71
Hukum islam memberikan alternative bagi seorang mukallaf dalam melaksankan hukuman , berbeda dengan hukum positif di masa-masa revolusi
perancis, karena pertanggungjawaban pidana mempunyai pengertian sendiri. Setiap orang bagaimanapun keadaanya bisa di bebani pertanggungjawaban
pidana. Apakah orang itu mempunyai kemauan sendiri atau tidak, dewasa atau belum dewaa bukan hewan ataupun benda yang bisa menimbulkan kerugian
kepada pihak lain dapat di bebani pertanggungjawaban.
B. Unsur-unsur Pertanggungjawaban Pidana
Hukum islam mensyaratkan keadaan si pelaku harus memiliki pengetahuan dan pilihan, karenanya sangat alamiyah manakala seseorang memang
menjadi objek dari pertanggungjawaban pidana, karena pada seseorang memiliki kedua hal tersebut. Ini adalah salah satu prinsip dasar dalam hukum islam, bahwa
pertanggungjawaban pidana itu bersifat personal artinya seseorang tidak mempertanggungjawabkan selain apa yang di lakukanya.
Oleh karenanya ada suatu faktor yang semestinya menjadi alasan untuk dapat di pertanggungjawabkan suatu tindak pidana. Faktor atau sebab, merupakan
seseuatu yang di jadikan oleh syari’ sebagai tanda atas musabab hasilefek di mana keberadaan musabab di pertautkan dengan adanya sebab.
105
1. Adanya unsur melawan hukum
Adapun unsur yang mengakibatkan terjadinya pertanggungjawaban pidana antara lain :
105
Syekh Abdul Wahhab Khallaf ,Ilmu Usulil Fiqh, hlm.91
72
Asas pertanggungjawaban hukum adalah adanya perbuatan melawan hukum atau perbuatan maksiat yaitu melakukan hal-hal yang dilarang atau
meninggalkan hal-hal yang di perintahkan oleh hukum islam. Pertanggungjawaban tindak pidana itu berbeda-beda sesuai dengan tingkat
pelanggaran atau perbuatan maksiatnya. Pelaku yang memang mempunyai niat bermaksud untuk melawan hukum
maka sanksinya hukumanya di perberat. Namun jika sebalikknya maka hukumanya di peringan, dalam hal ini faktor yang utama di sini adalah melawan
hukum. Dimaksudkan melawan hukum adalah melakukan perbuatan syari’ setelah di ketahui syar’i melarang atau mewajibkan perbuatan tersebut. Perbuatan
melawan hukum merupakan unsur pokok yang harus terdapat pada setiap tindak pidana, baik tindak pidana ringan atau tindak pidana berat, yang disengaja atau
tidak di sengaja. Adapun pengertian syarat syari’ adalah sesuatu yang menjadikan hukum islam tergantung pada keberadaanya mengharuskan
ketidakberadaan suau hukum islam.
106
Dalam kaitan pertanggungjawaban karena melawan hukum dapat di bedakan dalam memahaminya antara melawan hukum dan maksud melawan
hukum. Melawan hukum berarti melakukan perbuatan yang di larang atau meninggalkan keawajiban tanpa ada maskusd dari si pelaku itu sendiri namun
menimbulkan kerugian terhadap orang lain. Adapun maksud melawan hukum adalah kecenderungan niat si pelaku untuk melakukan atau meniggalkan
106
Op.cit, Syekh Abdul Wahhab Khallaf, hlm. 93
73
perbuatan yang di ketahui bahwa hal itu di larang atau memperbuat kemaksiatan dengan maksud melawan hukum.
107
2. Adanya kesalahan
Apabila suatu perbuatan terdapat faktor pertanggungjawaban pidana yaitu melakukan kemaksiatan melawan hukum dengan adanya dua unsur mengetahui
dan memiliki, maka pertanggungjawaban pidana pertama-tama merupakan keadaan yang ada pada diri pembuat ketika melakukan tindak pidana, kemudian
pertanggungjawaban pidana juga berarti menghubungkan antara keadaan pembuat tersebut dengan perbuatan dan sanksi yang sepatutnya di jatuhkan.
Pertanggungjawaban pidana karenanya harus dapat berfungsi sebagai preventif , sehingga terbuka kemungkinan untuk sedini mungkin menyadari akan
konsekuensi tindak pidana dari perbuatan yang di lakukanya dengan penuh resiko ancaman hukumanya.
