Aspek Hukum Perlindungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur (Padang Sikabu-Meulaboeh)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agusmidah, Dr, 2010. Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan : USU Press

2. Asyhadie, Zaeni. 2007. Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada

3. Abdul Hakim, SH 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Bandung : PT. Citra Aditya

4. Budiono, Abdulrahman. 1999. Hukum Perburuhan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada

5. Darwan Print, SH, 1994. Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya

6. Gerry Silaban, 2008. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha Pengurus yang ditetapkan dalam Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Medan : USU Press

7. Harrington J.M dan Gill F.S. Buku Saku Kesehatan Kerja, Edisi ke-3, Penerbit Buku kedokteran, EGC

8. Kartasapoetra, G. at.al, 1982. Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, Bandung : Armico

9. Lulu Husni, 2004. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada

10.Rachman, Abdul, et al, 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada

11.Sadjung H. Manulang, 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta : PT

12.Suma’mur, 1967. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung Agung

13.Suma’mur, 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : Haji Masagung

14.Soepomo, Imam, 1983. Pengantar Hukum Perburuhan. Jakarta : Djambatan 15.Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985. Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo 16.WJS. Poerwadarminta, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia


(2)

Peraturan Perundangan :

1. Undang-undang Nomor UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Penyandang Cacat 4. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek

5. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

6. Peraturan Menaker No. Per 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

7. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

8. Permenaker No. 5 Tahun 1996 Tentang SMK3

Media Internet

1.

2.

3.

4.

5.


(3)

BAB III

P E R A N D A N T A N G G U N G J A W A B P E R U S A H A A N

PT. KARYA TANAH SUBUR TERHADAP TIMBULNYA

PENYAKIT AKIBAT KERJA

A. Peran dan Tanggungjawab Perusahaan Dalam Mengelola Sistem K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

1. Peran Pimpinan Perusahaan PT. Karya Tanah Subur Dalam Mengelola Sistem Keselamatan

Undang-undang, peraturan, pengawasan, rekomendasi, nasehat, riset, peranan, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika di tempat kerja tidak ada usaha untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan harus aktif dengan segala organisasinya untuk membuat tempat kerja yang selamat.

Pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan harus menjadi pemimpin aktivitas keselamatan. Setiap orang diperusahaan harus tahu

bahwa pimpinan perusahaan tidak hanya tertarik kepada produksi, kepada kualitas dan kuantitas produk, kepada pencegahan terbuangnya

material, kepada pemeliharaan mesin-mesin, dan peralatan dengan baik tetapi juga kepada keselamatan.

Untuk keselamatan di tempat kerja terdapat komponen-komponen penting yaitu tanggungjawab pimpinan perusahaan, pelimpahan wewenang kepada staf pengawasan, status dan kegiatan panitia keselamatan, peranan ahli keselamatan dan lain-lainnya.74)

74)

Suma’mur, “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” (Jakarta : Haji Masagung 1981), hal. 311.


(4)

Materi bagi peningkatan keselamatan di tempat kerja adalah perencanaan yang baik oleh pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang aman oleh tenaga kerja, keteraturan dan kerumahtanggaan yang baik dan pemasangan pagar pengaman atau pelindung, terhadap mesin-mesin yang berbahaya.

Pimpinan perusahaan harus mengorganisasi proses secara efisien dengan mengkombinasikan produksi maksimum dengan biaya minimum dan dengan memasukan keselamatan kerja tidak sebagai ekstra tetapi merupakan suatu bagian dari proses. Kebiasaan berkerja secara benar harus ditimbulkan oleh latihan kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan dalam praktek di tempat kerja.

Keteraturan dan ketata-rumah-tanggaan sebagaimana juga alat-alat pengamanan penting bagi produksi dan juga keselamatan. Mengenai aspek psikologis kondisi kerja yang berakibat ketenangan mental sangat membantu meningkatkan keselamatan. Pada perusahaan besar mungkin terdapat bagian keselamatan dalam organanisasi perusahaan atau seorang ahli keselamatan kerja, dan biasanya bagian Personalia bertanggungjawab

tentang pengangkatan tenaga kerja baru dan mengenai latihan kerja di dalam perusahaan.

Peran dari pimpinan perusahaan untuk mengelola sistem keselamatan kerja dapat dilakukan dengan aneka pendekatan antara lain :75)

75)


(5)

a) Perencanaan

b) Ketata-rumah-tanggaan yang baik dan teratur c) Pakaian kerja

d) Peralatan perlindungan diri

e) Pemakaian warna, peringatan, tanda-tanda, dan label f) Penerangan

g) Ventilasi dan pengaturan suhu h) Kebisingan

i) Bekerja pada ruang wadah yang besar

Perencanaan

Pada Fase ini ahli keselamatan sudah ikut aktif dan adanya nasehat dari pengawas keselamatan sangat membantu dan perencanaan yang baik penting bagi keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan akibat kerja. Banyak hal yang mempengaruhi keselamatan dan produksi dan haruslah diperhitungkan pada banyak tingkat perencanaan seperti lokasi, fasilitas untuk pengolahan dan untuk penyimpanan material dan peralatan, lantai, penerangan, ventilasi, lif, ketel uap, bejana bertekanan, instalasi listrik, mesin-mesin, fasilitas perawatan perbaikan, dan pencegahan kebakaran.

Contoh perencanaan yang tepat sebagai berikut :

1) Untuk Pabrik Pengolah Karet, bensin dipakai dan bukan benzene. Hal ini menguntungkan, dapat mencegah resiko kebakaran

2) Untuk Bengkel Mobil, dipakai minyak tanah untuk pembersihan dan bukan bensin agar dikurangi kemungkinan kebakaran


(6)

Ketata-Rumah-Tanggaan yang Baik dan Teratur

Pemeliharaan tata-rumah-tangga yang baik dan keteraturan adalah sangat penting bagi keselamatan kerja. Jika bagi segala sesuatunya disediakan tempat dan segala sesuatunya berada di tempat yang diperuntukan baginya dan kecelakaan kerja cenderung menghilang.

Contoh Ketata-rumah-tanggaan yang yang baik dan berakibat perbaikan-perbaikan dalam keselamatan kerja, yaitu :76)

a) Wadah yang tepat untuk oli yang tertumpah atau keluar dari kebocoran dan ditaruh di bawah tong yang berisikan oli pelicin dalam kamar mesin mencegah lantai berlumuran oli dan juga menghindari kemungkinan terpeleset.

b) Usaha mengurangi uap dalam ruangan pencelupan tekstil tidak hanya membantu memudahkan penglihatan dan meningkatkan keselamatan kerja tetapi juga membantu mengurangi biaya perbaikan dan perawatan bangunan.

c) Pada pekerjaan perbaikan atau perawatan kendaraan bermotor, kecelakaan terkena alat akan pecah dengan penyediaan kotak untuk alat-alat kerja.

76)


(7)

Pakaian Kerja

Pakaian kerja termasuk sepatu seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja sambil berpakaian tua yang sudah usang bagi dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga menunjukan suatu mutu yang rendah.

Peralatan Perlindungan Diri

Cara pencegahan kecelakaan kerja terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin atau peralatan lainnya. Dan alat pelindungan diri misalnya : kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman, sekor, pelindung telinga, pelindung paru-paru, dan alat perlindungan lainnya.

Pemakaian Warna, Peringatan, Tanda-tanda, dan Label

Pemakaian warna dipakai untuk keselamatan dalam hal ini terdapat penggunaan warna sebagai berikut :77)

1. Warna menandakan daerah bahaya, jalan keluar, lalu lintas angkutan dan lainnya.

2. Warna yang tepat dapat memperbaiki indra penglihatan seperti di tempat kerja, di jalan-jalan lalu lintas.

3. Merah untuk tanda berhenti, Jingga untuk menunjukan bahaya, dan Putih untuk garis-garis jalan.

77)


(8)

Peringatan dan tanda-tanda juga dapat untuk berbagai tujuan dan dapat membawa suatu pesan instruksi,peringatan, dan pemberian keterangan secara umum. Contohnya peringatan ”Dilarang Merokok dan

Awas Tekanan Tinggi”. Label dapat diberi pada bahan-bahan yang

berbahaya misalnya pada bahan-bahan yang beracun, korosif, dapat terbakar, atau lainnya.

Penerangan

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik bagi keselamatan kerja, penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang minimal dan dengan begitu membantu mengurangi terjadinya kecelakaan.

Ventilasi dan Pengaturan Suhu

Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif dan pengaturan suhu udara membantu mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panas yang dapat membantu timbulnya kecelakaan.

Kebisingan

Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 dB(A) dan dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian.


