Pendekatan Belajar Tuntas Konsep Belajar Tuntas 1. Sejarah Belajar Tuntas

4. Memberikan kegiatan pengayaan atau kegiatan korektif sesuai dengan kegiatan siswa; dan 5. Memberikan tes kedua untuk mengukur ketuntasan. Funchs dalam Tarsidi, 2008: 6 mendeskripsikan pelaksanaan belajar tuntas sebagai berikut: 1. Kurikulum dipecah-pecah menjadi satu rangkaian sub- keterampilan, dan mengurutkannya berdasarkan hierarki tujuan pembelajaran. 2. Untuk setiap tahap dalam hierarki pembelajaran tersebut, guru merancang tes acuan patokan criterion-referenced test, dan menentukan kriteria kinerja yang mengindikasikan ketuntasan bagi setiap sub-keterampilan. 3. Mendahului kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan pretest. 4. Guru memulai kegiatan pembelajaran dari tahap yang paling rendah dalam hierarki tersebut di atas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk setiap tahap hierarki. 5. Memberikan posttest mengenai materi pembelajaran. 6. Jika pada hasil posttest tersebut siswa tidak menunjukkan ketuntasan, maka guru menggunakan strategi-strategi korektif hingga ketuntasan dicapai. 7. Kemudian guru mengantar siswa ke tahap berikutnya dalam hierarki tersebut, yang merupakan tahap yang lebih sulit.

5. Tujuan Belajar Tuntas

Tujuan dilaksanakannya belajar tuntas menurut Noehi Nasution 2003: 199 bahwa satu konsep belajar yang menitikberatkan kepada penguasaan penuh atau learning for mastery. Penguasaan penuh atau mastery dalam pembelajaran yang berarti “menguasai” atau “memperoleh” kecakapan khusus. Mastery adalah sebuah pernyataan tentang penguasaan dengan sempurna terhadap tujuan akhir pembelajaran. Sedangkan menurut Stephen C. Larsen Mary S. Poplin 1980: 295-296 sebagaimana dikemukakan terdahulu, para pendidik berkewajiban memgang konsep “mastery” dalam memperlakukan kemampuan peserta didik sampai pada taraf memiliki kemampuan, yaitu 1 menerapkan kecakapan dalam kehidupannya dan keadaannya sendiri; 2 menampilkan kecakapan tanpa bantuan; dan 3 mengkonsolidasikan beberapa perilaku yang mempunyai ciri-ciri tersendiri kepada tindakan yang mengarah kepada menampilkan kecakapan. Ketiga unsur ini sangat esensial dalam memaknai mastery.Berkenaan dengan short-term instructional objectives, penguasaan penuh mastery dapat didefinisikan sebagai penampilan dari kumpulan perilaku yang mengindikasikan tercapainya tujuan atau kecakapan umum secara penuh. Tujuan belajar dan pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi tiga ranah; yaitu kognitif cognitive domain, afektif affective domain dan psikomotor psychomotoric domain. Ranah okgnitif cognitive domain menitikberatkan kepada proses intelektual. Benjamin S. Bloom dalam Oemar Hamalik, 2001: 79-80 mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif itu meliputi enam aspek, yaitu: 1. Pengetahuan knowledge Pengetahuan merupakan pengingata bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai kepada teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat, seperti: istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip; 2. Pemahaman comprehension Pemahaman adalah kemampuan untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak pada alih materi pembelajaran dari satu bentuk ke bentuk lainnya, menafsirkan dan memperkirakan materi pembelajaran. Contoh: memahami fakta dan prinsip, menafsirkan materi pembelajaran lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan materi pembelajaran verbal ke rumus matematika; 3. Penerapan application Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi: aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Contoh: melaksanakan konsep dan prinsip ke situasi baru, melaksanakan hukum dan teori ke situasi praktis, mempertunjukkan metode dan prosedur.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

Penerapan strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor

0 6 157

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 15

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 16

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden).

1 6 135

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden).

0 1 7

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD Negeri 1 Guwo).

0 5 6

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD Negeri 1 Guwo).

0 4 15

PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI DI SMA NEGERI 13 GARUT : Studi Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS.

0 3 64

7.PEMBELAJARAN TUNTAS 18022008

0 0 10