Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

(1)

ASET BANK SYARIAH

(Analisis pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

oleh: PRATIWI NIM. 1111046100090

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

ASET BANK SYARIAH

(Analisis pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: Pratiwi NIM: 1111046100090

Pembimbing

Dr. Siti Hamidah Rustiana, SE., Ak., M.Si NIDN. 0316045705

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAK

Pratiwi. 1111046100090. Pengaruh Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Return on Assets Terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah (Analisis Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014). Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia pada periode 2011-2014.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Sampelnya yaitu 7 bank umum syariah, yang sebelumnya ditentukan dengan metode purposive sampling. Data yang dihimpun berupa laporan keuangan triwulanan tiap bank syariah dari tahun 2011-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) mempengaruhi pertumbuhan aset bank syariah secara signifikan.

Kata Kunci: Pertumbuhan Aset Bank Syariah, Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, Return on Assets


(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Return on Assets Terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah (Analisis Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat, nasihat, dan do‟a yang tiada henti. Terimakasih atas kesabaran , kasih sayang, dan dukungan yang begitu besar. Kenangan suka maupun duka yang kita lalui bersama menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga bagi saya. Terimakasih telah menjadi Mama dan Papa yang hebat. Semoga selalu diberkahi oleh Allah SWT dan kelak saya dan adik-adik dapat membahagiakan Mama dan Papa. Aamiin.


(7)

vi

2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. yang saya hormati.

3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengarahan dan memudahkan penulis dalam menjalankan prosedur akademik.

4. Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Oke yang selalu sabar membantu penulis serta mahasiswa lainnya dalam proses pendaftaran seminar proposal hingga ujian skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya konsentrasi Perbankan Syariah yang telah berbagi ilmunya serta membimbing penulis dalam kegiatan belajar mengajar.

7. Teman-teman PS angkatan 2011 khususnya Hastin, Opey, Hilda, Diaz, Rendy, Faisal, Hilman, Dody, Kemal, Sabrina, dan teman-teman PS-C lainnya. Terima kasih telah membuat 4 tahun masa kuliah ini terasa begitu luar biasa. Terima kasih juga untuk Nida yang telah membantu penulis dalam mempelajari teknik analisis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar. Semoga silaturahim tetap terjalin hingga tua nanti.


(8)

vii

8. Organisasi tercinta, PSM UIN Jakarta, beserta teman-teman anggota khususnya angkatan Propizio. Terima kasih atas pengalaman yang tak ternilai harganya, serta pertemanan dan berbagai kegiatan yang membuat kehidupan perkuliahan penulis lebih berwarna. Semoga prestasi PSM UIN Jakarta terus meningkat dan selalu menjadi kebanggaan kita semua.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ekonomi Islam.

Ciputat, 30 September 2015


(9)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah ... 11

1. Pengertian Bank Syariah ... 11

2. Fungsi Bank Syariah ... 12

B. Bank Umum Syariah ... 13

C. Aset/Aktiva Bank Syariah ... 16


(10)

ix

E. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 25

F. Return on Assets (ROA) ... 26

G. Review Studi Terdahulu ... 27

H. Kerangka Konsep ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 35

B. Teknik Penentuan Sampel ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 37

F. Metode Estimasi Model Regresi Data Panel ... 40

1. Common Effect Model ... 40

2. Fixed Effect Model ... 41

3. Random Effect Model ... 42

G. Pengujian Hipotesis 1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 46

2. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 47

3. Uji Koefisien Determinasi ... 47

H. Operasional Variabel Penelitian ... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51


(11)

x

B. Statistik Deskriptif ... 56

1. Sampel ... 56

2. Statistik Deskriptif Variabel ... 56

C. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 59

1. Uji Chow ... 59

2. Uji Haussman ... 61

D. Pengujian Hipotesis ... 63

1. Model Penelitian ... 63

2. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 65

3. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 67

4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 69

E. Interpretasi ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah ... 3

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 12

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 36

Tabel 4.1 Sampe Penelitian ... 56

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Dependen (Pertumbuhan Aset) ... 56

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen (NPF) ... 57

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Independen (FDR) ... 58

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Independen (ROA) ... 59

Tabel 4.6 Hasil Uji Chow ... 60

Tabel 4.7 Hasil Uji Haussman ... 62


(13)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan berfungsi untuk memobilisasi tabungan, mengelola risiko, memperoleh informasi terkait investasi, memonitor manajer dan mengerahkan kontrol bagi perusahaan, memperlancar transaksi, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila stabilitas sistem keuangan negara tersebut dapat terpelihara dengan baik.

Di Indonesia, sektor keuangan masih didominasi oleh perbankan. Dari total aset industri keuangan, sebanyak 82,1% atau Rp 3.653 triliun merupakan aset perbankan. Sedangkan aset sekuritas sebesar Rp 51 triliun, multifinance sebesar Rp 293 triliun, dan aset asuransi sebesar Rp 444 triliun.1 Hal ini terjadi karena adanya perkembangan di dunia perbankan, ditambah dengan munculnya perbankan syariah di Indonesia.

Bank Syariah dalam sistem perbankan Indonesia secara formal telah dikembangkan sejak Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992. Namun, landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah

1 Artikel „OJK: Perbankan Dominasi Aset Industri Keuangan‟ diterbitkan pada Senin, 6 Mei

2013 diakses pada Senin, 4 Mei 2015 pukul 10.28 wib dari


(14)

dalam Undang-Undang ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.2

Hingga akhirnya pemberlakuan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, telah memberi landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang lebih luas lagi bagi perkembangan bank syariah di Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang ini, Bank Umum maupun Bank Pembiayaan Rakyat dapat beroperasi berdasarkan prinsip Islam dan bank umum konvensional, melalui suatu mekanisme perizinan tertentu dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, dapat melakukan kegiatan usaha perbankan Islam dengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS).

Hal tersebut mendorong hadirnya lembaga-lembaga keuangan syariah yang beroperasi berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional. Bahkan hingga akhir 2014, terdapat 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah beroperasi di Indonesia.

Perkembangan bank syariah di Indonesia juga dapat dilihat dari perkembangan total aset bank syariah. Hal ini dikarenakan total aset merupakan salah satu indikator perkembangan perbankan syariah yang menentukan kontribusi industri perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Selain itu,

2

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 26.


