Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sebagai suatu sistem tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Kelima komponen tersebut saling berkaitan dan terpadu satu sama
lain. Rusman, Kurniawan, D. dan Riyana, C., 2012, hlm. 41 Paradigma
baru pembelajaran
terkait dengan
konsep pendidikan
konstruktivisme dimana dinyatakan bahwa siswa harus dapat mengkonstruksi pemahamannya sendiri, tidak dibentuk oleh guru. Mukhtas, M., Sholihin, H., dan
Arifin M. 2007, hlm. 181 menyatakan bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya mengaktifkan siswa agar dapat mengkonstruksi
pengetahuan siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya.Vygotsky dalam Suprijono, A., 2012, hlm. 55 menekankan siswa
mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Selain itu, menurut teori perkembangan berpikir Bruner, belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan. Proses belajar dianggap lebih penting dibanding
sekedar hasil belajar. Salah satu indikator penting dalam proses belajar adalah keaktifan.
Keaktifan belajar merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi satu pokok bahasan. Hamzah, B., 2012, hlm.
75. Beberapa ciri pembelajaran yang aktif adalah sebagai berikut: 1
Pembelajaran berpusat pada siswa, 2 pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, 3 pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat
tinggi, 4 pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, 5 pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah siswa-guru, 6
pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber
belajar…Hamzah, B., 2012, hlm. 76 Pembelajaran yang aktif dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi siswa. Suprijono, A., 2012, hlm. x
Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif menurut Hamzah, B., 2012, hlm. 77, di antaranya
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode model yang beragam.
Salah satu metode yang sudah sangat umum dipakai adalah metode pembelajaran kelompok. Menurut Lewin dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001,
hlm. 49 lebih gampang mengubah tabiat sebuah kelompok daripada tabiat perorangan.
Keunggulan kelompok tidak terletak pada pencapaian tujuan kognitif tingkat rendah, melainkan pada pencapaian tujuan kognitif tingkat tinggi dan tujuan
afektif Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm.51. Selain itu, penggunaan model cooperative learning
mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa dan mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai
sosial dalam pendidikan social studies. Stahl dalam Solihatin, E. dan Raharjo, 2008, hlm. 13
Namun demikian, kendati diskusi kelompok sudah dilakukan siswa merasa jenuh karena tidak ada variasi dalam kegiatan diskusi kelompok. Hasil wawancara
pra penelitian menunjukkan bahwa tidak pernah ada variasi dalam kegiatan pembelajaran kelompok. Selain itu, tidak adanya pembagian kerja yang jelas
membuat ada ketimpangan dalam kegiatan diskusi kelompok dimana ada anggota kelompok yang aktif tapi ada juga anggota yang pasif.
Hal demikian dapat terjadi karena tidak ada pembagian kerja yang jelas di antara anggota kelompok, sehingga mereka masih merasa kebingungan ketika
kegiatan pembelajaran kelompok. David Johnson dalam Suprijono, A., 2012, hlm. 58 menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, salah satu unsur
dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan diantaranya positive interdependence
yaitu menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa dalam
kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Hal itu
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
terbukti dari pernyataan siswa yang pasif bahwa mereka tidak diberi pekerjaan oleh anggota kelompoknya.
Menurut Suryosubroto, B., 2009, hlm. 173 penyebab dari permasalahan tersebut adalah jalannya diskusi dapat dikuasai didominasi oleh beberapa siswa
yang “menonjol” dan sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya.
Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif
Suprijono, A., 2012, hlm. 64 Salah satu cara yang bisa dipakai untuk membantu siswa meningkatkan
keaktifan belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray
. Model two stay two stray atau dua tinggal dua tamu merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana dari empat anggota kelompok, dua orang
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain dan dua orang lagi menerima tamu dari suatu kelompok untuk menyajikan hasil kerja
kelompoknya kepada tamu tersebut. Suprijono A, 93 Menurut Lie dalam Nurhayati,
2013, hlm. 7: “teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak
didik.” Sebuah analisis penelitian menunjukkan, dalam kelompok, siswa-siswa belajar
lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota kelompok, sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali ke pekerjaan mereka
masing-masing. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota kelompok. Kalau anggota kelompok berkooperasi secara harmonis, dan orang luar bergabung
dengan kelompok itu, hal tersebut mempunyai pengaruh yang baik. Berlmutter dan De Montmollin dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm. 49
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan nilai t= 17,69 pada mata
pelajaran Teknologi dan Informasi di kelas Cooperative Learning Tipe Two stay two stray
dengan peningkatan rata-rata hasil pre-test ke pos-test sebesar 23,4 yaitu selisih antara rata-rata pos-test 81,5 dengan pre-test 58,1. Nurhikmawati, W.,
2013, hlm. 98
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Walaupun model pembelajaran two stay two stray telah dilaporkan berhasil dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar, namun dalam konteks yang
berbeda seperti di SD dan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar masih jarang digunakan.
Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa SD di salah satu SD Kecamatan Sukasari.
B. Rumusan Masalah