Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Baru Lahir di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2015

(1)

Nama : Uthayadarshini Nadarajan Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal lahir : Johor, Malaysia / 22 Januari 1994 Warganegara : Malaysia

Agama : Hindu

Alamat : Jln. Abadi, Setiabudi, Kompleks Al-Abadi, No 5, Medan

Nomor Telpon : +62 87869591822

Email : uthayadarshini@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. Tadika Berpadu, Malaysia 2005-2006 2. SK Parit Setongkat, Malaysia 2001-2006 3. MRSM Mersing,Malaysia 2007-2011 4. Geomatika International College, Malaysia 2011-2012 5. Universitas Sumatera Utara 2012-sekarang Riwayat Organisasi : 1. Anggota PMUSU

2. Anggota PKPMI 3. Anggota KKIM 4. Anggota MET


(2)

(3)

(4)

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah titik dibawah ini dan beri tanda atau bulatkan pada pertanyaan yang diberi pilihan dengan jawaban menurut ibu.

2. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut keadaan ibu.

IDENTITAS RESPONDEN 1. No responden :

2. Nama responden : ... 3.Alamat responden : ... 4. Umur responden : a. < 18 tahun b. 18-23 tahun

c. 24-29 tahun d. 30-35 tahun e. >35 tahun

5. Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. D3 e. S1

6. Pekerjaan responden : a. Petani b. Buruh c. PNS/TNI/Polri d. Wiraswasta e. Ibu Rumah Tangga

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp.1.000.000 b. Rp.1.000.000-2.000.000 c. Rp.2.100.000-3.000.000 d. Rp.3.100.000-4.000.000

e. >Rp.4.000.000

8. Jumlah anak : a. 1 b. 2 c. 3 d.4 e. >5


(5)

3. Untuk kelancaran dan validnya pertanyaan ini, maka mohon jawaban pertanyaan ini diisi sesuai dengan pengetahuan dan pendapat ibu. Ibu tidak bertanya kepada siapapun serta jawablah seluruh pertanyaan secara jujur apa adanya.

PERTANYAAN

1. Apakah kepanjangan dari ASI? a. Air Susu Ibu

b. Anak Sayang Ibu c. Anak Susu Ibu d. Tidak tahu

2. Apakah pengertian ASI eksklusif menurut ibu? a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun

b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan

c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat sampai usia 6 bulan

d. Tidak tahu

3. Menurut ibu kapankah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya? a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir

b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI

c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah diberikan ASI pertama


(6)

d. Tidak tahu

5. Dibawah ini yang merupakan manfaat dari memberikan ASI adalah? a. Agar bayi dapat minum susu formula

b. Agar bayi mendapatkan cukup gizi, bayi terhindar dari penyakit, dan bayi menjadi cerdas

c. Agar hubungan batin antara ibu dengan anak putus d. Tidak tahu

6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI? a. Kolostrum

b. Protein susu, taurin, karbohidrat ,lemak c. A dan B benar

d. Tidak tahu

7 . Menurut ibu, apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?

a. ASI eksklusif bikin anak berjalan dalam masa 6 bulan b. ASI eksklusif meningkatkan angka kesakitan bayi c. ASI eksklusif bikin anak tumbuh cerdas dan mandiri d. Tidak tahu

8. Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu?

a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan b. Mempercepat kehamilan berikutnya

c. Lebih cepat menaikkan berat badan d. Tidak tahu


(7)

d. Tidak tahu

10. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa pemberian ASI dilanjutkan?

a. 2 tahun b. 8 bulan c. 1 tahun d. Tidak tahu


(8)

30

100.0

0

.0

30

100.0

Valid

Excluded

a

Total

Cases

N

%

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Re liability Statistics

.850

10

Cronbac h's

Alpha

N of Items

Item-Total Statistics

10.2000

20.372

.533

.839

10.1000

21.955

.437

.846

10.1333

21.292

.516

.840

10.2000

20.648

.567

.835

10.1667

19.523

.724

.820

10.1333

21.154

.539

.838

10.1667

19.109

.791

.814

10.2000

20.924

.488

.843

10.1000

20.990

.549

.837

10.0000

22.414

.369

.851

Peng1

Peng2

Peng3

Peng4

Peng5

Peng6

Peng7

Peng8

Peng9

Peng10

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item


(9)

Peng1 0,533 0,36 Valid

Peng2 0,437 0,36 Valid

Peng3 0,516 0,36 Valid

Peng4 0,567 0,36 Valid

Peng5 0,724 0,36 Valid

Peng6 0,539 0,36 Valid

Peng7 0,791 0,36 Valid

Peng8 0,488 0,36 Valid

Peng9 0,549 0,36 Valid

Peng10 0,369 0,36 Valid

Variabel r-hitung reliabilitas

r-tabel Kesimpulan


(10)

0

1

1

2

.0%

50.0%

50.0% 100.0%

1

2

9

12

8.3%

16.7%

75.0% 100.0%

1

3

9

13

7.7%

23.1%

69.2% 100.0%

0

4

30

34

.0%

11.8%

88.2% 100.0%

0

2

5

7

.0%

28.6%

71.4% 100.0%

2

12

54

68

2.9%

17.6%

79.4% 100.0%

Count

% within Um

Count

% within Um

Count

% within Um

Count

% within Um

Count

% within Um

Count

% within Um

<18 tahun

18-23 tahu

24-29 tahu

30-35 tahu

>35 tahun

Umur

Total

Kurang

Cukup

Baik

ategori Pengetahuan Ibu Tentan

ASI Eksklusif

Total

endidikan * Kategori Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Crosstabulat