(15)

total aset juga merupakan indikator ukuran bank, dimana kecilnya total aset akan berdampak pada tingkat economic of scale yang dapat dilakukan oleh bank syariah.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah (dalam miliar rupiah)

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

BUS

Total

Aset 79.186 116.930 147.581 180.360 204.961

Growth 32,28% 20,77% 18,17% 12,01%

UUS

Total

Aset 18.333 28.536 47.437 61.916 67.383

Growth 35,75% 39,84% 23,38% 8,83%

BPRS

Total

Aset 2.739 3.520 4.699 5.833 6.573

Growth 22,19% 25,09% 19,44% 11,26%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Publikasi OJK Desember 2014 (data diolah)

Walaupun jumlah total aset bank syariah meningkat setiap tahun, namun pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami penurunan. Aset perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tercatat sebesar Rp248,1 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (34,0%).3 Perlambatan pertumbuhan aset bank syariah kembali terjadi pada kuartal I/2014. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat

3


(16)

pertumbuhan aset bank syariah pada kuartal I/2014 hanya sebesar 14,9%. Angka tersebut menurun dibandingkan pertumbuhan aset bank syariah pada kuartal terakhir di tahun 2013 yang tercatat sebesar 24,2%. Padahal apabila melihat fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, sewajarnya pertumbuhan aset meningkat pula seiring meningkatnya kebutuhan terhadap jasa perbankan.

Perkembangan perbankan syariah tidak serta merta menjadikan perbankan syariah menjadi semakin kokoh dan kuat serta mampu memimpin pangsa pasar industri perbankan nasional. Agar perbankan syariah mampu meningkatkan pangsa pasarnya, maka perlu didukung dengan pertumbuhan aset yang cukup signifikan sehingga dapat diperoleh manfaat dari perbankan syariah secara lebih luas. Kepercayaan dari masyarakat merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung perkembangan perbankan syariah. Jika masyarakat percaya terhadap bank syariah, maka tak menutup kemungkinan akan semakin banyak pihak yang menempatkan dananya dan mengajukan pembiayaan. Adanya peningkatan dari dua indikator keuangan syariah yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan total aset Bank Syariah, karena Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan menunjukkan kinerja perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi, sedangkan total aset menunjukkan ukuran bank. Namun, penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan tidak akan terlepas dari kemungkinan adanya pembiayaan bermasalah.


(17)

Dengan melihat rasio Non Performing Financing (NPF), maka dapat diketahui seberapa besar pembiayaan bermasalah dibandingkan seluruh pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Jika rasio Non Performing Financing (NPF) meningkat, pertumbuhan aset bank syariah dapat menurun. Hal tersebut dibuktikan oleh Nurhasanah (2012), yang menyimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara negatif terhadap aset karena semakin kecil nilai Non Performing Financing (NPF) maka penyaluran dana kepada nasabah dapat kembali ke pihak bank sehingga ketika mendapatkan margin bagi hasil tersebut, pihak bank meningkatkan aset bank syariah. Selain itu, apabila Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) dalam bank konvensional semakin besar, maka bank harus menyediakan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang lebih besar yang pada gilirannya memperberat posisi keuangan bank.4 Namun berbanding terbalik dengan teori tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2008) membuktikan bahwa rasio Non Performing Financing (NPF) tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.

Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit), Bank syariah dapat menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai tolak ukur

4

Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005), h. 23.


(18)

kinerja. Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk mengetahui porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang disalurkan untuk pembiayaan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan likuiditas bank tersebut, sehingga semakin tinggi tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank, maka bank tersebut kurang likuid dibandingkan dengan bank yang mempunyai rasio lebih kecil.5 Risiko likuiditas yang terjadi pada bank syariah dapat menurunkan aset bank syariah karena adanya beban biaya tambahan untuk mengatasi risiko likuiditas tersebut.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank syariah, dapat dilihat dari angka Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan income dari pengelolaan aset. Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan asetnya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH NON

PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN

RETURN ON ASSETS TERHADAP PERTUMBUHAN ASET BANK

SYARIAH.”

5


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu laju pertumbuhan aset bank syariah menurun, serta adanya hasil penelitian yang berbeda terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset bank syariah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya dalam ruang lingkup Bank Umum Syariah, guna menghindari kemungkinan tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian. Dari permasalahan di atas, penulis akan melakukan pembahasan yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah secara parsial?

2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah secara simultan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengukur pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah secara parsial.


(20)

2. Untuk mengukur pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah secara simultan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa informasi bagi beberapa pihak, khususnya:

1. Praktisi Perbankan Syariah, agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan atau strategi peningkatan kinerja bank syariah, termasuk dalam meningkatkan pertumbuhan aset bank syariah.

2. Para akademisi, agar dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam melakukan pengembangan penelitian.

3. Bagi penulis pribadi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman terkait penerapan ilmu yang telah penulis pelajari semasa perkuliahan.

E. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

1. Non Performing Financing (NPF) terhadap pertumbuhan aset bank syariah

H0 : xy = 0 ; artinya Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

H1 : xy ≠ 0 ; artinya Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

2. Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan aset bank syariah

H0 : xy = 0 ; artinya Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

H2 : xy ≠ 0 ; artinya Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

3. Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah

H0 : xy = 0 ; artinya Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

H3 : xy ≠ 0 ; artinya Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan beberapa sub judul yang memuat pokok-pokok pembahasan sebagai berikut:


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan terkait penulisan skripsi, yang terdiri dari latar belakang yang menjelaskan perlu dan pentingnya penelitian ini. Kemudian dikemukakan juga pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat, hipotesis, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, dijelaskan mengenai teori terkait penelitian sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap permasalahan. Bab ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bank syariah, bank umum syariah, aset/aktiva bank syariah, Non Performing Ratio (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Assets, dan review studi terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, jenis data/sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta interpretasi atas data yang telah diolah.

Bab V PENUTUP

Pada bab ini, peneliti membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran yang sekiranya bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.


(23)

11

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yang dimaksud adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.6

Menurut Ascarya (2012), bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah, baik yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga, bebas dari kegiatan spekulatif yang non-produktif seperti perjudian (maysir), hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), dan hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil). Sementara nilai mikro yang harus dimiliki pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.7

6

UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (12).

7


(24)

Berikut perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional:

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional8

No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan ketidakjelasan (bebas dari riba, gharar, dan maysir)

Berdasarkan bunga

2 Operasionalisasi a. Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan

hasil jika

„diusahakan‟ terlebih dahulu. b.Penyaluran pada

usaha yang halal dan

menguntungkan

a. dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.

b. penyaluran pada sektor yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi

pertimbangan utama. 3 Aspek Sosial Dinyatakan secara

eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi

Tidak diketahui secara tegas

4 Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah

Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah

2. Fungsi Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting

8

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Penerbit EKONISIA, 2012), h. 47


(25)

and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut:9

a. Manajer investasi; bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor; bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya

maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksanaan kegiatan sosial; sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

B. Bank Umum Syariah

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.10

Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:11

9

Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 24.

