Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

(1)

Lampiran Laporan Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2010 - 2014

Tahun Bank CAR NPF FDR ROA

2010

Bank Syariah BNI 27.68 3.59 68.93 0.61

Bank Syariah Mandiri 10.6 3.52 82.54 2.2

Bank Mega Syariah 13.14 3.52 78.17 1.9

Bank Muamalat Indonesia 13.26 4.32 91.52 1.36

Maybank Indonesia Syariah 76.4 0 172.26 4.48

Bank Panin Syariah 54.81 0 69.76 -1.87

Bank Victoria Syariah 76.4 0.95 16.93 1.09

Bank Syariah Bukopin 11.51 3.81 99.15 0.74

BCA Syariah 76.4 1.2 77.9 1

Bank Jabar dan Banten 31.43 1.81 121.31 0.72

Bank Syariah BRI 20.62 3.19 95.82 0.35

2011

Bank Syariah BNI 20.67 3.62 78.6 1.29

Bank Syariah Mandiri 14.57 2.42 86.03 1.95

Bank Mega Syariah 12.03 3.03 83.08 1.58

Bank Muamalat Indonesia 12.01 2.6 83.94 1.52

Maybank Indonesia Syariah 73.44 0 172.26 3.57

Bank Panin Syariah 61.98 0.88 162.97 1.75

Bank Victoria Syariah 45.2 2.43 46.08 4.48

Bank Syariah Bukopin 15.29 1.74 83.54 0.52

BCA Syariah 45.9 0.2 78.8 0.9

Bank Jabar dan Banten 30.29 1.36 79.61 1.23

Bank Syariah BRI 14.74 2.77 90.55 0.2

2012

Bank Syariah BNI 19.07 2.02 84.99 1.48

Bank Syariah Mandiri 13.82 2.82 94.4 2.25

Bank Mega Syariah 13.51 2.67 88.88 3.81

Bank Muamalat Indonesia 11.7 2.09 94.15 1.54

Maybank Indonesia Syariah 63.89 1.25 172.26 2.88

Bank Panin Syariah 32.2 0.2 123.88 3.29

Bank Victoria Syariah 28.08 3.19 73.78 1.43

Bank Syariah Bukopin 12.78 4.59 91.98 0.55

BCA Syariah 31.5 0.1 79.9 0.8

Bank Jabar dan Banten 21.73 3.97 87.99 0.67


(2)

Lanjutan

Tahun Bank CAR NPF FDR ROA

2013

Bank Syariah BNI 16.23 1.86 97.86 1.37

Bank Syariah Mandiri 14.1 4.32 89.37 1.53

Bank Mega Syariah 12.99 2.98 93.37 2.33

Bank Muamalat Indonesia 14.07 1.35 99.99 0.5 Maybank Indonesia Syariah 59.41 0 152.87 2.87

Bank Panin Syariah 20.83 1.02 90.4 1.03

Bank Victoria Syariah 18.4 3.71 84.65 0.5 Bank Syariah Bukopin 11.1 4.27 100.29 0.69

BCA Syariah 22.4 0.1 83.5 1

Bank Jabar dan Banten 17.99 1.86 97.4 0.91

Bank Syariah BRI 11.81 3.04 100.9 1.71

2014

Bank Syariah BNI 18.42 1.86 92.58 1.27

Bank Syariah Mandiri 14.76 6.84 82.13 0.17

Bank Mega Syariah 19.26 3.89 93.61 0.29

Bank Muamalat Indonesia 14.22 6.43 84.14 0.17 Maybank Indonesia Syariah 52.13 4.29 157.77 3.61

Bank Panin Syariah 25.69 0.53 94.04 1.99

Bank Victoria Syariah 15.27 6.84 95.91 -1.87 Bank Syariah Bukopin 15.85 4.07 92.89 0.27

BCA Syariah 29.16 0.1 91.2 0.8

Bank Jabar dan Banten 15.78 5.84 84.02 0.72

Bank Syariah BRI 14.15 4.04 102.13 0.46


(3)

1. Analisis Data Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 55 10.60 76.40 26.7640 19.54147

NPF 55 .00 6.84 2.5836 1.78779

FDR 55 16.93 172.26 95.8898 28.84174

ROA 55 -1.87 4.48 1.3415 1.24647

Valid N (listwise) 55

1.1. Uji Normalitas


(4)

b. Grafik Normal Plot

c. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 55

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.08007233

Most Extreme Differences Absolute .111

Positive .108

Negative -.111

Kolmogorov-Smirnov Z .820

Asymp. Sig. (2-tailed) .512

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

1.2 Uji Heteroskedastisitas a. Grafik Scatterplot

b. Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .876 .455 1.924 .060

CAR .010 .007 .253 1.463 .150

NPF .030 .070 .071 .434 .666

FDR -.005 .004 -.180 -1.229 .225


(6)

