Tahap Menerima Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan BAP

Pengadilan Negeri Medan. Dengan ketentuan surat izin itu harus disertakan dalam BAP. 63 Beberapa cara penahanan oleh Kejaksaan Negeri Medan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik sehubungan telah dimulainya kegiatan penyidikan, antara lain: 64 1 Ditangani oleh suatu team khusus untuk itu sampai dengan tingkat penelitian berkas perara, kemudian baru ditunjuk umumnya sebelum atau sesudah berkas dianggap lengkap untuk dilimpahkan ke pengadilan. 2 Dengan mengingat antara lain kondisi persediaan jaksa terbatas, Kejari atau Kasi Operasi langsung menunjuk umum yang bersangkutan . 3 Terhadap perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat berbobot saja yang ditangani terlebih dahulu oleh suatu tim. Praktek pengolahan ini konktritnya pada masing-masing Kejaksaan kemungkinan berbeda, namun pada hakekatnya prinsip-prinsip yang menyangkut sistem dan metodenya tetap sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Berdasarkan penjelasan Bapak Herbet, pada Kejakasan Negeri Medan pengolahan terhadap surat pemberitahuan dari penyidik telah dimulainya kegiatan penyidikan dilakukan dengan cara yaitu Kepala Kejaksaan Negeri tersebut atau Kepala Saksi langsung menunjuk calon penuntut umum untuk suatu kasus yang bersangkutan. 65

2. Tahap Menerima Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan BAP

Penyidik dalam menjalankan tugas penyidikan tidak hanya melakukan tindakan penggeledahan dan penyitaan saja, melainkan juga melakukan pemanggilan terhadap tersangka dan saksi, penangkapan, penahanan rekonstruksi 63 Ibid., hal. 131-132. 64 Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. 65 Hasil wawancara., ibid. Universitas Sumatera Utara dan tindakan lain yang diperlukan, dimana setiap tindakan harus berdasarkan surat perintah atasan yang berwenang dan harus dibuatkan berita acaranya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 1 jo Pasal 75 KUHAP. Sebelum mengajukan perkara yang ditanganinya itu, terlebih dahulu penyidik harus mengetahui mengenai cara pemeriksaan perkara pidana. KUHAP membedakan acara pemerikasan perkara pidana dalam 3 tiga macam, yaitu: a. Acara pemeriksaan biasa. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan biasa adalah perkara yang pembuktan dan penerapan hukumnya serta sifatnya rumit dan menarik perhatian masyarakat atau termasuk perkara penting. 66 b. Acara pemeriksaan singkat. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan ini adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana sesuai Pasal 203 ayat 1 KUHAP. 67 c. Acara pemeriksaan cepat, terdiri dari: 68 1 Acara pemerikasan tindak pidana ringan yang diperiksa menurut acara ini adalah perkara yang diancam dengan penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan Pasal 205 ayat 1 KUHAP. 66 Andi Hamzah., Op. cit, hal. 245. 67 Ibid., hal. 252. 68 Ibid., hal. 253. Universitas Sumatera Utara 2 Acara pemeriksaan perkara lalu lintas jalan yang diperiksa menurut acara ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan Pasal 211 KUHAP. Selanjutnya dari ketiga macam acara pemeriksaan tersebut, hanya dua perkara yang berkas perkaranya diajukan kepada penuntut umum, sedangkan untuk acara pemeriksaan cepat pelanggaran lalulintas misalnya tidak pakai helm, melanggar rambu-rambu, dan lain-lain penyidik atas kuasa penuntut umum, langsung mengirimkan berkas perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat Pengadilan Negeri Medan. 69 Sebelum memasuki isi berkas perkara dan pemberkasannya, penulis akan menyajikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan berkas perkara itu. Berkas perkara adalah himpunan hasil penyidikanpemeriksaan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang tertuang dalam suatu berita acara dan berita acara tersebut dibuat atas sumpah jabatan dan ditandatangani oleh pejabat dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 70 1. Sampul berkas perkara ; Menurut lampiran instruksi pelaksana Nomor INS-006J.A1986 tentang Petunjuk Pidana Administrasi Teknis Yustisial Perkara Pidana Umum, disebutkan bahwa isi berkas perkara meliputi: 2. Daftar isi berkas perkara; 3. Resume Pasal 121 KUAP; 4. Laporan Polisi sesuai Pasal; 5 ayat 1 dan Pasal 103 KUHAP; 5. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan sesuai Pasal 109 ayat 1 KUHAP; 6. Berita acara pemeriksaan saksiahli Pasal 162, 120 jo Pasal 176 KUHAP. 69 Ibid., hal. 254. 