10

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (8).

11


(26)

a. menghimpun dana dalam bentuk simpanan beruapa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi‟ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

b. menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; c. menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad

musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; d. menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad

istishna‟, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; e. menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah;

f. menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;

i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip


(27)

syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

j. membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;

l. melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah;

m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syariah;

n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasrkan prinsip syariah;

o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan akad wakalah;

p. memberikan fasiitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah; dan

q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 pasal 24, Bank Umum Syariah dilarang melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal, melakukan


(28)

penyertaan modal kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang, dan melakukan kegiatan usaha perasuransian kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah.

C. Aset/aktiva Bank Syariah

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aset tetap, aset yang tak berwujud, dan lain-lain. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut FASB (1985) dalam Harahap (2010), aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu.12

Total aset merupakan salah satu indikator perkembangan perbankan syariah yang akan menentukan kontribusi industri perbankan syariah terhadap perbankan nasional, yang juga merupakan indikator ukuran bank, dimana kecilnya total aset akan berdampak pada kecilnya tingkat economies of scale yang dimiliki oleh bank.13 Selain hal tersebut, total aset merupakan salah satu ukurtan strategic positioning map yaitu suatu strategi penetapan posisi untuk memenangkan persaingan usaha.

12

Elza Novera, Pengaruh Pertumbuhan Aset, Kebijakan Dividen, Likuiditas terhadap Beta Saham (Perusahaan Finance yang Terdaftar di BEI), (Universitas Negeri Padang: Fakultas Ekonomi, 2013), h. 6.

13


(29)

Menurut Mayasari (2008), semakin besar aset yang dimiliki perusahaan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Aset perusahaan berada pada posisi neraca yang mencerminkan kekayaan dan merupakan hasil penjualan dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah total aset yang dimiliki.14

Aset bank umum dapat digolongkan ke dalam empat kategori dasar, yaitu:

1. aktiva dalam bentuk tunai

2. investasi pada surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya 3. pembiayaan yang diberikan

4. penanaman dana dalam aktiva tetap

Berikut pos-pos dalam neraca (laporan keuangan) yang tergolong aset (aktiva):15

1. Kas dan setara kas

Pada pos ini dilaporkan seluruh uang kartal yang ada dalam kas bank berupa uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia, termasuk uang kertas dan uang logam yang masih berlaku milik bank pelapor.

14

Dewi Mayasari, Pengaruh Pemberian kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35.

15Dwi Nur’aini Ihsan,


(30)

2. Penempatan pada Bank Indonesia

Penempatan pada Bank Indonesia terdiri dari Giro wadiah pada Bank Indonesia, Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) yang merupakan fasilitas simpanan yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam rangka “standing facilities” syariah dengan prinsip wadiah, tagihan reserve repo SBSN Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang merupakan sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip jualah.

3. Giro pada bank lain

Giro pada bank lain dinyatakan sebesar saldo giro dikurangi dengan penyisihan kerugian. Bonus yang diterima Bank dari bank umum syariah diakui sebagai pendapatan usaha lainnya. Penerimaan jasa giro dari bank non-syariah tidak diakui sebagai pendapatan Bank dan digunakan untuk dana kebajikan (qardhul hasan). Penerimaan jasa giro dari bank non-syariah tersebut sebelum disalurkan dicatat sebagai kewajiban bank.

4. Penempatan pada bank lain

Penempatan pada bank lain adalah penanaman dana Bank pada bank syariah lainnya dan/atau bank perkreditan rakyat syariah antara lain dalam bentuk wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, dan bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Penempatan pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan dikurangi dengan penyisihan kerugian.


(31)

5. Efek-efek atau Surat Berharga Syariah

Surat berharga syariah adalah surat bukti penanaman dalam surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang syariah dan/atau pasar modal syariah antara lain obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.

6. Piutang usaha dan piutang lainnya

Piutang adalah tagihan yang timbul dari pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna, dan/atau ijarah.

a) Piutang murabahah

Piutang murabahah dinyatakan sebesar jumlah piutang setelah dikurangi dengan marjin yang ditangguhkan yang dapat direalisasikan dan penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas piutang murabahah berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo piutang.

b) Piutang salam

Piutang salam disajikan sebesar tagihan kepada pembeli dikurangi penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas piutang salam berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo piutang.

c) Piutang istishna

Piutang istishna disajikan sebesar tagihan kepada pembeli dikurangi penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan


(32)

kualitas piutang istishna berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo piutang.

d) Piutang pendapatan ijarah

Piutang pendapatan ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar sewa yang belum diterima dan disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yakni sebesar saldo piutang.

7. Investasi

Pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah.

a) Investasi mudharabah

Pembiayaan mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan mudharabah.

b) Investasi musyarakah

Pembiayaan musyarakah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan musyarakah.

8. Pinjaman Qardh

Pinjaman qardh adalah penyaluran dana dengan akad qardh. Pinjaman qardh meliputi pembiayaan dengan akad hawalah dan rahn.


(33)

Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat terjadinya akad. Pinjaman qardh disajikan sebesar saldonya dikurangi penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian qardh berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo

9. Persediaan

Pada pos persediaan dilaporkan semua aktiva yang diperoleh dengan tujuan dijual kembali dengan akad mudharabah atau sebagai setoran nontunai dalam rangka pembiayaan mudharabah/musyarakah.

10.Aset yang diperoleh untuk ijarah

Aset yang diperoleh untuk ijarah adalah aset yang dijadikan obyek sewa (ijarah) dan diakui sebesar harga perolehan. Obyek sewa dalam transaksi ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aset sejenis, sedangkan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan sesuai masa sewa.

Aset yang diperoleh untuk ijarah disajikan sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan amortisasi.

11.Aset Istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna)

Aset istishna dalam penyelesaian adalah aset istishna yang masih dalam proses pembuatan.

Jika penyelesaian pembayaran dilakukan bersamaan dengan proses pembuatan aset istishna, maka:

a) biaya ditangguhkan yang berasal dari biaya pra akad diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat akad ditandatangani.