1.3. Uji Autokorelasi a. Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .231a .053 -.003 .75854 2.064

a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR

b. Dependent Variable: RES_2

1.4. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460 .621 1.611

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193 .685 1.460

FDR .015 .006 .340 2.604 .012 .862 1.159


(7)

2. Pengujian Hipotesis

2.1. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193

FDR .015 .006 .340 2.604 .012

a. Dependent Variable: ROA

2.2. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20.905 3 6.968 5.641 .002a

Residual 62.994 51 1.235

Total 83.899 54

a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR

b. Dependent Variable: ROA

2.3. Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193

FDR .015 .006 .340 2.604 .012


(8)

2.4. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .499a .249 .205 1.11139

a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, CAR


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Dasar – dasar Manajemen Keuangan: Assetials of Financial Management. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Dasar-dasar Perbankan, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muljono, Teguh Pudjo. 2002. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Cetakan Keempat. Jakarta: Djambatan,

Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta,.

Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, 2007. Bank and Financial Institution Management, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Riyadi, Slamet. 2006. Banking Asets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.


(10)

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Simamora, Henry. 2010. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Dua, Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jurnal:

Akhtar, Farhan Muhammad, dkk. 2011. “Factor Influencing The Profitability of Islamic Banks of Pakistan.” International Research Journal of Finance and Economics, Issue. 66, pp. 125-132.

Almilia, Luciana Spica dan Herdiningtyas, Winny. 2005, “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, pp. 131-147.

Dewi, Luh Eprima, 2015. “Analisis Pengaruh NIM, BOPO, GCG, LDR, Dan NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013)”.

Francis, Munyambonera Ezra, 2013. “Determinants of Commercial Bank Profitability in Sub-Saharan Africa”.

Hasbi, Hariandy dan Tendi Haruman. 2011. “ Banking: According to Islamic Sharia Concepts and Its Performance in Indonesia.” International Review of Business Research Papers, Vol. 7, No. 1, pp. 60 – 76.

Mawardi, Wisnu. 2005. ”Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun).” Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No. 1, pp. 83-94.

Mitasari, Dwihilda Rezha, 2013. Pengaruh Capital Adequancy Ratio, Non Performing Loan, Loan To Deposito Ratio, Net Interest Margin dan BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank (Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Nopember 2013, Hal: 105 – 119 Vol. 1, No. 2.


(11)

Pamularsih, Diyah, 2013. Pengaruh LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, DAN SUKU BUNGA Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Volume 3 Nomor 2, hal 46-65.

Pratiwi, Dhian Dayinta . 2012. “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”.

Prasanjaya, A.A Yogi dan I Wayan Ramantha, 2013. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 230-245.

Rizkita, Andra, 2012. Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL dan LDR Terhadap Perubahan Laba Perbankan yang Terdaftar di BEI. Diponegoro Journal Of Management. Vol.1, No.2, hal: 49-57 (2012).

Yuliani. 2007. "Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10, pp. 15-43.

Peraturan Perundang-undangan:

Bank Indonesia.Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 tentang Besarnya CAR yang harus dicapai, Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia. 2007. “Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihat Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.” Dalam http://www.bi.go.id.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating), Bank Indonesia, Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 3/30/DPNP 14 Des 2001 tentang metode perhitungan Rasio Keuangan.


(12)

Situs:

Bank Indonesia. “Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah.” Dalam

Bank Syariah Mega Indonesia. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” http://www.bsmi.co.id.

Bank Muamalat Indonesia. 2010 - 2014. “Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.muamalatbank.co.id.

Bank Syariah Mandiri. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.syariahmandiri.co.id.

Bank Bukopin Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.bukopinsyariah.co.id.

Bank BNI Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.BNISyariah.co.id.

Bank BRI Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.BRISyariahmandiri.co.id.

Bank Maybank Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.maybanksyariah.co.id.

Bank victoria Syariah. 2010 - 2014. “ Laporan Publikasi Tahunan.” Dalam http://www.victoriasyariah.co.id.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono 2012:36).

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di website resmi masing – masing bank syariah dan website resmi Bank Indonesia, melalui media internet dengan mengunjungi

website:

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan november 2015 sampai dengan januari 2016


(14)

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA)

3. Perusahaan yang diteliti adalah Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2010 - 2014

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut:.