2

2

1

5

40.0%

40.0%

20.0% 100.0%

0

3

4

7

.0%

42.9%

57.1% 100.0%

0

7

37

44

.0%

15.9%

84.1% 100.0%

0

0

3

3

.0%

.0% 100.0% 100.0%

0

0

9

9

.0%

.0% 100.0% 100.0%

2

12

54

68

2.9%

17.6%

79.4% 100.0%

Count

% within Pendidik

Count

% within Pendidik

Count

% within Pendidik

Count

% within Pendidik

Count

% within Pendidik

Count

% within Pendidik

SD

SMP

SMA

D3

S1

Pendidikan

Total

Kurang

Cukup

Baik

ategori Pengetahuan Ibu Tentan

ASI Eksklusif


(11)

Pekerjaan

3

4.4

4.4

4.4

5

7.4

7.4

11.8

8

11.8

11.8

23.5

9

13.2

13.2

36.8

43

63.2

63.2

100.0

68

100.0

100.0

Petani

Buruh

PNS/TNI/Po

Wiraswasta

IRT

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pendidikan

5

7.4

7.4

7.4

7

10.3

10.3

17.6

44

64.7

64.7

82.4

3

4.4

4.4

86.8

9

13.2

13.2

100.0

68

100.0

100.0

SD

SMP

SMA

D3

S1

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

2

2.9

2.9

2.9

12

17.6

17.6

20.6

13

19.1

19.1

39.7

34

50.0

50.0

89.7

7

10.3

10.3

100.0

68

100.0

100.0

<18 tahun

18-23 tahu

24-29 tahu

30-35 tahu

>35 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(12)

20

29.4

29.4

72.1

3

4.4

4.4

76.5

7

10.3

10.3

86.8

9

13.2

13.2

100.0

68

100.0

100.0

Rp 1.000.000-2.000

Rp 2.100.000-3.000

Rp3.100.000-4.000.

>Rp4.000.000

Total

Jumlah_Anak

10

14.7

14.7

14.7

11

16.2

16.2

30.9

21

30.9

30.9

61.8

21

30.9

30.9

92.6

5

7.4

7.4

100.0

68

100.0

100.0

1 orang

2 orang

3 orang

4 orang

> 5 orang

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(13)

66

97.1

97.1

97.1

2

2.9

2.9

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Apakah pengertian ASI eksklusif menurut ibu?

35

51.5

51.5

51.5

21

30.9

30.9

82.4

12

17.6

17.6

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Berapa lama bayi diberikan ASI saja?

49

72.1

72.1

72.1

6

8.8

8.8

80.9

13

19.1

19.1

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Menurut ibu kapankah seorang bayi harus segera diberikan A

pertamanya?

58

85.3

85.3

85.3

7

10.3

10.3

95.6

3

4.4

4.4

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(14)

3

4.4

4.4

95.6

3

4.4

4.4

100.0

68

100.0

100.0

Salah

Tidak tahu

Total

Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI?

34

50.0

50.0

50.0

22

32.4

32.4

82.4

12

17.6

17.6

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

ut ibu, apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif diban

60

88.2

88.2

88.2

7

10.3

10.3

98.5

1

1.5

1.5

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu?

39

57.4

57.4

57.4

20

29.4

29.4

86.8

9

13.2

13.2

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(15)

28

41.2

41.2

92.6

5

7.4

7.4

100.0

68

100.0

100.0

Salah

Tidak tahu

Total

nurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia be

pemberian

47

69.1

69.1

69.1

13

19.1

19.1

88.2

8

11.8

11.8

100.0

68

100.0

100.0

Benar

Salah

Tidak tahu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kategori Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

54

79.4

79.4

79.4

12

17.6

17.6

97.1

2

2.9

2.9

100.0

68

100.0

100.0

Baik

Cukup

Kurang

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent


(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna Eni, Diah Wulandari, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas : Pemberian ASI. Ed 3. Yogyakarta, Mitra Cendekia Press : 50-55.

Ancok, Azizri, 2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian : Karakteristik Yang Dianalisis. Ed 2. Jakarta. Salemba Medika : 84-96.

Andi, Sarfuddin, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Neonatal Dan Bayi : Statistik AKB Di Indonesia. Ed 2. Jakarta, Depkes RI : 16-21.

Arikunto, S., 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Cara Menilai Tingkat Pengetahuan. Ed 3. Jakarta, Rineka Cipta : 52-57.

Aziz, A.M., 2008. Metode Penelitian Keperawatan. Dalam: Amirul.A, Teknik Analisi Data. Ed 1. Surabaya, Salemba Medika : 56-64.

Azwar, S., 2009. Kriteria Pengetahuan. Dalam: Nursalam, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ed 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar : 38-39.

Balitbangkes, 2002. Analisis Pemberian ASI Eksklusif. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id [Accesed 16 April 2015]

Bobak, I.M. dkk., 2010. Fisiologi Menyusui. Dalam: Handy.A, Jamiel.A, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta, EGC : 89-93.

Budiono, Sri K ., 2010. Handbook Cara Beradaptasi Terhadap Lingkungan : Faktor Yang Dipengaruhi Oleh Pengetahuan. Ed 1. Bandung, Hayati Qualita : 114- 125.

Budioro, Azry, 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data : Karakteristik Responden. Ed 1. Jakarta, Salemba Medika : 211-225.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan. Jakarta. Available from: http://www.depkes.go.id. [ Accesed 22 April 2015]

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009. Angka Kematian Bayi Di Indonesia. Available from:http://diskes.sumutprov.go.id [Accesed 14 April 2015]


(21)

Dwi Siswoyo dkk., 2013. Statistik Kesehatan : Pendidikan Sebagai Variabel. Ed 7. Yogyakarta : Rohima Press : 53-56.

Edmond. C, et al, 2007. Journal Pediatric Lack Of Breast Feed Causes Death. Pediatric Department, Adelaide University, Australia.

Hidayat, Alimul., 2009. Metode Penulisan Analisis Data: Tahapan Analisis Data. Ed.3.Jakarta, Salemba Medika :44-51.

Hidajati, 2012. Manajemen Laktasi. Dalam: Febriani. N, Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta, Pustaka Bunda : 76-83.

