hari disebut “SP3”
yakni Surat Penetapan Penghentian Penuntutan. Terhadap surat ketetapan tentang dihentikannya penuntutan, pada hakekatnya terutama ditujukan kepada
pencegahan nebis in idem, dimaksudkan bukan saja untuk menyelesaikan perkara pada tahap tersebut melainkan kemungkinan untuk diajukan kelak bila ada alat
bukti baru. Apabila di kemudian hari terdapat alat bukti baru maka penuntutan dapat dilakukan lagi. Hal ini merupakan cara yang tepat untuk menegakkan
keadilan, sebab jika belum ditemuan alat bukti yang kuat pada saat diajukan ke Pengadilan Negeri Medan, kemungkinan terdakwa akan dibebaskan oleh
pengadilan. Berdasarkan Pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP, Kejaksaan Negeri Medan
menerapkan SP3 dengan alasan: a.
Tidak terdapat cukup bukti; b.
Peristiwa bukan merupakan tindak pidana; dan c.
Perkara ditutup demi hukum. Sedangkan perkara ditutup demi hukum disebabkan karena beberapa hal di
Kejaksaan Negeri Medan yaitu: a.
Adanya pencabutan pengaduan sebagaimana tersebut dalam Pasal 75 KUHAP.
b. Nebis in idem, yaitu orang tidak boleh dituntut untuk keduakalinya karena
perbuatan atau peristiwa yang baginya telah diputus hakim, dimana
Universitas Sumatera Utara
putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap sesuai Pasal 7 KUHAP.
c. Tersangka meninggal dunia berdasarkan Pasal 77 KUHAP
d. Kedaluarsa, yaitu tidak dapat dituntut, lagi karena lewatnya waktu sesuai
Pasal 78 KUHP. Menurut Instruksi Jaksa Agung RI Nomor INST-011J.A111982 tentang
Penghentian Penuntutan Khusus untuk Tindak Pidana Umum yang menerbitkan surat ketetapan diwenangkan Kepala Kejaksaan Negeri setempat setelah
mendengarkan pendapat Jaksa Penuntut Umum. Dimana selain menyebutkan alasan juga harus mencantumkan secara jelas:
1. Pengeluaran tersangka apabila tersangka dalam keadaan ditahan.
2. Penetapan penyerahan atau mengembalian benda sitaanbarang bukti
kepada orang yang disebutkan secara jelas nama dan identitasnya. Selanjutnya Pasal 140 ayat 2 huruf b dan c KUHAP menyebutkan
sebagai berikut : 1.
Isi surat keterangan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia ditahan wajib segera dibebaskan;
2. Turunkan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada
a. Tersangka, atau
b. Keluarga, atau
c. Penasehat hukum;
d. Pejabat rumah tahanan negara RUTAN;
e. Instansi penyidik;
f. Hakim Ketua Pengadilan Negeri.
KUHAP tidak memberikan definisi tentang prapenentuan. Akan tetapi terdapat dalam Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.901.DPW.07.03 tentang
pelaksanaan KUHAP disebutkan bahwa prapenentutan adalah wewenang penuntut
Universitas Sumatera Utara
umum setelah menerima berkas perkara penyidikan dari penyidik dan berpendapat bahwa hasil penyidikan itu dianggap belum lengkap, maka penuntut umum segera
mengembalikannya kepada penyidik disertai petunjuk seperlunya dan dalam hal ini penyidik harus segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh penuntut umum, dan apabila penuntut umum dalam waktu 14 hari tidak mengembalikan hasil penyidikan tersebut, maka penyidikan dianggap
selesai. Kegiatan yang dilakukan penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan
setelah menerima BAP dari penyidik dalam rangka prapenuntutan adalah: 1.
Jaksa penuntut umum yang ditunjuk oleh Kepala Kejaksaan Negeri Medan dalam waktu 3 hari setelah menerima berkas perkara, segera meneliti
berkas perkara tersebut apakah syarat formil maupun syarat materiil sudah dipenuhi atau belum. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan
penelitian dan penilaian berkas perkara antara lain ;
a Kelengkapan berita acara
b Keabsahan tindakan penyidik.