Faktor yang menyebabkan adanya pertanggungjawaban pidana adalah perbuatan maksiat, yaitu mengerjakan perbuatan yang di larang oleh syara’. Di
maksudkan di sini adalah keesalahan seseorang terhadap perbuatan yang telah ditentukan tidak boleh di lakukan .hal ini menyangkut seseorang itu telah
meninggalkan kewajiban atau perintah , sehingga kepadanya dapat di mintakan pertanggungjawaban.
Ada suatu perbedaan dalam memahami kesalahan sebagai faktor pertanggungjawaban perbedaan ini berkaitan dengan pengertian antara tindak
107
Ali yafie, Ahmad Sukarja, Muhammad Amin Suma,dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Edisi Indonesia, Jakarta : Kharisma Ilmu, 2008, Hlm .81
74
pidana dengan kesalahan itu sendiri, di mana menurut beberapa ahli hukum bahwa pengertian tindak pidana tidak di temukan dalam undang- undang hanya saja
tindak pidana merupakan kereasi teoritis yang di kemukakan oleh para ahli hukum. Hal ini akan membawa beberapa konsekuensi dalam memahami tindak
pidana. Karena menurut para ahli hukum kesalahan harus di pisahkan dari pengertian tindak pidana dan kesalahan itu sendiri adalah faktor penentu dari
pertanggungjawaban. Pengertian tindak pidana hanya berisi tentang karakeristik perbuatan yang di larang dan di ancam dengan hukuman. Pemahaman ini penting
bukan saja secara akedemis tetapi juga sebagai suatu kesadaran dalam membangun masyarakat yang sadar akan hukum.
Sebuah adegium sebagaimana yang telah penulis yang kemudian menjadi isyarat bahwa tidak dapat di pidana adanya kesalahan. Kesalahan yang di
maksudkan di sini adalah kesalahan yang objektif artinya tentang kesalahan dalam keterangannya tentang schuldbegrip yang membagikan kepada tiga bagian;
108
a. Kesalahan selain kesengajaan atau kealpaan opzeto of schuld
b. Kesalahan juga meliputi sifat melawan hukum de wederrechtelijk
heid c.
Kesalahan dengan kemampuan bertanggungjawabde toerekenbaaheid
Kesalahan bukan hanya menentukan dapat di pertanggungjawabkannya si pelaku akan tetapi dapat di pidanya si pelaku. Karena kesalahan merupakan asas
108
Teguh Prasetyao dan Adul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, kajian kebijakan kriminalisasi dan deskriminalisasi, Cet. I, Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2005, hlm .56
75
fundamental dalam hukum pidana, kesalahan yang menentukan dapat di pertanggungjawabkanya si pelaku adalah hal mana cara melihat bagaimana
melakukanya, sedangkan kesalahan yang menetukan dapat di pidanya si pelaku dengan memberikan sanksi hal demikian adalah cara melihat bagaimana dapat di
pertanggungjawabkan perbuatan tersebut kepadanya. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan biasanya di bedakan dari
pertanggungjawaban mutlak. Bila tatanan hukum menetapkan di lakukanya suatu tindakan atau tidak di lakukanya suatu tindakan yang dapat menimbulkan kejadian
yang tidak maka dapat di bedakan antara kasus yang kejadianya itu di sengajakan atau dapat di antisipasi oleh individu yang perilakunya di pertimbangkan dan
kasus di mana kejadinya berlangsung tanpa di sengaja atau tanpa di antisipasi atau dapat di sebut kecelakaan atau kesengajaan . pada kasus yang pertama adalah
pertanggungjawaban yang berdasarkan kepada kesalahan sedangkan pada kasus yang kedua jika di masksudkan apakah maksud dari si pelaku bersifat jahat secara
subjektif dengan tujuan menimbulkan luka atau kerugian atau sebaliknya berisifat baik.
Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan biasanya mencakup persolan kelalaian. Kelalaian terjadi biasanya adalah karena tidak terjadi pencegah suatu
perbuatan yang menurut hukum itu di larang. Kendatipun kelalaian itu tidak di
kehendaki atau tidak di sengaja oleh orang yang melakukan perbuatan tersebut. C.