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. Praktek Pemberian ASI Pada Bayi Oleh Ibu. Jakarta. Available from: http://www.idai.or.id [Accesed 16 April 2015]

Kanang. M, Mehmdud.N, 2008.Angka Kematian Bayi. Dalam: Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed 1.Jakarta, Salemba Medika : 145-161.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Bayi Kurang Gizi Indonesia Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Linkages, 2013. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja : Satu - satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Ed 1. Jakarta, Star Publicatian : 5- 12.

Martin, Lieas. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematian Bayi Dan Balita Di Wilayah Sriwijaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya. Matondang , 2005.Mengenal ASI Eksklusif. Dalam: Krisnatuti, Aldy.H, Pemberian

ASI Eksklusif. Ed 2. Jakarta ,PT. Pustaka Pembangunan : 3-15.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Ed1 Jakarta : Rineka Cipta.

Nanang. N, 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Pemberian ASI Saja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Kulon Progo Propinsi Yogyakarta. Fakultas


(22)

Prasetyono.W.,2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed 3. Jakarta, Balai Pustaka.

Robiwala M.E, 2012. Hubungan Pemberian ASI Kepada Anak Yang Mempengaruhi Status Gizi Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran, Jakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Roesli, Utami., 2009. Mengenal ASI Eksklusif Sebagai Faktor Utama Kesehatan Anak. Ed 3. Jakarta, Trubus Agriwidya.

Roesli, Utami., 2008. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Untuk Kebaikan Bayi. Ed 1. Jakarta ,Pustaka Bunda.

Ruliana, Suradi, 2007. Fisiologi Menyusui. Dalam: Roesli, Utami, Manajemen Laktasi. Ed 2.Jakarta, Puspa Warna : 120-132.

Sally, Christian., 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI DI Puskesmas Desa Tajuk Kecamatan Gatesan. Fakultas Kedokteran , Universitas Katolik Soegijapranata.

Selasi.S, Glutom. D, 2012. Pelatihan konselor laktasi. Dalam: Roesli, Utami, Laktasi Indonesia. Ed 2. Jakarta, Prima Pustaka : 78-90.

Sianturi, 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemberian Asi Eksklusif Oleh Ibu-Ibu Yang Bekerja Sebagai Perawat Di RS. Al Islam Kota Bandung. Fakultas Kebidanan, Universitas Pasudan.

Siregar, Arifin., 2010. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Dalam: Widodo, Suprianto, Kecerdasan Anak. Ed 2.

Jakarta, Pustaka Pelajar. : 107-121.

Sri Hastuti, 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang ASI Eksklusif Di Rumah Bersalin Marga Maluya Surakarta Tahun 2013. Fakultas Kebidanan, Universitas Surakarta.


(23)

Sugiono, 2007. Statistik untuk Penelitian : Pembuatan Kerangka Konsep. Ed 2.Bandung : Alfabeta : 78-88.

Sugita Wuliandi, 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemberian Asi Eksklusif Oleh Ibu Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Fakultas Kebidanan, Universitas Pasudan.

United Nation Children‟s Fund, 2012. Angka Kematian Bayi Dan Balita Di

Indonesia. Available from: http://www.unicef.org/indonesia/ [Accesed 15 April 2015]

Widodo, Suprianto, 2010. Asuhan Intrapartum : Kebaikan ASI. Ed 1. Jakarta, Pusdiknakes :111-123.

Widyah Setiyowati , Rania Khilmiana, 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Dengan Pemberian Asi Eksklusif. Fakultas

Kebidanan, Universitas Indonesia.

World Health Organisation, 2014. Global Breast Feeding Report 2014. Geneva: WHO Press.

World Health Assembly Resolution, 2001. Infants Should Breast Feed Until 6 Months Old. Available from: www.msfaccess.org/common-tags/world-health- assembly [ Accesed 15 April 2015]

Yuni, Markis S, 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Dengan Pendidikan Ibu Di Kota Padang. Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Padang.


(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2012). Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka konsep tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015.

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2009).

Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui oleh ibu sebagai responden tentang ASI ekslusif, baik pengertian, jenis,manfaat, durasi pemberian, komposisi dan cara pemberian dengan baik dan benar.

-Cara ukur : Metode angket

-Alat ukur :Kuisioner. Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan.Responden yang menjawab benar diberi skor 2, yang menjawab salah diberi skor 1 dan yang menjawab tidak tahu diberi skor 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 20.

Pengetahuan ibu Pemberian asi ekslusif pada bayi


(25)

-Hasil ukur : a) Pengetahuan baik jika >65% dijawab benar oleh responden. b) Pengetahuan cukup jika 35-65% dijawab benar oleh responden

c) Pengetahuan kurang jika <35% dijawab benar oleh responden (Arikunto, 2008).

-Skala ukur : Ordinal

Maka penilaian terhadap pengetahuan ibu, yaitu (Arikunto, 2008)

a) Skor 14-20 : pengetahuan baik b) Skor 7-13 : pengetahuan cukup c) Skor 0-6 : pengetahuan kurang


(26)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional, yaitu data yang menyangkut sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian akan dikumpulkan pada satu saat (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015.

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2015 hingga Disember 2015, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Oktober hingga November.

4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Hidayat, 2009).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Tahun 2015.


(27)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

4.3.2.1. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang datang ke RSUP Haji Adam Malik. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu di mana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun, besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus estimasi proposi untuk populasi (Notoatmodjo, 2012).

Dimana:

n = besar sampel minmum

Z2 1-a/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada a tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan dikehendaki sebesar 90% sehingga untuk Za dua arah diperoleh nilai Z2 1-a/2= 1,645. Nilai p yang ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan p= 0,5 mempunyai nilai p(1-P) paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10%. Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:


(28)

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah 67,65 orang, yang dibulatkan menjadi 68 orang. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada ibu yang datang ke RSUP Haji Adam Malik.

