Perundang-Undangan Wawancara, dan Diktat Dasar Hukum Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan Prapenuntutan

Wisnubroto, Al., dan G. Widiartana., Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia UU Kejaksaan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Herzien Inlandsch Reglement HIR atau Reglemen Indonesia yang Diperbaharui RIB.

C. Wawancara, dan Diktat

Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. Sidharta, B. Arief., ”Cita Hukum Pancasila”, Lembaran Diktat Kuliah Pascasarjana UNPAD, Bandung, 2003.

D. Internet

http:www.modusaceh.comhtmlkonsultasi-hukum-read41pra_penun, diakses terakhir tanggal 15 Maret 2010. http:justiabellen.blogspot.com200908pentingnya-masa-waktu-penyidikan- di.html, diakses terakhir tanggal 28 Maret 2020. Universitas Sumatera Utara

BAB III DASAR PERTIMBANGAN JAKSA DALAM MELAKUKAN

PRAPENUNTUTAN DI KEJAKSAAN NEGERI MEDAN A. Proses Penyelesaian Perkara Pidana Sejak Diserahkan Oleh Penyidik Kepada Penuntut Umum Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang-undang Hukum Acara Pidana Nomor 8 tahun 1981 yang diundangkan pada tanggal 31 Desember 1981 menyebabkan terbukanya suatu lembaran baru di dalam pelaksanaan Hukum Acara Pidana di Indonesia, yang membawa perubahan fundamental terutama dalam pembagian tugas dan wewenang penyidik kepolisian, tugas dan wewenang Penuntut Kejaksaan sebelum perkara dilanjutkan dalam tahap pemeriksaan di sidang pengadilan oleh hakim. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dari penegakan hukum itu sendiri, maka tepatlah yang dikatakan Chairuman Harahap mengenai tujuan penegakan hukum bahwa salah satu dari tujuan penegakan hukum itu adalah untuk menciptakan kepastian hukum. Selengkapnya, dikatakan bahwa: 57 Dalam melakukan fungsi Kejaksaan dengan baik sesuai dengan prosedur hukum untuk menciptakan proses peradilan yang baik, jujur, dan berjalan sesuai dengan undang-undang, dituntut kerjasama yang baik, dan jujur pula antara kedua “Adapun tujuan dari penegakan hukum adalah untuk mewujudkan kepastian hukum rechtszekerheid dalam masyarakat sehingga terciptanya kedamaian dalam masyarakat dan berfungsinya aparatur pemerintah dengan baik dan lancar sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 57 Chairuman Harahap., Merajut Kolektivitas Melalui Penegakan Hukum Supremasi Hukum, Bandung: Citapustaka Media, 2003, hal. 213. Universitas Sumatera Utara instansi penegak hukum ini harus selalu terjalin, karena kesempurnaan dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP tidak terlepas dari sempurnanya hasil penyidikan oleh Kepolisian, dengan demikian tercipta pula suatu penuntutan yang sesuai dengan ketentuan dalam perunsang-undangan yang berlaku. Pengembalian BAP yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang- undang, merupakan bagian dari proses menciptakan perlindungan terhadap tersangka dari sikap sewenang-wenang penyidik dalam membuat BAP yang tidak lengkap tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Medan adalah untuk menciptakan aparatur Kejaksaan yang berwibawa dalam kerangka good governance tata kelola lembaga dengan baik dan good government pemerintah yang baik yang selalu didambakan masyarakat. 58

1. Tahap Menerima Pemberitahuan Telah Dimulainya Penyidikan Oleh Penyidik

Sehubungan dengan itu, dalam menciptakan penegakan hukum yang baik, maka berikut ini perlu dipaparkan tahapan proses pembuatan BAP sesuai dengan ketentuan undang-undang sebelum diserahkan ke pengadilan. Untuk melakukan dimulainya penyidikan harus diberitahukan kepada Kejaksaan Negeri Medan. Hal tersebut yang menjadi dasar hukumnya adalah ketentuan yang telah digariskan dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP ditentukan: ”Dalam hal penyidikan telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum.” 58 Ibid., hal. 214. Universitas Sumatera Utara Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 59 Konsekuensi logis terhadap adanya tindakan pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik terhadap suatu kasus yang dianggap sebagai suatu kejadian yang bersifat tindak pidana tersebut, maka materi pemberitahuan tersebut haruslah minimal berisikan: Ketentuan pada Pasal 109 ayat 1 KUHAP tersebut mengandung makna yaitu bahwa dengan diterimanya surat pemberitahuan dari pihak penyidik kepada Kejaksaan Negeri Medan, maka hal tersebut merupakan titik awal keterlibatan pihak Kejaksaan Negeri Medan bagi suatu kasus yang materinya disebutkan dalam surat pemberitahuan tersebut. Oleh karena itu, penyidik melakukan kegiatan dengan memberitahukan adanya kegiatan tersebut kepada penuntut umum yakni Kejaksaan negeri Medan dengan sendirinya bukanlah dengan tiada suatu alasan. Mengingat ketentuan Pasal 1 butir 2 KUHAP Menyebutkan bahwa: ”Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang telah diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.” 60 a. Adanya tersangka dengan identitas yang lengkap: 59 Andi Hamzah., Loc. Cit, hal. 122. 