Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4 Hiburan
Teks legenda Nyi Mas Gandasari dapat berfungsi sebagai media hiburan. Media hiburan yang dimaksud di sini, yaitu dari teks tersebut
dapat dibuat sebuah pagelaran seperti yang pernah dilakukan pada acara ulang tahun Kota Cirebon. Dari pagelaran tersebut masyarakat Cirebon
dapat menikmati cerita legenda Nyi Mas Gandasari dalam bentuk audio visual.
5 Pengesahan Budaya
Fungsi pegesahan budaya ini dapat dilihat dari bahasa yang digunakan dalam teks legenda Nyi Mas Gandasari. Bahasa yang
digunakan dalam teks tersebut adalah bahasa Cirebon. Bahasa Cirebon tersebut tergolong dalam bahasa halus atau bebasan. Tidak semua
masyarakat Cirebon dapat memahami bahasa Cirebon bebasan.
d. Analisis Nilai
Dalam sebuah cerita, khususnya cerita legenda pasti memiliki nilai- nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Menurut Kemendiknas dalam
Kusnaedi, 2013, hlm. 40-43, nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang harus dikembangkan pada peserta didik terdiri atas 18 nilai.
Nilai-nilai tersebut, yaitu: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu,
10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi, 13 bersahabatkomunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16
peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab. Akan tetapi, tidak semua nilai tersebut ada dalam sebuah cerita.
Seperti halnya pada cerita legenda Nyi Mas Gandasari varian I ini, nilai- nilai yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut.
1 Religius
Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Nilai religius yang dapat dilihat dari teks legenda Nyi Mas Gandasari Varian 1 ini adalah masuknya rukun Islam yang kelima, yaitu
menunaikan ibadah haji. Dalam hal ini, yang diceritakan menunaikan ibadah haji adalah
Mbah Kuwu Cerbon, seperti dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Sekitar abad ke-15, Mbah Kuwu Cerbon sepulang dari
menunaikan ibadah haji mampir ke tempat Abdullah Imam di Aceh.
Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah yang melibatkan jiwa, raga, dan harta yang tidak sedikit.
Secara implisit, dari kejadian ini, kita dapat melihat bahwa dalam cerita ini terdapat juga Syiar Islam dalam bentuk yang lain, bentuk dakwah
yang disampaikan secara tidak langsung.
2 Kejujuran
Nilai kejujuran dalam cerita ini dapat dilihat dari keinginan Nyi Mas Gandasari yang diutarakan kepada ayah angkatnya, Mbah Kuwu
Cerbon mengenai tipikal calon suaminya kelak, seperti yang bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
Akhirnya Nyi Mas Gandasari berkata kepada Mbah Kuwu Cerbon, “Jika saya mempunyai suami, saya mau yang kira-kira
bisa mengalahkan kesaktian saya.” Selain itu nilai kejujuran lain dapat dilihat pada saat Syekh
Magelung ditanya oleh seorang kakek misterius mengenai kedatangannya ke Cirebon.
Sang kakek bertanya, “Datang ke sini tujuannya apa?” Syekh Magelung
menjawab, “Ingin mencukur rambut, Kek.” “Coba saya lihat rambutnya.
Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak di atas
kebohongan, khianat serta perbuatan curang.
Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang kuat antara para rasul dan orang-orang yang beriman dengan mereka. Allah
berfirman. Dan orang yang membawa kebenaran Muhammad dan orang
yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki
pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. [Az zumar:33-34].
3 Kerja Keras
Kerja keras dalam pandangan Islam memiliki keutamaan dalam syariat agama Islam. Bekerja keras sangat penting untuk dilakukan oleh
setiap muslim. Alasan pentingnya bekerja keras adalah sebagai berikut: menunjukkan telah mengoptimalkan potensi dirinya; manusia telah
dikaruniai akal, rasa, dan karsa sehingga wajib menjaga harkat dan martabat dirinya. Seseorang dapat mengubah nasib dirinya agar menjadi
lebih baik. Dalam Al- Qur’an dijelaskan bahwa Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya. Menunjukkan sikap tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri. Dapat hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain.
Kerja keras dalam cerita Nyi Mas Gandasari ini dapat dilihat dari kegigihan Nyi Mas Gandasari mempelajari ilmu yang tentunya tidak
lepas dari kerja keras. Nyi Mas Gandasari itu belajar ilmu kesaktian, ilmu kecantikan,
dan lain sebagainya karena zaman dahulu perlu menjaga diri dari para penjahat.
Nilai kerja keras lain dapat dilihat dari kegigihan tokoh Syekh Magelung dalam mencari orang yang dapat memotong rambutnya. Kerja
keras yang dilakukannya bukanlah kerja keras yang sepele, ia harus melintasi benua dari Mesir hingga sampai di Cirebon.
Kedatangan Syekh Magelung ini bukan untuk mencari jodoh, tetapi untuk memotong rambut. Karena di Mesir tidak ada yang
Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
bisa mencukur rambutnya. Rambutnya seperti baja, seperti kawat baja. Jadi mengetahui di Cirebon ada orang sakti, Syekh
Magelung datang ke Cirebon untuk mencari orang tersebut.