(9)

Bekerja Pada Ruang atau Wadah yang Besar

Bekerja di dalam ruang yang besar untuk pengolahan bahan-bahan sangat berbahaya, bila tidak disertai usaha keselamatannya dan untuk pengamanannya perlu diterapkan cara bekerja khusus dengan tali dan sabuk pengaman.

2. Peran Perusahaan Dalam Mengelola Sistem Kesehatan

Peran dari pimpinan perusahaan untuk mengelola sistem kesehatan kerja dapat dilakukan dengan aneka pendekatan antara lain :78)

a) Kebersihan perusahaan b) Alat-alat pelindung diri

c) Evaluasi lingkungan dengan pengukuran-pengukuran

a) Kebersihan Perusahaan

Kebersihan dalam perusahaan sangatlah bermanfaat dalam mengurangi kecelakaan-kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebagian besar dapat dicegah, kebersihan dalam industri mengandung arti adanya fakta bahwa tingkat kebersihan sesuatu perusahaan sangat tergantung dari pada kepandaian perusahaan itu dalam menggunakan bahan-bahan sampah industri yang pada hakikatnya tidak lain dari pada pembuangan atau pemborosan bahan-bahan, kebersihan tersebut meliputi kebersihan luar dan dalam gedung, seperti air minum, WC, tempat mencuci, loker, gang-gang, dan tempat istirahat.

78)

Suma’mur, “Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” (Cetakan ke-2) (Jakarta : Gunung Agung 1967), hal. 221.


(10)

Karena kecelakan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya, oleh karena hal itu kecelakaan dapat dicegah asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya dan sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar untuk selanjutnya dengan usaha koreksi yang ditujukan terhadap sebab-sebab kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kembali agar kecelakaan tidak terjadi sangat memerlukan peran dari berbagai pihak salah satunya adalah peran pimpinan perusahaan.

b) Alat-alat Pelindung Diri

Cara pencegahan kecelakaan kerja terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin atau peralatan lainnya. Dan alat pelindungan diri misalnya : kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman, sekor, pelindung telinga, pelindung paru-paru, dan alat perlindungan lainnya. Adapun alat perlindungan diri haruslah memenuhi persyaratan anatar lain :

a. Enak dipakai

b. Tidak mengganggu kerja

c. Dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

c) Evaluasi Lingkungan dengan Pengukuran-pengukuran

Evaluasi lingkungan kerja ditujukan kepada faktor fisik, kimia, dan lain-lainnya. Adapun faktor fisik meliputi suara, radiasi, suhu, tekanan, dan penerangan, Sedangkan faktor kimia meliputi debu, uap, gas, larutan, padat, awan, kabut, dan lainnya.


(11)

Evaluasi faktor penyebab sakit yang bersifat kimia dapat dilakukan dengan cara, yaitu :

1. Subyektif oleh indra manusia 2. Dengan menggunakan hewan

3. Dengan memakai alat detektor dan indikator

4. Dan dengan pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium

B. Dampak Dari Tidak Terlaksananya Pelaksanaan K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

Dampak dari tidak terlaksananya pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan antara lain :79)

1. Timbulnya penyakit akibat kerja 2. Terjadinya kecelakaan kerja

3. Turunnya produksi dan produktivitas kerja

1. Timbulnya Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Kerja adalah penyakit yang timbul akibat pekerjaan seseorang baik saat atau setelah berkerja.80) Keserasian sebaik-baiknya yang berarti menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tinginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor, yaitu :81)

79)

Ibid, hal. 53.

80)

Ibid

81)

J.M Harrington dan F.S. Gill, ”Buku Saku Kesehatan Kerja”, Edisi ke-3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 73.

Penyakit kerja dapat juga disebabkan oleh kapasitas kerja, beban kerja dan pemajanan lingkungan kerja, kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja serta kemampuan fisik yang


(12)

prima diperlukan agar terhindar dari timbulnya penyakit akibat bekerja sedangkan beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental, sedangkan kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu dan alat kimia lainnya) dapat menimbulkan gangguan atau penyakit kerja.82)

Dalam ruangan atau tempat kerja (lingkungan kerja) terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut :83) a. Golongan Fisik seperti :

1. Suara dapat menyebabkan pekak atau tuli,

2. Radiasi sinar radioaktif menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit

3. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stoke atau hyperpyresia dan suhu yang rendah menyebabkan frostbite

4. Tekanan yang tinggi menyebabkan ‘caisson disease’

5. Penerangan lampu yang kurang baik menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan

b. Golongan Chemis seperti :

1. Debu menyebabkan pneumoconioses diantaranya silicosis 2. Uap menyebabkan metal fume fever atau keracunan 3. Gas menyebabkan keracunan oleh CO dan H2S

4. Larutan menyebabkan Dermatis

5. Awan atau Kabut misalnya racun serangga (insecticides) dan racun jamur menyebabkan keracunan

82)

Abdul Rachman, “Pedoman Studi Hiperkes pada Instutusi Pendidikan Tenaga Kerja Sanitasi” (Jakarta, 1990).

83)

Suma’mur, “Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” (Cetakan ke-2) (Jakarta : Gunung Agung, 1967), hal. 53.


(13)

c. Golongan Infeksi misalnya oleh bibit penyakit anthax atau brucella pada pekerja penyamak kulit

d. Golongan Fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah melakukan pekerjaan dan lain-lain yang bisa menyebabkan kelelahan fisik dan lambat laun menyebabkan perubahan fisik tubuh pekerja.

e. Golongan Mental-Psikologis adapun hal ini terlihat pada hubungan yang kurang baik atau misalnya keadaan membosankan monotoni.

Dan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/Men/1981 mencantumkan 30 jenis penyakit akibat kerja, sedangkan Keputusan Presiden RI No. 22/1993 tentang Penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama, ditambah : Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah :84)

1. Pneumokonisis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan perut yang merupakan faktor utama penyebab cacat dan kemudian

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu logam keras

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan yang disebab debu kapas, vlas, henep, dan sisal (bisinosis)

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sentitasi dan zat peransang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.

84)

Peraturan Menaker No. Per 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.


(14)

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar akibat penghirupan debu organik

6. Penyakit beriliumyang disebabkan persenyawaan yang beracun 7. Penyakit kadmiumyang disebabkan persenyawaan yang beracun 8. Penyakit krom yang disebabkan persenyawaan yang beracun 9. Penyakit fosforyang disebabkan persenyawaan yang beracun

10.Penyakit yang disebabkan oleh mangan, arsen, raksa, timbal, flour, karbon difusida, benzana, alkohol, gas/uap penyebab asfiksa

11.Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen, derivat nitro, nitrogliserin, atau ester asam nitrat

12.Kelainan pendengaranyang disebabkan kebisingan

13.Dan kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah atau syaraf tepiyang disebabkan oleh getaran mekanik

2. Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaa, maka untuk itu peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya dan disertai kerugian material ataupun penderitaan paling ringan sampai paling berat.


(15)

3. Menurunnya Produksi dan Produktivitas Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan diantara hasil kerja (output) dan upaya yang digunakan (input). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :85)

a. Dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, kecelakaan ataupun penyakit kerja maupun cacat, dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pengeluaran pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

b. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan pengunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efesien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

c. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.

d. Praktek keselamatan dan kesehatan tidak bisa dipisahkan dari ketrampilan, keduanya berjalan dengan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.

85)

Suma’mur “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1981), hal. 4.


(16)

e. keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat terjadinya kelancaran produksi.

C. Konsekuensi Yuridis Atas Tidak Dipatuhinya Aturan K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

Di dalam undang-undang Keselamatan Kerja Pasal 15 Bab XI Ketentuan Penutup Memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturan perundang-undangan dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan, dan denda setinggi- tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) karena dianggap tindak pidana pelangaran ancaman pidana dianggap terlalu berat.

Selain adanya sanksi pidana juga ada juga sanksi administrasi yaitu berupa :86)

1) Teguran dan peringatan tertulis 2) Pembatasan kegiatan usaha

3) Pembatalan persetujuan dan pembatalan pendaftaran 4) Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi 5) Dan pencabutan izin

86)


(17)

Jadi, pelanggaran terhadap undang-undang Nomor 1 tahun 1970 ini beserta peraturan pelaksanaannya dapat diancam dengan ancaman pidana, ancaman pidana tersebut tidak akan membuat efek jera bagi pengusaha yang melanggar UU tersebut, karena dilihat dari ancaman hukuman yang terlalu singkat dan denda yang dikenakan terlalu sedikit mengingat dimungkinkan banyak tenaga kerja pada suatu tempat kerja (perusahaan) yang mengalami cedera berat bahkan kematian serta juga menderita penyakit akibat kerja.