60 http:justiabellen.blogspot.com200908pentingnya-masa-waktu-penyidikan-di.html, diakses terakhir tanggal 28 Maret 2020. Universitas Sumatera Utara b. Penyebutan tindak pidana apa yang diduga telah dilakukan oleh tersangka walaupun masih belum seluruhnya lengkap: c. Alat-alat bukti yang sah apa saja yang berhasil dikumpulkan; dan d. Apakah tersangkanya ditahan atau tidak. Jika ada tindakan-tindakan lain yang telah dilakukan tersangka, maka perlu disebutkan juga dalam BAP tersebut misalnya: 61 1. Tindakan penangkapan Pasal 16-19 KUHAP; 2. Penggeledahan Pasal 32-37 KUHAP; 3. Penyitaan Pasal 38-46 KUHAP; dan 4. Pemeriksaan surat Pasal 47-49 KUHAP. Materi pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik tersebut dapat memberikan gambaran kepada penuntut umum untuk menentukan apakah tindakan penyidik tersebut mempunyai dasar hukum dan apakah selanjutnya diajukan kepenuntutan dan peradilannya. Sifat keharusan pemberitahuan penyidikan dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP walaupun tidak memberikan kejelasan namun hal tersebut kalau diserahkan kepada penuntut umum, maka sudah selayaknya tidak menimbulkan masalah bagi penyidik. Di samping itu dengan adanya Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor H.01PW.07.03 tahun 1981 tanggal 4 Februari 1981 tentang pedoman pelaksanaan KUHAP maka menjadi tegas, kuat dan jelaslah landasan adanya kewajiban pemberitahuan dimulainya kegiatan penyidikan kepada penuntut umum oleh penyidik tersebut. Ketentuan subtansi dalam Pasal 109 ayat 1 KUHAP tersebut bukan saja merupakan kewajiban penyidik sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat 1 a, 61 Andi Hamzah., Op. cit, hal. 123. Universitas Sumatera Utara melainkan meliputi penyidik dalam Pasal 6 ayat 1 b yaitu dari Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang misalnya pegawai imigrasi, Bea Cukai maupun Jawatan Kereta Api. Materi ketentuan Pasal 109 ayat 1 KUHAP juga mencakup kewajiban bagi penyidik pembantu seperti Pasal 10 ayat 1 KUHAP yang mengatakan bahwa yang disebut penyidik pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan syarat kepangkatan tertentu yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan menyangkut kewenangan penyidik pembantu sesuai Pasal 11 KUHAP adalah sama dengan kewenangan yang dimiliki penyidik seperti materi Pasal 7 ayat 19 kecuali mengenai penahanan, penyidik pembantu terlebih dahulu harus dapat pelimpahan wewenang dari penyidik penyidik Polri. Di samping itu penyidik pembantu diberi wewenang dan kewajiban untuk membuat berita acara dan menyerahkan berkas perkara kepad apenyidik, kecuali perkara dengan cara pemeriksaan singkat dimana penyidik pembantu dapat langsung menyerahkannya kepada penuntut umum, pasal 12 KUHAP. Kembali pada persoalan hubungan antara penyidik pembantu dengan penuntut umum, keadaan itu kalau dikaitkan dengan ketentuan Pasal 109 ayat 1 KUHAP merupakan manifestasi daripada bentuk pengawasan, yaitu pengawasan horizontal dan pengawasan vertikal yang pada hakekatnya merupakan perwujudan dari salah satu bagian sistem tata laksana penyampaian tujuan yang berisi dan bersifat universal. Universitas Sumatera Utara Pada tahap pemberitahuan sebagaimana dimaksud oleh ketentuan materi Pasal 109 ayat 1 di atas, yakni pemberitahuan telah dimulainya penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik terhadap suatu kasus sebagaimana diuraikan di atas, maka pihak penuntut umum atau kejaksaan segera mengikuti perkembangan proses penyelesaian penydiikan tersebut dan bilamana perlu atas permintaan penyidik memberikan petunjuk-petunjuk atau pengarahan di dalam usaha melengkapi penyusunan berkas perkara. Walaupun petunjuk itu diberikan dengan materi yang sangat terbatas dan bersifat pasif dalam arti penuntut umum hanya membatasi dirinya dan kegiatan yang diminta yang merupakan kegiatan terhadap segala sesuatu dalam menghadapi penyerahan berkas perkara pada tahap pertama. Saat diterimanya surat pemberitahuan telah dimuainya penyidikan terhadap suatu kasus dari penyidik penerimaan BAP sesuai Pasal 8 ayat 3 huruf a KUHAP, kemungkinan ada tindakan-tindakan lain yang dilakukan oleh pihak penyidik dalam rangka membuat terangnya perkara, hal tersebut dibuat jika ada, misalnya: 62 a. Penangkapan; b. Penahanan; c. Penggeledahan; d. Penyitaan benda; e. Pemasukan rumah; dan f. Pemeriksaan surat. Hal tersebut dilakukan oleh penyidik dengan cara mengirimkan surat penangkapan, penahanan dengan permohonan surat ijin atau surat persetujuan kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan sehubungan dengan akan atau telah dilakukannya suatu tindakan untuk memperoleh persetujuan dari Ketua 62 M. Yahya Harahap., Loc, cit, hal. 356. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Negeri Medan. Dengan ketentuan surat izin itu harus disertakan dalam BAP. 63 Beberapa cara penahanan oleh Kejaksaan Negeri Medan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik sehubungan telah dimulainya kegiatan penyidikan, antara lain: 64 1 Ditangani oleh suatu team khusus untuk itu sampai dengan tingkat penelitian berkas perara, kemudian baru ditunjuk umumnya sebelum atau sesudah berkas dianggap lengkap untuk dilimpahkan ke pengadilan. 2 Dengan mengingat antara lain kondisi persediaan jaksa terbatas, Kejari atau Kasi Operasi langsung menunjuk umum yang bersangkutan . 3 Terhadap perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat berbobot saja yang ditangani terlebih dahulu oleh suatu tim. Praktek pengolahan ini konktritnya pada masing-masing Kejaksaan kemungkinan berbeda, namun pada hakekatnya prinsip-prinsip yang menyangkut sistem dan metodenya tetap sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Berdasarkan penjelasan Bapak Herbet, pada Kejakasan Negeri Medan pengolahan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik telah dimulainya kegiatan penyidikan dilakukan dengan cara yaitu Kepala Kejaksaan Negeri tersebut atau Kepala Saksi langsung menunjuk calon penuntut umum untuk suatu kasus yang bersangkutan. 65

