Menurut Jenis Kecelakaan Menurut Jenis Media Penyebab a. Kecelakaan Penyebab Dari Faktor Mesin Menurut Sifat Luka atau Kelainan Sejarah dan Perkembangan PT. Karya Tanah Subur

a. Kerusakan adalah dimana terjadinya kerugian baik dari pihak pekerja maupun dari pihak pengusaha yang bisa berupa fisik, materil, moril, dan lain-lain. b. Kekacauan organisasi adalah terjadinya kekacauan di dalam tubuh organisasi baik langsung atau tidak langsung. c. Keluhan dan kesedihan adalah dimana menyebabkan seseorang merasa kesedihan dan keeluhan yang bisa diakibatkan oleh pekerjaan atau lainnya d. Kelainan dan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang menderita kecelakaan baik cacat sementara maupun cacat total. e. Kematian adalah yaitu kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia.

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut : 94

1. Menurut Jenis Kecelakaan

a. jatuh b. tertimpa benda jatuh c. menginjak atau terantuk d. terjepit 94 Suma’mur, “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” Jakarta : Haji Masagung, 1981, hal. 7. Universitas Sumatera Utara e. gerakan berlebihan f. kontak suhu tinggi g. kontak aliran listrik h. kontak dengan bahan berbahaya

2. Menurut Jenis Media Penyebab a. Kecelakaan Penyebab Dari Faktor Mesin

1 pembangkit tenaga 2 mesin penyalur transmisi 3 mesin untuk mengerjakan logam 4 mesin pengolah kayu 5 mesin pertanian 6 mesin pertambangan 7 dan mesin-mesin yang lainnya

b. Alat Angkut dan Alat Angkat

1 mesin angkat dan peralatannya 2 alat angkutan di atas rel 3 alat angkat angkutan lain yang beroda terkecuali keretaapi 4 alat angkutan udara 5 alat angkutan air 6 dan alat angkuatan lainnya Universitas Sumatera Utara

c. Peralatan lain

1 bejana bertekanan 2 dapur pembakaran dan pemanas 3 instalasi pendingin 4 instalasi listrik termasuk motor listrik 5 alat-alat listrik tangan 6 alat-alat kerja dan perlengkapanya, kecuali alat-alat listrik 7 tangga 8 perancah steger

d. Bahan, Subtansi dan Radiasi

1 bahan peledak 2 debu, gas, cairan, dan zat kimia. 3 benda-benda melayang 4 dan radiasi

e. Lingkungan Kerja

1 di luar bangunan 2 di dalam bangunan 3 di dalam bawah tanah

f. Penyebab Lainnya

1 hewan 2 dan penyebab yang belum termasuk golongan tersebut Universitas Sumatera Utara

3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. patah tulang b. keseleodislokasi c. rengang ototurat d. luka dipermukaan e. gegar atau remuk f. memar g. amputasi h. luka bakar i. keracunan akut atau keracunan mendadak j. kematianmati lemas k. pengaruh radiasi l. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya m. dan lain-lain

