Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RKPD Kab. Maros Tahun 2015 86 2. Adanya penurunan penciptaan lapangan kerja dalam 3 tahun terakhir 2011-2013 dibandingkan periode 2007-2010. 3. Untuk tahun 2013, meskipun ekonomi tumbuh sekitar 5,9 persen terdapat penurunan jumlah pekerja secara nasional, meskipun relative kecil 10.000 pekerja yang berimplikasi kepada tingkat pengangguran meningkat dan peningkatan pengangguran terjadi pada kelompok SMU dan SMK. 4. Percepatan pertumbuhan memerlukan investasi yang tinggi, terutama dalam pembangunan infrastruktur konektivitas, perluasan sarana dan prasarana dan enabling environment lainnya. 5. Perkembangan produksi komoditas pangan pokok tahun 2004-2013 meningkat, namun belum mampu memenuhi kebutuhan. 6. Sejak tahun 2010, penurunan kemiskinan melambat, secara absolute menurun sekitar 1 juta penduduk miskin per tahun. Tingkat kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar 11,47 persen target APBN 2013 sebesar 9,5-10,5 persen. 7. Peningkatan kesenjangan Indonesia tertinggi di Asia, hal ini memberi dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan memiliki potensi dampak negative terhadap kohesi social. Berdasarkan kondisi tersebut, maka sasaran pembangunan yang akan dicapai pada akhir tahun 2015 adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 – 6,3 persen, 2. Inflasi dharapkan dapat terkendali pada kisaran 4,5 ± 1 persen, 3. Tingkat kemiskinan 9 – 10 persen, 4. Tingkat pengangguran 5,7 – 5,9 persen.

3.1.2 Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 mengalami perlambatan moderat. Meski demikian pertumbuhannya masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,79 sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan sebelumnya 8,58, namun masih berada diatas pertumbuhan nasional 6,02. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2012 cukup berkualitas antara lain karena diikuti dengan tingkat inflasi yang terkendali meski sedikit meningkat, terjadi penurunan tingkat pengangguran, meski realisasi belanja APBD belum optimal. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi penawaran sektoral, sektor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan hotel-restauran, industry pengolahan, keuangan persewaan jasa perusahaan dan angkutan, komunikasi. KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RKPD Kab. Maros Tahun 2015 87 Untuk laju inflasi pada triwulan I-2013, tercatat cukup tinggi pada angka 4,61. Laju inflasi Sulsel pada triwulan tersebut lebih tinggi dari sebelumnya 4,41 dan bila dibandingkan triwulan I tahun 2012. Namun demikian, inflasi Sulsel masih lebih kecil daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90 pada triwulan 1-2013. Pada triwulan II, pertumbuhan ekonomi Sulsel kembali melambat yang hanya mencapai 6,41, yang diikuti dengan turunnya realisasi pendapatan APBD. Pendapatan fiscal daerah yang ditargetkan akan mencapai 10, hingga paruh pertama 2013 hanya naik sebesar 5,85 dari periode yang sama tahun lalu. Secara persentase realisasi pun, pendapatan hingga semester pertama 2013 juga baru sebesar 46,85 lebih rendah daripada 2012 48,68. Beberapa sektor yang tumbuh lebih rendah diantaranya sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restauran. Walaupun melambat, angka pertumbuhan Sulsel tersebut lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional 5,81. Di sisi lain laju inflasi triwulan II-2013, berada pada angka 4,36, justru lebih rendah tdibandingkan triwulan sebelumnnya 4,61. Hal ini merupakan efek kenaikan harga BBM bersubsidi yang msih relative miderat terhadap laju inflasi, selain itu pelemahan harga emas internasional yang juga diikuti harga di tingkat nasional memberi efek positif terhadap laju inflasi. Pada triwulan III-2013, perekonomian Sulsel mencatat akselerasi pertumbuhan ekonomi yang signifikan dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya, bahkan dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Perlambatan ekonomi global maupun domestik relatif kurang berpengaruh kepada perkembangan ekonomi Sulsel. Tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan III-2013 mencapai 8,26 di atas triwulan I dan II. Bahkan, angka pertumbuhan Sulsel tersebut tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional 5,62. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari masih kuatnya ekspor dan konsumsi domestik. Sementara dari sisi produksi, kinerja sektor primer Pertanian dan Pertambangan meningkat tajam setelah melambat di triwulan II- 2013. Ekspor non migas Sulsel, di tengah perlambatan harga komoditas, masih menunjukkan kenaikan secara riil volume, seperti kopi, teh, kakao, ikan, udang, kerang, pupuk dan mineral lainnya serta barang non logam. Faktor musiman bulan ramadhanIdul Fitri dan Pilkada memberikan kontribusi kenaikan di sisi konsumsi domestik. Peran sektor perbankan terhadap kegiatan riil, sesuai kebijakan BI, sedikit menunjukkan perlambatan di eskpansi kredit terutama kredit konsumsi sedangkan pada kredit modal kerja dan investasi masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan. Di sisi inflasi, level inflasi tercatat paling tinggi terjadi pada bulan September 7,24 dan mulai menunjukkan tren penurunan pada bulan Oktober 2013 6,60. KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RKPD Kab. Maros Tahun 2015 88 Pada triwulan IV-2013, ekonomi Sulsel tumbuh 7,90, di bawah triwulan III- 2013 8,26, sehingga untuk keseluruhan tahun 2013 mencapai 7,65. Dengan angka pertumbuhan tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional tahun 2013 5,78. Dari sisi permintaan, pendorong pertumbuhan adalah investasi dan konsumsi, sedangkan kondisi perekonomian global yang belum pulih memicu pelemahan pertumbuhan ekonomi ekspor. Sementara itu, dari sisi sektoral pendorongnya adalah sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa keuangan. Sektor yang menunjukkan penurunan adalah sub-sektor pariwisata, hal ini diduga terkait lesunya ekonomi global. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi Sulsel pada periode akhir 2013 tersebut telah berhasil menekan tingkat pengangguran terbuka meskipun masih dihadapkan pada tantangan naiknya angka kemiskinan. Di sisi lain, peran keuangan daerah dalam pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir 2013 masih cukup kuat dan perlu dijaga kesinambungannya di tahun 2014. Inflasi Sulsel pada 2013 mengalami peningkatan dibandingkan laju inflasi pada 2012 namun tetap lebih kecil dari inflasi nasional. Hal ini tidak terlepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah TPID di Sulsel yang diikuti dengan program pengendalian harga secara langsung maupun tidak langsung. Perekonomian Sulsel pada triwulan I-2014 dan untuk keseluruhan tahun 2014 ke depan diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 7,0 - 8,0 dan 6,6 - 7,6. Pertumbuhan ekonomi yang melambat tidak terlepas dari relatif lemahnya faktor-faktor pendukung pertumbuhan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulsel 2014 masih lebih baik. Laju inflasi 2014 diperkirakan akan terjaga dalam kisaran 4,30 - 5,30, namun mengalami tekanan di awal tahun. Hal ini disebabkan antara lain kondisi cuaca ekstrim berupa intensitas hujan yang tingga menyebabkan ketersediaan supply ikan laut berkurang serta menganggu kelancaran distribusi barang. Di lain pihak, berkurangnya produksi di saat mulai musim tanam menambah tekanan pada inflasi. Sementara dari sisi permintaan, ekspektasi konsumen mengenai tingkat harga ke depan diperkirakan meningkat. Melihat tren pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2013 dan proyeksi pencapaian tahun 2014, maka untuk tahun 2015 arah kebijakan ekonomi daerah Provinsi Sulsel yang termuat dalam RKPD tahun 2015 ditujukan kepada penguatan perekonomian daerah melalui pengembangan kawasan strategis. Hal ini sesuai dengan tema yang diusung yaitu “Penguatan Perekonomian Daerah Melalui Pengembangan Kawasan Strategis Tahun 2015”. KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RKPD Kab. Maros Tahun 2015 89 Untuk mendukung pencapaian tersebut maka terdapat tujuh arah kebijakan pembangunan provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun 2015 yaitu: 1. Pengembangan Kerjasama Daerah dan Daya Saing Daerah: a. Pengembangan kerjasama Provinsi Sulsel dengan Provinsi Luar Negeri; b. Pengembangan kerjasama KabupatenKota dengan KabupatenKota lain di Indonesia dan Luar Negeri; c. Pengembangan iklim dan saranaprasarana pendukung investasi daerah; d. Pengembangan system jaringan distribusi komoditas stategis; e. Peningkatan kualitas tenaga kerja dan calon tenaga kerja; f. Penguatan system inovasi daerah; g. Pengembangan dukungan MP3EI dan BPKRS; 2. Pengembangan ekonomi kerakyatan; 3. Pengembangan pendidikan, kepemudaan, keolahragaan, dan kebudayaan pembangunan kesehatan 4. Peningkatan kapasitas infrastruktur wilayah 5. Pengembangan kawasan strategis 6. Pengelolaan sumber daya air dan peningkatan kapasitas infrastruktur irigasi 7. Reformasi birokrasi dan penguatan kapasitas kelembagaan

3.1.3 Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Maros