68
BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM HUKUM ISLAM
A. Kemampuan Bertanggung Jawab
Pertanggungjawaban dalam syariat islam adalah pembebanan seseorang dengan akibat perbuatan atau tidak adanya perbuatan yang di kerjakanya dengan
kemauan sendiri, di mana orang tersebut mengetahui maksud akibat dari perbuatanya itu.
99
1. Adanya perbuatan yang di larang
Dalam syariat islam pertanggungjawaban itu di dasarkan kepada tiga hal :
2. Perbuatan itu di kerjakan dengan kemauan sendiri
3. Pelaku mengetahui akibat perbuatanya itu
Apabila terdapat tiga hal tersebut maka terdapat pula pertanggungjawaban. Apabila tidak terdapat maka tidak terdapat pula pertanggungjawaban. Dalam
sebuah hadis di rawiyatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud di sebutkan : Aritnya : Dari Aisyah ra. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw: Di hapuskan
ketentuan dari tiga hal,dari orang tidur sampai ia bangun, dari orang gila sampai ia sembuh dari anak kecil sampai ia dewasa.
100
99
A.Hanafi , Ibid, hlm. 1967
100
Jalaluddin As Sayuhuti, Al Jami’ Ash ShagirJuz II, Dar Al Fikr, Beirut, t.t, hlm. 24
Dengan demikian orang gila, anak di bawah umur, orang yang di paksa dan terpaksa tidak di bebani
pertanggungjawaban , karena dasar pertanggungjawaban pada mereka ini tidak ada.
69
Dalam hal pertangggungjawaban pidana, hukum islam hanya membebankan hukuman pada orang yang masih hidup dan mukallaf, hukum islam
juga mengampuni anak-anak dari hukuman yang semestinya di jatuhkan bagi orang dewasa kecuali ia ialah baliqh. Hal ini di dasarkan pada dalil alquran
yaitu : Artinya : dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa , maka hendaklah mereka juga meminta izin, seperti orang-orang yang lebih
dewasa meminta izin ,surat An-Nur, ayat 59.
101
Dapatkah suatu badan hukum mempertanggungjawabkan diri secara tiadanya dalam islam ? Ahmad Hanafi menjawabnya secara negative dengan
alasan tiadanya unsur pengetahuan perbuatan dan pilihan dari badan-badan hukum Hukum islam tidak juga menjatuhkan hukuman terhadap pelaku yang di
paksa dan orang yang hilang kesadarannya. Atas dasar ini seseorang hanya mempertanggungjawabkan perbuatanya terhadap apa yang telah di lakukanya dan
tidak dapat di jatuhi hukuman atas tindakan pidana orang lain. Prinsip dasar yang di tetapkan dalam hukum pidana islam adalah segala sesuatu yang tidak di
haramkan berarti di bolehkan , akan tetapi jika suatu perbuatan di haramkan , hukumanya di jatuhi sejak pengaharamanya di ketahui. Adapun perbuatan yang
terjadi sebelum pengaharaman maka ia termasuk kategori pemaafan.
101
Ibid, QS. An-nur 59
70
itu. Namun orang-orang yang bertindak atas nama badan hukum tersebut dapat di mintai pertanggungjawaban pidana apabila terjadi perbuatan yang di larang.
102
Pembebasan pertanggungjawaban itu merupakan ketetapan agama yang telah di gariskan dalam al-Qura’n dan Hadists Nabi. Satu riwayat menyebutkan
ketika Ali bin Abi Thalib berkata kepada Umar bin Khathab : “ tahukah engkau terhadap siapa kebaikan dan kejahatan itu di catat dan mereka tidak
bertanggungjawab terhadap apa yang di lakukanya, yaitu orang gila sampai ia waras, anak-anak sampai dia baliqh puber dan orang tidur sampai dia
bangun. Faktor yang menyebabkan terjadinya pertanggungjawaban pidana adalah
di karenakan perbuatan maksiat pelanggaran-pelanggaran yaitu meninggalkan yang di suruhdi wajibkan oleh syara’ dan mengerjakan yang di larang oleh syara’.
103
Syariat islam menolak sintetik atau pengujian untuk menentukan masalah abnormalitas dan kriminalitas. Menurut teori ini tak ada tindakan yang dapat di
sebut criminal bila pada saat tindakan itu di laksanakan pelaku mengalami kekacauan mental atau adanya dorongan yang benar-benar tidak terkendali
sehinggga menyebabkan hilangnya keseluruhan mental ataupun emosi. kemampuan bertanggung jawab di sini menujukkan pada mampu atau
tidak secara psikis bukan secara fisik.
104
102
Topo Santoso, Menggagas hukum pidana islam,;penerapan Syariat Islam dalam konteks Modernitas,Cet . Kedua, Bandung : Asy Syaamil Press Grafika,2001,hlm. 16
103
Arahman I.Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah syariah , Cet. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hlm 286.
104
Shetna Jehangir M.J, Mental Abnormaly and Crime is Constribution to syntehetic Jurispudence, dalam A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap hukum Allah syariath ibid hlm 286
71
Hukum islam memberikan alternative bagi seorang mukallaf dalam melaksankan hukuman , berbeda dengan hukum positif di masa-masa revolusi
perancis, karena pertanggungjawaban pidana mempunyai pengertian sendiri. Setiap orang bagaimanapun keadaanya bisa di bebani pertanggungjawaban
pidana. Apakah orang itu mempunyai kemauan sendiri atau tidak, dewasa atau belum dewaa bukan hewan ataupun benda yang bisa menimbulkan kerugian
kepada pihak lain dapat di bebani pertanggungjawaban.
B. Unsur-unsur Pertanggungjawaban Pidana