Tidak adil jika semua masalah kesehatan dan keselamatan dilimpahkan kepada perusahaan saja, karena masalah K3 juga tanggungjawab pekerja sebagai objek dari K3. Untuk itu pekerja juga memiliki hak dan kewajiban terkait dengan K3 yaitu :

1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh pengawas atau ahli K3 2. Memakai alat pelindung diri

3. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan 4. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan

alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

Tentang pekerja penyandang cacat perusaha harus menyediakan keperluan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Apabila perusahaan tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 14 UU No. 4 Tahun 1997 diancam dengan ancaman berupa pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan dan denda setingi-tingginya Rp 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) karena mereka mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan derajat kecacatannya.87)

87)


(18)

BAB IV

PERAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI DAN MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA

PADA PT. KARYA TANAH SUBUR

A. Fungsi dan Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT. Karya Tanah Subur

1. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Kecelakaan Kerja PT. Karya Tanah Subur

Dengan kata singkat Pemerintah mempunyai fungsi yaitu Pembinaan dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Fungsi ini meliputi :88)

a. Pengawasan b. Pendidikan c. Penyuluhan

d. Penggalakan kerjasama e. Pembentukan organisasi f. Pengujian dan penelitian

Pada tingkat daerah di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja terdapat pengawas-pengawas keselamatan kerja yang memeriksa perusahaan-perusahaan tentang dipatuhinya ketentuan keselamatan kerja, selain itu ada juga pengawas perburuhan yang memeriksa tentang akibat kecelakaan kerja.

88)

Suma’mur “ Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” (Jakarta : Haji Masagung, 1981), hal. 319.


(19)

Disamping itu ada juga organisasi Perusahaan Umum Asuransi Tenaga Kerja yang berkantor di Jakarta dan cabangnya di daerah-daerah kecelakaan akibat kerja dipertanggungjawabkan kepada Perusahaan Umum tersebut akan membayar ganti rugi serta ongkos perawatan dan lain-lainnya. Fungsi dari direktorat tersebut antara lain :89)

1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang mekanik

2. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam bidang listrik

3. Melaksanakan pembinaan pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang uap

4. Melaksanakan pembinaan pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang pencegahan kebakaran

2. Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi Keselamatan Kerja PT. Karya Tanah Subur

Dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan peran pemerintah sangatlah penting, Adapun peran tersebut adalah :90)

a. Pengumpulan dan pengunaan Informasi tentang sebab-sebab dan perincian keadaan kecelakaan kerja.

b. Penelitian dengan menggunakan statistik kecelakaan menurut industri secara keseluruhan tentang bahaya-bahaya khusus yang ada dalam berbagai industri, faktor yang mempengaruhi peristiwa kecelakaan kerja dan pengaruh dari tindakan-tindakan untuk mencegahnya.

89)

Ibid

90)


(20)

c. Penyelengaraan penelitian tentang cara-cara penyelidikan dengan bantuan lembaga-lembaga atau penitia-penitia yang dibentuk oleh cabang-cabang industri atau swasta.

d. Penyelidikan tentang faktor fisik, fisiologi, dan psikologi dalam terjadinya kecelakaan.

e. Pengalakan penelitian ilmiah untuk menemukan cara paling tepat bagi penyeluhan jabatan dan seleksi tenaga kerja dengan maksud agar metode itu dapat diterapkan.

f. Pengadaan organisasi atau pusat untuk pengumpulan dan pengerjaan statistik yang bertalian dengan kecelakaan industri

g. Pembentukan dan penggalakan kerjasama diantara segenap pihak yang bertalian dengan pencegahan kecelakaan dan terutama diantara pengusaha dan pekerja.

h. Penyelengaraan pertemuan periodik diantara pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk menilai perkembangan keadaan dan membahas tindak lanjutnya

i. Pengairahan penerapan usaha keselamatan dengan pembentukan organisasi seperti organisasi profesi keselamatan kerja, kerjasama organisasi pengusaha dengan pekerja

j. Penciptaan dan pemeliharaan perhatian yang cukup terhadap keselamatan terhadap pekerja dengan ceramah-ceramah, publikasi, film, kunjungan perusahaan dan lain-lainnya


(21)

k. Pengandaan dan peningkatan pameran keselamatan yang menetap l. Penanaman pengertian pada pengusaha untuk meningkatkan

pendidikan tenaga kerja khususnya dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan

m. Pengadaan pedoman pencegahan kecelakaan pada industri menurut kekhususan atau cabang industri atau proses yang khusus

n. Pemasukan pelajaran keselamatan pada umumnya dalam

kurikulum sekolah-sekolah dasar untuk menanam kewaspadaan umum dan dalam kurikulum latihan kerja dalam pencegahan kecelakaan dan bantuan pertama pada kecelakaan

o. Pengaturan ketentuan perundang-undangan yang menjamin standar keselamatan yang tinggi

p. Penelahaan terhadap rencana pembangunan atau perubahan yang berarti dari suatu perusahaan

q. Penyelenggaraan konsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan tenaga kerja sebelum pengaturan perundangan yang diterbitkan. r. Pemberian dorongan kerjasama tenaga kerja untuk berpartisipasi

dalam pencegahan kecelakaan.

s. Pembinaan dorongan agar lembaga asuransi bekerjasama dan berpartisipasi dalam pencegahan kecelakaan


(22)

3. Peran dan Tugas Balai K3

Balai K3 merupakan salah satu unit organisasi dari Depnaker dan Transmigrasi RI yang mempunyai tugas melaksanakan analisa, pengkajian, pelayanan teknis dan pengembangan sumber daya manusia dan penyebaran informasi di bidang keselamatan kerja dan higene perusahaan, ergonomi dan keselamatan kerja.

Balai K3 juga memiliki berbagai fasilitas pendukung seperti perpustakaan, fasilitas latihan dan penginapan. Adapun visi dan misi dari Balai K3 antara lain :91)

a. Peningkatan pendukung kebijakan standart K3 b. Peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja

c. Peningkatan kwalitas dan kwantitas SDM di bidang K3

d. Peningkatan pengujian pelayanan teknis, dan informasi di bidang K3 e. Peningkatan kwalitas dan kwantitas SMK3

f. Dan peningkatan analisis, pengkajian, dan perekayaan teknologi

4. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara :

a. Peraturan Perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi, PPPK dan pemeriksaan kesehatan.

91)


(23)

b. Standarlisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum atau alat pelindungan diri

c. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan

d. Penelitian Teknik yang meliputi sifat dan cir-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan- bahan dan desain paling tepat untuk tambang- tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya

e. Riset Medis yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian Psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

g. Penelitian secara statistic untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa saja, dan apa saja penyebabnya.


(24)

h. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus pertukangan

i. Latihan-latihan yaitu latihan-latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja

j. Pengairahan yaitu pengunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat

k. Asuransi yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahan, jika tindakan keselamatan sangat baik

l. Usaha Keselamatan dan kesehatan kerja pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, pada perusahaanlah kecelakaan itu terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran dan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Jelaslah, bahwa untuk mencegah kecelakaan diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat Undang-Undang, Pengawai Pemerintah, Ahli-ahli Teknik, Dokter, Ahli Ilmu Jiwa, Ahli Statistik, Guru-guru, dan kerjasama antara pengusaha dengan buruh.


(25)

B. Sebab-sebab dan Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan Pada PT. Karya Tanah Subur

1. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Sebab-sebab terjadiannya kecelakaan kerja antara lain ada dua yaitu penyebab langsung (immediete causes) dan penyebab dasar (basic cause). 1) Penyebab Langsung (Immediete Cause)

Penyebab langsung ada dua faktor yaitu :

a. Kondisi berbahaya (unsafe condition) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan seperti :92)

1. Keamanan yang tidak memadai 2. Peralatan yang tidak seharusnya 3. Ventilasi kurang

4. Sistem tanda peringatan kurang memadai 5. Iklim kerja tidak sesuai

6. Getaran

7. Kebisingan cukup tinggi 8. Pakaian tidak sesuai

9. Ketata-rumah-tangaan yang buruk (poor house keeping) 10.Dan Lingkungan yang berbahaya

b. Tindakan Berbahaya (unsafe act) atau tindakan yang tidak standar adalah tingkah laku, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya :93)

92)

Benet Silalahi & Rumondang Silalahi, ”Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja” (Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo; 1985), hal. 24.

93)


(26)

1. Mengoperasikan alat tanpa wewenang 2. Gagal untuk memberi peringatan 3. Bekerja dengan kecepatan yang salah

4. Menyebabkan alat keamanan tidak berfungsi 5. Memindahkan alat-alat keselamatan,

6. Menggunakan alat yang rusak

7. Menggunkan alat dengan cara yang salah 8. Dan kegagalan memakai alat pelindung

2) Penyebab Dasar (Basic Cause)

Penyebab dasar ada dua faktor yaitu :

b. Faktor manusia/pribadi antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologi. Lemahnya ilmu pengetahuan dan ketrampilan, stres, motivasi yang tidak cukup

c. Faktor kerja atau lingkungan yaitu tidak cukup kepimpinan dan pengawasan, tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian barang atau alat, tidak cukup perawatan dan tidak cukup standar kerja dan penyalahgunaan.

2. Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan Kerja

Sedangkan kerugian akibat Kecelakaan kerja ada lima kerugian yaitu :


(27)

a. Kerusakan adalah dimana terjadinya kerugian baik dari pihak pekerja maupun dari pihak pengusaha yang bisa berupa fisik, materil, moril, dan lain-lain.

b. Kekacauan organisasi adalah terjadinya kekacauan di dalam tubuh organisasi baik langsung atau tidak langsung.

c. Keluhan dan kesedihan adalah dimana menyebabkan seseorang merasa kesedihan dan keeluhan yang bisa diakibatkan oleh pekerjaan atau lainnya

d. Kelainan dan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang menderita kecelakaan baik cacat sementara maupun cacat total.

e. Kematian adalah yaitu kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia.

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut :94)

1. Menurut Jenis Kecelakaan

a. jatuh

b. tertimpa benda jatuh c. menginjak atau terantuk d. terjepit

94)

Suma’mur, “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” (Jakarta : Haji Masagung, 1981), hal. 7.


(28)

e. gerakan berlebihan f. kontak suhu tinggi g. kontak aliran listrik

h. kontak dengan bahan berbahaya

2. Menurut Jenis Media Penyebab

a. Kecelakaan Penyebab Dari Faktor Mesin

1) pembangkit tenaga

2) mesin penyalur (transmisi) 3) mesin untuk mengerjakan logam 4) mesin pengolah kayu

5) mesin pertanian 6) mesin pertambangan

7) dan mesin-mesin yang lainnya

b. Alat Angkut dan Alat Angkat

1) mesin angkat dan peralatannya 2) alat angkutan di atas rel

3) alat angkat angkutan lain yang beroda terkecuali keretaapi 4) alat angkutan udara

5) alat angkutan air


(29)

c. Peralatan lain

1) bejana bertekanan

2) dapur pembakaran dan pemanas 3) instalasi pendingin

4) instalasi listrik termasuk motor listrik 5) alat-alat listrik tangan

6) alat-alat kerja dan perlengkapanya, kecuali alat-alat listrik 7) tangga

8) perancah (steger)

d. Bahan, Subtansi dan Radiasi

1) bahan peledak

2) debu, gas, cairan, dan zat kimia. 3) benda-benda melayang

4) dan radiasi

e. Lingkungan Kerja

1) di luar bangunan 2) di dalam bangunan 3) di dalam bawah tanah

f. Penyebab Lainnya

1) hewan


(30)

3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. patah tulang b. keseleo/dislokasi c. rengang otot/urat d. luka dipermukaan e. gegar atau remuk f. memar

g. amputasi h. luka bakar

i. keracunan akut atau keracunan mendadak j. kematian/mati lemas

k. pengaruh radiasi

l. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya m. dan lain-lain

4. Menurut Letak Kelainan di Tubuh

a. kepala b. leher c. badan

d. anggota gerak atas e. anggota gerak bawah f. banyak tempat g. kelainan umum


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan dan Perlindungan K3 di PT. Karya Tanah Subur sudah sangat baik hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya tingkat kecelakaan tiap tahunnya dan meningkatnya produksi dan produktivitas pekerja yang dapat dirasakan perbedaannya sebelum dan sesudah melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik.

2. Peran dan tanggungjawab perusahaan terhadap timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur berperan aktif di setiap level manajerial untuk melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama melalui P2K3L dengan kegiatan Safety Patrol. Apabila timbul Penyakit Akibat Kerja (PAK) maupun Kecelakaan Kerja Perusahaan PT. Karya Tanah Subur akan mengobati melalui pelayanan kesehatan yang terdapat di kebun yaitu Poliklinik, apabila tidak bisa ditangani oleh Polibun (Poliklinik Kebun) maka tenaga kerja yang

bersangkutan yang mengalami kecelakaan kerja termasuk penyakit yang timbul akibat kerja akan dirujuk ke Rumah Sakit (RS) dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan PT. Karya Tanah Subur dan setiap tahun para pekerja atau buruh selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.


(32)

3. Peran pemerintah dalam melindungi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara perusahaan dengan

Depnakertrans dan Balai K3 hanya dalam hal sertifikasi peralatan proses dan pengecekan kondisi lingkungan kerja serta Koordinasi dan konsultasi saja. Perusahaan dalam melindungi K3 dan mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja bersama dengan Ahli K3 melaksanakan beberapa hal :

a) Awareness K3 melalui Five Minute Talk, Training, dan Pengadaan Rambu-rambu dan poster yang menyangkut dengan pelaksanaan K3 dan SMK3

b) Pelaksanaan Unsafe Patrol untuk perbaikan kondisi lokasi kerja c) Teguran kepada Karyawan yang melakukan Unsafe Action d) Penyediaan APD yang layak sesuai Standart Keselamatan e) Pemberitahuan legal terkait K3

f) Sertifikasi operator/karyawan yang bekerja pada alat yang berdampak K3 besar seperti di pabrik yang berkaitan dengan alat boiler, crane, alat berat.

g) Pemeriksaan kondisi fisik lingkungan kerja h) Penerapan aspek argonomi pada proses panen

Dalam menerapkan K3 dan SMK3 pada PT. Karya Tanah Subur masih menghadapi berbagai macam kendala, misalnya :


(33)

1) Kebiasaan karyawan dalam mentaati peraturan yang berkaitan dengan K3

2) Peraturan yang menyangkut dengan K3 masih dianggap sebagai beban dan aturan yang tidak menyenangkan

3) Pengetahuan tentang K3 oleh karyawan masih rendah

4) Budaya kerja yang belum budaya K3. Apabila budaya K3 diterapkan maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety.

B. Saran

1. Perusahaan PT. Karya Tanah Subur harus tetap konsisten dalam melaksanakan Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar, oleh sebab itu masalah kesehatan diperhatikan sebaik mungkin agar terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan baik bagi pekerja maupun perusahaan. Karena Perusahaan PT. Karya Tanah Subur bergerak di bidang perkebunan yang menghasilkan barang mentah (minyak mentah/CPO).

2. Perusahaan hendaknya mengelola dengan baik sistem K3 baik melalui perencanaan, ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur, menyediakan pakaian kerja, APD, dan bagi yang bekerja di dalam ruangan perusahaan harus membuat ventilasi dan pengaturan suhu serta penerangan dan mensosialisasi budaya K3 dalam melakukan pekerjaan agar terhindar dari resiko kecelakaan pekerjanya.


(34)

3. Pemerintah daerah harus lebih mensosialisasikan, penyelenggaraan penelitian, pelatihan, penyuluhan, pengawasan, dan mengumpulkan semua data dan informasi yang menyangkut tentang K3 di suatu perusahaan agar dapat mengurangi, mencegah dann menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).


(35)

BAB II

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN

PT. KARYA TANAH SUBUR

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur Kesehatan Kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar para pekerja dan masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum.31)

a. sasaranya adalah manusia

Adapun kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut, yaitu :

b. bersifat medis

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja, tetapi juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (total health of all at work).

31)

Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” (Cetakan ke-2) (Jakarta :


(36)

Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan tujuan dari kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya.32)

Sehat senantiasa digambarkan keadaan fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya juga menunjukan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.33)

a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik, atau anorganik, logam berat atau debu), biologis (virus, bakteri, mikroorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan dan pekerjaan).

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat dan

menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian pertama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbul penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor yakni :

32)

J.M. Harrinton dan F.S. Gill, “Buku Saku Kesehatan Kerja” (Edisi : 3) (Jakarta : EGC), hal. 3.

33)


(37)

b. Prilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.

c. Pelayanan kesehatan yang meliputi : promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi.

d. Dan yang terakhir Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya, pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.

Pada tahun 1950 satu komisi bersama ILO dan WHO menyusun definisi kesehatan kerja. Menurut komisi tersebut kesehatan kerja adalah merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya dan layanan tersebut memerlukan peran serta para manejer dan serikat kerja. Sejumlah kaum professional terlibat dalam bidang ini seperti Dokter, Ahli Higene Kerja, Ahli Toksiologi, Ahli Mikrobiologi, Ahli Ergonomi, Perawat, Sarjana Hukum, Ahli Labotarium, Ahli Epidemiologi, dan Insinyur Keselamatan.34)

34)


(38)

Sedangkan tujuan utama kesehatan kerja menurut Suma’ur adalah sebagai berikut :35)

1. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

3. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

4. Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta kenikmatan kerja.

5. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.

6. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan. 7. Dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk industri.

