46
Menurut Amin et. al 2010 liberalisasi perdagangan meliputi “kebijakan yang bertujuan untuk perekonomian terbuka dengan mengurangi hambatan
perdagangan dalam bentuk pengurangan tarif dan peningkatan PDB”. http:dhietamustofa.wordpress.com20131120liberalisasi-perdagangan-
indonesia-di-dunia-internasional-dalam-perspektif-ekonomi-politiksabtu,7 jun 2014, 10:30WIB
2.2. Penelitian Terdahulu
Dimas Adityo Kusumo 2007 melakukan penelitian yang berjudul
”Pengaruh Integrasi Ekonomi ASEAN Terhadap Kapasitas Pajak Negara- Negara Anggotanya: Analisis Sebelum dan Sesudah AFTA Tahun 1990-
2004”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan menelusuri
dampak integrasi ekonomi ASEAN pada kapasitas pajak negara-negara anggotanya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah Regresi dengan
menggunakan OLS Ordinary Least Square dengan jenis data panel. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi
kapasitas pajak adalah Pendapatan per Kapita signifikan mempengaruhi kapasitas pajak dengan konstanta sebesar 0.173956 menyatakan bahwa tingkat kapasitas
pajak rasio penerimaan pajak terhadap GDP adalah sebesar 17,39 jika variabel lain dianggap konstan nilainya nilainya adalah nol. Rasio Ekspor Terhadap
PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP sebesar 0,054010 dimana hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan kapasitas perpajakan suatu negara.
Universitas Sumatera Utara
47
Rasio Impor Terhadap PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP sebesar 0,057342 dimana hal ini sesuai dengan hipotesis
yang menyatakan bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan kapasitas perpajakan suatu negara dan variabel boneka Tingkat Pembangunan Masing-
masing Negara. Untuk variabel boneka AFTA, ternyata tidak signifikan mempengaruhi kapasitas pajak negara-negara ASEAN.
Duvian Erika Puspaningrum 2008 melakukan penelitian yang berjudul
“
Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle
ASEAN+3”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu
untuk mengetahui bagaimana pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle ASEAN+3.
Metode analisis yang digunakan adalah Metode data panel. Hasil dari penelitian tersebut yakni bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan
ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3,
dimana hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode panel data didapatkan bahwa model 1, model 2 signifikan pada taraf 1 persen
dan model 3 pada taraf 5 persen dengan koefisien masing-masing sebesar 0.4761, 0.4603 dan 0.3924 menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan
random effect . Hasil estimasi untuk negara Jepang menunjukkan bahwa
meningkatnya volume perdagangan dan perdagangan intra industri antara Jepang dan ASEAN+3 belum meningkatkan sinkronisasi business cycle Jepang dan
ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh semakin terkoordinasinya kebijakan moneter antara Jepang dengan
Universitas Sumatera Utara
48
ASEAN+3. Dimana dari ketiga model tersebut hanya variabel koordinasi kebijakan moneter yang memiliki nilai signifikan pada taraf nyata 1 persen
dengan masing-masing koefisien sebesar 0.3714, 0.3359 dan 0.3267 menggunakan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect.
Dapat diketahui sinkronisasi business cycle Korea dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover serta semakin terkoordinasinya
kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar Korea dengan ASEAN+3. Dimana signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model 1, model 2 dan model 3
namun memiliki nilai koefesien yang negatif baik dari sisi ekspor, impor maupun total perdagangan dengan masing-masing koefisien sebesar -7.9884, -7.278 dan -
9.105 menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil estimasi untuk negara Indonesia menunjukkan terjadinya integrasi perdagangan
hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3. Meningkatnya perdagangan intra industri akan meningkatkan sinkronisasi
business cycle Malaysia dengan negara ASEAN+3. Dimana hal ini dapat dilihat
pada model 2 dan model 3 dimana nilai intensitas perdagangan impor dan total perdagangan signifikan pada taraf nyata 1 persen namun memiliki nilai yang
negatif dengan masing-masing memiliki koefisien sebesar -58.5225 dan -98.7548 menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil estimasi
untuk Filipina didapatkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3 dimana
meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover
dan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar Filipina
Universitas Sumatera Utara
49
dengan ASEAN+3. Meningkatnya sinkronisasi business cycle sangat dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri Singapura dengan ASEAN+3.