70 M. Yahya Harahap., Op. cit, hal. 355. Universitas Sumatera Utara 7. Surat perintah penangkapan Pasal 18 KUHAP 8. Surat perintah penahanan sesuai Pasal 21 KUHAP ; 9. Dokumen-dokumen bukti; 10. Daftar adanya saksi; 11. Daftar adanya tersangka; 12. Daftar barang bukti; 13. Lain-lain yang perlu dilampirkan. Memperhatikan isi dari BAP tersebut di atas, nampak bahwa berkas perkara itu hanya terdiri dari kumpulan berita acara, melainkan melampirkan juga surat-surat dan keterangan lain yang diperlukan. Namun demikian tidak mutlak bahwa BAP harus dilengkapi dengan berita acara atau surat-surat atau keterangan sebagaimana tersebut diatas melainkan tergantung pada kasus perkaranya dan kejaksaan atau tindakan yang dilakukan oleh penyidik. 71 a. Setiap lembar kertas perkara, pada bagian kirinya dilubangi dengan perforator alat pembuat lubang kertas pada tiga tempat yaitu di tengah, atas dan bawah. Dalam hal suatu perkara tidak memerlukan kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi BAP secara lengkap sebagaimana tersebut di atas maka isi berkas perkara disusun sesuai dengan susunan tersebut di atas dikurangi dengan lembaran-lembaran dimana tidak ada atau tidak diperlukan. Selanjutnya menurut Petunjuk Teknis Pol JUKNIS10II1982 tentang Penyusunan Berkas Perkara dan Pemberkasannya, maka dilakukan pemberkasan sebagai berikut: b. Dengan jarum dan talibenang tanpa sambungan, kertas dijilid sedemikian rupa sehinga benang tidak akan mudah putuslepas dan simpul dibuat pada atau di atas lubang tengah. c. Kedua ujung dihimpun menjadi satu dan dipotong sepanjang 10 cm dari simpul, kemudian ditarik ke bawah kanan. 71 Ibid., hal. 357. Universitas Sumatera Utara d. Sepanjang 5 cm dari kedua ujung benangtali dilak, dan sebelum lak tersebut kering, ditekan dengan cap kesatuan Polri setempat yang terbuat bahan logam kuningan. e. Tidak dibenarkan membubuhi lak diatas simpul. f. Lak dan cap tidak boleh menghalang-halangi atau menutup tulisan-tulisan yang terdapat dalam simpul. g. Penomoran pada sampul berkas perkara diambil dari nomor urut buku register berkas perkara dan cara penomorannya sebagai berikut: 1 Kode atau singkatan berkas perkara BP; 2 Nomor urut; 3 Angka bulan angka romawi; 4 Angka tahun; 5 Kode Kesatuan Polri yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, hasil penyidikan yang dihimpun menjadi satu bundle buku, dalam sehari-hari disebut dengan berkas perkara atau BAP. a Penyerahan Berkas Perkara Tahap Pertama di Kejaksaan Negeri Medan Setelah pemberkasan selesai, penyidik segera menyerahkan berkas perkara tersebut dalam rangkap dua kepada penuntut umum, disertai dengan surat pengantar. Dalam surat pengantar tersebut dicantumkan hal-hal sebagai berikut: a. Nomor dan tanggal berkas perkara; b. Jumlah berkas perkara yang dikirim rangkap 2; c. Nama, umur, pekerjaan dan alat tersangkat; d. Status tersangka; ditahan atau tidak. Kalau ditahan dijelaskan mulai tanggal berapa ditahan dan surat-surat lainnya. e. Tempat penyimpanan barang bukti yang tersebut dalam daftar barang bukti; f. Tindak pidana dan pasal yang dipersakakan; g. Hal-hal lain yang dianggap perlu; Universitas Sumatera Utara h. Tembusan surat pengantar disampaikan kepada Kesatuan Atasari dan Ketua Pengadilan Negeri setempat dalam hal perkara memerlukan perpanjangan penahanan dari Ketua Pengadilan Negeri. Pengiriman berkas perkara disamping dicatat dalam buku ekspedisi, juga disertai surat tanda penerimaan, tanda tangan dan nama terang petugas kejaksaan setempat yang diserahi tugas menerima berkas, serta dibubuhi stempel dinas. Hal ini penting untuk memperhitungkan jangka waktu 14 hari yang diberikan oleh KUHAP kepada penuntut umum untuk memeriksa kelengkapan berkas perkara tersebut. Berdasarkan Pasal 14 huruf b KUHAP, Penuntut Umum mempunyai wewenang untuk mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4 serta memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik. Pasal 14 huruf b KUHAP diatas mempunyai kaitan dengan ketentuan Pasal 138 yang berbunyi sebagai berikut: 72 a Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik segera mempelajari dan meneliti dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. b Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum. Sehubungan dengan kegiatan penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan maka untuk meneliti BAP, penelitian tersebut diterangkan dalam formulir “Hasil Penelitian Tahap Pertama” sebagai berikut: 72 Ibid., hal. 359. Universitas Sumatera Utara 1. Pemberitahuan dimulainya penyidikan dan surat perintah penyidikan. Hal ini disebutkan ada atau tidak, kalau ada dicantumkan pula nomor dan tanggalnya. 