2. Tahap Menerima Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan BAP

Penyidik dalam menjalankan tugas penyidikan tidak hanya melakukan tindakan penggeledahan dan penyitaan saja, melainkan juga melakukan pemanggilan terhadap tersangka dan saksi, penangkapan, penahanan rekonstruksi 63 Ibid., hal. 131-132. 64 Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. 65 Hasil wawancara., ibid. Universitas Sumatera Utara dan tindakan lain yang diperlukan, dimana setiap tindakan harus berdasarkan surat perintah atasan yang berwenang dan harus dibuatkan berita acaranya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 1 jo Pasal 75 KUHAP. Sebelum mengajukan perkara yang ditanganinya itu, terlebih dahulu penyidik harus mengetahui mengenai cara pemeriksaan perkara pidana. KUHAP membedakan acara pemerikasan perkara pidana dalam 3 tiga macam, yaitu: a. Acara pemeriksaan biasa. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan biasa adalah perkara yang pembuktan dan penerapan hukumnya serta sifatnya rumit dan menarik perhatian masyarakat atau termasuk perkara penting. 66 b. Acara pemeriksaan singkat. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan ini adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana sesuai Pasal 203 ayat 1 KUHAP. 67 c. Acara pemeriksaan cepat, terdiri dari: 68 1 Acara pemerikasan tindak pidana ringan yang diperiksa menurut acara ini adalah perkara yang diancam dengan penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan Pasal 205 ayat 1 KUHAP. 66 Andi Hamzah., Op. cit, hal. 245. 67 Ibid., hal. 252. 68 Ibid., hal. 253. Universitas Sumatera Utara 2 Acara pemeriksaan perkara lalu lintas jalan yang diperiksa menurut acara ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan Pasal 211 KUHAP. Selanjutnya dari ketiga macam acara pemeriksaan tersebut, hanya dua perkara yang berkas perkaranya diajukan kepada penuntut umum, sedangkan untuk acara pemeriksaan cepat pelanggaran lalulintas misalnya tidak pakai helm, melanggar rambu-rambu, dan lain-lain penyidik atas kuasa penuntut umum, langsung mengirimkan berkas perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat Pengadilan Negeri Medan. 69 Sebelum memasuki isi berkas perkara dan pemberkasannya, penulis akan menyajikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan berkas perkara itu. Berkas perkara adalah himpunan hasil penyidikanpemeriksaan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang tertuang dalam suatu berita acara dan berita acara tersebut dibuat atas sumpah jabatan dan ditandatangani oleh pejabat dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 70 1. Sampul berkas perkara ; Menurut lampiran instruksi pelaksana Nomor INS-006J.A1986 tentang Petunjuk Pidana Administrasi Teknis Yustisial Perkara Pidana Umum, disebutkan bahwa isi berkas perkara meliputi: 2. Daftar isi berkas perkara; 3. Resume Pasal 121 KUAP; 4. Laporan Polisi sesuai Pasal; 5 ayat 1 dan Pasal 103 KUHAP; 5. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan sesuai Pasal 109 ayat 1 KUHAP; 6. Berita acara pemeriksaan saksiahli Pasal 162, 120 jo Pasal 176 KUHAP. 69 Ibid., hal. 254. 70 M. Yahya Harahap., Op. cit, hal. 355. Universitas Sumatera Utara 7. Surat perintah penangkapan Pasal 18 KUHAP 8. Surat perintah penahanan sesuai Pasal 21 KUHAP ; 9. Dokumen-dokumen bukti; 10. Daftar adanya saksi; 11. Daftar adanya tersangka; 12. Daftar barang bukti; 13. Lain-lain yang perlu dilampirkan. Memperhatikan isi dari BAP tersebut di atas, nampak bahwa berkas perkara itu hanya terdiri dari kumpulan berita acara, melainkan melampirkan juga surat-surat dan keterangan lain yang diperlukan. Namun demikian tidak mutlak bahwa BAP harus dilengkapi dengan berita acara atau surat-surat atau keterangan sebagaimana tersebut diatas melainkan tergantung pada kasus perkaranya dan kejaksaan atau tindakan yang dilakukan oleh penyidik. 71 a. Setiap lembar kertas perkara, pada bagian kirinya dilubangi dengan perforator alat pembuat lubang kertas pada tiga tempat yaitu di tengah, atas dan bawah. Dalam hal suatu perkara tidak memerlukan kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi BAP secara lengkap sebagaimana tersebut di atas maka isi berkas perkara disusun sesuai dengan susunan tersebut di atas dikurangi dengan lembaran-lembaran dimana tidak ada atau tidak diperlukan. Selanjutnya menurut Petunjuk Teknis Pol JUKNIS10II1982 tentang Penyusunan Berkas Perkara dan Pemberkasannya, maka dilakukan pemberkasan sebagai berikut: b. Dengan jarum dan talibenang tanpa sambungan, kertas dijilid sedemikian rupa sehinga benang tidak akan mudah putuslepas dan simpul dibuat pada atau di atas lubang tengah. c. Kedua ujung dihimpun menjadi satu dan dipotong sepanjang 10 cm dari simpul, kemudian ditarik ke bawah kanan. 