4. Menurut Letak Kelainan di Tubuh

a. kepala b. leher c. badan d. anggota gerak atas e. anggota gerak bawah f. banyak tempat g. kelainan umum h. dan letak lain yang tidak dapat dimasukan dalam klasifikasi tersebut Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan dan Perlindungan K3 di PT. Karya Tanah Subur sudah sangat baik hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya tingkat kecelakaan tiap tahunnya dan meningkatnya produksi dan produktivitas pekerja yang dapat dirasakan perbedaannya sebelum dan sesudah melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik. 2. Peran dan tanggungjawab perusahaan terhadap timbulnya Penyakit Akibat Kerja PAK pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur berperan aktif di setiap level manajerial untuk melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 terutama melalui P2K3L dengan kegiatan Safety Patrol. Apabila timbul Penyakit Akibat Kerja PAK maupun Kecelakaan Kerja Perusahaan PT. Karya Tanah Subur akan mengobati melalui pelayanan kesehatan yang terdapat di kebun yaitu Poliklinik, apabila tidak bisa ditangani oleh Polibun Poliklinik Kebun maka tenaga kerja yang bersangkutan yang mengalami kecelakaan kerja termasuk penyakit yang timbul akibat kerja akan dirujuk ke Rumah Sakit RS dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan PT. Karya Tanah Subur dan setiap tahun para pekerja atau buruh selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Universitas Sumatera Utara 3. Peran pemerintah dalam melindungi Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara perusahaan dengan Depnakertrans dan Balai K3 hanya dalam hal sertifikasi peralatan proses dan pengecekan kondisi lingkungan kerja serta Koordinasi dan konsultasi saja. Perusahaan dalam melindungi K3 dan mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja bersama dengan Ahli K3 melaksanakan beberapa hal : a Awareness K3 melalui Five Minute Talk, Training, dan Pengadaan Rambu-rambu dan poster yang menyangkut dengan pelaksanaan K3 dan SMK3 b Pelaksanaan Unsafe Patrol untuk perbaikan kondisi lokasi kerja c Teguran kepada Karyawan yang melakukan Unsafe Action d Penyediaan APD yang layak sesuai Standart Keselamatan e Pemberitahuan legal terkait K3 f Sertifikasi operatorkaryawan yang bekerja pada alat yang berdampak K3 besar seperti di pabrik yang berkaitan dengan alat boiler, crane, alat berat. g Pemeriksaan kondisi fisik lingkungan kerja h Penerapan aspek argonomi pada proses panen Dalam menerapkan K3 dan SMK3 pada PT. Karya Tanah Subur masih menghadapi berbagai macam kendala, misalnya : Universitas Sumatera Utara 1 Kebiasaan karyawan dalam mentaati peraturan yang berkaitan dengan K3 2 Peraturan yang menyangkut dengan K3 masih dianggap sebagai beban dan aturan yang tidak menyenangkan 3 Pengetahuan tentang K3 oleh karyawan masih rendah 4 Budaya kerja yang belum budaya K3. Apabila budaya K3 diterapkan maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety.

B. Saran

1. Perusahaan PT. Karya Tanah Subur harus tetap konsisten dalam melaksanakan Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar, oleh sebab itu masalah kesehatan diperhatikan sebaik mungkin agar terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan baik bagi pekerja maupun perusahaan. Karena Perusahaan PT. Karya Tanah Subur bergerak di bidang perkebunan yang menghasilkan barang mentah minyak mentahCPO. 2. Perusahaan hendaknya mengelola dengan baik sistem K3 baik melalui perencanaan, ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur, menyediakan pakaian kerja, APD, dan bagi yang bekerja di dalam ruangan perusahaan harus membuat ventilasi dan pengaturan suhu serta penerangan dan mensosialisasi budaya K3 dalam melakukan pekerjaan agar terhindar dari resiko kecelakaan pekerjanya. Universitas Sumatera Utara 3. Pemerintah daerah harus lebih mensosialisasikan, penyelenggaraan penelitian, pelatihan, penyuluhan, pengawasan, dan mengumpulkan semua data dan informasi yang menyangkut tentang K3 di suatu perusahaan agar dapat mengurangi, mencegah dann menihilkan resiko kecelakaan kerja zero accident. Universitas Sumatera Utara BAB II IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur Kesehatan Kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar para pekerja dan masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum. 31 a. sasaranya adalah manusia Adapun kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut, yaitu : b. bersifat medis Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja, tetapi juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya total health of all at work. 31 Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” Cetakan ke-2 Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 1. Universitas Sumatera Utara Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan tujuan dari kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya. 32 Sehat senantiasa digambarkan keadaan fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya juga menunjukan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. 33 a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik alami, buatan kimia organik, atau anorganik, logam berat atau debu, biologis virus, bakteri, mikroorganisme dan sosial budaya ekonomi, pendidikan dan pekerjaan. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat dan menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian pertama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbul penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor yakni : 32 J.M. Harrinton dan F.S. Gill, “Buku Saku Kesehatan Kerja” Edisi : 3 Jakarta : EGC, hal. 3. 33 Ibid Universitas Sumatera Utara b. Prilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku. c. Pelayanan kesehatan yang meliputi : promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi. d. Dan yang terakhir Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya, pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya. Pada tahun 1950 satu komisi bersama ILO dan WHO menyusun definisi kesehatan kerja. Menurut komisi tersebut kesehatan kerja adalah merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya dan layanan tersebut memerlukan peran serta para manejer dan serikat kerja. Sejumlah kaum professional terlibat dalam bidang ini seperti Dokter, Ahli Higene Kerja, Ahli Toksiologi, Ahli Mikrobiologi, Ahli Ergonomi, Perawat, Sarjana Hukum, Ahli Labotarium, Ahli Epidemiologi, dan Insinyur Keselamatan. 34 34 Ibid Universitas Sumatera Utara Sedangkan tujuan utama kesehatan kerja menurut Suma’ur adalah sebagai berikut : 35 1. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. 2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 3. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja. 4. Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta kenikmatan kerja. 5. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia. 6. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan. 7. Dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri. Dengan demikian kesehatan kerja termasuk jenis perlindungan sosial yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha masyarakat yang tujuannya memungkinkan pekerja atau buruh mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. 36 35 Suma’mur, ”Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja” Cetakan ke-2 Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 2. 36 Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : Rajawali Grafindo, 2007, hal. 78. Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian Keselamatan Kerja