3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependent (Y) yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aspek profitabilitas yang diukur dengan ROA. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001) :

% 100 X Aset

Total

Pajak Sebelum Laba

ROA=

3.4.2. Variabel Independen

1. Capital Adequacy Ratio (X1)

Capital Adequcy Ratio (CAR) atau biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi resiko kerugian dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung resiko. Secara matematis, CAR dirumuskan (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001):

% 100 X ATMR Total

Bank Modal CAR=


(15)

2. Non Performing Financing (X2)

Non Performing Financing analog dengan Non Performing Loan pada bank konvensional adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. NPF dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001):

% 100 X Pembiayaan Total ) M , D , KL ( Pembiayaan NPF=

3. Financing to Deposit Ratio (X3)

Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI No 3/30/DPNP 14 Des 2001) : % 100 X Ketiga Pihak Dana Total Pembiayaan Total FDR= 3.5.Operasionalisasi Variabel

Berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara rinci, operasionalisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Indikator Skala

Ukur

1 Capital Adequacy Ratio (X1)

Rasio kinerja bank untuk mengukur ke-cukupan modal yang dimiliki bank yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan risiko


(16)

ModalBank

AktivaTertimbangMenurutRisiko X 100%

2 Non

Performing Financing (X3)

Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang disalur-kan.

JumlahKreditBermasalah

TotalKredit X 100%

Rasio

3 Financing to

Deposit Ratio (X3)

Rasio untuk merng-ukur komposisi jum-lah kredit yang diberikan dibanding-kan dengan jumlah dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) yang digunakan

JumlahKredityangDiberikan

JumlahDanaPihakKetiga X 100%

Rasio

Lanjutan tabel 3.1

No Variabel Definisi Indikator Skala

Ukur

4 Return on Assets (Y)

rasio yang diguna-kan untuk mengukur kemampuan manaje-men bank dalam memperoleh laba se-cara keseluruhan % 100 X Aset Total Pajak Sebelum Laba ROA= Rasio


(17)

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang terdapat di Indonesia hingga tahun 2014. Jumlah Bank Umum Syariah yang ada dari tahun 2010 hingga tahun 2014 sebanyak 11 bank.

3.6.2 Sampel

Teknik sampling menggunakan sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sering dilakukan pada kasus di mana jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 (Kurniawan, 2011:83).

Berdasarkan teknik sampling, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 (sebelas) Bank Umum Syariah, yaitu:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No. Nama Bank

1 Bank Muamalat Indonesia 2 Bank Syariah Mandiri 3 Bank Mega Syariah 4 Bank Syariah BRI 5 Bank Syariah Bukopin 6 Bank Panin Syariah 7 Bank Victoria Syariah 8 BCA Syariah


(18)

10 Bank Syariah BNI

11 Maybank Indonesia Syariah

3.7 Jenis Data

Dalam melaksanakan penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data sekunder yang berupa rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Tahunan yang diterbitkan oleh Bank Umum Syariah dalam website resmi Bank Indonesia dan website resmi masing-masing bank syariah. Periode data menggunakan data Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah yang dipublikasikan selama tahun 2010 hingga 2014. Jangka waktu tersebut dirasa cukup untuk meliput perkembangan kinerja bank karena menggunakan data time series.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan yang diperoleh dari website Bank Umum Syariah

3.9 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program pengolah data statistik SPSS. Metode-metode yang digunakan yaitu :


(19)

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian data-data tersebut diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang diteliti.

3.9.2 Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = ∝+ b1X1 + b2X2 + b3X3+ ε dimana:

Y = Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah

∝ = konstanta

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Non Performing Financing (NPF) X3 = Financing to Deposit Ratio (FDR) b1, b2, b3 = Koefisien regresi

ε = error term

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.


(20)

3.10 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi dalam analisis linier berganda yang berbasis Ordiny Least Square (OLS). Sebelum pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik ini yang meliputi uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

3.10.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, dependen variabel dan independen variabel keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Suliyanto (2011:69) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normat atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal.

Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik yang dilakukan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan garfik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :


(21)

b.Jika Asym. Sig < 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman, dan Barlett.

3.10.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya), autokorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin – Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocor intercept relation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi ditunjukkan dalam Tabel 3.3 berikut:


(22)

Tabel 3.3

Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada korelasi positif Tolak 0 < d < dl Tdk ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tdk ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4 –dl Tidak ada autokorelasi positif

maupun negatif

Tidak ditolak du < d < 4-du Sumber: Ghozali (2006)

3.10.4 Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoloniearitas dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai �2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

b. Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas jika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9) hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas

c. Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance, Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.


(23)

2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.11 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara serempak (Uji F) dan secara parsial (Uji t).

3.11.1 Uji F (Uji Serempak)

Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:

1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, Artinya secara serempak Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, Artinya secara serempak Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan (α) = 5% untuk mendapatkan nilai F tabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut: a. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima. b. Jika Fhitung ≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka H1 diterima.