71 Ibid., hal. 357. Universitas Sumatera Utara d. Sepanjang 5 cm dari kedua ujung benangtali dilak, dan sebelum lak tersebut kering, ditekan dengan cap kesatuan Polri setempat yang terbuat bahan logam kuningan. e. Tidak dibenarkan membubuhi lak diatas simpul. f. Lak dan cap tidak boleh menghalang-halangi atau menutup tulisan-tulisan yang terdapat dalam simpul. g. Penomoran pada sampul berkas perkara diambil dari nomor urut buku register berkas perkara dan cara penomorannya sebagai berikut: 1 Kode atau singkatan berkas perkara BP; 2 Nomor urut; 3 Angka bulan angka romawi; 4 Angka tahun; 5 Kode Kesatuan Polri yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, hasil penyidikan yang dihimpun menjadi satu bundle buku, dalam sehari-hari disebut dengan berkas perkara atau BAP. a Penyerahan Berkas Perkara Tahap Pertama di Kejaksaan Negeri Medan Setelah pemberkasan selesai, penyidik segera menyerahkan berkas perkara tersebut dalam rangkap dua kepada penuntut umum, disertai dengan surat pengantar. Dalam surat pengantar tersebut dicantumkan hal-hal sebagai berikut: a. Nomor dan tanggal berkas perkara; b. Jumlah berkas perkara yang dikirim rangkap 2; c. Nama, umur, pekerjaan dan alat tersangkat; d. Status tersangka; ditahan atau tidak. Kalau ditahan dijelaskan mulai tanggal berapa ditahan dan surat-surat lainnya. e. Tempat penyimpanan barang bukti yang tersebut dalam daftar barang bukti; f. Tindak pidana dan pasal yang dipersakakan; g. Hal-hal lain yang dianggap perlu; Universitas Sumatera Utara h. Tembusan surat pengantar disampaikan kepada Kesatuan Atasari dan Ketua Pengadilan Negeri setempat dalam hal perkara memerlukan perpanjangan penahanan dari Ketua Pengadilan Negeri. Pengiriman berkas perkara disamping dicatat dalam buku ekspedisi, juga disertai surat tanda penerimaan, tanda tangan dan nama terang petugas kejaksaan setempat yang diserahi tugas menerima berkas, serta dibubuhi stempel dinas. Hal ini penting untuk memperhitungkan jangka waktu 14 hari yang diberikan oleh KUHAP kepada penuntut umum untuk memeriksa kelengkapan berkas perkara tersebut. Berdasarkan Pasal 14 huruf b KUHAP, Penuntut Umum mempunyai wewenang untuk mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4 serta memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik. Pasal 14 huruf b KUHAP diatas mempunyai kaitan dengan ketentuan Pasal 138 yang berbunyi sebagai berikut: 72 a Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik segera mempelajari dan meneliti dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. b Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum. Sehubungan dengan kegiatan penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan maka untuk meneliti BAP, penelitian tersebut diterangkan dalam formulir “Hasil Penelitian Tahap Pertama” sebagai berikut: 72 Ibid., hal. 359. Universitas Sumatera Utara 1. Pemberitahuan dimulainya penyidikan dan surat perintah penyidikan. Hal ini disebutkan ada atau tidak, kalau ada dicantumkan pula nomor dan tanggalnya. 2. Nomor perkara, tanggal diterimanya berkas perkara, asal berkas perkara, jumlah tersangka dan jumlah sanksi. 3. Identitas tersangka namna, tempat lahir, umur, tanggal lahir, kebangsaan, jenis kelamin, tempat tinggal, agama, pekerjaan dan sidik jari 4. Pasal yang disangkakan, keterangan acara pidana KUHAPKhusus, memenuhi Pasal 21 ayat 4 KUHAP atau tidak, memenuhi pasal 29 ayat 1 KUHAP atau tidak, penunjukan penasehat hukum wajib atau tidak, penaseht hukum ada atau tidak, macam delik aduan atau bukan dan surat pengaduan atau atau tidak. 5. Status Tersangka Tersangka ditahan atau tidak, jenis tahanan, tanggal tersangka ditahan, berita acara penahanan ada atau tidak dan tunggal berakhirnya masa penahanan. 6. Benda sitaan Benda sitaan ada atau tidak, surat penyitaan ada atau tidak, izin pengadilan negeri atau tidak, berita acara penyitaan ada atau tidak. 7. Apakah ada berita acara 8. Susunan isi berkas Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum 9. Apakah ada dua alat bukti yang sah Universitas Sumatera Utara Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum 10. Apakah berkas perkara tersebut sudah lengkapsempurna, persyaratan untuk dilimpahkan kepengadilan negeri cukup memenuhi syarat atua belum dan apakah sudah dapat dilimpahkan kepengadilan negeri 11. Saran Jaksa penelitian memberi saran, apakah berkas perkara tersebut tidak dikembalikan atau dikembalikan kepada penyidik disertai petunjuk. Kalau dikembalikan kepada penyidik karena berkas belum lengkap, maka jaksa penelitian memberikan petunjuk mengenai penyidik tambahan yang harus dilakukan oleh penyidik. Sebagaimana diketahui dalam KUHAP, tugas dan wewenang jaksa dalam hal penyidikan, penyidikan