2. Apabila BAP tersebut diangap belum lengkap, maka selambat-lambatnya
14 hari sesudah penerimaan berkas perkara tersebut dari penyidik maka Kejaksaan Negeri Medan sudah harus mengembalikan berkas perkaranya
disertai petunjuk-petunjuk tentang hal-hal yang harus dilengkapi oleh penyidik:
a Petunjuk-petunjuk yang disampaikan kepada penyidik tersebut
disampaikan tertulis, jelas dan terperinci demi sempurnanya proses penentutannya dipersidangan.
b Dalam waktu 10 hari setelah pengembalian tersebut Kejaksaan
Negeri Medan memperingatkan penyidik tentang batas waktu penyempurnaan berkas perkara tersebut hanya 14 hari.
c Supaya diusahakan pengembalian berkas perkara itu berlangsung
hanya satu kali saja, kecuali pengembalian dapat dilakukan dengan waktu lebih dari 14 hari apabila terdapat hal-hal yang penting
dimana dapat mempengaruhi berhasil tidaknya penuntutan, dengan catatan pengembalian tersebut merupakan pengembalian yang
terakhir.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pertimbangan Jaksa pada Kejaksaan Negeri Medan dalam melakukan tindakan prapenuntutan dipaparkan berikut ini aturan-aturan yang
mendasarinya. Hubungan koordinasi fungsional antara penyidik dengan jaksa penuntut
umum pertama kali terjadi sejak penyidik melakukan penyidikan suatu perkara sebagaimana ditentukan oleh Pasal 109 ayat 1 KUHAP.
Kejaksaan Negeri Medan juga berpedoman kepada pelaksanaan KUHAP yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Nomor M.01.PW.07.03 tahun 1982,
pada halaman 78 dibawah huruf a, menegaskan bahwa pemberitahuan kepada penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 109 ayat 1 KUHAP adalah
merupakan kewajiban dari penyidik. Pengertian telah dimulainya penyidikan adalah jadi kegiatan penyidikan sudah dilakukan dengan menggunakan upaya
paksa, misalnya pemanggilan pro justisia, pemeriksaan, penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan lain-lain Tambahan Pedoman Pelaksanaan
KUHAP, butir 3. Penyidik memberitahukan tentang telah dimulainya penyidikan suatu
tindak pidana tersebut dengan menggunakan formulir serse A-3 juklak dan juknis POLRI dengan disertai lampiran berupa laporan polisi atau aduan
MAHKEJAPOL I sebagai kelengkapan dari butir 3 Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP. Dalam hal Kejaksaan Negeri Medan atau JPU yang
menerima laporan atau pengaduan atau mengetahui sendiri telah terjadi suatu tindak pidana, maka hal tersebut secepatnya diteruskan kepada penyidik pasal 1
ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961. Berdasarkan undang-undang ini
Universitas Sumatera Utara
bahwa setiap Kejaksaan Negeri setempat setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan harus mencatat dalam reisgtrasi R.PK-1 dan data beserta
penyelesaian dimuat dalam laporan bulanan model LPK-1. Untuk mendapatkan dukungan operasi intelejen kejaksaan, maka formulir
serse A-3 diberitahukan juga oleh Kepala Kejaksaan Negeri kepada Saksi Intel Kejaksaan agar terdapat keterpaduan Intelejen dengan kegiatan Operasi justisi.
Dalam rangka meneliti kelengkapan dan materiil berkas perkara, agar dipedomani pula surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-002 J.A21985 tentang
hasil Eksaminasi Perkara. Apabila penyidik mengalami kesulitan untuk memenuhi petunjuk yang diberikan oleh Penuntut Umum dalam tenggang waktu 14 hari,
penyidikan segera memberitahukan kesulitan tersebut kepada Penuntut Umum dan penyelesainnya diserahkan kepada consensus pada forum penyidikan dan
penuntut umum MAHKEJAPOL-1 1984. Hasil penyidikan tambahan dan berkas perkara yang diserahkan kembali oleh penyidik, dipelajari lagi oleh Penuntut
Umum Peneliti, apakah petunjuk-petunjuk telah terpenuhi. Bila belum dipenuhi, Penuntut Umum melaporkan kepada Kepala
Kejaksaan Negeri atau pejabat yang dikuasakan untuk itu, jalan apa yang akan ditempuh terhadap berkas perkara tersebut, yang ketentuan akhirnya diserahkan
kepada kebijakan pimpinan. Pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah selesai dalam satu hari. Untuk mencegah lebih dari dua kali antara Penyidik dan Penuntut
Umum, perhatikan Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP butir 5 yang intinya : harus mengintensipkan koordinasi antar penegak hukum di daerah. Dalam hal
upaya Penyidik ternyata sudah optimal. Maka Penuntut Umum dapat melengkapi
Universitas Sumatera Utara
berkas perkara dengan mengadakan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan menurut pasal 27 ayat 1 sub d Undang Undang Nomor 5 Tahun
1991. Khusus untuk berkas perkara hasil penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil agar diperhatikan Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP butir 6 yang
intinya menyatakan bahwa dalam perkara tindak pidana umum berkas perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum melalui Penyidik Polri sedangkan
dalam tindak pidana khusus langsung kepada Jaksa Penuntut Umum. Di samping itu juga diperhatikan Surat Edaran Jaksa Agung nomor SE-013J.A81982
tanggal 20 Agustus 1982.
C. Kendala-Kendala Dalam Prapenuntutan