4.3.2.2. Kriteria Inklusi

1. Semua ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang datang ke RSUP Haji Adam Malik.

2. Ibu yang bersedia menjadi responden. 3. Ibu yang bisa baca tulis

4.3.2.3. Kriteria Eksklusi

Ibu dengan kondisi gangguan mental dan fisik yang tidak dapat menjawab kuesioner yang diberikan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian asi eksklusif pada bayi baru lahir. Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

a) Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada instansi pendidikan ( Fakultas Kedokteran Program S-1 USU ).

b) Setelah mendapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada RSUP Haji Adam Malik.

c) Memilih ibu yang datang ke RSUP Haji Adam Malik yang memenuhi syarat atau kriteria sampel dan menjelaskan tujuan penelitian kepada responden serta meminta kesediaanya untuk ikut serta dalam penelitian sebagai sampel penelitian.


(29)

d) Setelah mendapat izin maka meminta persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

e) Menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden untuk mengisi lember kuisioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuisioner, lembar kuisioner diisi oleh masing-masing ibu, kemudian setelah selesai dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan pada saat itu juga.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data. Hal ini disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Menurut Aziz (2008), langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Editing (Penyuntingan Data)

Editing ialah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau setelah data terkumpul. Memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi sesuai petunjuk.

b) Coding (Membuat Lembaran atau Kartu Kode)

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Dalam penelitian ini pemberian kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudahkan. c) Data Entry (Memasukkan Data)


(30)

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi atau dengan membuat tabel kontigensi. Masukkan data dari kuesioner ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service Solution for Windows).

d) Cleaning (Mengemaskini)

Memeriksa kembali data yang telah dimasukkan ke dalam sistem untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

e)Tabulating

Tabulasi adalah pengorganisasian data sedemikain rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Dimana peneliti memasukkan data yang telah terkumpul dari kuisioner ke dalam tabel distribusi frekuensi.


(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner yang telah diisi oleh 68 orang responden di RSUP Haji Adam Malik. Data kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga dapat disajikan.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau, No. 17, Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP Haji Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP Haji Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.

5.1.2. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih adalah sebanyak 68 orang ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan yang datang ke RSUP Haji Adam Malik. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan per bulan dan jumlah anak.

5.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam 5 kelompok yakni dibawah 18 tahun, 18-23 tahun, 24-29 tahun, 30-35 tahun dan lebih dari 35 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :


(32)

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

1 <18 tahun 2 2,9

2 18-23 tahun 12 17,6

3 24-29 tahun 13 19,1

4 30-35 tahun 34 50,0

5 >35 tahun 7 10,3

Total 68 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 68 responden, 2 orang (2,9%) berumur dibawah 18 tahun, 12 orang (17,6%) berumur antara 18-23 tahun, 13 orang (19,1%) berumur antara 24-29 tahun, 34 orang (50,0%) berumur antara 30-35 tahun dan 7 orang (10,3%) berumur lebih dari 35 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berumur antara 30-35 tahun yakni sebanyak 34 orang (50,0%).

5.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam 5 kelas yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma (D3) dan Sarjana (S1) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :


(33)

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 SD 5 7,4

2 SMP 7 10,3

3 SMA 44 64,7

4 D3 3 4,4

5 S1 9 13,2

Total 68 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 68 responden penelitian, 5 orang (7,4%) berpendidikan SD, 7 orang (10,3%) berpendidikan SMP, 44 orang (64,7%) berpendidikan SMA, 3 orang (4,4%) berpendidikan D3 dan 9 orang (13,2%) berpendidikan S1. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan SMA yakni sebanyak 44 orang (64,7%).

5.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam 5 jenis yakni petani, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/ Tentara Nasional Indonesia (TNI)/ Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), wiraswasta dan ibu rumah tangga (IRT) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :


(34)

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Petani 3 4,4

2 Buruh 5 7,4

3 PNS/TNI/Polri 8 11,8

4 Wiraswasta 9 13,2

5 IRT 43 63,2

Total 68 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 68 responden penelitian, 3 orang (4,4%) bekerja sebagai petani, 5 orang (7,4%) bekerja sebagai buruh, 8 orang (11,8%) bekerja sebagai PNS/TNI/Polri, 9 orang (13,2%) bekerja wiraswasta dan 43 orang (63,2%) adalah ibu rumah tangga (IRT). Dengan demikian, mayoritas responden bekerja sebagai IRT yakni sebanyak 43 orang (63,2%).

5.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Penghasilan per bulan dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam 5 tingkatan yakni kurang dari Rp. 1.000.000, Rp. 1.000.000-2.000.000, Rp. 2.100.00-3.000.000, Rp. 3.100.000-4.000.000 dan lebih dari Rp. 4.000.000 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :


(35)

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

No Penghasilan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 < Rp 1.000.000 29 42,6

2 Rp 1.000.000-2.099.999 20 29,4

3 Rp 2.100.000-3.099.999 3 4,4

4 Rp3.100.000-4.000.000 7 10,3

5 >Rp 4.000.000 9 13,2

Total 68 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 68 responden penelitian, 29 orang (42,6%) dengan penghasilan kurang dari Rp. 1.000.000, 20 orang (29,4%) dengan penghasilan antara Rp. 1.000.000-2.099.999, 3 orang (4,4%) dengan penghasilan antara Rp. 2.100.000-3.099.999, 7 orang (10,3%) dengan penghasilan antara Rp. 3.100.000-4.000.000 dan 9 orang (13,2%) berpenghasilan lebih dari Rp. 4.000.000. Dengan demikian, mayoritas responden berpenghasilan kurang dari

Rp. 1.000.000 yakni sebanyak 29 orang (42,6%).