(34)

b) Biaya istishna diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.

c) Biaya istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari sub kontraktor sebesar jumlah tagihan. 12.Penyertaan pada entitas lain

Penyertaan modal adalah investasi dana bank dalam bentuk saham pada lembaga keuangan syariah lainnya sehingga bank syariah ikut menjadi pemilik lembaga keuangan syariah tersebut seperti Bank Syariah, Bank Pembiayaan Syariah.

13.Aset tetap dan akumulasi penyusutan

Aktiva tetap tetap dinyatakan berdasarkan biaya peroleh dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, kecuali hak atas tanah dan bangunan yang telah dinilai kembali dengan harga pasar berdasarkan perturan pemerintah.

14.Aset lain-lain

Terdiri dari biaya dibayar dimuka, harta jaminan pembiayaan yang diambil alih, persediaan alat tulis kantor, setoran jaminan dan biaya ditangguhkan.

D. Non Performing Financing (NPF)

Menurut Veithzal (2007), pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank, seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang


(35)

bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar pembiayaan bermasalah dibandingkan seluruh pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Apabila Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) dalam bank konvensional semakin besar, maka bank diharuskan menyediakan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang lebih besar yang pada gilirannya memperberat posisi keuangan bank.16

Besarnya Non Performing Financing (NPF) yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Selain itu, apabila Non Performing Financing (NPF) mengalami kenaikan, maka akan mempengaruhi probabilitas bank syariah karena rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio Non Performing Financing (NPF), maka semakin buruk pula kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar.

16


(36)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 Pasal 3 Ayat (2), kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan yang dikategorikan bermasalah yang dapat menyebabkan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4). Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam, yakni:17

1. NPF Gross, yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4) dibandingkan denagn total pembiayaan yang disalurkan.

Rumus:

NPF Gross = �� � � . − %

� �� �

2. NPF Net, yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4) dikurangi dengan PPAP khusus gol. 2-4 dibandingkan dengan total pembiayaan yang disalurkan.

Rumus:

NPF Net = �� � � . − − ����� . − %

� �� �

Keterangan:

a. Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank lain)

17


(37)

b. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP)

Menurut Nurhasanah (2012), Non Performing Financing (NPF) mempengaruhi aset secara negatif, artinya setiap penurunan Non Performing Financing (NPF) akan berpengaruh terhadap peningkatan aset perbankan syariah, karena semakin kecil nilai Non Performing Financing (NPF) atau kredit macet pada perbankan syariah maka penyaluran dana kepada nasabah dapat dikembalikan ke pihak bank, sehingga laba tersebut diproduktifkan atau diinvestasikan pihak bank. Ketika mendapatkan margin secara bagi hasil tersebut, pihak bank meningkatkan asetnya.

E. Financing To Deposit Ratio (FDR)

Perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio atau perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk mengukur sejauh mana dana pembiayaan yang bersumber dari dana pihak ketiga (DPK). Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank syariah, sehingga semakin tinggi angka Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu


(38)

bank maka bank tersebut tergolong kurang likuid dibandingkan bank yang mempunyai angka Financing to Deposit Ratio (FDR) lebih kecil.

Risiko likuiditas yang terjadi pada bank syariah dapat menurunkan aset bank syariah karena adanya beban biaya tambahan untuk mengatasi risiko likuiditas tersebut. Untuk saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum mengatur batas minimum Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah. Hal ini dikarenakan porsi pembiayaan syariah masih kecil sehingga ekspansi bank syariah tidak dibatasi.18 Berbeda dengan bank konvensional yang telah diberi peraturan, menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/41/DKMP, batas bawah Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional yaitu sebesar 78% dan batas atas ditetapkan sebesar 92%.

F. Return on Assets (ROA)

Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Profitabilitas biasanya diukur menggunakan rasio perbandingan. Salah satu rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah Return on Assets (ROA).

Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) yang berasal

18

http://www.ift.co.id/posts/ojk-tidak-batasi-fdr-bank-syariah diakses pada 17 Januari 2014 pukul 15.45


(39)

dari aktivitas investasi.19 Dapat dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan bank dengan menggunakan seluruh dana (aktiva yang dimiliki). Return on Assets (ROA) menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan bank yang bersangkutan.20 Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.21

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, formula yang digunakan untuk mencari Return on Assets (ROA) yakni sebagai berikut:22

Return on Assets (ROA) = � � � �

� � � x 100%

G. Review Studi Terdahulu

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, penelitian terdahulu yang meneliti tentang pertumbuhan aset perbankan syariah, antara lain:

1. Nasution (2008) meneliti tentang hubungan pertumbuhan variabel ekonomi makro dan equivalent rate terhadap pertumbuhan aset. Penelitian ini menggunakan data time series dari Bank Indonesia untuk periode Maret 2004

19

Handoyo Mardiyanto, Intisari Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2009), h. 196.

20

Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: Penerbitan FE Universitas /Indonesia, 2003), h.137

21

Veithzal Rivai & Andria Permata, Islamic Financial Management, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h 243

22


(40)

hingga Maret 2008. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan variabel makro serta equivalent rate terbukti mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah sebesar 43%. Pertumbuhan variabel makro yang mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah secara signifikan hanya pertumbuhan M2 (jumlah uang beredar) dan pertumbuhan

kurs, sedangkan pertumbuhan GDP dan equivalent rate tidak mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.

2. Penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset syariah yang ditulis oleh Hidayah (2008). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan data bulanan dari Maret 2004 hingga Maret 2008. Dalam hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), dan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), sedangkan Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA) tidak mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2010) memprediksikan perkembangan perbankan syariah dilihat dari tiga indikator, yaitu perkembangan aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode 2009 kuartal III – 2010 kuartal IV, jumlah aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan perbankan syariah tidak mengalami peningkatan yang berarti dan cenderung stabil. Sementara tingkat pertumbuhan aset, DPK, dan pembiayaan pada periode tersebut mengalami penurunan.


(41)

4. Hendriana (2011) meneliti tentang perkembangan dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Variabel yang digunakan adalah indikator dari bank yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan, dan laba tahun berjalan. Data yang digunakan merupakan data time series dari triwulan I tahun 2006 sampai dengan triwulan IV 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nominal aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan, dan laba tahun berjalan mengalami fluktuasi pada periode berjalan, namun apabila dilihat dari akhir periodenya indikator tersebut meningkat setiap tahun. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah bank yang melakukan kegiatan dengan prinsip syariah dan bank umum yang membuka layanan syariah.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2012) menunjukkan bahwa secara parsial, variabel Non Performing Financing (NPF) dan deposito murabahah mempunyai pengaruh terhadap aset perbankan syariah, sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai pengaruh terhadap aset perbankan syariah. Namun, secara simultan, seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap aset perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa variasi variabel Non Performing Financing (NPF), deposito mudharabah, dan sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) menunjukkan pengaruh terhadap


(42)

pertumbuhan aset sebesar 29,5%, sedangkan sisanya sebesar 70,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar ketiga indikator tersebut.