2. Nomor perkara, tanggal diterimanya berkas perkara, asal berkas perkara, jumlah tersangka dan jumlah sanksi. 3. Identitas tersangka namna, tempat lahir, umur, tanggal lahir, kebangsaan, jenis kelamin, tempat tinggal, agama, pekerjaan dan sidik jari 4. Pasal yang disangkakan, keterangan acara pidana KUHAPKhusus, memenuhi Pasal 21 ayat 4 KUHAP atau tidak, memenuhi pasal 29 ayat 1 KUHAP atau tidak, penunjukan penasehat hukum wajib atau tidak, penaseht hukum ada atau tidak, macam delik aduan atau bukan dan surat pengaduan atau atau tidak. 5. Status Tersangka Tersangka ditahan atau tidak, jenis tahanan, tanggal tersangka ditahan, berita acara penahanan ada atau tidak dan tunggal berakhirnya masa penahanan. 6. Benda sitaan Benda sitaan ada atau tidak, surat penyitaan ada atau tidak, izin pengadilan negeri atau tidak, berita acara penyitaan ada atau tidak. 7. Apakah ada berita acara 8. Susunan isi berkas Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum 9. Apakah ada dua alat bukti yang sah Universitas Sumatera Utara Susunan isi berkas perkara itu telah memenuhi ketentuan atau belum 10. Apakah berkas perkara tersebut sudah lengkapsempurna, persyaratan untuk dilimpahkan kepengadilan negeri cukup memenuhi syarat atua belum dan apakah sudah dapat dilimpahkan kepengadilan negeri 11. Saran Jaksa penelitian memberi saran, apakah berkas perkara tersebut tidak dikembalikan atau dikembalikan kepada penyidik disertai petunjuk. Kalau dikembalikan kepada penyidik karena berkas belum lengkap, maka jaksa penelitian memberikan petunjuk mengenai penyidik tambahan yang harus dilakukan oleh penyidik. Sebagaimana diketahui dalam KUHAP, tugas dan wewenang jaksa dalam hal penyidikan, penyidikan lanjutan serta mengkoordinasikan alat-alat penyidik, khususnya dalam perkara-perkara tindak pidana umum, sepenuhnya beralih kepada penyidik seperti dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b. sebagai konsenkuensi dari peralihan fungsi penyidikan tersebut sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a dan b KUHAP, dimana penuntut umum tidak berwenang lagi melakukan penyidikan tambahan atau lanjutan menyebabkan berkas perkara tersebut harus benar-benar memenuhi syarat-syarat penuntutan. Jelas kiraya mengapa pembentuk undang-undang dalam Pasal 138 KUHAP memberikan kewenangan kepada jaksa penuntut umum untuk mengembalikan berkas perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap perkara hasil penyidikan yang dianggap belum lengkap kepada penyidik, guna dilengkapi sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum. Disamping itu Universitas Sumatera Utara petunjuk yang diberikan oleh jaksa penuntut umum disini adalah dalam rangka menyusun surat dakwaan yang memenuhi syarat formal dan syarat material sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Berkas perkara hasil penyidikan dapat dikatakan lengkap apabila telah memenuhi syarat-syarat kelengkapan formil dan kelengkapan materiil sebagai berikut: a. Kelengkapan Formil Berkas perkara hasil penyidikan dari penyidik dapat dikatakan secara formil apabila memuat antara lain: 1. Identitas tersangka seperti tersebut dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP. 2. Surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila penggeledahan dan penyitaan dilakukan Pasal 33 dan Pasal 38 KUHAP. 3. Penyidikpenyidik pembantu harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Menteri Kehakiman No.M.05.PW.07.04 tahun 1984. 4. Surat izin Khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat apabila dilakukan pemeriksaan surat, Pasal 47 KUHAP 5. Adanya pengaduan dari orang yang berhak dalam hal delik aduan. 6. Pembuatan berita acara sepreti dimaksud dalam Pasal 75 KUHAP apabila dilakukan pemeriksaan tersangka, penangkapan dan lain sebagainya dan ditandatangani oleh yang berhak menandanganinya. b. Kelengkapan Materiil Universitas Sumatera Utara Kelengkapan materiil yang dimaksud ialah apabila berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat dilimpahkan ke pengadilan, antar lain seperti adanya alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 183, 184 KUHAP, uraian secara jelas, cermat dan lengkap mengenai tindak pidana yang disangkakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP. Dengan demikian apabila berkas perkara hasil penyidikan sudah lengkap, maka jaksa penuntut umum sudah menjadikan sebagai dasar pembuatan surat dakwaan yang memenuhi syarat baik formil maupun