5.1.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah anak dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam 5 kelompok yakni 1 anak, 2 anak, 3 anak, 4 anak dan ≥ 5 anak dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :


(36)

Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No Jumlah anak Frekuensi (n) Persentase (%)

1 1 orang 10 14,7

2 2 orang 11 16,2

3 3 orang 21 30,9

4 4 orang 21 30,9

5 ≥ 5 orang 5 7,4

Total 68 100

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 68 responden penelitian, 10 orang (14,7%) dengan jumlah anak 1 orang, 11 orang (16,2%) dengan jumlah anak 2 orang, 21 orang (30,9%) dengan jumlah anak 3 orang, 21 orang (30,9%) dengan jumlah anak 4 orang dan 5 orang (7,4) dengan jumlah anak lebih dari 5 orang. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki jumlah anak 3 dan 4 orang yakni sebanyak 21 orang (30,9%).

5.2. Variabel Penelitian

5.2.1. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap ke-10 item pertanyaan tentang pengetahuan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.6.


(37)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan ASI Eksklusif

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa skor tertinggi pernyataan positif (jawaban benar) diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan ke-1 yakni tentang kepanjangan ASI dimana mayoritas responden (97,1%) menjawab benar. Hal ini

No Pertanyaan Benar Salah Tidak

tahu

1 Apakah kepanjangan dari ASI? 66

(97,1%)

2 (2,9%)

-

2 Apakah pengertian ASI eksklusif menurut ibu? 35 (51,5%) 21 (30,9%) 12 (17,6%) 3 Menurut ibu kapankah seorang bayi harus

segera diberikan ASI pertamanya?

58 (85,3%) 7 (10,3%) 3 (4,4%) 4 Berapa lama bayi diberikan ASI saja? 49

(72,1%)

6 (8,8%)

13 (19,1%) 5 Dibawah ini yang merupakan manfaat dari

memberikan ASI adalah?

62 (91,2%) 3 (4,4%) 3 (4,4%) 6 Menurut ibu apa saja kandungan yang

terdapat dalam ASI?

34 (50,0%) 22 (32,4%) 12 (17,6%) 7 Menurut ibu, apa keunggulan bayi yang

diberikan ASI ekslusif dibandingkan

60 (88,2%) 7 (10,3%) 1 (1,55) 8 Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu? 39

(57,4%)

20 (29,4%)

9 (13,2%) 9 Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam

menyusui berapa kali ?

35 (51,5%) 28 (41,2%) 5 (7,4%) 10 Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI

eksklusif, sampai usia berapa pemberian

47 (69,1%) 13 (19,1%) 8 (11,8%)


(38)

menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif terutama tentang hal-hal yang mudah dimengerti seperti kepanjangan ASI yakni air susu ibu.

Sebaliknya, skor tertinggi pernyataan negatif (jawaban salah) diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan ke-8 yakni tentang frekuensi yang tepat dalam menyusui bayi, dimana mayoritas responden (41,2%) menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden masih kurang memahami tentang pemberian ASI khususnya tentang frekuensi pemberian ASI eksklusif yang tepat setiap harinya.

Ditinjau dari skor tertinggi apatis (tidak tahu), diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan ke-4 yakni berapa lama bayi diberikan ASI saja dimana mayoritas responden (19,1%) menjawab tidak tahu. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan responden tentang pemberian ASI eksklusif masih sebatas pengetahuan mendasar, belum mencakup hal hal spesifik.

Berdasarkan hasil jawaban terhadap ke-10 pertanyaan tersebut di atas, selanjutnya pengetahuan dapat dikategorikan kedalam 3 kategori yakni baik, cukup dan kurang dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.7. Kategori Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

No Kategori Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 54 79,4

2 Cukup 12 17,6

3 Kurang 2 2,9


(39)

Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa dari 68 responden penelitian, 54 orang (79,4%) memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif, 12 orang (17,6%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 orang (2,9%) memiliki pengetahuan kurang. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif yakni sebanyak 54 orang (79,4%).

5.2.2. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Umur

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan umur dapat digambarkan sebagai berikut ;

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Umur

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.8 memperlihatkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan umur dimana dari 2 orang berumur di bawah 18 tahun, tidak ada yang berpengetahuan kurang, 1 orang (50%) berpengetahuan cukup dan 1 orang (50%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Selanjutnya, dari 12 orang berumur antara 18-23 tahun, 1 orang (8,3%) berpengetahuan kurang, 2 orang (16,7%) berpengetahuan cukup dan 9 orang (75%) berpengetahuan baik tentang ASI

Umur Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Kurang Cukup Baik Total

n % N % n % n %

<18 tahun 0 0 1 50 1 50 2 100

18-23 tahun 1 8,3 2 16,7 9 75 12 100

24-29 tahun 1 7,7 3 23,1 9 69,2 13 100

30-35 tahun 0 0 4 11,8 30 88,2 34 100

>35 tahun 0 0 2 28,6 5 71,4 7 100


(40)

eksklusif. Dari 13 orang berumur antara 24-29 tahun, 1 orang (7,7%) berpengetahuan kurang, 3 orang (23,1%) berpengetahuan cukup dan 9 orang (69,2%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 34 orang berumur antara 30-35 tahun, tidak ada yang berpengetahuan kurang, 4 orang (11,8%) berpengetahuan cukup dan 30 orang (88,2%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 7 orang berumur lebih dari 35 tahun, tidak ada yang berpengetahuan kurang, 2 orang (28,6%) berpengetahuan cukup dan 5 orang (71,4%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah usia, semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

5.2.3. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut ;

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 5.9 memperlihatkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan pendidikan dimana dari 5 orang berpendidikan SD, ada 2 orang (40%) berpengetahuan kurang, 2 orang (40%) berpengetahuan cukup dan hanya 1 orang

Pendidikan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Kurang Cukup Baik Total

N % n % N % n %

SD 2 40 2 40 1 20 5 100

SMP 0 0 3 42,9 4 57,1 7 100

SMA 0 0 7 15,9 37 84,1 44 100

D3 0 0 0 0 3 100 3 100

S1 0 0 0 0 9 100 9 100


(41)