Tabel 2.2

Review Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Variabel Model Analisis

dan Hasil

Penelitian Distingsi Anriza Witi Nasution (2008) Pengaruh Pertumbuhan Variabel Makro dan Equivalent Rate Terhadap Pertumbuhan Aset

Perbankan Syariah di Indonesia

Variabel Independen: pertumbuhan M2,

pertumbuhan kurs, dan pertumbuhan GDP sebagai variabel makro serta equivalent rate Variabel Dependen: Pertumbuhan Aset Bank Syariah

Multi Linier Regression Hasil:

Pertumbuhan jumlah uang beredar dan pertumbuhan kurs secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan pertumbuhan

GDP dan

equivalent rate tidak

mempengaruhi pertumbuhan aset bank syariah.

(1) Persamaannya terletak pada variabel

dependen, yaitu

pertumbuhan aset. Namun data yang digunakan pada variabel dependen berbeda. (2) Perbedaannya

terletak pada variabel

independen, periode penelitian, sampel, data, dan model analisis.

Ellyn Herlia Nur Hidayah (2008)

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah. Variabel Independen: Non Performing Financing, dana pihak ketiga, tingkat suku

Regresi Linear Berganda. Hasil:

Dana Pihak Ketiga (DPK), dan suku bunga SBI (Sertifikat

(1) Terdapat persamaan variabel dependen, dan variabel independen, yaitu:


(43)

bunga SBIS dan Return On Assets Variabel Dependen: Pertumbuhan Aset Bank Syariah

Bank Indonesia) mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia, sedangkan Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh secara signifikan.

aset bank syariah dan Non

Performing Financing. (2) Perbedaan

terletak pada periode

penelitian, data, sampel, beberapa unit indikator, dan model analisis. Maria Ulfah (2010) Analisa Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia

Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan Perbankan Syariah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Hasil: Perkembangan jumlah aset,

DPK, dan

pembiayaan bank syariah pada periode 2009/III-2010/IV cenderung stabil. Sedangkan tingkat pertumbuhan aset, DPK, dan pembiayaan mengalami penurunan.

Terdapat

perbedaan pada data, periode penelitian,

variabel, sampel, dan model analisis. Peneliti

menggunakan data triwulan 2011-2014 dengan jumlah sampel 7

Bank Umum

Syariah, dan model analisis regresi data panel Nadia Galuh Hendriana (2011) Analisis Perkembangan dan Prediksi Tingkat

Aset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, Autoregressive Integrated Moving Average (1) Perbedaan terletak pada data, variabel, periode


(44)

Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

Laba Tahun Berjalan

(ARIMA) Hasil:

Pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan, dan laba tahun berjalan

mengalami fluktuasi pada periode berjalan atau tiap triwulan, namun apabila dilihat dari akhir periodenya nominal indikator tersebut meningkat setiap tahun. penelitian, sampel, dan model analisis.

Adha Nurhasanah (2012)

Analisis

Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Deposito Mudharabah dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2006-2011 Variabel Independen: Non Performing Financing (NPF), Deposito Mudharabah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Variabel Dependen: Aset Perbankan Syariah

Ordinary Least Square.

Hasil:

Non Performing Financing (NPF) dan deposito

murabahah mempunyai pengaruh

terhadap aset bank syariah, sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak

mempengaruhi aset bank syariah.

(1) Persamaan terletak pada variabel dependen dan salah satu variabel independen, yaitu Non Performing Financing. (2) Perbedaan

terletak pada unit indikator lainnya, periode penelitian, data, sampel, dan model analisis.


(45)

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa keempat penelitian tersebut membahas pertumbuhan dan perkembangan aset bank syariah di Indonesia. Hendriana (2009) dan Ulfah (2010) mendeskripsikan tentang perkembangan dan pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia. Nasution (2008) meneliti variabel makro ekonomi dan equivalent rate sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset. Selanjutnya, Hidayah (2008) membahas tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset dengan indikator variabel independen yaitu Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga, dan Return On Assets (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan Nurhasanah (2012) menggunakan Non Performing Financing (NPF), deposito mudharabah, dan SBIS sebagai indikator variabel independen yang diduga mempengaruhi pertumbuhan aset. Kedua penelitian yang membahas tentang Non Performing Financing (NPF) ini menunjukkan hasil yang berbeda. Maka, penulis akan meneliti kembali pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap pertumbuhan aset dengan periode penelitian yang berbeda yaitu 2011-2014 karena pada periode ini terjadi fluktuasi pertumbuhan aset bank syariah sehingga diharapkan lebih menunjukkan hasil yang signifikan. Selain periode penelitian, perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian terdahulu adalah adanya indikator variabel independen berupa Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return on Assets (ROA).

Selain itu, model analisis yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini, penulis menggunakan model analisis regresi data panel. Data yang


(46)

digunakan berasal dari laporan keuangan beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia, serta statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

G. Kerangka Konsep

Keterangan:

1. Variabel Independen (X), terdiri dari: X1 = Non Performing Financing (NPF) X2 = Financing to Deposit Ratio (FDR) X3 = Return on Assets (ROA)

2. Variabel Dependen (Y) = Pertumbuhan aset bank syariah FDR (X2)

ROA (X3)

Pertumbuhan Aset

(Y) NPF (X1)


(47)

35

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika dan permodalan matematis.23 Dari pengertian tersebut, penulis akan melakukan analisis data untuk menguji suatu hipotesis dengan menggunakan model regresi panel agar dapat diketahui pengaruh jaringan kantor, Non Performing Financing (NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan aset bank syariah.

Peneliti menggunakan pendekatan statistik inferensial parametrik, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai jenis data interval atau rasio yang digunakan berdasarkan populasi yang berdistribusi normal.24

B. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu bank syariah di Indonesia.Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana

23

Efferia Sujoko, Metode Penelitian untuk Akuntansi: Suatu Pendekatan Praktis, h. 18.

