malas, kurang sabar, sulit, susah, atau rendah diri. Dengan perasaan tersebut, manusia menjadi ragu akan kemampuan dan dirinya. Kurang
percaya diri juga dapat disebabkan oleh perasaan khawatir dan pikiran buruk. Perasaan inilah yang menimbulkan perasaan gelisah, tegang dan
takut, sehingga menjadi kehilangan kepercayaan diri.
3. Aspek
– aspek Percaya Diri
Menurut Angelis 2003:58-77, dalam mengembangkan percaya diri terdapat tiga aspek yaitu:
a. Tingkah laku
Adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang paling sederhana,
seperti membayar semua tagihan tepat waktu, hingga yang bernuansa cita-cita untuk meraih sesuatu. Sebagian orang yang mempunyai kadar
kepercayaan diri yang besar yang berkenaan dengan tingkah laku, maka ia akan sukses dalam banyak hal. Mengembangkan kepercayaan diri
tingkah laku terdapat empat ciri penting, yaitu: 1
Percaya atas kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu 2
Percaya atas kemampuan untuk menindaklanjuti segala prakarsa sendiri secara konsekuen.
3 Percaya atas kemampuan pribadi dalam menanggulangi segala
kendala. 4
Percaya atas kemampuan diri untuk memperoleh bantuan.
b. Emosi
Adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap sisi emosi. Untuk memahami segala yang dirasakan,
menggunakan emosi untuk melakukan pilihan yang tepat, melindungi diri dari sakit hati, atau mengetahui cara bergaul yang sehat dan
langgeng. Makin sering kita bergaul dengan hati kita dan menghargainya, makin tinggi kepercayaan diri emosional kita, dan
makin tegar
pula kita
menghadapi lingkungan
sosial kita.
Mengembangkan kepercayaan diri emosional terdapat lima ciri penting, yaitu:
1 Percaya terhadap kemampuan diri untuk mengetahui perasaan diri
sendiri. 2
Percaya terhadap kemampuan untuk mengungkapkan perasaan diri sendiri.
3 Percaya terhadap kemampuan untuk menyatukan diri dengan
kehidupan orang-orang lain, dalam pergaulan yang positif dan penuh pengertian.
4 Percaya terhadap kemampuan untuk memperoleh rasa sayang,
pengertian, dan perhatian dalam segala situasi, khususnya di saat mengalami kesulitan.
5 Percaya terhadap kemampuan mengetahui manfaat apa yang dapat
disumbangkan kepada orang lain.
c. Kerohanian spiritual
Adalah keyakinan pada takdir dan semesta alam, keyakinan bahwa hidup ini memiliki tujuan yang positif, bahwa keberadaan punya
makna dan ada tujuan tertentu dari hidup. Kepercayaan spiritual berawal dari kesadaran tentang siapa kita sebenarnya, lepas dari raga
dan pribadi kita, lepas dari segala topeng yang mungkin menutupi kita. Ia berawal dari upaya untuk menghargai diri kita sendiri, sebagai suatu
karya cipta yang unik dan menakjubkan. Tanpa kepercayaan spiritual, tidak mungkin kita dapat mengembangkan kedua jenis kepercayaan diri
lainnya, yang bersifat tingkahlaku maupun yang bersifat emosional. Mengembangkan kepercayaan diri spiritual terdapat tiga ciri penting,
yaitu: 1
Percaya bahwa semesta ini adalah suatu misteri yang terus berubah, dan bahwa setiap perubahan dalam kesemestaan itu merupakan
bagian dari suatu perubahan yang lebih besar lagi. 2
Percaya atas adanya kodrat alami, sehingga segala yang terjadi tidak lebih dari kewajaran belaka.
3 Percaya pada diri sendiri dan pada adanya Tuhan Yang Maha
Kuasa dan Maha Tinggi, Yang Maha Tahu atau apapun ungkapan rohani kita pada Maha Pencipta semesta ini.
Selanjutnya Suny Postdam Counseling Center, 1993:3 dalam Ardana, 2003:39-40 menawarkan strategi pengembangan percaya diri,
yaitu: 1 menekankan kekuatan, memberikan penilaian bagi diri untuk
segala sesuatu yang diupayakan. Melalui pemusatan kepada apa yang akan dilakukan, dengannya seseorang menghargai dirinya atas upaya-upaya
yang dilakukannya dari pada menekankan akhir hasil kerja, 2 mengambil resiko, mengadakan pendekatan pengalaman baru dalam kehidupan
sebagai kesempatan untuk belajar dari peristiwa menang dan kalah. Melakukan hal-hal dengan terbuka untuk membuka kemungkinan baru
yang dapat meningkatkan rasa penerimaan diri, jangan mengubah setiap kemungkinan menjadi kesempatan untuk gagal, 3 berbicara pada diri
sendiri, berbicara pada diri sendiri adalah sebuah kesempatan untuk melawan asumsi-asumsi yang merugikan. Hal ini akan mengijinkan
seseorang untuk menerima dirinya, sementara ia masih berupaya untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, untuk mengungkapkan variabel percaya diri, dalam penelitian ini digunakan teori yang
dikemukakan oleh Angelis, bahwa percaya diri terdiri dari tiga aspek, yaitu : 1 percaya diri dalam tingkah laku, 2 percaya diri emosional, dan
3 percaya diri spiritual.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya diri