Dengan demikian kesehatan kerja termasuk jenis perlindungan sosial yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha masyarakat yang tujuannya memungkinkan pekerja atau buruh mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.36)

35)

Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” (Cetakan ke-2) (Jakarta :

Gunung Agung, 1967), hal. 2.

36)

Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” (Jakarta : Rajawali Grafindo, 2007), hal. 78.


(39)

2. Pengertian Keselamatan Kerja

Menurut Suma’mur keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara melakukan pekerjaan. Dan sasarannya adalah tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara.37)

Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah mencakup keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.38)

Dan yang dimaksud dengan tempat kerja di dalam Pasal 1 (1) UU No. 1 tahun 1970 yaitu tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dan halaman dan sekelilingnya yang berhubungan dengan tempat dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya.39)

Tujuan dari Keselamatan kerja menurut Suma”mur adalah :40)

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja c. Sumber produk dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

37)

Suma”mur, “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” (Jakarta :

Haji Masagung 1981), hal. 1.

38)

UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

39)

Ibid

40)


(40)

Sedangkan sasaran utama dari keselamatan kerja adalah tempat kerja, yang padanya :41)

a. Dibuat, dicoba dipakai atau dipergunakan mesin, pesewa alat, perkakas, peralatan atau instansi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkarann rumah, gedung, atau terowongan di bawah tanah.

d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu, atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam,

atau biji logam, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik di permukaan bumi atau di dasar perairan.

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun udara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang.

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.

41)


(41)

i. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.

j. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.

k. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, semur atau lobang.

l. Terdapat atau menyebar suhu, kelembapan, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara atau getaran. m. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

n. Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang mengunakan alat teknis

o. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan, atau disalurkan, listrik, gas, minyak atau air.

p. Dilakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang berbahaya.

Lebih lanjut syarat-syarat keselamatan kerja menurut Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu :42)

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan,

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri

e. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan dan memelihara bangunan.

f. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya.

42)


(42)

Jadi, Syarat keselamatan kerja mengandung prinsip teknis ilmiah yang menjadi kumpulan peraturan yang tersusun secara sistematis, jelas dan praktis, yang menyangkut bidang konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan alat-alat perlindungan dan lain-lainnya.

B. Dasar Hukum Pengaturan K3 di Indonesia Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja

Di dalam UU No.1 tahun 1951 tentang Kerja, mengatur tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan tentang kerja anak-anak, orang muda, dan wanita, persyaratan tempat kerja, dan lain-lain. Dalam Pasal 16 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1951 yang menetapkan, bahwa “Majikan harus mengadakan tempat kerja dan perumahan yang memenuhi syarat-syarat kebersihan dan Kesehatan”.43)

Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-Undang Konpensasi Pekerja (Workmen Compensation Law) Undang-undang ini menentukan penggantian kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja

44)

43)

Suma’mur, “Higene Perusahaan dan Kesehatan”, Cetakan ke-2, (Jakarta :

Gunung Agung, 1967), hal. 29.

44)


(43)

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Dan Undang-undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan menggantikan Veilligheids Reglement pada Tahun 1910 (Stb. No. 406). Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan jenis perlindungan prevensif yang diterapkan untuk mencegah timbulnya Kecelakaan Kerja (K2) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menegaskan bahwa perlindungan terhadap Pekerja/buruh di tempat kerja merupakan hak yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh.45) Secara umum perlindungan di tempat kerja (work place) mencakup :46) a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

b. Moral dan Kesusilaan;

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Selain Undang-undang tentang Keselamatan Kerja, Pemerintah telah mengeluarkan regulasi guna mendukung Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berbagai peraturan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain :47)

45)

Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” (Medan : USU Press 2010), hal. 73.

46)

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1.

47)

Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” (Medan : USU Press 2010), hal. 73.


(44)

a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

b. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

c. Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan; dan

d. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang SMK3

Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

Undang-undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dalam Pasal 1 butir (1) memberi perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.48)

Adapun jaminan sosial tenaga kerja menurut UU No. 3 tahun 1992 mengatur empat program pokok yang harus diselengarakan oleh Badan Penyelenggara Jamsostek. Dan kepada perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit sepuluh orang pekerja atau membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- sebulan wajib mengikutsertakan pekerjanya ke dalam program Jamsostek yang tercantum dalam Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. Keempat program tersebut adalah :49)

48)

UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1.

49)

Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja” (Jakarta : PT. Rajawali Grafindo, 2007), hal. 105.


(45)

a. Jaminan Kecelakaan Kerja b. Jaminan Kematian

c. Jaminan Hari Tua

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang ini merupakan payung bagi peraturan lainnya yang menyangkut masalah ketenagakerjaan dalam penjelasan umumnya memuat aturan tentang :50)

a. Pekerja Anak

b. Pekerja Orang Muda c. Pekerja Wanita/Perempuan d. Tentang Penyandang Cacat

e. Waktu Kerja, Istirahat dan Megaso

f. Tempat kerja dan perumahan buruh; untuk semua pekerjaan tidak

membeda-bedakan tempatnya, misalnya : di bengkel, di pabrik, di rumah sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan, pertambangan,

dan lain-lain.

50)

Zaeni Asyhadie, ”Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” (Jakarta : Raja Grafindo, 2007), hal. 83.


(46)

Pekerja Anak

Anak yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 26 UU No. 1 Tahun 1948 tentang Kerja adalah “Setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun”, sedangkan menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 70 ayat 2 Anak adalah “Setiap orang yang berumur paling sedikit 14 Tahun”.51)

UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang norma kerja mulai Pasal 68 sampai Pasal 75 yang mana pasal-pasal tersebut melarang keras pengusaha mempekerjakan anak-anak di bawah umur 13-15 tahun, kecuali untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial dan apabila pengusaha mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan :52) a. Adanya izin tertulis dari orang tua atau wali;

b. Adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;

d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

f. Adanya hubungan kerja yang jelas;

g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Dan secara khusus UU No. 1 tahun 1951 tentang kerja tidak memberi batasan tentang pekerja anak batasan yang dapat digunakan antara lain :53)

51)

Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” (Medan : USU Press 2010), hal. 62.

52)

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 69 ayat 1 dan 2

53)


(47)

a. Pekerja anak adalah anak-anak yang bekerja baik sebagai tenaga upahan maupun pekerja keluarga

b. Pekerja anak adalah anak yang bekerja di sektor formal maupun informal dengan berbagai status hubungan kerja

Tidak semua pekerjaan dapat diberlakukaan kepada anak, dalam hal ini ada kategori pekerjaan tertentu yang dianggap tidak baik meliputi :54)

a. Segala sesuatu dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya;

b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, dan menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno dan perjudian;

c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; atau

d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

Selain UU No. 1 tahun 1948 tentang kerja terdapat beberapa peraturan lain yang berkaitan dengan pekerja anak adalah :55)

a. UU No. 20 tahun 1999 meratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 Tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja

b. UU No. 1 Tahun 2000 meratifikasi Konvensi ILO No. 182 Tahun 1973 tentang Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Menghapus Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Buat Anak

54)

Ibid, hal. 68.

55)


(48)

c. KEP. 135/MEN/2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan dan Moral Anak

d. KEP.15/MEN/VII/2004 tentang Perlindungan Bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat.

e. Dan lain-lain

Pekerja Orang Muda

Tidak hanya pekerja anak yang mendapat perlindungan akan tetapi orang muda yang bekerja juga harus diperhatikan baik waktu kerja maupun waktu istirahat dan tempat kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan larangan menjalankan pekerjaan pada malam hari kecuali larangan tersebut tidak dihindarkan karena menyangkut kepentingan atau kesejahteraan umum dan larangan terhadap orang muda menjalankan pekerjaan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya.56)

Orang muda dilarang menjalankan pekerjaannya di tambang, lobang, di dalam tanah, atau tempat mengambil logam dan bahan-bahan lain di dalam tanah, tetapi larangan tersebut tidak berlaku terhadap buruh muda yang berhubungan dengan pekerjaannya kadang-kadang harus turun ke bawah tanah dan tidak menjalankan pekerjaannya dengan tangan tetapi dengan menggunakan alat-alat kerja tertentu.57)

56)

Penjelasan UU No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja.

57)


(49)

Pekerja Wanita/Perempuan

Mempekerjakan Perempuan di perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :58)

a. Para wanita pada umumnya bertenaga lemah, halus, tetapi tekun;

b. Norma susila harus diutamakan agar tenaga kerja wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya (laki-laki) terutama kalau bekerja pada malam hari;

c. Para tenaga kerja wanita pada umumnya mengerjakan pekerjaan halus sesuai dengan kehalusan sifat dan tenaganya;

d. Para tenaga kerja wanita yang masih gadis, telah bersuami yang dengan sendirinya mempunyai beban rumah tangga yang harus dilaksanakan pula.