(20,0%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 7 orang berpendidikan SMP, tidak ada berpengetahuan kurang, 3 orang (42,9%) berpengetahuan cukup dan 4 orang (57,1%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 44 orang berpendidikan SMA, tidak ada berpengetahuan kurang, 7 orang (15,9%) berpengetahuan cukup dan 37 orang (84,1%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 3 orang berpendidikan D3, seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 9 orang berpendidikan S1 seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin baik pula pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

5.2.4. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan penghasilan per bulan dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Penghasilan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % N %

< Rp 1.000.000 1 3,4 10 34,5 18 62,1 29 100 Rp 1.000.000-2.099.999 1 5 2 10 17 85 20 100

Rp 2.100.000-3.099.999 0 0 0 0 3 100 3 100

Rp3.100.000-4.000.000 0 0 0 0 7 100 7 100

>Rp 4.000.000 0 0 0 0 9 100 9 100


(42)

Tabel 5.10 memperlihatkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan penghasilan per bulan dimana dari 29 orang berpenghasilan kurang dari Rp. 1.000.000, ada 1 orang (3,4%) berpengetahuan kurang, 10 orang (34,5%) berpengetahuan cukup dan hanya 18 orang (62,1%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 20 orang berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – Rp 2.099.999, ada 1 orang (5%) berpengetahuan kurang, 2 orang (10.0%) berpengetahuan cukup dan 17 orang (85%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 3 orang berpenghasilan antara Rp. 2.100.000 - Rp. 3.099.999, seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 7 orang berpenghasilan antara Rp. 3.100.000-4.000.000, seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 9 orang berpenghasilan lebih dari Rp. 4.000.000 seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

5.3. Pembahasan

5.3.1. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Umur

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif sebanyak 54 orang (79,4%). Ditinjau dari aspek umur, mayoritas responden berumur antara 30-35 tahun yakni sebanyak 34 orang (50%). Dari hasil analisis responden yang berumur antara 30-35 tahun, 30 orang (88,2%) berpengetahuan baik, 4 orang (11,8%) berpengetahuan cukup dan tidak ada yang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Dari kategori umur lebih dari 35 tahun, 5 orang (71,4%) berpengetahuan baik, 2 orang berpengetahuan cukup dan tidak ada yang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Terbukti bahwa semakin bertambah umur responden, semakin baik pengetahuannya tentang ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Tajuk Kecamatan Gatesan terhadap 38 responden, menunjukkan bahwa yang berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif berada pada kategori umur 25-35 tahun sebanyak 21 orang,


(43)

kategori umur <25 tahun 15 orang berpengetahuan cukup dan 2 orang berpengetahuan kurang (Sally, 2011).

Hal ini sesuai dengan teori Green dalam Budiono (2010) mengatakan umur termasuk faktor yang mempermudah (predispocing factor) terjadinya perubahan perilaku seseorang. Menurut Budioro (2007), bahwa perubahan perilaku dapat disebabkan karena proses pendewasaan (maturation). Melalui pengalaman umur, individu yang bersangkutan telah melakukan adaptasi perilaku terhadap lingkungan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa dengan umur responden yang semakin dewasa akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.

5.3.2. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yakni sebanyak 44 orang (64,7%). Ditinjau dari faktor pendidikan yang berpendidikan SMA, 37 orang (84,1%) berpengetahuan baik, 7 orang berpengetahuan cukup dan tidak ada yang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Dari 3 orang berpendidikan D3, seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Dari 9 orang berpendidikan S1 seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Pengetahuan kurang tentang ASI eksklusif sebanyak 2 orang (2,9%) dan keduanya berpendidikan SD. Maka terbukti bahwa semakin bertambah jenjang pendidikan, semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

Hal ini sesuai dengan survei yang dilaksanakan pada tahun 2007 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) serta Helen Keller International di 4 perkotaan Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar menunjukkan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi (46,8%), berusia 25-35 tahun dan 62% daripada mereka berpendidikan SMA. Didapatkan pengetahuan ibu tersebut baik tentang pemberian ASI walaupun tahap pendidikan mereka sedang (Yuni, 2012).

Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Dwi Siswoyo dkk (2009) pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan teknis. Dalam arti luas pendidikan


(44)

menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik individu. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga lainnya) dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai keterampilan-keterampilan, dan generasi-generasi.

Menurut Notoatmojo (2012), pengaruh pengetahuan terhadap praktik dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk praktik (over behavior). Agar terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Sedangkan antara teori Fishbein-ajzen (1990) dalam Ancok (2007), menyatakan bahwa keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktifitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat dan perilakunya.

5.3.3. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan kurang dari Rp 1.000.000 yakni sebanyak 29 orang (42,6%). Ditinjau dari faktor penghasilan yang kurang dari Rp. 1.000.000, 18 orang (62,1%) berpengetahuan baik, 10 orang (34,5%) berpengetahuan cukup dan 1 orang (3,4%) berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Dalam penelitian ini sosial ekonomi dilihat berdasarkan penghasilan per bulan. Sosial ekonomi rendah jika penghasilan rendah, sosial ekonomi tinggi jika penghasilan tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sosial ekonomi tidak secara otomatis diikuti oleh pengetahuan yang semakin baik tentang ASI eksklusif. Dengan kata lain, penghasilan tidak berhubungan linier dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dijalankan di Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif yang jumlahnya banyak adalah pada responden yang memiliki sosial ekonomi rendah yaitu


(45)

sebanyak 51 responden (34,0%), dan yang sedikit adalah pada responden yang sosial ekonomi tinggi dan sedang sebanyak 24 responden (16,0%). Responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayi jumlahnya banyak pada yang memiliki sosial ekonomi tinggi dan sedang sebanyak 44 responden (29,3%), dan yang sedikit adalah pada responden yang memiliki sosial ekonomi rendah sebanyak 31 responden (20,7%) (Sugita, 2011).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, yang disusun oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2006) penghasilan dapat diartikan 2 hal yaitu: (a) proses, cara, perbuatan menghasilkan, dan (b) pendapatan, perolehan (uang yang diterima). Menurut Biro Pusat Statistik yang dikutip oleh Sri Hastuti (2012) yang dimaksud dengan penghasilan adalah seluruh pendapatan yang diterima baik sektor formal, non formal, maupun penghasilan subsistem dalam jangka waktu tertentu. Penghasilan ialah seluruh pendapatan yang diterima tiap orang dalam periode tertentu. Adapun jalan yang ditempuh untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan adalah dengan bekerja, dengan adanya berbagai jenis pekerjaan maka akan timbul perbedaan hasil yang diterima.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif sebanyak 54 orang (79,4%).