Menurut Suma’mur keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara melakukan pekerjaan. Dan sasarannya adalah tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara. 37 Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah mencakup keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. 38 Dan yang dimaksud dengan tempat kerja di dalam Pasal 1 1 UU No. 1 tahun 1970 yaitu tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dan halaman dan sekelilingnya yang berhubungan dengan tempat dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya. 39 Tujuan dari Keselamatan kerja menurut Suma”mur adalah : 40 a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja c. Sumber produk dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. 37 Suma”mur, “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan” Jakarta : Haji Masagung 1981, hal. 1. 38 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 39 Ibid 40 Ibid Universitas Sumatera Utara Sedangkan sasaran utama dari keselamatan kerja adalah tempat kerja, yang padanya : 41 a. Dibuat, dicoba dipakai atau dipergunakan mesin, pesewa alat, perkakas, peralatan atau instansi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi. c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkarann rumah, gedung, atau terowongan di bawah tanah. d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu, atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan. e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam, atau biji logam, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik di permukaan bumi atau di dasar perairan. f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun udara. g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang. h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air. 41 Ibid Universitas Sumatera Utara i. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah. j. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting. k. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, semur atau lobang. l. Terdapat atau menyebar suhu, kelembapan, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara atau getaran. m. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah. n. Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang mengunakan alat teknis o. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan, atau disalurkan, listrik, gas, minyak atau air. p. Dilakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang berbahaya. Lebih lanjut syarat-syarat keselamatan kerja menurut Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu : 42 a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri e. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan dan memelihara bangunan. f. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya. 42 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Universitas Sumatera Utara Jadi, Syarat keselamatan kerja mengandung prinsip teknis ilmiah yang menjadi kumpulan peraturan yang tersusun secara sistematis, jelas dan praktis, yang menyangkut bidang konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan alat-alat perlindungan dan lain-lainnya.

