1 Kebiasaan karyawan dalam mentaati peraturan yang berkaitan
dengan K3 2
Peraturan yang menyangkut dengan K3 masih dianggap sebagai beban dan aturan yang tidak menyenangkan
3 Pengetahuan tentang K3 oleh karyawan masih rendah
4 Budaya kerja yang belum budaya K3. Apabila budaya K3 diterapkan
maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety.
B. Saran
1. Perusahaan PT. Karya Tanah Subur harus tetap konsisten dalam
melaksanakan Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar, oleh sebab itu masalah kesehatan diperhatikan sebaik mungkin agar terhindar dari
hal-hal yang dapat merugikan baik bagi pekerja maupun perusahaan. Karena Perusahaan PT. Karya Tanah Subur bergerak di bidang perkebunan
yang menghasilkan barang mentah minyak mentahCPO. 2.
Perusahaan hendaknya mengelola dengan baik sistem K3 baik melalui perencanaan, ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur, menyediakan
pakaian kerja, APD, dan bagi yang bekerja di dalam ruangan perusahaan harus membuat ventilasi dan pengaturan suhu serta penerangan dan
mensosialisasi budaya K3 dalam melakukan pekerjaan agar terhindar dari resiko kecelakaan pekerjanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemerintah daerah harus lebih mensosialisasikan, penyelenggaraan
penelitian, pelatihan, penyuluhan, pengawasan, dan mengumpulkan semua data dan informasi yang menyangkut tentang K3 di suatu perusahaan agar
dapat mengurangi, mencegah dann menihilkan resiko kecelakaan kerja zero accident.
Universitas Sumatera Utara
BAB II IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Suma’mur Kesehatan Kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar para pekerja dan masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum.
31
a. sasaranya adalah manusia
Adapun kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut, yaitu :
b. bersifat medis
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja, tetapi juga mengarah
pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya total health of all at work.
31
Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” Cetakan ke-2 Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja
dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan tujuan dari kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan
kesehatan daripada mengobatinya.
32
Sehat senantiasa digambarkan keadaan fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya juga menunjukan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
33
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik alami, buatan kimia organik,
atau anorganik, logam berat atau debu, biologis virus, bakteri, mikroorganisme dan sosial budaya ekonomi, pendidikan dan
pekerjaan. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar
yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat dan menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian pertama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbul penyakit serta pemeliharaan kesehatan
seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat
faktor yakni :
32
J.M. Harrinton dan F.S. Gill, “Buku Saku Kesehatan Kerja” Edisi : 3 Jakarta : EGC, hal. 3.
33
Ibid
Universitas Sumatera Utara
b. Prilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan yang meliputi : promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi. d.
Dan yang terakhir Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan
kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya,
pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
Pada tahun 1950 satu komisi bersama ILO dan WHO menyusun definisi kesehatan kerja. Menurut komisi tersebut kesehatan kerja adalah
merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya dan layanan
tersebut memerlukan peran serta para manejer dan serikat kerja. Sejumlah kaum professional terlibat dalam bidang ini seperti Dokter,
Ahli Higene Kerja, Ahli Toksiologi, Ahli Mikrobiologi, Ahli Ergonomi, Perawat, Sarjana Hukum, Ahli Labotarium, Ahli Epidemiologi, dan
Insinyur Keselamatan.
34
34
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tujuan utama kesehatan kerja menurut Suma’ur adalah sebagai berikut :
35
1. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
akibat kerja. 3.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja. 4.
Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta kenikmatan kerja.
5. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga
manusia. 6.
Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan. 7.
Dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.
Dengan demikian kesehatan kerja termasuk jenis perlindungan sosial yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
masyarakat yang tujuannya memungkinkan pekerja atau buruh mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia
pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
36
35
Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” Cetakan ke-2 Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 2.
36
Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : Rajawali Grafindo, 2007, hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Keselamatan Kerja