Dengan demikian UU No. 13 mulai Pasal 76 menentukan norma kerja perempuan sebagai berikut :59)

a. Pekerja atau buruh Perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 WIB sampai 07.00 WIB.

b. Pekerja atau buruh Perempuan yang hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya.

c. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh Perempuan antara pukul 23.00 WIB sampai pukul 07.00 WIB wajib :

1) Memberikan makanan dan minuman bergizi; dan 2) Menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat kerja

d. Dan pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja yang berangkat kerja antara pukul 23.00 WIB sampai 05.00 WIB.

58)

Gunawi Kartasapoetra, “Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja” (Bandung : Armico 1983), hal. 43.

59)


(50)

Penyandang Cacat

Pekerja cacat oleh UU diberi perlindungan untuk melakukan hubungan kerja dengan majikan/pengusaha. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 67 ayat 1 “Pengusaha yang mempekerjakan penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya” perlindungan tersebut misalnya penyediaan aksebilitas, pemberian alat kerja, dan alat pelindung diri (APD).

Penyandang Cacat Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat adalah “Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan selayaknya” penyandang cacat menurut undang-undang No. 4 tahun 1997 ayat 1 angka 1 terdiri dari :60)

a. Penyandang Cacat Fisik yaitu kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara;

b. Penyandang Cacat Mental adalah kelainan mental atau tingkah laku baik cacat bawaan maupun akibat penyakit;

c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental adalah keadaan seseorang yang menyandang cacat dua jenis kecacatan sekaligus.

60)


(51)

Waktu Kerja, Istirahat, dan Waktu Megoso

a. Waktu Kerja dan Megoso

Waktu Kerja menurut Ketentuan Pasal 77 UU No. 13 Tahun 2003 adalah :61)

1) 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (minggu);

2) 8 (delapan) jam dalam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Waktu kerja harus diselingi waktu mengoso paling sedikit 30 (tiga puluh menit) setelah pekerja bekerja 4 (empat) jam berturut-turut. Dan ketentuan tersebut tidak berlaku bagi sektor-sektor tertentu, seperti :62)

Dalam hal demikian, pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat :

Pekerjaan pengoboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal laut dan penebangan hutan.

63)

1) Adanya persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan;

2) Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu;

3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja untuk kerja lembur wajib membayar upah lembur sesuai dengan upah yang berlaku.

61)

UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 77.

62)

Zaeni Asyhadie, ”Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” (Jakarta : Raja Grafindo, 2007), hal. 91.

63)


(52)

b. Waktu Istirahat (Cuti)

Waktu istirahat (cuti) pekerja atau buruh hampir sama dengan waktu istirahat Pegawai Negeri Sipil (PNS)64) tetapi secara yuridis, waktu istirahat bagi pekerja/buruh ada 4 (empat) macam yaitu :65)

1) Istirahat mingguan atau istirahat (cuti) mingguan ditetapkan satu hari untuk enam hari kerja dalam seminggu.

2) Istirahat (cuti) tahunan (Pasal 76 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003), cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan, dan harus dimohonkan kepada pengusaha dan harus ada persetujuan pengusaha.

3) Istirahat (cuti) panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ke 7 (tujuh) dan 8 ( kedelapan) masing-masing 1 bulan yang sudah bekerja selama 6 tahun berturut-turut pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja tidak berhak lagi untuk istirahat tuhunan dalam dua tahun berjalan.

4) Istirahat (cuti) haid, hamil, dan bersalin bagi pekerja perempuan yang merasa sakit sewaktu mengalami “datang bulan” harus diberitahukan kepada pengusaha dan tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan kedua masa haidnya.

Jadi, aturan yang mengatur masalah K3 di Indonesia baik sebelum dan sesudah Indonesia merdeka antara lain :66)

64)

Ibid

65)

Ibid

66)

Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” (Jakarta : Rajawali Grafindo, 2007), hal. 81.


(53)

a) Aturan yang mengatur masalah K3 sebelum Indonesia Merdeka antara lain :

1) Maatregenlen ter Baperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid van vroewen, yang biasa disingkat Maatregelen yaitu peraturan yang mengatur tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan dengan ordonantie No. 647 Tahun 1925 dan mulai berlaku tanggal 1 Maret 1926.

2) Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord van scepen, biasa disingkat Bepalingen Betreffende yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan orang muda di kapal yang diberlakukan dengan Ordenantie No. 87 Tahun 1926 dan berlaku tanggal 1 Mei 1926.

3) Konvensi ILO No. 4 tentang pekerjaan wanita pada malam hari, diratifikasi dengan Stb. No. 461 Tahun 1923.

4) Konvensi ILO No. 5 tentang usia terendah bagi anak untuk dapat berkerja di perusahaan industri, diratifikasi dengan Stb. No. 515 Tahun 1928.

5) Konvensi ILO No. 7 tentang usia terendah untuk bekerja di kapal, diratifikasi dengan Stb. No. 76 Tahun 1932.

6) Mijn politie reglemen Stb. Nomor 341 Tahun 1931 peraturan tentang pengawasan di tambang.

7) Voorschrifren Omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der van motorrijtuigen peraturan tentang waktu kerja dan waktu megaso bagi pengemudi kendaraan bermotor diumumkan dalam Bijblad 14136.


(54)

9) Aanvaulende Plantersregering atau peraturan tentang perburuhan di perusahaan perkebunan.

10)Arbeidsregeling nijtverheidsbedrijvn atau peraturan perburuhan di perusahaan industri

b) Aturan yang mengatur masalah K3 sesudah Indonesia Merdeka antara lain :67)

1) UU No. 33 Tahun 1947 jo. UU No. 2 Tahun 1951 tentang Kecelakaan; 2) UU No. 12 Tahun 1948 jo. UU 1 Tahun 1951 tentang Kerja;

3) UU No. 23 Tahun 1948 jo. UU. No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan;

4) UU No. 23 Tahun 1951 tentang Kewajiban Melaporkan Perusahaan;

5) UU No. 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha;

6) UU No. 12 Tahun 1957 tentang Perselisihan Perburuhan;

7) UU No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja pada Perusahaan-perusahaan Swasta;

8) UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. 9) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

10) UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

11) Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 Tentang usia minimum untuk diperbolehkan Bekerja/Concerning Minimum Age For Admission to Employment (Konvensi ILO No. 123 tahun 1973).68)

67)

Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja“ (Jakarta : Rajawali Grafindo Persada, 2007), hal. 15.

68)

Dr. Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” (Medan : USU Press 2010), hal. 30.


(55)

12) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

13) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

14) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

15) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

C. Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Karya Tanah Subur 1. Sejarah dan Perkembangan PT. Karya Tanah Subur

PT. Karya Tanah Subur (KTS) adalah Bagian dari PT. Astra Agro Niaga (AAN) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang awal berdirinya perusahaan tersebut adalah areal PT. Dina Maju (DM) yang bergerak di bidang perkayuan dan pada Tahun 1987 yang pemilik dulu Bapak Oesman Jakoup mendirikan PT. Karya Tanah Subur.

Dan pada Tahun 1987 PT. Dina Maju menjadi PT. Karya Tanah Subur dan Pada Tahun 1991 bergabung menjadi anak Perusahaan PT. Astra Agro Niaga dan pada tahun 1995 berdirinya Pabrik Karya

Tanah Subur dan mulai beroperasi dengan kapasitas 20 ton TBS per jam.


(56)

Pada masa konflik Aceh mulai tahun 1997 sampai 2004 PT. Karya Tanah Subur masih tetap beroperasi dengan Exsist walau harus kehilangan banyak karyawan yang potensial. Dan pada tahun 2006 PT. Karya Tanah Subur berhasil memproduksi CPO

sebanyak 22,389 ton yang merupakan jumlah terbesar selama PT. Karya Tanah Subur berdiri dari tahun 1987 sampai 2009.

2. Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur

Dalam pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur Manajemen dan Ahli K3 melaksanakan beberapa hal :69)

1) Awareness K3 melalui five minute talk, training, rambu-rambu, dan poster yang menyangkut dengan pelaksanaan K3 dan SMK3. 2) Pelaksanaan unsafe patrol untuk perbaikan kondisi lokasi kerja. 3) Teguran kepada karyawan yang melakukan unsafe action 4) Penyediaan APD yang layak sesuai standart keselamatan 5) Pemberitahuan legal terkait K3

6) Sertifikasi operator/karyawan yang bekerja pada alat yang berdampak K3 besar seperti di pabrik yang berkaitan dengan alat Boiler, Crane, Alat Berat.

7) Pemeriksaan kondisi fisik lingkungan kerja 8) Penerapan aspek argonomi pada proses panen

69)

Hasil Wawancara dengan Asisten Safety Health And Environment Bapak Muhammad Iqbal.