Kerja keras yang dilakukan oleh Syekh Magelung pun pada akhirnya menuai hasil dengan ditemukannya seseorang yang dapat
memotong rambutnya.
4 Kemandirian
Nilai kemandirian yang dapat diambil dari cerita ini adalah kemandirian Nyi Mas Gandasari sebagai objek sayembara. Ia melawan
banyak peserta tanpa ada bantuan dari orang lain. Ini menandakan kualitas pribadi yang hebat dari Nyi Mas Gandasari.
Akhirnya Nyi Mas Gandasari berkata kepada Mbah Kuwu Cerbon, “Jika saya mempunyai suami, saya mau yang kira-kira
bisa mengalahkan kesaktian saya.” Jadi diadakanlah sayembara. Siapa yang bisa mengalahkan kesaktian Nyi Mas Gandasari,
dialah yang akan menjadi jodoh Nyi Mas Gandasari. Banyak para jawara dari berbagai negara tidak mampu mengalahkan
kesaktian Nyi Mas Gandasari.
5 Demokratis
Nilai demokratis di sini dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang tidak hanya berdasarkan kehendak sendiri dan keputusan mutlak, akan
tetapi berkaitan dengan hubungan tenggang rasa, dan memecahkan sesuatu dengan jalan berembug, bertanya kepada yang lebih tua atau
lebih paham. Dalam cerita Nyi Mas Gandasari ini, nilai demokratis dapat dilihat
pada perilaku Nyi Mas Gandasari yang membicarakan terlebih dahulu keinginannya pada ayah angkat mengenai calon suami yang dikehendaki.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Akhirnya Nyi Mas Gandasari berkata kepada Mbah Kuwu
Cerbon, “Jika saya mempunyai suami, saya mau yang kira-kira bisa mengalahkan kesaktian
saya.” Jadi diadakanlah sayembara. Siapa yang bisa mengalahkan kesaktian Nyi Mas Gandasari,
dialah yang akan menjadi jodoh Nyi Mas Gandasari. Banyak
Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
para jawara dari berbagai negara tidak mampu mengalahkan kesaktian Nyi Mas Gandasari.
6 Rasa Ingin Tahu
Nilai rasa ingin tahu dalam cerita ini tercermin dalam niat tokoh Syekh Magelung yang menyengajakan pergi ke Cirebon untuk
membuktikan kebenaran bahwa di sana ada orang sakti yang dapat memotong rambutnya.
Kedatangan Syekh Magelung ini bukan untuk mencari jodoh, tetapi untuk memotong rambut.Karena di Mesir tidak ada yang
bisa mencukur rambutnya. Rambutnya seperti baja, seperti kawat baja. Jadi mengetahui di Cirebon ada orang sakti, Syekh
Magelung datang ke Cirebon untuk mencari orang tersebut.
Nilai ini didapati pula dari percakapan Kakek misterius dengan Syekh Magelung.
Sang kakek bertanya, “Datang ke sini tujuannya apa?” Syekh Magelung menjawab, “Ingin mencukur rambut, Kek.” “Coba
saya lihat rambutnya. Bagaimana jika rambutnya saya potong”, kata sang kakek.
7 Menghargai Prestasi
Dalam cerita ini, nilai menghargai prestasi justru sangat kental. Hal ini berkaitan dengan sayembara yang diselenggarakan oleh Nyi Mas
Gandasari dan Mbah Kuwu Cerbon. Penghargaanitu dalam bentuk hak untuk menikahi Nyi Mas Gandasari bagi peserta atau lawan tanding yang
berhasil mengalahkan Nyi Mas Gandasari. “Jika saya mempunyai suami, saya mau yang kira-kira bisa
mengalahkan kesaktian saya.” Jadi diadakanlah sayembara. Siapa yang bisa mengalahkan kesaktian Nyi Mas Gandasari,
dialah yang akan menjadi jodoh Nyi Mas Gandasari. Kemudian Nyi Mas Gandasari pun takluk kepada Syekh
Magelung. Mereka pun akhirnya dinikahkan, tetapi menikahnya bukan di alam dunia, melainkan di alam akhirat.
8 BersahabatKomunikatif
Dian Puspitasari, 2014 LEGENDA NYI MAS GANDASARI DI KABUPATEN CIREBON: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN
NILAI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Nilai bersahabatkomunikatif sebagai cerminan dari budaya timur, sebagai bangsa yang bersahabat, tidak egois dan individualis terhadap
sesama dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Setelah dewasa, Mbah Kuwu mengatakan bahwa Nyi Mas
Gandasari sudah saatnya mempunyai suami. Akhirnya Nyi Mas Gandasari berkata kepada Mbah Kuwu
Cerbon, “Jika saya mempunyai suami, saya mau yang kira-kira bisa mengalahkan kesaktian saya.” Jadi diadakanlah sayembara.
2. Analisis Teks Legenda Nyi Mas Gandasari Varian II a.