(24)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:

1. H0 : bi = 0, Artinya secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. H₁ : bi ≠ 0, Artinya secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Selanjutnya pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan ttabel

pada tingkat signifikan (α)= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini

adalah sebagai berikut:

a. Bila ttabel ≤ thitung ≤ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Bila ttabel > thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak.


(25)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. PT Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan


(26)

beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabung-an (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).


(27)

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

4.1.2. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta


(28)

pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di


(29)

Malaysia. Selain itu Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.

4.1.3. PT. Bank BNI Syariah

Pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.


(30)

Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

4.1.4. PT. Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan

Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.


(31)

4.1.5. PT. Bank Syariah Mega Indonesia

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.

Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.

Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada


(32)

2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp769,814 miliar.

Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.

4.1.6. PT. Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh


(33)

kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.


(34)

4.1.7. PT. Bank BCA Syariah

Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi,. PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.

Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.

Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah.


(35)

4.1.8. PT. Bank BJB Syariah

Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.

Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.

Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal bank bjb syariah.

Hingga saat ini bank bjb syariah berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan) kantor cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang pembantu, 54 (empat puluh enam) jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan 49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun


(36)

2013 diharapkan bank bjb semakin memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.

4.1.9. PT. Bank Maybank Syariah Indonesia

Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada bulan Oktober 2010, PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) telah mengembangkan berbagai layanan dan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan para nasabah sekaligus meraih peluang di pasar keuangan regional yang terus berkembang. Kini, Maybank Syariah memposisikan diri sebagai lembaga intermediasi keuangan dan penghubung antara Malaysia dan Indonesia. Maybank Syariah merupakan anak perusahaan Maybank Group, lembaga jasa keuangan terbesar Malaysia dengan total aset lebih dari USD 100 milyar serta salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Saham Malaysia"

Beroperasi di jantung kawasan ASEAN, Maybank merupakan kelompok bisnis jasa keuangan di Malaysia dengan jaringan internasional yang tersebar di 14 negara. Anak perusahaan Maybank di sektor perbankan syariah yaitu Maybank Islamic Berhad adalah bank syariah komersial terbesar di kawasan Asia Pasifik dan termasuk Top 20 lembaga keuangan syariah di dunia

4.1.10. PT. Bank Panin Syariah Tbk

PT Bank Panin Syariah Tbk (“Panin Bank Syariah”), berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat.


(37)

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Bank Syariah, ruang lingkup kegiatan Panin Bank Syariah adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Bank Syariah mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.

4.1.11. PT. Bank victoria Syariah

PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota Cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Akuisisi saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80% oleh PT. Bank Victoria International Tbk telah disetujui oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007.

September 2007 Bank telah meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90 milyar dan pada Maret 2008 modal disetor Bank meningkat menjadi Rp 110 milyar. PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai Bank Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No.12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. 1 April 2010 beroperasi secara penuh Sebagai Bank Umum Syariah (BUS).

Saat ini Bank Victoria Syariah memiliki 1 (satu) Kantor Pusat, 8 (delapan) kantor Cabang dan 6 (Enam) kantor Cabang Pembantu yang tersebar di DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali.


(38)

4.2.1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya. Berikut ini merupakan output SPSS versi 17, yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil olahan data SPSS dalam bentuk deskriptif statistik akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean),

minimum dan maksimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel.

Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 4 variabel, yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return on Asset (ROA) yang disajikan dalam Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1

Deskriptif Variabel Penelitian Bank Umum Syariah di Indonesia

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

CAR 55 10.60 76.40 26.7640 19.54147

NPF 55 .00 6.84 2.5836 1.78779

FDR 55 16.93 172.26 95.8898 28.84174

ROA 55 -1.87 4.48 1.3415 1.24647

Valid N (listwise)

55

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 sampel data yang diambil dari laporan keuangan publikasi tahunan Bank Umum Syariah periode 2010 hingga 2014.


(39)

a. Variabel CAR memiliki nilai minimum 10,60, nilai maksimum 76,40, rata-rata CAR 26,764 dan standar deviasi sebesar 19,54147 dengan jumlah amatan sebanyak 55.

b. Variabel NPF memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 6,84, rata-rata NPF 2,5836 dan standar deviasi sebesar 1,78779 dengan jumlah amatan sebanyak 55.

c. Variabel FDR memiliki nilai minimum 16,93, nilai maksimum 172,26, rata - rata FDR 95,8898 dan standar deviasi sebesar 28,84174 dengan jumlah amatan sebanyak 55.

d. Variabel ROA memiliki nilai minimum -1,87, nilai maksimum 4,48, rata-rata ROA 1,3415 dan standar deviasi sebesar 1,24647 dengan jumlah amatan sebanyak 55.

Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Dalam kasus seperti ini, dimana nilai mean masing-masing variabel lebih kecil dari pada standar deviasinya, biasanya didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Data-data outlier tersebut biasanya akan mengakibatkan tidak normalnya distribusi data. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terdapat diperoleh standar deviasi yang jauh lebih kecil dari nilai rata-rata variabel, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat data yang outlier.


(40)

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan model analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan secara Normal Probability Plot. Hasil uji normalitas dengan grafik histogram yang diolah dengan SPSS, secara normal probability plot dan dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Gambar 4.1 Histogram


(41)

Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram diatas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Gambar 4.2 Normal P-P Plot

Hasil uji normalitas menggunakan probability plot, dimana terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, dengan demikian telah terpenuhi


(42)

asumsi normalitas dan dapat dilakukan pengujian asumsi klasik berikutnya pada data yang telah disajikan.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogrorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relative hasil observasi dengan distribusi komulatif relative teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,512 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4.2 karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 55

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation

1.08007233

Most Extreme Differences

Absolute .111

Positive .108

Negative -.111

Kolmogorov-Smirnov Z .820

Asymp. Sig. (2-tailed) .512

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)


(43)

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi terikatnya independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel (ZPRED) dengan residual (SRESID). Heteroskedastisitas ini dapat dilihat dengan grafik scatterplot dan Uji Glejser. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Gambar 4.3 tabel

Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa titik-titik tidak terlalu menyebar secara acak diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta sedikit menyempit


(44)

(menumpuk). Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi ROA berdasarkan masukan variabel independennya.

Selain dengan grafik, hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada statistik berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .876 .455 1.924 .060

CAR .010 .007 .253 1.463 .150

NPF .030 .070 .071 .434 .666

FDR -.005 .004 -.180 -1.229 .225

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil uji glejser, dapat dilihat bahwa pada Tabel 4.3 menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heteroskedastisitas.


(45)

Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Pengujian ini menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test) untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Hasil pengujian Uji Durbin-Watson (DW test) dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Durbin-Watson

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .499a .249 .205 1.11139 2.016

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Hasil output SPSS menunjukkan nilai DW sebesar 2.016, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel (n) = 55 dan jumlah variabel bebas (k) = 3, maka di tabel Durbin-Watson didapatkan nilai dL (durbin-watson lower/batas bawah) = 1.452, nilai dU (durbin-watson upper/batas atas) = 1.681 dan 4 ̶ dU = 2.238. Pengambilan keputusannya adalah dU (0.972) ˂ d (2.016) ˂ 4 ̶ dU (2.319), artinya tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian, tidak terdapat adanya autokorelasi pada model regresi.

4.2.2.4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji yang dilakukan untuk menguji multikolinearitas adalah dengan menghitung nilai VIF untuk masing-masing variabel independen. Suatu variabel menunjukkan gejala


(46)

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Jika dalam penelitian nilai VIF >10 maka ini menunjukkan adanya gajala multikolinearitas dalam model regresi. Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constan t)

.085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460 .621 1.611

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193 .685 1.460

FDR .015 .006 .340 2.604 .012 .862 1.159

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keseluruhan variabel mempunyai nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas.

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Hasil penelitian ini mengidikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen dalam penelitian.


(47)

4.2.3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR)dan Return on Asset (ROA) pada Bank Badan Umum Syariah di Indonesia. Beberapa tahapan yang dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh CAR (X1), NPF (X2), FDR (X3) terhadap ROA. Hasil regresi dapat

dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regeresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constan t)

.085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193

FDR .015 .006 .340 2.604 .012

Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.6 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B, diperoleh model persamaan regresi berganda berikut:

Y = ∝ - b1 X1- b2 X2 + b3 X3 + �

Sehingga, persamaan regresinya menjadi sebagai berikut: ROA= 0,085 – 0,07 X1 - 0,135X2 + 0,015X3 + �

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda, berikut interpretasi dari model persamaan regresi diatas:


(48)

a. Nilai konstanta sebesar 0,085 artinya tanpa mempertimbangkan variabel independen, maka nilai Return on Assets (ROA) akan diperoleh sebesar 0,085%.

b. Koefisien CAR (X1) = 0,07, artinya setiap penambahan CAR sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan ROA sebesar 0,07%. c. Koefisien NPF (X2) = - 0,135 artinya setiap penambahan NPF sebesar 1%, jika

variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan ROA sebesar 0,135%.

e. Koefisien FDR (X3) = 0,015 artinya setiap penambahan FDR sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan ROA sebesar 0,015%.

