Pengertian Jual Beli TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

xlv

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli

Menurut pasal 1457 KUH Perdata jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan pembeli, dengan mana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membahar harga benda sebagaimana yang sudah diperjanjikan. Jual beli semacam ini sering terjadi antara pedagang dan pribadi atau pribadi dengan pribadi. Jual beli perdata ini sudah diatur dalam KUH Perdata, Buku Ketiga, Bab Kelima. Hal ini termasuk dalam hukum perdata dan termasuk dalam hukum dagang. 10 Jadi, dari dalam perjanjian-perjanjian jual beli timbul perutangan-perutangan, tetapi pada kebanyakan perjanjian-perjanjian jual beli yang diadakan sehari-hari, hal ini tidaklah ternyata, oleh karena disitu, tegasnya pada pembelian dalam toko pada galibnya terjadi pembayaran tunai. Perutangan dari penjual untuk menyerahkan benda dari pembeli untuk membayar, dipenuhi pada ketika itu juga dan persetujuan kehendak konsensus yang disyaratkan bagi terjadinya perjanjian, ternyata kebanyakan terjadi secara diam-diam, khususnya pada barang-barang yang diberi harga. Selanjutnya perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang murni timbal balik, yang didalamnya bahkan diperkenankan exceptio non adimpleti contractus. Perjanjian jual beli adalah sama sekali bebas bentuknya, tidak xlvi disyaratkan adanya tulisan, dan apabila itu diadakan, gunanya ialah melulu untuk pembuktian. Lain halnya dengan sewa beli, sebuah bentuk khusus daripada jual beli dengan mencicil, sedangkan pada penjualan benda-benda tak bergerak untuk terjadinya perjanjian memang tidak disyaratkan adanya tulisan, tetapi bagi penyerahannya, suatu akta tertulis adalah tidak dapat tidak harus ada. Hal melakukan perbuatan-perbuatan yang disertai upacara pada saat mengadakan perjanjian jual beli memang terdapat dan itu berdasarkan kebiasaan-kebiasaan setempat demikianlah misalnya jual beli dengan pukul tangan dalam lalu lintas pasar yang terjadi di negeri Belanda. Salah satu dari ketentuan-ketentuan yang paling prinsipal dari perjanjian jual beli ialah ketentuan di dalam pasal 1494, dimana persetujuan kehendak antara para pihak adalah cukup bagi terjadinya perjanjian. Persetujuan kehendak ini harus mengenai benda yang akan dilever maupun harga yang terhutang untuk itu. Karena perjanjian belaka dalam eigendom, benda yang dijual belumlah beralih kepada pembeli. Dalam hal ini terletak perbedaan penting dengan hukum dari code civil. Baru pada saat penyerahan terjadilah peralihan eigendom, perjanjian jual beli tersebut merupakan dasar dari penyerahan, yaitu sebagai alas haknya. Mengenai cara terjadinya perjanjian jual beli, dapatlah dibedakan atas dua bagian yaitu : - Perjanjian di bawah tangan atau disebut juga pembelian dari dalam tangan. - Perjanjian dimuka umum atau dimuka publik yaitu penjualan yang dilakukan kepada penawar yang paling tinggi tawarannya baik dengan cara penawaran 10 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1984, hal. 1. xlvii yang makin menaik maupun yang makin menurun, ataupun secara kombinasi. Maksud penjualan dimuka umum ini ialah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin. Penjualan ini dilangsungkan menurut kebiasaan setempat dan kebanyakan dilakukan dihadapan seorang notaris atau jurusita. Harus dibedakan dari perjanjian jual beli ialah kesanggupan membeli yang singkatnya ialah bahwa pihak pertama mengikat diri menjual kepada pihak lainnya, apabila yang terakhir ini menghendaki yang demikian itu. Jadi, disitu lantas ada suatu penawaran mengikat, sering disebut opsi, seperti misalnya pada perjanjian-perjanjian sewa menyewa, dimana orang yang menyewakan menyatakan bersedia untuk menjual benda yang disewakan kepada penyewa atau pula membiarkan penyewa itu menikmati pengutamaan, jika bendanya dijual. 11

B. Dasar Hukum