B. Dasar Hukum Pengaturan K3 di Indonesia Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja

Di dalam UU No.1 tahun 1951 tentang Kerja, mengatur tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan tentang kerja anak-anak, orang muda, dan wanita, persyaratan tempat kerja, dan lain-lain. Dalam Pasal 16 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1951 yang menetapkan, bahwa “Majikan harus mengadakan tempat kerja dan perumahan yang memenuhi syarat-syarat kebersihan dan Kesehatan”. 43 Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-Undang Konpensasi Pekerja Workmen Compensation Law Undang-undang ini menentukan penggantian kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja 44 43 Suma’mur, “Higene Perusahaan dan Kesehatan”, Cetakan ke-2, Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 29. 44 Ibid Universitas Sumatera Utara Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Dan Undang-undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan menggantikan Veilligheids Reglement pada Tahun 1910 Stb. No. 406. Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 yang merupakan jenis perlindungan prevensif yang diterapkan untuk mencegah timbulnya Kecelakaan Kerja K2 dan Penyakit Akibat Kerja PAK. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menegaskan bahwa perlindungan terhadap Pekerjaburuh di tempat kerja merupakan hak yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerjaburuh. 45 Secara umum perlindungan di tempat kerja work place mencakup : 46 a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja; b. Moral dan Kesusilaan; c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Selain Undang-undang tentang Keselamatan Kerja, Pemerintah telah mengeluarkan regulasi guna mendukung Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berbagai peraturan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 antara lain : 47 45 Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Medan : USU Press 2010, hal. 73. 46 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1. 47 Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Medan : USU Press 2010, hal. 73. Universitas Sumatera Utara a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; b. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja; c. Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan; dan d. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang SMK3 Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek Undang-undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dalam Pasal 1 butir 1 memberi perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 48 Adapun jaminan sosial tenaga kerja menurut UU No. 3 tahun 1992 mengatur empat program pokok yang harus diselengarakan oleh Badan Penyelenggara Jamsostek. Dan kepada perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit sepuluh orang pekerja atau membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- sebulan wajib mengikutsertakan pekerjanya ke dalam program Jamsostek yang tercantum dalam Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. Keempat program tersebut adalah : 49 48 UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1. 49 Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : PT. Rajawali Grafindo, 2007, hal. 105. Universitas Sumatera Utara a. Jaminan Kecelakaan Kerja b. Jaminan Kematian c. Jaminan Hari Tua d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang ini merupakan payung bagi peraturan lainnya yang menyangkut masalah ketenagakerjaan dalam penjelasan umumnya memuat aturan tentang : 50 a. Pekerja Anak b. Pekerja Orang Muda c. Pekerja WanitaPerempuan d. Tentang Penyandang Cacat e. Waktu Kerja, Istirahat dan Megaso f. Tempat kerja dan perumahan buruh; untuk semua pekerjaan tidak membeda-bedakan tempatnya, misalnya : di bengkel, di pabrik, di rumah sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan, pertambangan, dan lain-lain. 50 Zaeni Asyhadie, ”Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : Raja Grafindo, 2007, hal. 83. Universitas Sumatera Utara Pekerja Anak Anak yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 26 UU No. 1 Tahun 1948 tentang Kerja adalah “Setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun”, sedangkan menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 70 ayat 2 Anak adalah “Setiap orang yang berumur paling sedikit 14 Tahun”. 51 UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang norma kerja mulai Pasal 68 sampai Pasal 75 yang mana pasal-pasal tersebut melarang keras pengusaha mempekerjakan anak-anak di bawah umur 13-15 tahun, kecuali untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial dan apabila pengusaha mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan : 52 a. Adanya izin tertulis dari orang tua atau wali; b. Adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Waktu kerja maksimum 3 tiga jam; d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja; f. Adanya hubungan kerja yang jelas; g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku Dan secara khusus UU No. 1 tahun 1951 tentang kerja tidak memberi batasan tentang pekerja anak batasan yang dapat digunakan antara lain : 53 51 Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Medan : USU Press 2010, hal. 62. 52 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 69 ayat 1 dan 2 53 Ibid Universitas Sumatera Utara a. Pekerja anak adalah anak-anak yang bekerja baik sebagai tenaga upahan maupun pekerja keluarga b. Pekerja anak adalah anak yang bekerja di sektor formal maupun informal dengan berbagai status hubungan kerja Tidak semua pekerjaan dapat diberlakukaan kepada anak, dalam hal ini ada kategori pekerjaan tertentu yang dianggap tidak baik meliputi : 54 a. Segala sesuatu dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya; b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, dan menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno dan perjudian; c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; atau d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak. Selain UU No. 1 tahun 1948 tentang kerja terdapat beberapa peraturan lain yang berkaitan dengan pekerja anak adalah : 55 a. UU No. 20 tahun 1999 meratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 Tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja b. UU No. 1 Tahun 2000 meratifikasi Konvensi ILO No. 182 Tahun 1973 tentang Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Menghapus Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Buat Anak 54 Ibid, hal. 68. 55 Ibid Universitas Sumatera Utara c. KEP. 135MEN2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan dan Moral Anak d. KEP.15MENVII2004 tentang Perlindungan Bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat. e. Dan lain-lain Pekerja Orang Muda Tidak hanya pekerja anak yang mendapat perlindungan akan tetapi orang muda yang bekerja juga harus diperhatikan baik waktu kerja maupun waktu istirahat dan tempat kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan larangan menjalankan pekerjaan pada malam hari kecuali larangan tersebut tidak dihindarkan karena menyangkut kepentingan atau kesejahteraan umum dan larangan terhadap orang muda menjalankan pekerjaan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya. 56 Orang muda dilarang menjalankan pekerjaannya di tambang, lobang, di dalam tanah, atau tempat mengambil logam dan bahan-bahan lain di dalam tanah, tetapi larangan tersebut tidak berlaku terhadap buruh muda yang berhubungan dengan pekerjaannya kadang-kadang harus turun ke bawah tanah dan tidak menjalankan pekerjaannya dengan tangan tetapi dengan menggunakan alat-alat kerja tertentu. 