4.2.4. Pengujian Hipotesis 4.2.4.1. Uji F (Uji Serempak)

Kemudian untuk menguji Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) secara bersama-sama (serempak) terhadap Return on Asset (ROA), digunakan uji statistik F.

Langkah-langkah melakukan uji F adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan Formulasi Hipotesis

H0 : b1 = b2 = b3 = 0

Artinya secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA).


(49)

Artinya secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Assets (ROA).

2. Merumuskan Kriteria Pengujian

Bila Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak Bila Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak 3. Analisis Data

Hasil uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Uji Statistik F (Serempak)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20.905 3 6.968 5.641 .002a

Residual 62.994 51 1.235

Total 83.899 54

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,641, lebih besar dari Ftabel, yaitu 4,50 dengan tingkat signifikansi 0,02, jauh lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi ROA ( Return on Assets ) dengan kata lain, variabel CAR, NPF, FDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Secara Quick Look, bila nilai F lebih besar dari 4, maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain H1 diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel independen yaitu CAR, NPF, FDR secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen yaitu ROA.


(50)

4.2.4.2. Uji t (secara Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen, yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial (individual) berpengaruh terhadap terhadap Return on Assets (ROA). Uji t juga dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak menggunakan statistik t (uji t). jika thitung < ttabel, maka H1 ditolah dan H0 diterima, sedangkan jika thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Secara parsial pengaruh dari keenam variabel independen tersebut terhadap ROA ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Uji Statistik t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constan t)

.085 .667 .127 .900

CAR .007 .010 .115 .744 .460

NPF -.135 .102 -.194 -1.320 .193

FDR .015 .006 .340 2.604 .012

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah:

a. Capital Adequecy Ratio (X1) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan sig.


(51)

(1,681), maka H1 ditolak dan H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh positif tidak signifikan antara Capital Adequecy Ratio terhadap Return on Asset b. Non Performing Financing (X2) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan

sig. (0,193) > α (0,05) dan thitung adalah -1,320 dimana thitung (-1,320) <

ttabel (1,681), maka H1 ditolak dan H0 diterima, artinya terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Non Performing Loan terhadap Return on Asset.

c. Financing to Deposit Ratio (X3) terhadap Return on Asset (Y) menunjukkan

sig. (0,012) < α (0,05) dan thitung adalah 2,604 dimana thitung (2,604) >

ttabel (1,681), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset.

4.2.4.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis data diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai berikut:

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Tabel 4.9

Hasil Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate


(52)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,205. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 20,5%. Return on Asset Bank Umum Syariah dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen yang digunakan yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA)

Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan Capital Adequacy Ratio selama periode penelitian tidak mempengaruhi Return on Asset secara signifikan. Tidak signifikannya CAR terhadap ROA, hal ini kemungkinan dikarenakan peraturan BI yang mengharuskan setiap bank untuk menjaga CAR dengan ketentuan minimal 8%, sehingga para pemilik bank menambah modal bank dengan menyediakan dana (fresh money) untuk mengantisipasi skala usaha yang berupa ekspansi kredit atau pinjaman yang diberikan agar rasio kecukupan modal (CAR) bank dapat memenuhi ketentuan BI. Sehingga, banyak terdapat dana yang mengendap (idle fund) yang secara umum tidak dapat menghasilkan keuntungan.

Hasil pengujian ini tidak mendukung hipotesis yang telah ditetapkan yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan menyerap


(53)

kerugian yang timbul dari kegiatan usahanya (Rivai, et al., 2007:709). Dengan meningkatnya rasio ini, maka akan berpengaruh pada meningkatnya laba atau profitabilitas (ROA) suatu bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Namun, hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamularsih (2013) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.

4.3.2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA)

Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan Non Performing Financing selama periode penelitian tidak mempengaruhi Return on Asset secara signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa meningkatnya NPF tidak memicu terjadinya penurunan ROA yang besar, karena sebagian besar Bank Umum Syariah selama periode penelitian memiliki nilai NPF di bawah 5% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang dikategorikan masih cukup sehat. Berpengaruh negatifnya variabel NPF terhadap ROA menandakan bahwa semakin besar bank publik melakukan operasionalnya terutama dalam pencairan kredit berarti bertambahnya resiko yang muncul yaitu non performing Financing (NPF) yang semakin besar. Artinya, jika jumlah piutang semakin besar, maka kinerja bank publik akan semakin menurun.

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Mitasari (2013), hasil penelitian tersebut menunjukkan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian Mawardi (2005), hasil penelitian tersebut menunjukkan NPF berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.