24


(48)

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan target dan tujuan tertentu. Kualifikasi sampel yang ditentukan oleh peneliti, yaitu bank syariah yang masih beroperasi selama penelitian berlangsung dan memiliki laporan keuangan triwulanan.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 7 (tujuh) Bank Umum Syariah di Indonesia. Berikut nama-nama Bank Syariah yang termasuk dalam sampel penelitian:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kode Nama Bank Syariah Keterangan

1 BMI PT Bank Muamalat Indonesia BUS

2 BSM Bank Syariah Mandiri BUS

3 BCAS PT BCA Syariah BUS

4 BRIS Bank BRIsyariah BUS

5 BMS Bank Syariah Mega Indonesia BUS

6 BSB PT Bank Syariah Bukopin BUS

7 BNIS Bank BNI Syariah BUS

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data panel, yaitu gabungan dari data time series (antar waktu) dan data cross section (antar individu atau ruang). Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur kepustakaan, buku-buku,


(49)

dan lain-lain. Sumber data sekunder pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia, diantaranya: PT Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, PT BCA Syariah, Bank BRIsyariah, Bank Mega Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, dan Bank BNI Syariah. Selain itu, data didapatkan dari statistik perbankan syariah yang dipublikasikan pada website Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta beberapa sumber lain dari buku dan artikel juga digunakan sebagai sumber data penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan rasio keuangan. Khusus data variabel dependen, penulis mengumpulkan data dengan menghitung angka yang tertera di neraca laporan keuangan bank syariah sesuai rumus yang ada.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Analisis regresi data panel merupakan analisis regresi yang didasarkan pada data panel untuk mengamati hubungan antara satu variabel


(50)

terikat (dependent variabel) dengan satu atau lebih variabel (independen variabel).25 Analisis data akan dilakukan dengan software Eviews versi 9.0.

Penggunaan data panel mampu memberikan banyak keunggulan secara statistik maupun secara teori ekonomi, antara lain:26

1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga membuat data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

2. Jika efek spesifik adalah signifikan berkorelasi dengan variabel penjelas lainnya, maka penggunaan data panel akan mengurangi masalah omitted-variables secara substansial.

3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-ulang sehingga metode data panel cocok digunakan untuk study of dynamic adjustment.

4. Tingginya jumlah observasi berimplikasi pada data yang lebih informatif, variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang, dan peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

25

I Gede Nyoman Mindra Jaya, Kajian Analisis Regresi Dengan Data Panel, Jurnal: Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA (Universitas Negeri Yogyakarta: Fakultas MIPA, 2009), h. 1.

26

Ayu Zakya Lestari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.70.


(51)

Keunggulan-keunggulan tersebut di atas memiliki implikasi pada tidak diperlukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel.27

Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yit = 0 + 1NPFit + 2 FDRit + 3 ROAit + eit

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Aset Bank Syariah i pada periode t (%) 0 = Konstanta

1, 2, 3 = Koefisien masing-masing variabel

NPF = Non Performing Financing Bank Syariah i pada periode t (%) FDR = Financing to Deposit Ratio Bank Syariah i pada periode t (%) ROA = Return on Assets Bank Syariah i pada periode t

Setelah model penelitian diestimasi, maka akan diperoleh nilai dan besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan di atas. Nilai dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

27

Ayu Zakya Lestari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat, h. 70.


(52)

F. Metode Estimasi Model Regresi Data Panel

Menurut Rohmana (2010), dalam pembahasan metode estimasi model regresi data panel ada 3 pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model.

1. Common Effect Model

Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua bank syariah pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut di waktu yang lain.28 Model Common Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:

Yit= α + jjit + it

dimana:

Yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i

α = intersep

j = parameter untuk variabel ke-j

28

Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statisitka Dengan Eviews, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007), h. 9.14


(53)

j

it = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

i = urutan bank syariah yang diobservasi t = time series (urutan waktu)

j = urutan variabel

2. Fixed Effect Model (FEM)

Pada pendekatan ini, model data panel memiliki intersep yang mungkin berubah-ubah untuk setiap individu dan waktu, dimana setiap unit cross section bersifat tetap secara time series. Efek tetap yang dimaksud adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu.29 Oleh karena itu, dalam pendekatan fixed effect terdapat variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter, baik lintas unit (cross section) maupun antarwaktu (time series). Pendekatan Fixed Effect Model menggunakan metode Least Square Dummy Variable (LSDV) untuk pendugaan parameter regresi data panel. Model Fixed Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:30

29

Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statisitka Dengan Eviews, h. 9.14.

30


(54)

dimana:

Yit = nilai variabel terikat wilayah ke-1 tahun ke-t it = intersep wilayah ke-i

α = rata-rata intersep (konstanta)

μi = perbedaan rata-rata intersep dengan intersep wilayah ke-i k = slope coefficient variabel ke-k

X kit = nilai variabel bebas ke-k untuk wilayah ke-i tahun ke-t  it = unsur gangguan populasi

3. Random Effect Model (REM)

Pendeketan efek random atau Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan Fixed Effect Model yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, Random Effect Model (REM) menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan antarobjek. Model Random Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:31

31


(55)

Untuk memilih model regresi yang paling tepat digunakan dalam penelitian, ada 2 (dua) tahap yang perlu dilakukan. Pertama, melakukan uji Chow untuk memilih antara Common Effect Model atau Fixed Effect Model. Kedua, melakukan uji Haussman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model.

Hipotesis dalam uji Chow adalah: H0 = Common Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel maka H0 ditolak yang berarti Fixed Effect

Model adalah yang paling tepat digunakan, begitupun sebaliknya. Perhitungan F statistik didapat dari Uji Chow dengan rumus:32

F =

( � − � )

( − ) � ( �− − )

dimana:

SSE1 = Sum Square Error dari model Common Effect SSE2 = Sum Square Error dari model Fixed Effect n = jumlah bank syariah (cross section)

nt = jumlah cross section x jumlah time series

32

http://egienews.blogspot.com/2013/05/part-3-uji-chow-pemilihan-regresi-data.html diakses pada Selasa, 4 Agustus 2015 pukul 17.30 WIB


(56)

k = jumlah variabel independen Sedangkan F-tabel didapat dari:33

F tabel = { α : df (n – 1, nt - n – k)}

dimana:

α = tingkat signifikansi yang dipakai (alfa) n = jumlah bank syariah (cross section) nt = jumlah cross section x jumlah time series k = jumlah variabel independen

Apabila pada uji Chow terbukti H0 ditolak, maka Fixed Effect Model harus

diuji kembali untuk memilih apakah lebih baik memakai Fixed Effect Model atau Random Effect Model, untuk kemudian dianalisis lebih lanjut.

Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat digunakan sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model (ToT untuk Pengajar Ekonomi FEUI, 2006), yaitu:34

1. Bila t (jumlah unit time series) besar sedangkan n (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) tidak jauh berbeda. Dalam hal ini, pilihan umumnya didasarkan pada kenyamanan perhitungan, yaitu Fixed Effect Model (FEM).

33

http://egienews.blogspot.com/2013/05/part-3-uji-chow-pemilihan-regresi-data.html diakses pada Selasa, 4 Agustus 2015 pukul 17.30 WIB

34

Ayu Zakya Lestari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat, h. 75.


(57)

2. Bila n besar dan t kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat berbeda secara signifikan, Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka kita menggunakan Fixed Effect Model (FEM).

3. Apabila cross section error component (i) berkorelasi dengan variabel bebas

X maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect Model (REM) akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect Model (FEM) tidak bias.

4. Apabila n besar dan t kecil, dan apabila asumsi yang mendasari Random Effect Model (REM) dapat terpenuhi, maka Random Effect Model (REM) lebih efisien dibandingkan Fixed Effect Model (FEM).

Keputusan penggunaan Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) dapat pula ditentukan dengan menggunakan uji Haussman. Dalam perhitungan statistik uji Haussman diperlukan asumsi bahwa banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen (termasuk konstanta) dalam model.35 Uji haussman memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan model akan dpat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Random Effect Model

35

Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan, (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta, 2012), h. 274.


(58)

H1 = Fixed Effect Model

Setelah uji haussman dilakukan, hasil uji tersebut dibandingkan dengan chi square statistics dengan df=k, dimana k adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil uji haussman signifikan, maka H0 ditolak, yang berarti

lebih tepat menggunakan Fixed Effect Model.

G. Pengujian Hipotesis

1. Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen).

Apabila t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel, berarti H0

diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

thitung < ttabel : H0 diterima, H1 ditolak

thitung > ttabel : H0 ditolak, H1 diterima

Adapun rumus untuk mencari t-tabel adalah dengan α; df= n-k, dimana k adalah jumlah variabel independen dan dependen, serta n adalah jumlah observasi.


(59)

2. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis Nol yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol atau tidak Hipotesis alternatifnya adalah tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen secara

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila F hitung < F tabel, berarti H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah: Fhitung < Ftabel : H0 diterima, H1 ditolak

Fhitung > Ftabel : H0 ditolak, H1 diterima

Adapun rumus untuk mencari F-tabel adalah dengan α; df1= k-1; df2= n-k, dimana k adalah jumlah variabel independen dan dependen, serta n adalah jumlah observasi.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang


(60)

menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Apabila nilai koefisien R2 mendekati 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai koefisien R2semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

Koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel independen dan jumlah pengamatan dalam model, akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang ditambahkan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka koefisien yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2. Hal ini dikarenakan adjusted R2 merupakan koefisien yang telah dikoreksi sehingga dapat naik atau turun seiring penambahan variabel baru dalam model.

H. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel penelitian adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Adapun variabel dalam penelitian ini, yaitu:


(61)

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan aset bank syariah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan total aktiva yang tertera dalam neraca atau laporan keuangan tiap Bank Syariah yang dijadikan sampel, kemudian diolah untuk mendapatkan angka pertumbuhan aset berdasarkan rumus:36

Pertumbuhan Aset = � � � − � � � ( −1)

� � � ( −1)

2. Variabel Bebas (Independent Variable) a. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio atau perbandingan antara tingkat pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah. Variabel ini diperoleh dari pos perhitungan rasio keuangan dalam laporan keuangan masing-masing bank syariah yang dijadikan sampel. Non Performing Financing (NPF) yang digunakan adalah NPF gross.

b. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio atau perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank. Rasio ini diperoleh dari pos

36

Elza Novera, Pengaruh Pertumbuhan Aset, Kebijakan Dividen, Likuiditas Terhadap Beta Saham, h.7


(62)

perhitungan rasio keuangan dalam laporan keuangan masing-masing bank syariah yang dijadikan sampel.

c. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) adalah rasio atau perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset bank syariah pada periode tertentu. Variabel ini diperoleh dari pos perhitungan rasio keuangan dalam laporan keuangan masing-masing bank syariah yang dijadikan sampel.


(63)

51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini, seperti yang telah dibahas pada Bab III, ditentukan dengan metode purposive sampling. Kualifikasi sampel yang ditentukan oleh peneliti, yaitu bank syariah yang masih beroperasi selama penelitian berlangsung dan memiliki laporan keuangan triwulan I tahun 2011 hingga triwulan IV tahun 2014. Pada akhirnya, penelitian ini menggunakan 7 (tujuh) Bank Umum Syariah sebagai sampel, yaitu:

1. PT Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 1 Mei 1992. Setelah 2 tahun beroperasi, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant


(64)

debet. BMI saat ini juga telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia.37

2. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri didirikan pada tanggal 25 Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Kepemilikan saham mayoritas dipegang oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 99,99% dan sisanya oleh PT Mandiri Sekuritas.38 Sebelumnya Bank ini dibentuk dengan nama PT Bank Industri Nasional pada tahun 1955, yang kemudian beberapa kali ganti nama hingga akhirnya Bank Mandiri menjadi pemegang saham mayoritas. Bank yang saat itu bernama Bank Susila Bakti akhirnya dikonversikan secara penuh menjadi bank syariah secara penuh menjadi Bank Syariah Mandiri.39

3. PT BCA Syariah

Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi no. 72 tanggal 12 Juni 2009, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) menjadi PT Bank BCA Syariah. Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur

37

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat diakses pada Senin, 7 September 2015 pukul 14.34 WIB

38

http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/ diakses pada Senin, 7 September 2015 pukul 14.38 WIB

39

https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri diakses pada Senin, 7 September 2015 pukul 14.43 WIB


(65)

Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP. GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah.40

4. PT Bank BRISyariah

Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui surat Keputusan Gubernur BI No. 10/67/KEP. GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT Bank BRISyariah secara resmi beroperasi dan menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah. Aktivitas PT Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat Indonesia untuk melebur ke dalam PT Bank BRISyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Saat ini PT Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai produk dan layanan perbankan.41

40

http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/ diakses pada Senin, 7 September 2015 pukul 14.52 WIB

41


(66)

5. PT Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu) yang didirikan pada 14 Juli 1990, bank ini diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpor (d/h PT Para Global Investindo) menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. BSMI resmi beroperasi dan sejak November 2010 lalu, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan “Untuk Kita Semua”, pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha dan mikro kecil.42