2. Hasil analisis terhadap umur didapatkan 34 responden berumur antara 30-35 tahun, mayoritas 30 orang (88,2%) berpengetahuan baik dan dari 7 orang berumur lebih dari 35 tahun, mayoritas 5 orang (71,4%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

3. Berdasarkan pendidikan ternyata 44 orang berpendidikan SMA, mayoritas 37 orang (84,1%) berpengetahuan baik serta 3 orang berpendidikan D3, seluruhnya (100%) berpengetahuan baik dan 9 orang berpendidikan S1 seluruhnya (100%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

4. Hasil analisis terhadap sosial ekonomi menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 29 orang (42,6%), 18 orang (62,1%) berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

6.2. S a r a n

Menyatakan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi yang baru lahir, maka dengan ini disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada tenaga medis di RSUP Haji Adam Malik disarankan untuk terus memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif sehingga ibu benar- benar memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang ASI eksklusif.

2. Kepada ibu, disarankan untuk terus meningkatkan pengetahuannya tentang ASI eksklusif dengan membaca sumber-sumber yang sahih.


(47)

3. Peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini disarankan memperbanyak responden yang dijadikan sampel, melakukan penelitian di beberapa Rumah Sakit sebagai perbandingan dan memperdalam kualitas pertanyaan pada kuisioner sehingga hasilnya akurat.


(48)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda seperti kepercayaan (believes), takhyul (superstition) dan penerangan yang keliru (misinformations). Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia dapat disimpulkan oleh kemampuannya untuk berpikir, berkehendak dan merasa (Siregar, 2010).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan : a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi


(49)

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari kasus yang diberikan. d. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori. f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Kriteria Pengetahuan

Penilaian – penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2012), kriteria untuk menilai tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori:

a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai : (76-100%) b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai : (56-75%) c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai : (< 56%)


(50)

2.1.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan :

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012): 1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam serta diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman, sehingga akan lebih mendalam dan lama membekas.

d. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat


(51)

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

2. Faktor Eksternal a. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. b. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

c. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.2. Menyusui

2.2.1. Definisi Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Selasi, 2012).


(52)

Menyusui secara eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja (exclusive breast feeding) selama 6 bulan. Sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, hanya ASI yang seharusnya diberikan. Bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tidak dibenarkan memperoleh jenis makanan lain seperti buah, bubur susu, nasi lumat, gula, madu dan sebagainya. Sedangkan Ibu menyusui adalah seseorang wanita yang terkait penikahan dan telah melahirkan serta menyusui dengan proses alamiah (Roesli, 2009).

2.2.2. Fisiologi Menyusui

Menurut Roesli (2008), payudara terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu, dan areola mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu), sinus lactiferous (gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus lactiferus (saluran susu), dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang dan pelindung.

Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferous (Ruliana, 2008).

Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, maka kelenjar hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin juga menekan fungsi ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, dapat menjarangkan kehamilan (Bobak, 2010).

Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang. Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi sel otot polos di Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang.


(53)

(54)

2.2.3. Langkah-langkah Menyusui Yang Benar

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara, ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan lengan bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja.

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau, menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Roesli, 2009).


(55)

(56)

(57)

2. Manfaat Menyusui bagi Ibu

a. Menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan tambahan yang diperoleh sewaktu hamil.

b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat. c. Melindungi wanita dari kanker payudara kelak.

d. Menyusui juga dapat mengurangi risiko patah tulang pinggul dan kanker ovarium kelak.

e. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca persalinan, mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia). f. Memperpanjang kehamilan berikutnya.

g. Menghemat waktu (Roesli,2009). 3. Manfaat Menyusui bagi Keluarga

a. Peningkatan status kesehatan, gizi ibu dan bayinya. b. Penghematan biaya (Roesli, 2009).

2.3. ASI Eksklusif

2.3.1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim dari mulai lahir sampai berusia 6 bulan (Roesli, 2009).

Berdasarkan deklarasi Innocenti, Italia tahun 1990 oleh World Health

Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF) yang juga

ditandatangani Indonesia memuat tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka, semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pada tahun 1999 setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan rekomendasi bersama World Health Assembly (WHA) menetapkan ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan sebab pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu


(58)

pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Setelah 6 bulan, bayi dapat diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. Pada keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan, misalnya terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2009).

2.3.2. ASI Memenuhi Kebutuhan Cairan Bayi

Rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi (sesuai „permintaan‟ bayi, siang dan malam), karena dua sebab (Lingkages,2013) :

1. ASI terdiri dari 88% air

Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum - cairan kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan „keluar‟ pada hari ketiga atau keempat.

2. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah

Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa.


(59)

2.3.3. Stadium ASI 1. ASI Stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang kolesterol lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (Roesli,2009).

2. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu (Roesli,2009).


(60)

3. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Roesli,2009).

2.3.4. Kandungan Gizi ASI

Pemberian ASI secara penuh dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satu pun susu buatan manusia (formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI (Matondang, 2011) adalah:

1. Lemak

Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, docosahexaenoic acid (DHA), arachidonic acid (AA)) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk myelinisasi. Myelinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut syaraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak berikutnya adalah kolesterol. Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi. ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%. Namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Selain itu ASI mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi dibandingkan lemak susu sapi.