(54)

Hasibuan (2008:115) menyatakan bahwa semakin rendah NPF maka angka kedit macet juga akan semakin kecil, sehingga laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat.

4.3.3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA)

Hasil penelitian ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan Financing To Deposit Ratio selama periode penelitian mempengaruhi Return on Asset secara signifikan. Semakin tinggi FDR, maka ROA akan meningkat, namun pada batas yang ditentukan yaitu 110%. Dana Pihak Ketiga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penyaluran kredit. Hal ini dikarenakan DPK merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Disamping itu, penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan bank dalam menghasilkan keuntungan. Hal ini berarti juga jika kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan dari pihak ketiga kepada pihak kreditur tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau laba bank yang akhirnya berpengaruh terhadap ROA sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan bank publik tersebut meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) yang menyatakan FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai FDR maka mengakibatkan semakin


(55)

tinggi ROA Bank Umum Syariah tersebut. Tingkat likuiditas suatu bank mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap besar kecilnya perolehan laba bank (Dendawijaya, 2005:121).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara serempak Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Secara parsial Variabel Capital Adequecy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :


(56)

1. Bank Umum Syariah di Indonesia harus lebih memperhatikan Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Financing To Deposit Ratio (FDR) karena memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

2. Nasabah Bank Umum Syariah di Indonesia dapat menjadikanCapital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai indikator dalam berinvestasi atau menabung, karena secara serempak ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Bank Umum Syariah di Indonesia.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap ROA dan memperpanjang periode untuk memperluas cakupan serta menggunakan metode analisis yang berbeda.


(57)

Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasaan Teori

2.1.1 Pengertian Perbankan

Pengertian perbankan menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan bab I pasal 1 ayat (1) adalah sebagai berikut: “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”(Siamat, 2005 : 276).

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik secara langsung berupa tabungan, giro dan deposito maupun secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan dan sebagainya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Budisantoso dan Triandaru, 2008 : 6)

Berdasarkan definisi tersebut di atas, terlihat bahwa aktivitas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bank, kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit, yang


(58)

sebaiknya tidak hanya didorong oleh motif memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.1.2 Fungsi Bank

Siamat (2005 : 275) menyatakan bahwa secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.

Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru, dan Santoso, 2008:9)

a. Agent of Trust

Kegiatan perbankan didasarkan pada trust atau kepercayaan, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan, begitu pula bank akan menyalurkan dananya kepada masyarakat apabila ada unsur kepercayaan.

b. Agent of Development

Sektor moneter dan sektor riil mempunyai interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila tidak didukung oleh sektor moneter. Sehingga kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat kegiatan tersebut berkaitan dengan penggunaan uang. Dan kelancaran kegiatan tersebut mendorong adanya pembangunan perekonomian dalam masyarakat. c. Agent of Service


(59)

Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, dimana jasa tersebut erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.1.3 Jenis-jenis Bank

Berdasarkan Undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas: a. Bank umum

b. Bank Perkreditan Rakyat

Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan serta kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual banking system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (bank pembiayaan rakyat syariah).

2.1.4 Bank Syariah

2.1.4.1 Pengertian Bank Syariah

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2008 : 70). Sedangkan menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah


(60)

didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Di dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan pokok antara perbankan islam dan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan islam (Sudarsono, 2008 : 15).

2.1.4.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Sudarsono (2008 : 78) mengatakan bahwa fungsi dan peran bank syariah adalah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun


(61)

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.1.4.3 Sumber Dana Bank Syariah

Sudarsono (2008 : 58) mengatakan bahwa sumber dana bank syariah terdiri dari:

a. Modal inti (core capital)

Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. terdiri dari:

1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham.

2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.

3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

b. Kuasi Ekuitas (mudharabah account)

Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al maal) dengan pengusaha


(62)

(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.

Berdasarkan prinsip ini, bank menyediakan jasa bagi investor berupa: 1) Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang

mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted investment account). Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bank bertindak sebagai Shahib al Maal, sedang keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada) yang dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan nisbah tertentu. Dalam hal terjadi kerugian, nasabah menanggung kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan.

2) Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka kehendaki.

3) Rekening tabungan mudharabah. Dalam aplikasinya bank syariah melayani tabungan mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan korban, tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan atau jangka waktu tertentu.


(63)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan.

Menurut Sudarsono (2008 : 60), dana titipan ini dikembangkan dalam bentuk berikut:

1) Rekening giro wadi’ah

Dalam hal ini bank menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah. Dana tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial.

2) Rekening tabungan wadi’ah

Dalam hal ini nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi, atas kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank. Bank menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan dengan rekening tersebut.