lanjutan serta mengkoordinasikan alat-alat penyidik, khususnya dalam perkara-perkara tindak pidana umum, sepenuhnya beralih kepada penyidik seperti dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b. sebagai konsenkuensi dari peralihan fungsi penyidikan tersebut sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b KUHAP, dimana penuntut umum tidak berwenang lagi melakukan penyidikan tambahan atau lanjutan menyebabkan berkas perkara tersebut harus benar-benar memenuhi syarat-syarat penuntutan. Jelas kiraya mengapa pembentuk undang-undang dalam Pasal 138 KUHAP memberikan kewenangan kepada jaksa penuntut umum untuk mengembalikan berkas perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap kepada penyidik, guna dilengkapi sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum. Disamping itu Universitas Sumatera Utara petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum disini adalah dalam rangka menyusun surat dakwaan yang memenuhi syarat formal dan syarat material sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Berkas perkara hasil penyidikan dapat dikatakan lengkap apabila telah memenuhi syarat-syarat kelengkapan formil dan kelengkapan materiil sebagai berikut: a. Kelengkapan Formil Berkas perkara hasil penyidikan dari penyidik dapat dikatakan secara formil apabila memuat antara lain: 1. Identitas tersangka seperti tersebut dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP. 2. Surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila penggeledahan dan penyitaan dilakukan Pasal 33 dan Pasal 38 KUHAP. 3. Penyidikpenyidik pembantu harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Menteri Kehakiman No.M.05.PW.07.04 tahun 1984. 4. Surat izin Khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila dilakukan pemeriksaan surat, Pasal 47 KUHAP 5. Adanya pengaduan dari orang yang berhak dalam hal delik aduan. 6. Pembuatan berita acara sepreti dimaksud dalam Pasal 75 KUHAP apabila dilakukan pemeriksaan tersangka, penangkapan dan lain sebagainya dan ditandatangani oleh yang berhak menandanganinya. b. Kelengkapan Materiil Universitas Sumatera Utara Kelengkapan materiil yang dimaksud ialah apabila berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat dilimpahkan ke pengadilan, antar lain seperti adanya alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 183, 184 KUHAP, uraian secara jelas, cermat dan lengkap mengenai tindak pidana yang disangkakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP. Dengan demikian apabila berkas perkara hasil penyidikan sudah lengkap, maka jaksa penuntut umum sudah menjadikan sebagai dasar pembuatan surat dakwaan yang memenuhi syarat baik formil maupun materiil, dan berkas perkar ahasil penyidikan tidak perlu lagi dikembalikan kepada penyidik untuk dilengkapi. Akan tetapi apabila hasi penyidikan dari penyidik belum lengkap, maka jaksa penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik, disertai petunjuk untuk dilengkapi oleh penyidik sehingga hasil penyidikan menjadi lengkap dan dapat dijadikan dasar pembuatan surat dakwaan yang memenuhi syarat Pasal 138 jo Pasal 110 KUHAP. Dengan demikian hasil penelitian terhadap berkas perkara yang dilakukan oleh penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan, hasilnya ada dua kemungkinan yaitu: 73 a. Apabila sebelum batas waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penuntut umum mengembalikan berkas perkara tersebut dimana penyidik segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk tertulis dari penuntut umum sesuai Pasal 110 ayat 3 KUHAP. Dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas perkara penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu keapda penuntut umum. 73 Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. Universitas Sumatera Utara b. Apabila dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara atau sebelum batas waktu tersebut telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum sesuai Pasal 110 ayat 4 KUHAP, maka penyidik segera menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 huruf b KUHAP Biasanya pengiriman barang bukti tersangka dilakukan penyidik setelah ada surat pemberitahuan dari penuntut umum bahwa hasil penyidikannya telah lengkap, disertai permintaan agar tersangka dan barang bukti diserahkan kepada penuntut umum untuk penyelesaian selanjutnya. b Penyerahan Berkas Perkara Tahap Kedua di Kejaksaan Negeri Medan Pada penyerahan tahap kedua ini, penyidik menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum dengan disertai surat pengantar. Pada tahap ini jaksa peneliti melakukan penelitian terhadap tersangka, yaitu mencocokan identitasnya dalam hal ini tersangka yang dihadapkan kepadanya dengan identitas yang tercantum dalam berkas perkara. Begitu pula terhadap barang bukti, jaksa peneliti juga mencocokan barang-barang tersebut dengan yang tercantum pada daftar barang bukti sebagaimana terlampir dalam berkas perkara tersebut dengan disaksikan oleh penyidik dan tersangka. Dan selanjutnya menanyakan kepada tersangka apakah benar benda tersebut tersangkut dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh tersangka. Terhadap benda sitaan, saksi korban atau saksi lainnya harus diikutsertakan dalam menyaksikan penelitian, hal demikian untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya menyulitkan kedudukan penuntut umum. