Parameter-Parameter Pengaturan Lampu Lalu lintas

20 Keuntungan pemakaian lampu lalulintas dengan waktu tidak tetap actuated operation adalah :  Efesiensi persimpangan maksimum karena lama tiap fase disesuaikan dengan volume pergerakan yang melewati persimpangan.  Dapat menyediakan fasilitas berhenti stop dan jalan go secara terus menerus tanpa penundaan yang berarti.  Secara umum menurunkan tundaan pada persimpangan terisolasi.

II.3.3 Parameter-Parameter Pengaturan Lampu Lalu lintas

Parameter-parameter yang biasa digunakan dalam perencanaan waktu lampu lalulintas adalah : 1. Fase Sinyal Pemilihan fase pergerakan tergantung dari banyaknya konflik utama, yaitu konflik yang terjadi pada volume kendaraan yang cukup besar. Menurut MKJI, 1997 Jika fase sinyal tidak diketahui, maka pengaturan dengan dua fase sebaiknya digunakan sebagai kasus dasar. Pemisahan gerakan-gerakan belok kanan biasanya hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan kapasitas kalau gerakan membelok melibihi 200 smpjam. 2. Waktu Antar Hijau Intergreen periode Waktu antar hijau atau intergreen periode adalah waktu yang diperlukan untuk pergantin antara waktu hijau pada suatu fase awal ke suatu fase berikutnya, merupakan periode kuning dan merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan detik. Universitas Sumatera Utara 21 Waktu minimum yang diperuntukkan pada periode ini adalah selama 4-6 detik. Atau dimana waktu semua sinyal beberapa saat tetap sebelum pergantian sinyal berikutnya yang disebut antara interval dan pertukaran tersebut selama waktu kuning amber dan merah semua all red yang disebut pertukaran antara change interval. Kendaraan yang akan membelok kekanan dapat bergerak membelok kekanan selama intergreen periode ini. Intergreen periode juga merupakan penjumlahan antara waktu kuning, dalam desain umumnya diambil selama 3 detik, dengan waktu all red, dalam desain umumnya diambil selama 2 detik. Waktu merah semua ini dipergunakan untuk membersihkan clearence time daerah persimpangan dari kendaraan yang terjebak saat melintasi persimpangan. sebelum pergerakan fase selanjutnya. Lama waktu antar hijau bergantung pada ukuran lebar persimpangan dan kecepatan kendaraan. Di Indonesia waktu antar hijau dialokasikan sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 2.1: Tabel 2.2 Nilai Normal Waktu Antar Hijau Ukuran Simpang Lebar jalan rata-rata m Nilai Lost Time LT detikfase Kecil 6-9 4 Sedang 10-14 5 Besar ≥14 ≥6 Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 3. Arus Lalu Lintas Perhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu-lintas rencana jam puncak Universitas Sumatera Utara 22 pagi, siang dan sore. Arus lalu-lintas Q untuk setiap gerakan belok-kiri QLT, lurus QST dan belok-kanan QRT dikonversi dari kendaraan per- jam menjadi satuan mobil penumpang smp per-jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang emp untuk masing- masing pendekat terlindung dan terlawan: Tabel 2.3 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Jenis kendaraan Emp untuk tipe pendekat Terlindung Terlawan Kendaraan Ringan LV Kendaraan Berat HV Sepeda Motor MC 1,0 1,3 0,2 1,0 1,3 0,4 Sumber : MKJI, 1997 Arus berangkat juga terus berlangsung selama waktu kuning dan merah-semua hingga turun menjadi 0, yang biasanya terjadi 5 - 10 detik setelah awal sinyal merah. Gambar 2.6 Arus jenuh yang diamati per selang waktu enam detik Universitas Sumatera Utara 23 Permulaan arus berangkat menyebabkan terjadinya apa yang disebut sebagai Kehilangan awal dari waktu hijau efektif, arus berangkat setelah akhir waktu hijau menyebabkan suatu Tambahan akhir dari waktu hijau efektif. Jadi besarnya waktu hijau efektif, yaitu lamanya waktu hijau di mana arus berangkat terjadi dengan besaran tetap sebesar S, dapat kemudian dihitung sebagai: Waktu Hijau Efektif = Tampilan waktu hijau - Kehilangan awal + Tambahan akhir 4. Arus Jenuh Saturation Flow Kapasitas suatu simpang ditentukan oleh kapasitas tiap-tiap cabang simpang pada suatu persimpangan. Dua faktor yang menentukan kapasitas cabang simpang yaitu, kondisi fisik cabang simpang, seperti lebar jalan, jari- jari belok dan kelandaian cabang simpang serta jenis kendaraan yang akan melalui simpang tersebut. Kapasitas suatu cabang simpang yang ditentukan berdasarkan pada kondisi fisik cabang simpang pada suatu persimpangan ditunjukkan oleh suatu parameter yang disebut arus jenuh saturation flow. Arus jenuh adalah antrian arus lalulintas pada saat awal waktu hijau yang dapat melewati garis stop pada suatu lengan secara terus menerus selama waktu hijau dari suatu antrian tidak terputus. Arus lalulintas jenuh pada suatu persimpangan merupakan kapasitas lengan tersebut persiklus. Secara ideal pengukuran arus jenuh lebih baik dilakukan di lapangan, akan tetapi pengukuran arus jenuh dengan estimasi diperlukan ketika akan dilakukan pemasangan lampu lalulintas pada persimpangan maupun untuk memodifikasi keadaan sinyal lampu lalulintas signal Universitas Sumatera Utara 24 setting yang telah ada berkenaan dengan perubahan geometri persimpangan, alokasi lajur dan susunan fase. Estimasi arus jenuh didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya dari sejumlah persimpangan pada masa tertentu. Aspek-aspek yang mempengaruhi arus jenuh secara umum adalah faktor lingkungan, tipe lajur, kemiringan dan komposisi lalulintas. Estimasi empiris yang pernah dilakukan pada setiap metode pengukuran arus jenuh dikembangkan atas dasar pertimbangan pengaruh faktor-faktor tersebut. Gambar 2.8 Model dasar untuk arus jenuh Akcelik 1989 Gambar 2.7 Model dasar untuk arus jenuh Sumber: Akcelik 1989

II.4 ANALISA KINERJA SIMPANG BERSINYAL