6. PT Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin sebagian bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula dari akuisisi PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin Tbk. Dalam perkembangannya, PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi dari Bank Bukopin, memperoleh izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP. GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank

42


(1)

Return on Assets (ROA) Bank BRI Syariah Periode 2011-2014

No Bulan-Tahun NPF FDR ROA 1 Mar-11 2,43% 97,44% 0,23% 2 Jun-11 3,40% 93,34% 0,20% 3 Sep-11 2,80% 95,58% 0,40% 4 Des-11 2,77% 90,55% 0,20% 5 Mar-12 3,31% 101,76% 0,17% 6 Jun-12 2,88% 102,77% 1,21% 7 Sep-12 2,87% 99,99% 1,34% 8 Des-12 3,00% 103,07% 1,19% 9 Mar-13 4,06% 102,70% 1,71% 10 Jun-13 3,04% 100,90% 1,41% 11 Sep-13 2,89% 103,67% 1,35% 12 Des-13 4,06% 102,70% 1,15% 13 Mar-14 4,04% 102,13% 0,46% 14 Jun-14 2,98% 105,61% 0,03% 15 Sep-14 4,79% 94,85% 0,20% 16 Des-14 4,60% 93,90% 0,08%


(2)

Data Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan

Return on Assets (ROA) Bank Mega Syariah Periode 2011-2014

No Bulan-Tahun NPF FDR ROA 1 Mar-11 4,29% 79,20% 1,77% 2 Jun-11 3,84% 81,48% 1,87% 3 Sep-11 3,78% 83,00% 1,65% 4 Des-11 3,03% 83,08% 1,58% 5 Mar-12 2,96% 84,90% 3,52% 6 Jun-12 2,88% 92,09% 4,13% 7 Sep-12 2,86% 88,03% 4,11% 8 Des-12 2,67% 88,88% 3,81% 9 Mar-13 2,83% 98,37% 3,57% 10 Jun-13 3,67% 104,19% 2,94% 11 Sep-13 3,30% 102,89% 2,57% 12 Des-13 2,98% 93,37% 2,33% 13 Mar-14 3,22% 95,53% 1,18% 14 Jun-14 3,48% 95,68% 0,99% 15 Sep-14 3,77% 90,50% 0,24% 16 Des-14 3,89% 93,61% 0,29%


(3)

Return on Assets (ROA) Bank Bukopin Syariah Periode 2011-2014

No Bulan-Tahun NPF FDR ROA 1 Mar-11 1,57% 95,18% 0,62% 2 Jun-11 1,61% 93,45% 0,65% 3 Sep-11 1,67% 81,12% 0,51% 4 Des-11 1,74% 83,66% 0,52% 5 Mar-12 3,12% 90,34% 0,54% 6 Jun-12 2,68% 93,56% 0,52% 7 Sep-12 4,74% 99,33% 0,61% 8 Des-12 4,57% 92,29% 0,55% 9 Mar-13 4,62% 87,80% 1,08% 10 Jun-13 4,32% 92,43% 1,04% 11 Sep-13 4,45% 95,15% 0,69% 12 Des-13 4,07% 100,29% 0,79% 13 Mar-14 4,61% 97,14% 0,22% 14 Jun-14 4,31% 102,84% 0,27% 15 Sep-14 4,27% 103,66% 0,23% 16 Des-14 4,27% 92,89% 0,27%


(4)

Data Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan

Return on Assets (ROA) Bank BNI Syariah Periode 2011-2014

No Bulan-Tahun NPF FDR ROA 1 Mar-11 4,44% 76,53% 2,22% 2 Jun-11 3,65% 84,46% 3,42% 3 Sep-11 3,60% 86,13% 2,37% 4 Des-11 3,62% 78,60% 1,29% 5 Mar-12 4,27% 78,78% 0,63% 6 Jun-12 2,45% 80,94% 0,65% 7 Sep-12 2,33% 85,36% 1,31% 8 Des-12 2,02% 84,99% 1,48% 9 Mar-13 2,13% 80,11% 1,62% 10 Jun-13 2,11% 92,13% 1,24% 11 Sep-13 2,06% 96,37% 1,22% 12 Des-13 1,86% 97,86% 1,37% 13 Mar-14 1,96% 96,67% 1,22% 14 Jun-14 1,99% 98,96% 1,11% 15 Sep-14 1,99% 94,29% 1,11% 16 Des-14 1,86% 92,58% 1,27%


(5)

Dependent Variable: ASET? Method: Pooled Least Squares Date: 10/16/15 Time: 18:35 Sample: 2011Q1 2014Q4 Included observations: 112 Cross-sections included: 1

Total pool (balanced) observations: 112

Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

NPF? -0.980118 0.450103 -2.177543 0.0316

FDR? 0.086764 0.018843 4.604553 0.0000

ROA? 0.834758 0.748561 1.115150 0.2672

R-squared 0.020715 Mean dependent var 0.063745

Adjusted R-squared 0.002746 S.D. dependent var 0.070233

S.E. of regression 0.070136 Akaike info criterion -2.450330

Sum squared resid 0.536183 Schwarz criterion -2.377513

Log likelihood 140.2185 Hannan-Quinn criter. -2.420786


(6)

Uji Signifikansi Dengan Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.338012 0.125508 2.693145 0.0085

NPF? -1.089403 0.437714 -2.488846 0.0147

FDR? -0.313355 0.141622 -2.212607 0.0295

ROA? 3.471461 1.259300 2.756660 0.0071

Fixed Effects (Cross)

_BMI--C 0.038397 _BSM--C -0.030324 _BCAS--C -0.019660 _BRIS--C 0.058210 _BMS--C -0.066014 _BSB--C 0.030991 _BNIS--C -0.011599 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Period fixed (dummy variables)

R-squared 0.527491 Mean dependent var 0.063745

Adjusted R-squared 0.397143 S.D. dependent var 0.070233

S.E. of regression 0.054532 Akaike info criterion -2.786238

Sum squared resid 0.258711 Schwarz criterion -2.179431

Log likelihood 181.0293 Hannan-Quinn criter. -2.540037

F-statistic 4.046807 Durbin-Watson stat 1.898953

Prob(F-statistic) 0.000001

Dependent Variable: ASET? Method: Pooled Least Squares Date: 10/16/15 Time: 19:04 Sample: 2011Q1 2014Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 112


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah

0 7 0

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

1 8 96

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 10

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11