materiil, dan berkas perkar ahasil penyidikan tidak perlu lagi dikembalikan kepada penyidik untuk dilengkapi. Akan tetapi apabila hasi penyidikan dari penyidik belum lengkap, maka jaksa penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik, disertai petunjuk untuk dilengkapi oleh penyidik sehingga hasil penyidikan menjadi lengkap dan dapat dijadikan dasar pembuatan surat dakwaan yang memenuhi syarat Pasal 138 jo Pasal 110 KUHAP. Dengan demikian hasil penelitian terhadap berkas perkara yang dilakukan oleh penuntut umum di Kejaksaan Negeri Medan, hasilnya ada dua kemungkinan yaitu: 73 a. Apabila sebelum batas waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penuntut umum mengembalikan berkas perkara tersebut dimana penyidik segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk tertulis dari penuntut umum sesuai Pasal 110 ayat 3 KUHAP. Dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas perkara penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu keapda penuntut umum. 73 Hasil wawancara dengan Bapak Herbet Kasubsipratut Pidum di Kejaksaan Negeri Medan, pada hari Selasa Tanggal 16 Maret 2010. Universitas Sumatera Utara b. Apabila dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara atau sebelum batas waktu tersebut telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum sesuai Pasal 110 ayat 4 KUHAP, maka penyidik segera menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 huruf b KUHAP Biasanya pengiriman barang bukti tersangka dilakukan penyidik setelah ada surat pemberitahuan dari penuntut umum bahwa hasil penyidikannya telah lengkap, disertai permintaan agar tersangka dan barang bukti diserahkan kepada penuntut umum untuk penyelesaian selanjutnya. b Penyerahan Berkas Perkara Tahap Kedua di Kejaksaan Negeri Medan Pada penyerahan tahap kedua ini, penyidik menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum dengan disertai surat pengantar. Pada tahap ini jaksa peneliti melakukan penelitian terhadap tersangka, yaitu mencocokan identitasnya dalam hal ini tersangka yang dihadapkan kepadanya dengan identitas yang tercantum dalam berkas perkara. Begitu pula terhadap barang bukti, jaksa peneliti juga mencocokan barang-barang tersebut dengan yang tercantum pada daftar barang bukti sebagaimana terlampir dalam berkas perkara tersebut dengan disaksikan oleh penyidik dan tersangka. Dan selanjutnya menanyakan kepada tersangka apakah benar benda tersebut tersangkut dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh tersangka. Terhadap benda sitaan, saksi korban atau saksi lainnya harus diikutsertakan dalam menyaksikan penelitian, hal demikian untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya menyulitkan kedudukan penuntut umum. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan penelitian terhadap tersangka dan barang bukti tersebut masing-masing dibuatkan berita acaranya, dan ditandatangani oleh penuntut umum dan penyidik yang menyaksikan acara itu. Berita acara serah terima tersangka dan barang sitaanbukti memuat hal- hal sebagai berikut: 74 1. Kapan serah terima tersangka dan barang bukti dilakukan; 2. Nama, pangkat, nomor registrasi perkara dan jabatan penyidikpenyidik pembantu yang menyerahkan tersangka dan barang bukti tersebut; 3. Surat pengantar pengiriman tersangka dan barang bukti disertai nomor polisi dan tanggalnya; 4. Nama tersangka sebagaimana terlampir dalam daftar tersangka; 5. Barang bukti sebagaimana terlampir dalam daftar barang bukti; 6. Nama, pekerjaan, pangkatjabatan penuntut umum pada kejaksaan negeri setempat yang menerima tersangka dan barang bukti; 7. Tempat diserahkan tersangka dan barang bukti; 8. Nama, pekerjaan, pangkatjabatan dan alamat para saksi 2 orang yang menyaksikan penyerahan tersebut; 9. Tempat, tanggal ditandatanganinya berita acara tersebut. Dengan diserahkannya tersangka dan barang bukti oleh penyidik kepada penuntut umum, maka penyidikan atas perkara tersebut telah selesai dan secara yuridis tanggung jawab atas tersanga dan barang bukti tersebut beralih kepada penuntut umum. Namun demikian bukan berarti tugas penyidik terhadap perkara tersebut selsesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan proses persidangan. Hubungan koordinasi fungsional dan instansional antara penyidik dan penuntut umum masih berlangsung sampai ke pelaksanaan putusan hakim. 74 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 359-360. Universitas Sumatera Utara

B. Dasar Hukum Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan Prapenuntutan