(61)

2. Protein

Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Berdasarkan hasil penelitian, protein susu, telur, daging, dan ikan memiliki nilai gizi yang paling tinggi. Protein susu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kasein (casein) dan whey (laktalbumin, laktogobulin, dll). Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1,8 gram per kg berat badan. Susu sapi mengandung 3,3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml per kg berat badan, paling sedikit bayi akan memperoleh 5 gram protein per kg berat badan. Jumlah ini jauh melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar 80% susu sapi terdiri atas kasein, dimana sifat kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase.

3. Karbohidrat

Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4,4%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Lactobacillus dalam usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi.

4.Mineral

Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya bayi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi beban berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga keseimbangan air dalam tubuh akan terganggu.

5.Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu. Sebaliknya pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan


(62)

mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama.

6.Nutrien

Nutrien dalam ASI merupakan nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien – nutrien khusus diperlukan dalam otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien – nutrien tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu sapi, antara lain (Roesli,2009)

a. Taurin

yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI b. Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dalam ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.

c. Asam Lemak Ikatan Panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6)

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hranya terdapat sedikit dalam susu sapi.

2.3.5. Imunologi Pada ASI

Pengaruh imunologis berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya antibodi. Sekretori Imunoglobulin A (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T (Matondang, 2011). Di dalam ASI terdapat 2 macam pertahanan, yaitu :

1. Pertahanan nonspesifik ASI a. Sel Makrofag

Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri pada infeksi usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag


(63)

juga memproduksi lisozim, C3 dan C4 laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi.

b. Laktoferin

Merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan bakterisid. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat pertumbuhan kandida.

c. Lisozim

Suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E.coli dan beberapa Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume.

d. Komplemen

Berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing-masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.

e. Granulocyte Colony – Stimulating Factor (G-CSF)

Merupakan sitokin spesifik yang dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan neutrofil. Mengeluarkan


(64)

reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua hari post partum.

f. Oligosakarida

Oligosakarida menghadang bakteri dengan cara bekerja sebagai reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus bayi . g. Musin

Melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans. Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus.

h. Lipase

Membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme, sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica.

i. Interferon dan Fibronekti

Mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari leukosit susu . j. Protein Pengikat Vitamin B12 dan Asam Folat

Menjadi antibakteri dengan menghalangi bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai faktor pertumbuhan. k. Probiotik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi, terutama Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan komponen ASI yang menstimulasi pertumbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan E. Coli . l. Faktor Protektif Lainnya

Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α, karotin-β juga merupakan faktor anti inflamasi. Air susu ibu mengandung faktor pertumbuhan epitel yang


(65)

merangsang maturasi hambatan (barrier) gastrointestinal sehingga dapat menghambat penetrasi mikroorganisme maupun makromolekul. Fraksi asam ASI mempunyai aktifitas antiviral. Monogliserida dan asam lemak tak jenuh yang ada pada fraksi ini dapat merusak sampul virus. Dalam ASI terdapat factor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus yang dinamakan faktor antistafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosid yang dapat menghambat E.coli dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang menyebabkan diare .

2. Pertahanan Spesifik ASI a. Limfosit T

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat pada ASI dan mempunyai fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama. Sel limfosit T ASI responsif terhadap antigen K1 yang ada pada kapsul E.coli. Sel limfosit T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sistem imun lokal juga dapat mentransfer imunitas selular tuberkulin dari ibu ke bayi yang disusuinya.

b. Limfosit B

Sel limfosit B akan memproduksi IgA1. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu sIgA adalah faktor protektif penting terhadap infeksi. Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding mukosa usus halus dan menghambat proliferasi kuman di dalam usus .


(1)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...47

6.1. Kesimpulan...47

6.2. Saran...47

DAFTAR PUSTAKA...49

LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...33

5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...34

5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...35

5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan...36

5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak...37

5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan ASI Eksklusif...38

5.7. Kategori Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif...39

5.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Umur...40

5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan...41

5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Penghasilan Per Bulan...42


(3)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1. Fisiologi Menyusui...12 Gambar 2.2. Posisi Mulut Bayi Saat Menyusui ...14 Gambar 2.3. Posisi Badan Ibu dan Bayi ...15 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2015...25


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuisioner

Lampiran 5 Validitas Dan Reliabilitas Lampiran 6 Crosstabulation

Lampiran 7 Tabel Frekuensi Karakteristik Responden

Lampiran 8 Tabel Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Lampiran 9 Ethical Clearance

Lampiran 10 Surat Izin USU

Lampiran 11 Surat Izin RSUP Haji Adam Malik Lampiran 12 Data Induk Penelitian


(5)

DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN

AA arachidonic acid

AKB angka kematian bayi

ASI air susu ibu

Balita bawah lima tahun

Balitbangkes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan D3 Diploma

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DHA docosahexaenoic acid

DKI Daerah Khusus Ibukota

GBHN Garis-garis Besar Haluan Negara

G-CSF granulocyte colony – stimulating factor

IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDHS Indonesian Demographic Health Survey

IRT ibu rumah tangga

MDGs 4 Millenium Development Goals 4

Menkes Menteri Kesehatan

MPASI makanan pendamping air susu ibu

NSS Nutrition & Health Surveillance System PASI pengganti air susu ibu

PNS Pegawai Negeri Sipil

Polri Kepolisian Negara Republik Indonesia

RSUP rumah sakit umum pusat

S1 Sarjana SD Sekolah Dasar

SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia

sIg sekretori imunoglobulin

SK surat keputusan

SMA Sekolah Menengah Atas SMP Sekolah Menengah Pertama


(6)

SPSS Statistical Product and Service Solution for Windows

TNI Tentara Nasional Indonesia

UNICEF United Nation Children’s Fund

WHA World Health Assembly