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan penelitian terhadap tersangka dan barang bukti tersebut masing-masing dibuatkan berita acaranya, dan ditandatangani oleh penuntut umum dan penyidik yang menyaksikan acara itu. Berita acara serah terima tersangka dan barang sitaanbukti memuat hal- hal sebagai berikut: 74 1. Kapan serah terima tersangka dan barang bukti dilakukan; 2. Nama, pangkat, nomor registrasi perkara dan jabatan penyidikpenyidik pembantu yang menyerahkan tersangka dan barang bukti tersebut; 3. Surat pengantar pengiriman tersangka dan barang bukti disertai nomor polisi dan tanggalnya; 4. Nama tersangka sebagaimana terlampir dalam daftar tersangka; 5. Barang bukti sebagaimana terlampir dalam daftar barang bukti; 6. Nama, pekerjaan, pangkatjabatan penuntut umum pada kejaksaan negeri setempat yang menerima tersangka dan barang bukti; 7. Tempat diserahkan tersangka dan barang bukti; 8. Nama, pekerjaan, pangkatjabatan dan alamat para saksi 2 orang yang menyaksikan penyerahan tersebut; 9. Tempat, tanggal ditandatanganinya berita acara tersebut. Dengan diserahkannya tersangka dan barang bukti oleh penyidik kepada penuntut umum, maka penyidikan atas perkara tersebut telah selesai dan secara yuridis tanggung jawab atas tersanga dan barang bukti tersebut beralih kepada penuntut umum. Namun demikian bukan berarti tugas penyidik terhadap perkara tersebut selsesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan proses persidangan. Hubungan koordinasi fungsional dan instansional antara penyidik dan penuntut umum masih berlangsung sampai ke pelaksanaan putusan hakim. 74 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 359-360. Universitas Sumatera Utara

B. Dasar Hukum Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan Prapenuntutan

Berdasarkan Pasal 109 ayat 1 KUHAP, penyidik jika telah mulai melakukan penyidikan, penyidik memberitahukan kepada penuntut umum. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan itu biasanya disingkat dengan “SPDP”, yaitu Surat Pemberitahuan dimulainya penyidikan, selanjutnya penulis menggunakan istilah SPDP. Setelah SPDP diterima oleh Kepala Kejakasan Negeri Kepala Kejaksaan Tinggi apabila SPDP berasal dari POLDA, maka SPDP tersebut dikelola oleh Kepala Saksi KASI. Jika menyangkut perkara pidana umum pidum surat tersebut dikelola oleh Kasi Pidum sedangkan berkenaan dengan pidana khusus pidsus surat tersebut dikelola oleh Kasi Pidsus. Kasi Pidum atau Kasi Pidsus sesuai dengan bidang masing-masing mempersiapkan konser surat dengan bidang masing-masing mempersiapkan konser surat penunjukan “jaksa penelitian”. Jaksa penelitian ini biasanya merupakan calon penuntut umum. Rumusan kata “biasanya” menunjukkan bahwa hal tersebut tidak bersifat mutlak, karena bisa saja ditunjuk jaksa sebagai pengganti penuntut umum oleh Kepala Kejaksaan Negeri. Jaksa yang telah ditunjuk tersebut bertugas mengikuti perkembangan penyidikan sebagaimana tersebut dalam SPDP, dan ia mempersiapkan petunjuk-petunjuk kepada penyidik guna merampungkan berkas perkara apabila berkas perkara hasil penyidikannya belum lengkap. Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas, Kejaksaan Negeri Medan, ketika dilakukan wawancara dengan JPU, Kejaksaan langsung melakukan Universitas Sumatera Utara koordinasi dengan penyidik agar penyidik segera melakukan penyidikan untuk mempersiapkan tindakan penuntutan. 75 Setelah berkas perkara diterima oleh Kejaksaan Negeri Medan penuntut umum dari penyidik, Kejaksaan Negeri Medan segera menentukan apakah berkas perkara tersebut telah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan berdasarkan Pasal 139 KUHAP. Menurut Bapak Herbet dikatakan bahwa: 76 1. Penuntut umum meneliti dan mempelajari sesuai dengan Pasal 138 KUHAP untuk memastikan BAP sudah lengkap atau tidak dan itu dilakukan selama 14 empat belas hari; 2. Apabila BAP dari penyidik tidak lengkap, Kejaksaan Negeri Medan segera mengembalikan BAP tersebut kepada penyidik Kepolisian disertai dengan petunjuk-petunjuk dalam waktu 7 tujuh hari, kemudian setelah dilengkapi penyidik, BAP tersebut diserahkan kembali kepada Kejaksaan Negeri Medan; 3. Apabila Kejaksaan Negeri Medan beranggapan bahwa BAP hasil penyidikan penyidik itu sudah lengkap dan sesuai dengan undang-undang, maka Kejaksaan Negeri Medan wajib memberitahukan kepada penyidik dan tidak dapat dilakukan lagi prapenuntutan. Penuntut umum maupun penuntut umum pengganti secara bersama-sama selanjutnya melakukan pengamatan yang cermat atas berkas perkara tersebut, yakni mengenai: a. Waktu dan kejadian tindak pidana; b. Pelaku serta kemungkinan orang-orang yang terkait dalam tindak pidana itu yang selanjutnya menentukan posisi masing-masing; c. Perbuatan yang terjadi; 75 Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. 