keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Almilia, 2005.
Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset yang dimiliki. Perlu dicatat disini
bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on Asset dan tidak memasukkan unsur
Return on Equity. Hal ini dikarenakan karena bank Indonesia, sebagai Pembina dan pengawas perbankan, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat Dendawijaya, 2003 : 53.
2.1.5.1 Return on Asset ROA
Return on Asset ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan
Dendawijaya, 2003 : 115. Semakin besar Return on Asset ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik. Return on Asset ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Asset ROA
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Menurut Hasibuan 2008 : 100 mengemukakan bahwa Profitabilitas bank adalah suatu kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan
dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya adalah laba Rupiah yang dinyataka dalam Persen profit. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, yang
tercantum dalam Surat Edaran BI No. 924DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut Pandia, 2012:71:
100 X
Aset Total
Pajak Sebelum
Laba ROA
=
2.1.5.2 Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank
Dendawijaya 2003: 121. Menurut Muljono 1992:87 Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan permodalan untuk
menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi surat-surat berharga. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah
rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut Pandia 2012:72 :
100 X
ATMR Total
Bank Modal
CAR =
2.1.5.3 Non Performing Financing NPF
Non Performing Financing NPF yang analog dengan Non Performing Loan NPL pada bank konvensional merupakan rasio keuangan yang bekaitan
dengan risiko kredit. Non Performing Financing menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh
bank Dendawijaya 2003 : 118. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Hasbi 2011
menuliskan rasio NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
100 X
Financing Total
M ,
D ,
KL Pembiayaan
NPF =
2.1.5.4 Financing to Deposit Ratio FDR