2. Fungsi dan Manfaat Bermain
Freud Muro Kottman, 1995 meyakini bahwa nilai manfaat dari bermain adalah sangat membantu dalam membangun hubungan dengan
siswa. Bentuk-bentuk permainan yang didesaign sedemikian rupa mampu mengajak para peserta didik menumbuhkan sikap-sikap sosial kepada
sesamanya. Sebagaimana diketahui penggunaan bermain sebagai media terapi
yang telah memiliki akar sejarah yang panjang hal ini telah dijelaskan menurut Rus 2003 dalam Nandang Rusmana 2009 : 07 bermain
memiliki beberapa fungsi : a.
Sebagai media ekpresi : dengan bermain anak dapat mengekpresikan masalah dan konflik yang dialaminya, dengan permainan konselor
dapat mengamati beberapa hal diantaranya : 1
Proses kognisi : kemampuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena secara logis, mengembangkan gagasan, tema cerita,
mentransformasi obyek-obyek biasa kedalam obyek-obyek representasi, dan berfantasi.
2 Proses afektif : kemampuan untuk mengekpresikan keadaan
senang, sedih, mengekpresikan tema-tema afeksi, mengatur emosi dan modulasi afeksi, serta sebagai integrasi kognisi afeksi.
3 Proses interpersonal : pengembangan rasa empati, representasi
diri dan komunikasi.
4 Proses pemecahan masalah, dalam bermain anak diajarkan cara-
cara mengatasi masalah dan mengatasi konflik. b.
Merupakan alat komunikasi antara klien dan terapis karena dalam permainan dapat menumbuhkan ras empati dan mempermudah proses
hubungan interpersonal anak. c.
Dapat mempertinggi pemahaman dan mempelancar proses konseling karena anak dapat mengalami langsung berbagai bentuk pengalaman-
pengalaman dalam memecahkan konflik terhadap dirinya maupun teman sebayanya.
Dalam buku Cerdas dan Cemerlang, Prof. Joan Freeman dan Prof Utami Munandar 1996 menyebutkan bahwa beberapa ahli Psikologi dan
Sosiologi mengemukakan pandangan mengenai manfaat bermain yang di antaranya sebagai berikut :
a. Sarana untuk membawa anak ke alam bermasyarakat. Dalam suasana
permainan mereka saling mengenal, saling menghargai satu dengan lainnya dan dengan perlahan-lahan tumbuhlah rasa kebersamaan yang
menjadi landasan bagi pembentukanperasaan social. b.
Untuk mengenal kekuatan sendiri. Anak-anak yang sudah terbiasa bermain dapat mengenal kedudukannya di kalangan teman-temannya,
dapat mengenal bahan atau sifat-sifat benda yang mereka mainkan. c.
Untuk memperoleh kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya. Jika anak laki-laki dan
anak perempuan diberi bahan-bahan yang sama berupa kertas-kertas,
perca sisa kain, gunting, tampaknya mereka akan membeuat sesuatu yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa anak laki-laki berbeda
bentuk-bentuk permainannya dengan permainan anak perempuan. d.
Dapat melatih untuk menempa emosi. Ketika bermain-main mereka mengelami bermacam-macam perasaan. Ada anak yang menikmati
suasana permainan itu, namun sebaliknya ada anak lain yang merasa kecewa. Hal ini diumpamakan seperti halnya seniman yang sedang
menikmati hasil-hasil karya seni sendiri. e.
Untuk memperoleh kegembiraan, kesenangan dan kepuasan. Suasana kegembiraan dalam permainan dapat menjauhkan diri dari perasaan-
perasaan rendah, misalnya perasaan dengki, rasa iri hati, dan sebagainya.
f. Melatih diri mentaati peraturan yang berlaku. Mereka menaati
peraturan yang berlaku dengan penuh kejujuran untuk menjaga agar tingkat permainan tetap tinggi Zulkifli, L :2001.
Mengingat pentingnya faedah bermain seperti yang telah dikemukakan di atas, pendidik hendaknya membimbing dan memimpin jalannya
permainan itu agar jangan sampai menghambat perkembangan fantasi. Yang dibutuhkan anak bukannya alat-alat permaianan yang lengkap
melainkan tempat dan kesempatan utnuk bermain.
3. Jenis-Jenis Permainan