57 56 Penjelasan UU No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja. 57 Ibid Universitas Sumatera Utara Pekerja WanitaPerempuan Mempekerjakan Perempuan di perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : 58 a. Para wanita pada umumnya bertenaga lemah, halus, tetapi tekun; b. Norma susila harus diutamakan agar tenaga kerja wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya laki-laki terutama kalau bekerja pada malam hari; c. Para tenaga kerja wanita pada umumnya mengerjakan pekerjaan halus sesuai dengan kehalusan sifat dan tenaganya; d. Para tenaga kerja wanita yang masih gadis, telah bersuami yang dengan sendirinya mempunyai beban rumah tangga yang harus dilaksanakan pula. Dengan demikian UU No. 13 mulai Pasal 76 menentukan norma kerja perempuan sebagai berikut : 59 a. Pekerja atau buruh Perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 WIB sampai 07.00 WIB. b. Pekerja atau buruh Perempuan yang hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya. c. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh Perempuan antara pukul 23.00 WIB sampai pukul 07.00 WIB wajib : 1 Memberikan makanan dan minuman bergizi; dan 2 Menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat kerja d. Dan pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja yang berangkat kerja antara pukul 23.00 WIB sampai 05.00 WIB. 58 Gunawi Kartasapoetra, “Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja” Bandung : Armico 1983, hal. 43. 59 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 76. Universitas Sumatera Utara Penyandang Cacat Pekerja cacat oleh UU diberi perlindungan untuk melakukan hubungan kerja dengan majikanpengusaha. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 67 ayat 1 “Pengusaha yang mempekerjakan penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya” perlindungan tersebut misalnya penyediaan aksebilitas, pemberian alat kerja, dan alat pelindung diri APD. Penyandang Cacat Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat adalah “Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan selayaknya” penyandang cacat menurut undang-undang No. 4 tahun 1997 ayat 1 angka 1 terdiri dari : 60 a. Penyandang Cacat Fisik yaitu kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara; b. Penyandang Cacat Mental adalah kelainan mental atau tingkah laku baik cacat bawaan maupun akibat penyakit; c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental adalah keadaan seseorang yang menyandang cacat dua jenis kecacatan sekaligus. 60 UU No. 4 Tahun 1999 tentang Penyandang Cacat Pasal 1 angka 1 Universitas Sumatera Utara Waktu Kerja, Istirahat, dan Waktu Megoso a. Waktu Kerja dan Megoso Waktu Kerja menurut Ketentuan Pasal 77 UU No. 13 Tahun 2003 adalah : 61 1 7 tujuh jam sehari dan 40 empat puluh seminggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 minggu; 2 8 delapan jam dalam sehari dan 40 empat puluh jam seminggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu. Waktu kerja harus diselingi waktu mengoso paling sedikit 30 tiga puluh menit setelah pekerja bekerja 4 empat jam berturut-turut. Dan ketentuan tersebut tidak berlaku bagi sektor-sektor tertentu, seperti : 62 Dalam hal demikian, pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat : Pekerjaan pengoboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal laut dan penebangan hutan. 63 1 Adanya persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan; 2 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam 1 satu hari dan 14 empat belas jam dalam 1 satu minggu; 3 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja untuk kerja lembur wajib membayar upah lembur sesuai dengan upah yang berlaku. 61 UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 77. 62 Zaeni Asyhadie, ”Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : Raja Grafindo, 2007, hal. 91. 63 Ibid Universitas Sumatera Utara b. Waktu Istirahat Cuti Waktu istirahat cuti pekerja atau buruh hampir sama dengan waktu istirahat Pegawai Negeri Sipil PNS 64 tetapi secara yuridis, waktu istirahat bagi pekerjaburuh ada 4 empat macam yaitu : 65 1 Istirahat mingguan atau istirahat cuti mingguan ditetapkan satu hari untuk enam hari kerja dalam seminggu. 2 Istirahat cuti tahunan Pasal 76 ayat 2 UU No. 13 tahun 2003, cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan, dan harus dimohonkan kepada pengusaha dan harus ada persetujuan pengusaha. 3 Istirahat cuti panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ke 7 tujuh dan 8 kedelapan masing-masing 1 bulan yang sudah bekerja selama 6 tahun berturut-turut pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja tidak berhak lagi untuk istirahat tuhunan dalam dua tahun berjalan. 4 Istirahat cuti haid, hamil, dan bersalin bagi pekerja perempuan yang merasa sakit sewaktu mengalami “datang bulan” harus diberitahukan kepada pengusaha dan tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan kedua masa haidnya. Jadi, aturan yang mengatur masalah K3 di Indonesia baik sebelum dan sesudah Indonesia merdeka antara lain : 66 64 Ibid 65 Ibid 66 Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja” Jakarta : Rajawali Grafindo, 2007, hal. 81. Universitas Sumatera Utara a Aturan yang mengatur masalah K3 sebelum Indonesia Merdeka antara lain : 1 Maatregenlen ter Baperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid van vroewen, yang biasa disingkat Maatregelen yaitu peraturan yang mengatur tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan dengan ordonantie No. 647 Tahun 1925 dan mulai berlaku tanggal 1 Maret 1926. 2 Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord van scepen, biasa disingkat Bepalingen Betreffende yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan orang muda di kapal yang diberlakukan dengan Ordenantie No. 87 Tahun 1926 dan berlaku tanggal 1 Mei 1926. 3 Konvensi ILO No. 4 tentang pekerjaan wanita pada malam hari, diratifikasi dengan Stb. No. 461 Tahun 1923. 4 Konvensi ILO No. 5 tentang usia terendah bagi anak untuk dapat berkerja di perusahaan industri, diratifikasi dengan Stb. No. 515 Tahun 1928. 5 Konvensi ILO No. 7 tentang usia terendah untuk bekerja di kapal, diratifikasi dengan Stb. No. 76 Tahun 1932. 6 Mijn politie reglemen Stb. Nomor 341 Tahun 1931 peraturan tentang pengawasan di tambang. 7 Voorschrifren Omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der van motorrijtuigen peraturan tentang waktu kerja dan waktu megaso bagi pengemudi kendaraan bermotor diumumkan dalam Bijblad 14136. 8 Riuaw Panglongregeling peraturan tentang panglong di Riau. Universitas Sumatera Utara 9 Aanvaulende Plantersregering atau peraturan tentang perburuhan di perusahaan perkebunan. 10 Arbeidsregeling nijtverheidsbedrijvn atau peraturan perburuhan di perusahaan industri b Aturan yang mengatur masalah K3 sesudah Indonesia Merdeka antara lain : 67 1 UU No. 33 Tahun 1947 jo. UU No. 2 Tahun 1951 tentang Kecelakaan; 2 UU No. 12 Tahun 1948 jo. UU 1 Tahun 1951 tentang Kerja; 3 UU No. 23 Tahun 1948 jo. UU. No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan; 4 UU No. 23 Tahun 1951 tentang Kewajiban Melaporkan Perusahaan; 5 UU No. 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha; 6 UU No. 12 Tahun 1957 tentang Perselisihan Perburuhan; 7 UU No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja pada Perusahaan-perusahaan Swasta; 8 UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. 9 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 10 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 Tentang usia minimum untuk diperbolehkan BekerjaConcerning Minimum Age For Admission to Employment Konvensi ILO No. 123 tahun 1973. 68 67 Zaeni Asyhadie, “Hukum Kerja Bidang Hubungan Kerja“ Jakarta : Rajawali Grafindo Persada, 2007, hal. 15. 68 Dr. Agusmidah, “Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Medan : USU Press 2010, hal. 30. Universitas Sumatera Utara 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh; 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 15 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

C. Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Karya Tanah Subur

1. Sejarah dan Perkembangan PT. Karya Tanah Subur

PT. Karya Tanah Subur KTS adalah Bagian dari PT. Astra Agro Niaga AAN merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang awal berdirinya perusahaan tersebut adalah areal PT. Dina Maju DM yang bergerak di bidang perkayuan dan pada Tahun 1987 yang pemilik dulu Bapak Oesman Jakoup mendirikan PT. Karya Tanah Subur. Dan pada Tahun 1987 PT. Dina Maju menjadi PT. Karya Tanah Subur dan Pada Tahun 1991 bergabung menjadi anak Perusahaan PT. Astra Agro Niaga dan pada tahun 1995 berdirinya Pabrik Karya Tanah Subur dan mulai beroperasi dengan kapasitas 20 ton TBS per jam. Universitas Sumatera Utara Pada masa konflik Aceh mulai tahun 1997 sampai 2004 PT. Karya Tanah Subur masih tetap beroperasi dengan Exsist walau harus kehilangan banyak karyawan yang potensial. Dan pada tahun 2006 PT. Karya Tanah Subur berhasil memproduksi CPO sebanyak 22,389 ton yang merupakan jumlah terbesar selama PT. Karya Tanah Subur berdiri dari tahun 1987 sampai 2009.

2. Pelaksanaan K3 dan SMK3 di PT. Karya Tanah Subur