Hasil estimasi menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri akan mengurangi sinkronisasi business cycle Thailand
dengan negara ASEAN+3. Maka dengan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya integrasi perdagangan belum memberikan manfaat
yang sama bagi negara-negara ASEAN+3, dimana negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih rendah belum memperoleh keuntungan dari terjadinya
integrasi perdagangan. Haiyyu Darman Moenir 2010 melakukan penelitian yang berjudul
“Dampak Kemajuan Ekonomi China-India Terhadap Proses Integrasi Ekonomi ASEAN”. Tujuan dari penelitian tersebut yakni untuk menguji sejauh
mana pengaruh dari kemajuan ekonomi China-India terhadap ASEAN, dimana mengakibatkan kedua negara itu mempunyai interest terhadap kawasan Asia
Tenggara, sehingga ASEAN perlu menyikapinya dengan membentuk hubungan kerjasama dengan kedua negara tersebut dan melakukan penguatan integrasi
ekonomi yang lebih mendalam diantara negara-negara ASEAN guna meningkatkan daya saingnya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada penarikan
kesimpulan berdasarkan interpretasi terhadap fenomena maupun fakta. Hasil dari analisis penelitian ini menyatakan bahwa kemajuan ekonomi China-India
merupakan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh ASEAN. Menjadi peluang, karena apabila ASEAN bisa memanfaatkan setiap peluang kerjasama yang
Universitas Sumatera Utara
50
dibangun dengan China-India, maka akan terjadi peningkatan economic skills oleh negara-negara ASEAN. Dan juga merupakan tantangan, karena apabila tidak ada
penguatan dalam internal ASEAN terhadap berbagai sektor, maka perekonomian negara-negara ASEAN akan mengalami stagnasi atau bahkan mengalami
kemunduran.
Dian Kemala 2013 melakukan penelitian yang berjudul “Integrasi dan Kinerja Perdagangan Internasional Indonesia-China: Periode 2006-2010”.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis integrasi perdagangan Indonesia-China, menganalisis kinerja ekspor Indonesia-China, dan menganalisis
kinerja impor Indonesia-China. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif melalui analisis kuantitatif yang
didukung oleh studi kepustakaan. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah Indeks Intra Industry Trade IIT, analisis Constant Market Share CMS, dan
Derajat Konsentrasi Geografis DKG. Hasil dari analisis penelitian tersebut yakni analisis integrasi perdagangan Indonesia-China yang didekati dengan
Indeks IIT menunjukkan bahwa dari 20 komoditas yang diteliti, hanya 4 komoditas yang secara rata-rata terintegrasi kuat dalam perdagangan Indonesia
dengan China, yaitu produk dari hewan, bahan kimia organik, plastik dan barang dari plastik, dan kertas. Terdapat kecenderungan bahwa didalam struktur ekspor
Indonesia ke China didominasi oleh komoditas primer, sedangkan struktur impor Indonesia dari China didominasi oleh komoditas manufaktur. Kecendrungan
tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010. Pada kinerja ekspor yang dianalisis dengan CMS, menemukan bahwa pertumbuhan ekspor
Universitas Sumatera Utara
51
Indonesia ke China lebih sering bergantung pada pertumbuhan permintaan impor komoditas tersebut di pasar China. Sedangkan, komposisi produk ekspor
Indonesia masih terkonsentrasi pada produk yang permintaannya relatif lemah dipasar China, dengan kata lain ekspor produk Indonesia tidak mengikuti laju
pertumbuhan produk yang diimpor oleh China. Kinerja impor Indonesia yang dianalisis dengan DKG menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada
impor dari China relatif kecil, namun adanya peningkatan impor yang signifikan sejak implementasi ACFTA perlu diperhatikan.
2.3. Kerangka Konseptual