(57)

Tabel 1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Sebelum Diterima Bekerja pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

No. Pemeriksaan Kesehatan

Pekerja Sebelum Bekerja Diperiksa

Tidak Diperisa

Jumlah (%)

1.

Kesehatannya diperiksa sebelum diterima bekerja di perusahaan

85 15 100

Setiap calon pekerja pada perusahaan PT. Karya Tanah Subur ternyata dari responden yang berjumlah 100 orang pada umumnya diperiksa kesehatan 85% dan yang tidak diperiksa sekitar 15%.

Tabel 2. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Bekerja di PT. Karya Tanah Subur

No. Pemeriksaan Kesehatan

Setelah Bekerja Pernah Tidak

Jumlah (%)

1. Pemeriskaan kesehatan secara khusus 40 60 100 2. Pemeriskaan kesehatan secara berkala 75 25 100

Dari Tabel 2 karyawan yang telah bekerja pada PT. Karya Tanah Subur yang diperiksa kesehatan secara khusus akibat penyakit yang ditimbulkan dari pekerjaannya misalnya penyakit paru-paru, dan lain-lain sekitar 40% dan yang tidak diperiksa sekitar 15% dan karyawan yang diperiksa secara berkala setiap tahunnya sekitar 75% dan yang tidak diperiksa 25% dari jumlah responden 100 orang.


(58)

Tabel 3. Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada PT. Karya Tanah Subur

No. Fasilitas K3 Pada

PT. Karya Tanah Subur Baik Cukup Belum Jumlah

1. Ketersediaan Poliklinik 100 - - 100

2. Pemberian APD oleh perusahaan 89 11 - 100

3. Jumlah WC/Toilet di PT. KTS 85 5 10 100

4. Penjelasan tentang kondisi tempat kerja 85 15 - 100

5. Ketersediaan loker 80 20 - 100

6. Pemasangan rambu-rambu 72 28 - 100

7. Kondisi WC/Toilet di PT. KTS 70 20 10 100

8. Ketersediaan APAR 68 32 - 100

9. Pelatihan kerja 64 36 - 100

10. Kondisi tempat kerja 68 27 5 100

11. Ketersediaan air minum di tempat kerja 60 20 10 100

12. Sirkulasi dan ventilasi udara 60 30 10 100

13. Pencahayaan di tempat kerja 50 20 30 100

14. Ketersediaan kantin di tempat kerja 45 55 - 100 15. Pemberian tempat tinggal yang layak 28 45 27 100

Dari Tabel 3 peran pimpinan perusahaan dalam mengelola sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan memberikan fasilitas bagi karyawan PT. Karya Tanah Subur sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat antara lain didukung oleh fasilitas : Ketersediaan Poliklnik, Pemberian APD oleh perusahaan, Jumlah WC/Toilet di PT. KTS, Penjelasan tentang kondisi tempat kerja, Ketersediaan loker, Pemasangan rambu-rambu, Kondisi WC/Toilet di PT. KTS, Ketersediaan APAR, Pelatihan kerja, Kondisi tempat kerja, Ketersediaan air minum di tempat kerja, Sirkulasi dan ventilasi udara, Pencahayaan di tempat kerja, Ketersediaan kantin di tempat kerja, Pemberian tempat tinggal yang layak.


(59)

Tabel 4. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja di Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

No. Penyakit Akibat Kerja

di PT. KTS Pernah Tidak Sering Jumlah

1. Peremajaan mesin-mesin di

PT. KTS 90 10 - 100

2. Pemberian makanan apabila

kerja lembur 89 11 - 100

3. Penggunaan APD oleh karyawan 64 15 21 100

4. Karyawan yang mengalami

gangguan kesehatan 55 34 11 100

Dari Tabel 4 peran perusahaan dalam mencegah penyakit akibat kerja baik melalui penggunaan APD oleh karyawan maupun peremajaan mesin yang dilakukan oleh perusahaan serta memberikan makanan apabila bekerja lembur sehingga karyawan yang mengalami gangguan kesehatan hanya 55% dan yang tidak 34%.

Tabel 5. Kerjasama Antara Perusahaan dengan Instansi Pemerintah Daerah Dalam Melindungi K3 di Perusahaan PT. Karya Tanah Subur

No. Kerjasama dengan Instansi

Pemerintah Pernah Tidak

Jumlah (%)

1. Tidak tahu hak dan kewajiban

tentang K3 67 33 100

2. Dimintai keterangan oleh P2K3 55 45 100

3. Tidak tahu UU yang mengatur K3 53 47 100

4. Tidak tahu tentang Balai K3 48 52 100

5. Dimintai keterangan oleh ahli K3 45 55 100


(60)

Dari Tabel 5 kerjasama antara perusahaan dengan pemerintah dalam melindungi K3 di perusahaan belum berjalan dengan bagus karena banyak karyawan yang tidak tahu adanya pelatihan tentang K3, Balai K3. Undang-undang yang mengatur K3 dan mereka juga tidak tahu tentang hak dan kewajiban mereka tentang K3 yang disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan tidak menyeluruh ke setiap karyawan di PT. Karya Tanah Subur.

3. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur

Dalam menerapkan K3 dan SMK3 pada PT Karya Tanah Subur masih menghadapi berbagai macam kendala, misalnya :70)

1) Kebiasaan karyawan dalam mentaati peraturan yang berkaitan dengan K3

2) Peraturan yang menyangkut dengan K3 masih dianggap sebagai beban dan aturan yang tidak menyenangkan

3) Pengetahuan tentang K3 oleh karyawan masih rendah

4) Budaya kerja yang belum budaya K3. Apabila Budaya K3 diterapkan maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety.

70)

Hasil Wawancara dengan Asisten Safety Health and Environment Bapak Muhammad Iqbal.


(61)

4. Tanggungjawab Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur

Yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dan SMK3 di Perusahaan PT. Karya Tanah Subur yaitu :

1) EGM / Deputy EGM, memiliki Tugas antara lain :71)

a. Mencanangkan dan menetapkan komitmen bagi seluruh karyawan untuk mengimplementasikan K3 dan SMK3

b. Menyusun dan menetapkan kebijakan K3 sebagai acuan seluruh karyawan

c. Secara formal menyetujui dan mengesahkan seluruh

dokumen K3

d. Meninjau keseluruhan kinerja dalam perusahaan pada tiap tahun

e. Berpartisipasi jika diperlukan dalam menyelesaikan masalah K3

f. Meninjau kecelakaan atau insident serius dan memantau tindakan perbaikan

g. Meninjau kinerja K3 dari manajemen menengah

h. Menjamin kesesuaian perusahaan dengan perundangan K3 i. Menjalankan kebijakan K3 yang sudah ditetapkan secara

bersama

71)


(62)

2) General Manager atau Deputy Manager, memiliki tanggungjawab : a. Bertanggungjawab untuk menerapkan SMK3 di perusahaan tersebut b. Menjamin semua tindakan yang sesuai diambil untuk menerapkan

kebijakan K3, prosedur K3 dan persyaratan perundangan

c. Memantau kinerja K3 dalam wilayah yang menjadi tanggung jawabnya

d. Berpartisipasi jika diperlukan dalam menyelesaikan masalah K3 e. Meninjau kecelakaan atau insident dalam menyiapkan laporan

jika diperlukan

f. Secara berkala meninjau kinerja K3 dari manajemen ini

3) Senior Manager/Operasional Senior Manager, memiliki tanggung jawab :

a. Bertanggung jawab untuk menerapkan SMK3 di unit kerja masing-masing

b. Menjamin semua tindakan yang sesuai diambil untuk menerapkan kebijakan K3, prosedur K3 dan persyaratan perundangan.

c. Memantau kinerja K3 dalam wilayah yang menjadi

tanggungjawabnya

d. Berpartisipasi jika diperlukan dalam menyelesaikan masalah K3 e. Meninjau kecelakaan atau insident dalam menyiapkan laporan

jika diperlukan


(63)

4) Manager, memiliki tanggungjawab;

a. Berpartisipasi jika diperlukan dalam menyelesaikan masalah K3 b. Menjalankan kebijakan K3 yang sudah diterapkan secara bersama

c. Memantau kinerja K3 dalam wilayah yang menjadi

tanggungjawabnya

d. Meninjau kecelakaan atau insident dalam menyiapkan laporan jika diperlukan

e. Menunjukan komitmen terhadap K3 melalui partisipasi dalam diskusi formal dan informal, kunjungan tempat kerja dan inspeksi bahaya

f. Meninjau laporan yang berhubungan dengan K3 dan mengambil tindakan yang sesuai.

g. Secara berkala meninjau kinerja K3 dari manajemen ini

5) Pengawas atau Pekerja, memiliki tanggungjawab;

a. Mematuhi semua prosedur kerja yang aman sesuai dengan instruksi kerja.

b. Mengambil tindakan yang pantas bagi diri mereka dan orang lain yang dapat terpengaruh oleh tindakan mereka.