2.1.4.4 Penggunaan Dana Bank

Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai financial intermediary. Sehingga setelah berhasil menghimpun dana pihak ketiga, bank syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.


(64)

Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting (Siamat, 2005 : 414), yaitu:

a. Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset)

Aktiva yang dapat menghasilkan atau earning Asset adalah aset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas:

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah). 2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah). 3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’)

4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina) 5) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.

b. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Asset)

1) Aktiva dalam bentuk tunai (cash Asset), terdiri dari uang tunai, cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam proses penagihan (collections).

2) Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.

3) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises dan equipment).


(1)

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si, selaku Ketua Program studi S-1

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan

dosen Pembanding II.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Sekretaris Program studi S-1

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Beby Kendida S.E M.si, selaku Dosen Pembanding I yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

8. Bapak dan Ibu Dosen, seluruh staf serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

9. Seluruh sahabat saya di manajemen 2012 yang telah menginspirasi peneliti,

dan kepada organisasi HMM tempat peneliti menerapkan ilmu-ilmu yang

dipelajari di kampus selama ini.

Medan, 21 Januari 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Bank ... 10

2.1.2 Fungsi - fungsi Bank ... 11

2.1.3 Jenis-jenis Bank ... 12

2.1.4 Bank Syariah ... 12

2.1.4.1 Pengertian Bank Syariah ... 12

2.1.4.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah ... 13

2.1.4.3 Sumber dana Bank Syariah ... 14

2.1.4.4 Penggunaan dana Bank ... 16

2.1.4.5 Sumber Pendapatan Bank Syariah ... 17

2.1.5 Profitabilitas ... 18

2.1.5.1 Return on Asset ... 19

2.1.5.2 Capital Adequacy Ratio ... 19

2.1.5.3 Non Performing Financing ... 20

2.1.5.4 Financing To Deposit Ratio ... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 28

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 28

3.3.Batasan Operasional ... 28

3.4.Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4.1. Variabel Dependen ... 29

3.4.2. Variabel Independen ... 29

3.5. Operasionalisasi Variabel ... 30

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31


(3)

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9. Metode Analisis Data ... 33

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 33

3.9.2 Analisis Regresi Berganda. ... 33

3.10. Uji Asumsi Klasik ... 34

3.10.1. Uji Normalitas ... 34

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas ... 35

3.10.3. Uji Autokorelasi ... 35

3.10.4 Uji Multikolinieritas ... 36

3.11. Uji Hipotesis ... 37

3.11.1 Uji F (serempak) ... 37

3.11.2 Uji t (parsial) ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39

4.1.1. PT. Bank Syariah Mandiri ... 39

4.1.2. PT. Bank Muamalat Indonesia ... 41

4.1.3. PT. Bank BNI Syariah ... 42

4.1.4. PT. Bank BRI Syariah ... 43

4.1.5. PT. Bank Syariah Mega ... 44

4.1.6. PT. Bank Syariah Bukopin ... 45

4.1.7. PT. Bank BCA Syariah ... 47

4.1.8. PT. Bank BJB Syariah ... 48

4.1.9. PT. Bank Maybank Syariah ... 49

4.1.10. PT. Bank Panin Syariah ... 50

4.1.11. PT. Bank Victoria Syariah ... 50

4.2. Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Statistik Deskripsi ... 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 57

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 53

4.2.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 56

4.2.2.3. Uji Autokorelasi ... 58

4.2.2.4. Uji Multikolinieritas ... 59

4.2.3. Analisis Regresi Berganda ... 60

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 62

4.2.4.1. Uji F (Serempak) ... 62

4.2.4.2. Uji t (Parsial) ... 63

4.2.4.3. Koefisien Determinasi ... 65

4.3. Pembahasan ... 66

4.3.1. Pengaruh CAR terhadap ROA... 66

4.3.2. Pengaruh NPF terhadap ROA ... 67

4.3.3. Pengaruh FDR terhadap ROA ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 69


(4)

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(5)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ... 2

1.2 Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ... 3

1.3 Rasio Keuangan Bank Syariah di Indonesia ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 30

3.2 Daftar sampel penelitian ... 32

4.1 Deskriptif Variabel Penelitian ... 52

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 56

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.4 Hasil Uji Durbin-Watson ... 59

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ... 60

4.6 Hasil Analisis Regeresi ... 61

4.7 Uji Statistik F (Serempak) ... 63

4.8 Uji Statistik t ... 64


(6)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 27

4.1 Histogram ... 54

4.2 Normal P-P Plot ... 55


Dokumen yang terkait

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

0 9 105

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 10

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 9

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 19

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 4

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 8