76 Hasil wawancara, Ibid. Universitas Sumatera Utara d. Apakah untuk melakukan penentuan telah memenuhi sarat formil maupun syarat materiil; e. Apakah setiap unsur delik telah didukung oleh alat-alat bukti yang cukup dengan mempedomi Pasal 183 yang menentukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Berdasarkan pengamatan pada data atau fakta tersebut di atas, jaksa penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan adakalanya berpendapat sebagai berikut: a. Perbuatan yang telah dilakukan tersebut tidak dapat dihukum atau bukan merupakan suatu tindak pidana. Keadaan demikian sesuai dengan dalil “tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan”. b. Tersangka tidak dapat dihukum disebabkan oleh karena orang yang melakukan delik tersebut dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu tidak dapat dihukum, misalnya Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP. c. Sesuai dengan Pasal 78 KUHAP, perbuatan itu jelas dan cukup bukti akan tetapi hak untuk menuntut telah hilang. d. Tidak terdapat cukup bukti. e. Berkas perkara perlu dipisahkan. f. Berkas perkara perlu digabungkan. Dalam hal jaksa peneliti berpendapat bahwa “tidak cukup alasan” untuk diajukan ke pengadilan negeri karena perbuatan bukan merupakan suatu tindak pidana atau si tersangka tidak dapat dihukum atau hak menuntut telah hilang, maka penyidik harus melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kejaksaan Negeri Universitas Sumatera Utara Medan dan mempersiapkan konsep “surat penetapan”. Surat penetapan tersebut dirumuskan pada Pasal 14 ayat 2 KUHAP yang dalam sehari-hari disebut “SP3” yakni Surat Penetapan Penghentian Penuntutan. Terhadap surat ketetapan tentang dihentikannya penuntutan, pada hakekatnya terutama ditujukan kepada pencegahan nebis in idem, dimaksudkan bukan saja untuk menyelesaikan perkara pada tahap tersebut melainkan kemungkinan untuk diajukan kelak bila ada alat bukti baru. Apabila di kemudian hari terdapat alat bukti baru maka penuntutan dapat dilakukan lagi. Hal ini merupakan cara yang tepat untuk menegakkan keadilan, sebab jika belum ditemuan alat bukti yang kuat pada saat diajukan ke Pengadilan Negeri Medan, kemungkinan terdakwa akan dibebaskan oleh pengadilan. Berdasarkan Pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP, Kejaksaan Negeri Medan menerapkan SP3 dengan alasan: a. Tidak terdapat cukup bukti; b. Peristiwa bukan merupakan tindak pidana; dan c. Perkara ditutup demi hukum. Sedangkan perkara ditutup demi hukum disebabkan karena beberapa hal di Kejaksaan Negeri Medan yaitu: a. Adanya pencabutan pengaduan sebagaimana tersebut dalam Pasal 75 KUHAP. b. Nebis in idem, yaitu orang tidak boleh dituntut untuk keduakalinya karena perbuatan atau peristiwa yang baginya telah diputus hakim, dimana Universitas Sumatera Utara putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap sesuai Pasal 7 KUHAP. c. Tersangka meninggal dunia berdasarkan Pasal 77 KUHAP d. Kedaluarsa, yaitu tidak dapat dituntut, lagi karena lewatnya waktu sesuai Pasal 78 KUHP. Menurut Instruksi Jaksa Agung RI Nomor INST-011J.A111982 tentang Penghentian Penuntutan Khusus untuk Tindak Pidana Umum yang menerbitkan surat ketetapan diwenangkan Kepala Kejaksaan Negeri setempat setelah mendengarkan pendapat Jaksa Penuntut Umum. Dimana selain menyebutkan alasan juga harus mencantumkan secara jelas: 1. Pengeluaran tersangka apabila tersangka dalam keadaan ditahan. 2. Penetapan penyerahan atau mengembalian benda sitaanbarang bukti kepada orang yang disebutkan secara jelas nama dan identitasnya. Selanjutnya Pasal 140 ayat 2 huruf b dan c KUHAP menyebutkan sebagai berikut : 1. Isi surat keterangan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia ditahan wajib segera dibebaskan; 2. Turunkan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada a. Tersangka, atau b. Keluarga, atau c. Penasehat hukum; d. Pejabat rumah tahanan negara RUTAN; e. Instansi penyidik; f. Hakim Ketua Pengadilan Negeri. KUHAP tidak memberikan definisi tentang prapenentuan. Akan tetapi terdapat dalam Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.901.DPW.07.03 tentang pelaksanaan KUHAP disebutkan bahwa prapenentutan adalah wewenang penuntut Universitas Sumatera Utara umum setelah menerima berkas perkara penyidikan dari penyidik dan berpendapat bahwa hasil penyidikan itu dianggap belum lengkap, maka penuntut umum segera mengembalikannya kepada penyidik disertai petunjuk seperlunya dan dalam hal ini penyidik harus segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh penuntut umum, dan apabila penuntut umum dalam waktu 14 hari tidak mengembalikan hasil penyidikan tersebut, maka penyidikan dianggap selesai. Kegiatan yang dilakukan penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan setelah menerima BAP dari penyidik dalam rangka prapenuntutan adalah: 1. Jaksa penuntut umum yang ditunjuk oleh Kepala Kejaksaan Negeri Medan dalam waktu 3 hari setelah menerima berkas perkara, segera meneliti berkas perkara tersebut apakah syarat formil maupun syarat materiil sudah dipenuhi atau belum. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan penelitian dan penilaian berkas perkara antara lain ; a Kelengkapan berita acara b Keabsahan tindakan penyidik. 