Peran dan tanggungjawab perusahaan dalam K3, Perusahaan berperan aktif di setiap level manejerial untuk pelaksanaan K3, terutama melalui P2K3 dengan kegiatan safety patrol. Sedangkan perusahaan bertanggungjawab dalam pengelolaan SMK3 sesuai amanah dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang K3.


(64)

Salah satu bentuk komitmen PT.Karya Tanah Subur dalam memberikan perlindungan K3 melalui perbaikan kondisi tempat kerja, pengamanan mesin dan alat kerja serta penyediaan alat perlindungan diri yang layak dan sesuai serta pelayanan kesehatan di poliklinik kebun.72)

5. Kerjasama PT. Karya Tanah Subur dengan Instansi Pemerintah

Kerja antara Perusahaan dengan Depnakertrans hanya dalam hal sertifikasi peralatan proses dan pengecekan kondisi lingkungan kerja serta koordinasi dan konsultasi saja73)

Hubungan kerjasama PT. Karya Tanah Subur dengan Balai K3, sesuai dengan fungsi Balai K3 maka kerjasamanya dalam bentuk koordinasi dengan Balai K3 dalam hal pengukuran dan pengecekan kondisi tempat kerja. Pengukuran yang dimaksud meliputi pengukuran faktor kimia, biologi, fisik, non fisik, dan lain-lain. Dari hasil pengukuran tersebut PT. Karya Tanah Subur melakukan evaluasi intern, dan menindaklanjuti serta mendokomentasi hasil pengukuran dan membuat kebijakan sesuai dengan hasil pengukuran dan juga mendokumentasikannya.

. Konsultasi misalnya, PT. Karya Tanah Subur beberapa kali berkonsultasi dengan Depnakertrans

terkait sosialisasi peraturan perundangan terbaru tentang masalah K3. PT. Karya Tanah Subur selalu ingin up to date, dan tidak ketinggalan

bila ada aturan baru.

72)

Hasil wawancara dengan Assisten Safety Health And Enveriont Bapak Muhammad Iqbal

73)

Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Iqbal Assisten Safety Health and


(65)

6. Manfaat dan Keuntungan Pelaksanaan K3 dan SMK3 pada PT. Karya Tanah Subur

Manfaat yang dirasakan oleh PT. Karya Tanah Subur setelah menerapkan K3 dan SMK3 yaitu :

a. Muncul rasa aman, nyaman dalam menjalankan pekerjaan yang dapat dirasakan oleh karyawan PT. Karya Tanah Subur

b. Ruangan kerja menjadi bersih, teratur, rapi, indah, sehingga suasana kerja menjadi kondusif dan produktivitas kerja lebih baik.

c. Semua kelengkapan keselamatan diri dan P3K siap sedia setiap saat dapat digunakan kapan saja karena kondisi APD dan isi P3K selalu dipantau dan dievaluasi.

d. Manajemen K3 terorganisasi dengan baik. Apabila perusahaan sudah memiliki manajemen yang baik tentang pengelolaan K3 dan SMK3 maka implementasi K3 dan SMK3 jadi fokus dan maksimal.

e. Karyawan memiliki pemahaman dan pengetahuan lebih mengenai masalah K3, SMK3, dan tindakan tanggap darurat.

f. Dengan pemahaman K3 yang cukup para karyawan bertindak dan bekerja dengan lebih safety.

g. Apabila suatu perusahaan melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik, maka, Tidak pernah terjadi kecelakaan dan tidak ada mengalami perselisihan hubungan industrial di bidang K3 maka akan meningkatkan moralitas, kepercayaan, dan image perusahaan di mata publik.


(66)

Sedangkan Keuntungan dari pelaksanaan K3 yang dirasakan oleh PT. Karya Tanah Subur setelah menerapkan K3 yaitu :

a. Keuntungan yang dirasakan Langsung (tangible) yaitu dapat menghemat uang perusahaan baik melalui :

1) premi asuransi.

2) pengeluaran akibat biaya perkara pengadilan dan

pertanggungjawaban. 3) kompensasi perusahaan.

4) biaya akibat terhambatnya proses produksi 5) peningkatan moralitas karyawan

6) penurunan angka absensi

7) penurunan waktu ‘menganggur’ peralatan 8) meningkatkan nilai saham perusahaan

9) menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.

b. Keuntungan yang tidak terasa langsung (intangible) yaitu penerapan K3 dapat meningkatkan keuntungan secara langsung dengan cara : 1) penerapan K3 akan membangun kepercayaan para pemegang

saham akan meningkat transparansi fungsi-fungsi perusahaan dan mengurangi ketidakkonsistenan.

2) para investor mengenali kwalitas suatu perusahaan sehingga para investor tidak ragu untuk menanamkan modalnya.


(67)

3) pelaksanaan K3 mulai mendapat perhatian lebih luas dari kalangan masyarakat, LSM, pemerintah, karyawan, rekan bisnis, dan lain-lain sehingga perusahaan yang melaksanakan K3 mendapat pencitraan yang baik.

4) menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

5) perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.


(1)

12.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah ikut berpartisipasi aktif mendorong penulis dalam perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

13.Saudara Ibnu Adam yang telah memberi bantuan dengan memberi hasil

check up dan hasil rongen kaki sebagai salah satu lampiran dan barang bukti dalam penulisan skripsi.

14.Dan yang terakhir ucapan terima kasih kepada para pekerja di Perusahaan Karya Tanah Subur yang membantu memberikan informasi saat penulis melaksanakan riset di PT. Karya Tanah Subur.

Semoga kiranya segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala imbalan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun susunannya. Oleh sebab itu dengan hati lapang dan terbuka penulis menerima kritik-kritik maupun nasehat-nasehat dari Bapak dan Ibu serta saudara-saudara yang dapat menyempurnakan isi skripsi ini.

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi pendidikan di Tanah Air Tercinta.

Medan, April 2010 Penulis,


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

1. Tujuan Penulisan ... 7

2. Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 17

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Sumber Data ... 18

3. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4. Analisis Data ... 20


(3)

BAB II : IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN

PT. KARYA TANAH SUBUR ... 22

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 22

1. Pengertian Kesehatan Kerja ... 22

2. Pengertian Keselamatan Kerja ... 26

B. Dasar Hukum Pengaturan K3 di Indonesia ... 29

C. Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Karya Tanah Subur ... 42

1. Sejarah dan Perkembangan PT. Karya Tanah Subur 42

2. Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur 43

3. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur ... 47

4. Tanggungjawab Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur ... 48

5. Kerjasama PT. Karya Tanah Subur dengan Instansi Pemerintah ... 51

6. Manfaat dan Keuntungan Pelaksanaan K3 dan SMK3 pada PT. Karya Tanah Subur ... 52

BAB III : PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA ... 55

A. Peran dan Tanggungjawab Perusahaan Dalam Mengelola Sistem K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur ... 55

1. Peran Pimpinan Perusahaan PT. Karya Tanah Subur Dalam Mengelola Sistem Keselamatan ... 55

2. Peran Perusahaan Dalam Mengelola Sistem Kesehatan ... 61


(4)

B. Dampak Dari Tidak Terlaksananya Pelaksanaan K3

Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur ... 63

1. Timbulnya Penyakit Akibat Kerja ... 63

2. Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 66

3. Menurunnya Produksi dan Produktivitas Kerja ... 67

C. Konsekuensi Yuridis Atas Tidak Dipatuhinya Aturan K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur ... 68

BAB IV : PERAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI DAN MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PT. KARYA TANAH SUBUR ... 70

A. Fungsi dan Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Kecelakaan Kerja Pada PT. Karya Tanah Subur ... 70

1. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Kecelakaan Kerja pada PT. Karya Tanah Subur ... 70

2. Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi Keselamatan Kerja pada PT. Karya Tanah Subur ... 71

3. Peran dan Tugas Balai K3 ... 74

4. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 74

B. Sebab-sebab dan Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan pada PT. Karya Tanah Subur ... 77

1. Sebab-sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 77

2. Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 78

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 79

1. Menurut Jenis Kecelakaan ... 79

2. Menurut Jenis Media Penyebab ... 80


(5)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 85


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I : Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Iqbal .... 89

Lampiran II : Hasil Survey PT. Karya Tanah Subur ... 93

Lampiran III : Wawancara dengan Serikat Pekerja ... 99

Lampiran IV : Company Profile PT. Karya Tanah Subur ... 100

Lampiran V : Piagam Penghargaan dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ... 103

Lampiran VI : Struktur Organisasi ... 104

Lampiran VII : Insani Medical Center ... 105