Hapusnya Pertanggung Jawaban Pidana
76
Dasar penghapusnya pidana atau yang di sebut dengan alasan-alasan menghilangkan tindak pidana termuat dalam buku I KUHP, di samping itu ada
juga alasan penghapus tindak pidana di luar KUHP atau yang ada dalam masyarakat, misalnya suatu perbuatan oleh suatu masyarakat tidak di anggap
tindak pidana karena mempunyai alasan-alasan tersendiri yang secara hukum materil juga tidak di anggap terlarang. Juga karena alasan pendidikan seorang
orang tua menutut anaknya untuk mengajarkan suatu kebaikan, bisa saja orang tua tidak punyai kesalahan sama sekali karena keliru dalam fakta .
Dalam kedaan tertentu terkadang suatu perbuatan yang di lakukan oleh seseorang dapat berujung pada terjadinya tindak pidana, walaupun orang tersebut
tidak menghendaki terjadinya tindak pidana .dengan kata lain tindak pidana dapat saja terjadi adakalanya seseorang tidak dapat menghindari karena sesuatu yang
berasal dari luar dirinya. Faktor luar tersebut membuat seseorang itu tidak dapat berbuat lain sehingga mengakibatkan kesalahanya itu terhehapus, artinya pada diri
si pelaku terdapat alasan penghapus kesalahan. Sekalipun kepada pelaku dapat di cela tapi dalam hal-hal tertentu celaan tersebut menjadi hilang atau tidak dapat di
teruskan.
109
109
Chairul Huda, Dari tiada pidana tanapa kesalahan menuju kepada tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan, Cet. I, Jakarta : Prenada Media, 2006, hlm.119
Berbeda halnya apabila kesalahan di pahami dalam pengertian psikologi si pelaku, sekalipun terdapat faktor eksternal yang di pandang telah
mengilangkan kesalahan tetapi mengingat kesalahan selalu di pandang sebagai kondisi psikologis si pelaku ketika melakukan tindak pidana maka alasan
pengahapusan kesalahan merupakan alasan menghilangkan kesengajaan atau kealpaan.
77
Dalam masalah penghapusan pidana terdapat dua alasandasar penghapusan pidana itu dasar pembenar permissibility dan dasar pemaaf
legal excuse.
110
Pertanggungjawaban pidana dapat di nyatakan hapus karena ada kaitanya dengan perbuatan yang terjadi atau kaitanya dengan hal-hal yang terjadi menurut
keadaan bagi si pelaku. Dalam keadaan yang pertama ini adalah perbuatan yang di lakukan tersebut merupakan perbuatan mubah dalam agama tidak ada
pelarangan karena hukum asal , sedangkan keadaan yang kedua adalah perbuatan yang di lakukan itu merupakan perbuatan yang terlarang namun si
pelaku tidak dapat di beri hukuman karena ada suatu keadaan pada si pelaku yang dapat terhindar dari hukuman. Kedua keadaan ini perbuatan dan pelaku dalam
Suatu perbuatan pidana di dalamnya terdapat alasan pembenar sebagai penghapus pidana maka suatu perbuatan tersebut menjadi kehilangan sifat
melawan hukum sehingga menjadi legal atau secara agama terdapat kebolehan melakukannya sehingga pelaku tidak di kenai hukuman. Adanya alasan pembenar
berujung pada “pembenar” atas tindakan yang sepintas lalu melawan hukum, sedangkan adanya alasan pemaaf berdampak pada “pemaafan” pembuatanya
sekalipun telah melakukan tindak pidana yang melawan hukum. Yang termasuk dalam alasan pembenar di antaranya bela paksa, keadaan darurrat , pelaksaaan
peraturan perundang-undangan dan perintah jabatan, seseorang yang karena membela badanjiawa , kesusilaan atau membela harta miliknya dari sifat
melawan hukum orang lain maka kepadanya tidak dapat di mintakan pertanggungjawaban jika perbuatan melawan hukum terjadi padanya .
110
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Op.Cit,hlm 169
78
kaedah agama di sebut asab al ibahdah dan asbab naïf al uqubah. Asbab al- ibahah atau sebab di bolehkanya perbuatan yang di larang pada umumnya
berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.
111
1. Disebabkan perbuatan Mubah asbab al ibahah