2. Apabila BAP tersebut diangap belum lengkap, maka selambat-lambatnya 14 hari sesudah penerimaan berkas perkara tersebut dari penyidik maka Kejaksaan Negeri Medan sudah harus mengembalikan berkas perkaranya disertai petunjuk-petunjuk tentang hal-hal yang harus dilengkapi oleh penyidik: a Petunjuk-petunjuk yang disampaikan kepada penyidik tersebut disampaikan tertulis, jelas dan terperinci demi sempurnanya proses penentutannya dipersidangan. b Dalam waktu 10 hari setelah pengembalian tersebut Kejaksaan Negeri Medan memperingatkan penyidik tentang batas waktu penyempurnaan berkas perkara tersebut hanya 14 hari. c Supaya diusahakan pengembalian berkas perkara itu berlangsung hanya satu kali saja, kecuali pengembalian dapat dilakukan dengan waktu lebih dari 14 hari apabila terdapat hal-hal yang penting dimana dapat mempengaruhi berhasil tidaknya penuntutan, dengan catatan pengembalian tersebut merupakan pengembalian yang terakhir. Universitas Sumatera Utara Dasar pertimbangan Jaksa pada Kejaksaan Negeri Medan dalam melakukan tindakan prapenuntutan dipaparkan berikut ini aturan-aturan yang mendasarinya. Hubungan koordinasi fungsional antara penyidik dengan jaksa penuntut umum pertama kali terjadi sejak penyidik melakukan penyidikan suatu perkara sebagaimana ditentukan oleh Pasal 109 ayat 1 KUHAP. Kejaksaan Negeri Medan juga berpedoman kepada pelaksanaan KUHAP yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Nomor M.01.PW.07.03 tahun 1982, pada halaman 78 dibawah huruf a, menegaskan bahwa pemberitahuan kepada penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 109 ayat 1 KUHAP adalah merupakan kewajiban dari penyidik. Pengertian telah dimulainya penyidikan adalah jadi kegiatan penyidikan sudah dilakukan dengan menggunakan upaya paksa, misalnya pemanggilan pro justisia, pemeriksaan, penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan lain-lain Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, butir 3. Penyidik memberitahukan tentang telah dimulainya penyidikan suatu tindak pidana tersebut dengan menggunakan formulir serse A-3 juklak dan juknis POLRI dengan disertai lampiran berupa laporan polisi atau aduan MAHKEJAPOL I sebagai kelengkapan dari butir 3 Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP. Dalam hal Kejaksaan Negeri Medan atau JPU yang menerima laporan atau pengaduan atau mengetahui sendiri telah terjadi suatu tindak pidana, maka hal tersebut secepatnya diteruskan kepada penyidik pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961. Berdasarkan undang-undang ini Universitas Sumatera Utara bahwa setiap Kejaksaan Negeri setempat setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan harus mencatat dalam reisgtrasi R.PK-1 dan data beserta penyelesaian dimuat dalam laporan bulanan model LPK-1. Untuk mendapatkan dukungan operasi intelejen kejaksaan, maka formulir serse A-3 diberitahukan juga oleh Kepala Kejaksaan Negeri kepada Saksi Intel Kejaksaan agar terdapat keterpaduan Intelejen dengan kegiatan Operasi justisi. Dalam rangka meneliti kelengkapan dan materiil berkas perkara, agar dipedomani pula surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-002 J.A21985 tentang hasil Eksaminasi Perkara. Apabila penyidik mengalami kesulitan untuk memenuhi petunjuk yang diberikan oleh Penuntut Umum dalam tenggang waktu 14 hari, penyidikan segera memberitahukan kesulitan tersebut kepada Penuntut Umum dan penyelesainnya diserahkan kepada consensus pada forum penyidikan dan penuntut umum MAHKEJAPOL-1 1984. Hasil penyidikan tambahan dan berkas perkara yang diserahkan kembali oleh penyidik, dipelajari lagi oleh Penuntut Umum Peneliti, apakah petunjuk-petunjuk telah terpenuhi. Bila belum dipenuhi, Penuntut Umum melaporkan kepada Kepala Kejaksaan Negeri atau pejabat yang dikuasakan untuk itu, jalan apa yang akan ditempuh terhadap berkas perkara tersebut, yang ketentuan akhirnya diserahkan kepada kebijakan pimpinan. Pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah selesai dalam satu hari. Untuk mencegah lebih dari dua kali antara Penyidik dan Penuntut Umum, perhatikan Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP butir 5 yang intinya : harus mengintensipkan koordinasi antar penegak hukum di daerah. Dalam hal upaya Penyidik ternyata sudah optimal. Maka Penuntut Umum dapat melengkapi Universitas Sumatera Utara berkas perkara dengan mengadakan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan menurut pasal 27 ayat 1 sub d Undang Undang Nomor 5 Tahun 1991. Khusus untuk berkas perkara hasil penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil agar diperhatikan Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP butir 6 yang intinya menyatakan bahwa dalam perkara tindak pidana umum berkas perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum melalui Penyidik Polri sedangkan dalam tindak pidana khusus langsung kepada Jaksa Penuntut Umum. Di samping itu juga diperhatikan Surat Edaran Jaksa Agung nomor SE-013J.A81982 tanggal 20 Agustus 1982.

C. Kendala-Kendala Dalam Prapenuntutan