Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia berbeda satu dengan yang lainnya. 1 Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahiriah tertentu yang dapat dilanjutkan pada keturunannya. Menurut Haldene, ras adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu. 2 Populasi di seluruh dunia terbagi atas tiga ras utama yaitu Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. 3,4 Antara persamaan yang boleh dilihat dari karakter fisik suatu ras adalah bentuk kepala. 5 Frederich Barth 1988 menyatakan istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. 6 Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Diantaranya 3 etnik terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu 50,4, etnik Cina 23,7 dan etnik India 7,1. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa. 7 Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid. 8 Kelompok dari etnik yang berbeda cenderung memiliki ukuran bentuk tengkorak dan rahang berbeda walaupun ukuran tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual. 9 Penentuan ras dari setiap etnik dalam suatu populasi sangat penting dan dapat ditentukan melalui antropometri manusia. 10 Antropometri adalah pengukuran pada manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. 11 Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin. 10 Pengukuran antropometri pada kepala termasuk kraniometri dan sefalometri. 12,13 Salah satu tujuan pengukuran sefalometri manusia adalah untuk Universitas Sumatera Utara mengidentifikasi ras dari penentuan bentuk kepala melalui perhitungan indeks sefalik. 10 Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius, seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi. 14 Indeks sefalik adalah perbandingan dalam persen antara lebar maksimum dengan panjang maksimum kepala. 10,11,13-15 Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu antara 18-20 tahun. 16 Bentuk kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit. Selain dapat menentukan ras, etnik atau bangsa, perhitungan indeks sefalik juga dapat menunjukan jenis kelamin dari korban pada kasus-kasus dimana hanya ditemukan tengkorak atau kepala saja untuk diidentifikasi. 13 Penentuan ras melalui bentuk kepala juga digunakan dalam proses identifikasi. Identifikasi diperlukan untuk kejelasan identitas seseorang. 10,15 Selain identifikasi pada orang mati atau jenazah, identifikasi diperlukan juga pada orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya atau ketidaktahuan akan identitasnya. 11 Proses identifikasi manusia dimulai dengan identifikasi ras, mengidentifikasi jenis kelamin dan identifikasi umur. 4 Dari perhitungan indeks sefalik, dapat ditentukan bentuk kepala seseorang. Bentuk kepala yang akan didapatkan dari perhitungan indeks sefalik adalah dolikosefalik atau lonjong di bawah 74,9, mesosefalik atau sedang 75-79,9 dan brakhisefalik atau bulat 80-84,9 dan hiperbrakhisefalik di atas 85. 10,11,13,15 Rata- rata ras Kaukasoid mempunyai bentuk kepala mesosefalik, ras Negroid mempunyai bentuk kepala dolikosefalik, dan ras Mongoloid mempunyai bentuk kepala brakhisefalik. 3,4,13 Banyak penelitian tentang bentuk kepala yang dihubungkan dengan ras dan jenis kelamin dengan menggunakan indeks sefalik telah dilakukan dan dijumpai berbagai variasi bentuk kepala. 10 Di Indonesia, Netty H 2011 melakukan penelitian pada 400 orang yang berumur 21 tahun keatas untuk menentukan indeks sefalik dan indeks wajah orang Indonesia berdasarkan suku di Kota Medan mendapatkan hasil Universitas Sumatera Utara perbandingan indek sefalik berdasarkan suku dan jenis kelamin mempunyai perbandingan bermakna dimana suku Aceh 82,55, Batak Toba 82,67, Karo 82,66, Jawa 84,48, Mandailing 81,8, Melayu 83,41, Minang 81,48, dan Nias 86,28 dan berdasarkan jenis kelamin 82,84. 17 Rahmawati dkk.2003 melakukan studi perbandingan antara suku Jawa di Yokyakarta dan suku Naulu di Pulau Seram, Maluku Tengah mempuyai bentuk kepala mesosefalik, bentuk muka sempit leptoprosop dan menunujukan rata-rata indeks sefalik suku Jawa adalah 80,88 dan suku Naulu 78,2. 15 Bertitik tolak dari uraian di atas dan mengingat bahwa masih seedikit dilakukan penelitian tentang pengukuran antropometri dengan menggunakan indeks sefalik terhadap 2 etnik di Malaysia yaitu etnik Melayu dan India pada populasi Malaysia di Medan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Malaysia tahun ajaran 20102011, 20112012 dan 20122013 yaitu sebanyak 72 orang.

1.2 Rumusan Masalah