Preferensi Politik Buruh Tebu dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai (Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010)

(1)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM

PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi kasus: Pada Buruh Tebu PTPN II Kebun Sei Semayang)

HASUDUNGAN REYNALD 080906071

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : Hasudungan Reynald (080906071)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi Kasus : Pada Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRAK

Pemilu merupakan sarana untuk memobilisasi dan menggerakkan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Setiap individu dalam masyarakat memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat kondisi mayarakat heterogen dan bervariasi. Mulai dari kondisi sosial, ekonomi, psikologi, dan budaya. Terdapat pula kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia dan perbedaan pendidikan. Hal-hal ini mempengaruhi perilaku politik pada momen politik nantinya, sebab hal-hal yang melatarbelakangi ini akan berimplikasi pada bangunan pengetahuan dan preferensi kemudian.

Dalam masyarakat yang pluralisme budayanya tinggi, terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal ini berarti bahwa latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat member pengaruh. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba menguraikan perilaku buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam pemilukada kota binjai 2010 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori perilaku politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik. Teori ini digunakan untuk dapat melihat perilaku buruh tebu tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi buruh dalam menjatuhkan pilihannya dalam pemilukada kota binjai tahun 2010.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : Hasudungan Reynald (080906071)

THE POLITIC PREFERENCE OF SUGARCANE WORKER IN ELECTION REGENT 2010 BINJAI CITY

(Research Case : The Sugarcane PTPN 2 Kebun Sei Semayang) ABSTRACT

General selection is an instrument for mobilization and activates the support of citizenry of country and the government by joining in politic process. Everyone in society has different background and context. That is why the condition of the society is heteregenous and has variations. From the social condition, economy, psychology, and culture. There are also some groups of categorical in society, like sex, age and education. These things influence the behavior of politic in the politics moment later, because they will implicate to the knowledge development and preference later.

Society which has high pluralism culture, there are various activities and it is impossible there are difference in implementation, for understanding the behavior of politic, we need the observe from multidimension point of view. Therefore, this research will try to analyze the behavious sugarcane worker PTPN 2 Kebun Sei Semayang in Binjai in geneal election 2010 and analysis factor which influence sugarcane worker in forming attitude and voters behavior in Binjai regant election 2010.

The theory which to explain that problem is politic behavior theory and factors that influence the behavior of politic. This theory is used to get seeing the sugarcane worker behavior and factors that influence it in give choice of Binjai regant election 2010.


(4)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan rahmatnya berupa kesempatan dan kesehatan penulis dapat menyelesaikan studi ini berupa penulisan skripsi dan hasil penelitian yang dikerjakan dari proses awal tidak kurang dari sepuluh bulan.

Skripsi ini berjudul “Preferensi Politik Buruh Tebu Dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai Dengan Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang Dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010.

Skripsi ini menjelaskan perilaku buruh tebu dalam pemilukada kota binjai tahun 2010 pada putaran kedua dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumater Utara, ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan masukan, arahan dan bimbingan didalam proses penulisan skripsi ini, bapak Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si, selaku Sekertaris Departemen Ilmu Politik, bapak Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembaca saya yang telah bersedia meluangkan waktu, dan memberikan bimbingan serta arahan dalam proses penulisan skripsi ini. Dan seluruh staf pengajar Ilmu Politik FISIP USU yang telah memberikan bantuan dan dukungan untuk saya didalam proses perkuliahan dari awal hingga selesai.


(5)

Kepada seluruh keluarga tercinta, mama dan bapak serta kedua adikku Rika Anggita dan Ruhut Trifosa yang sangat saya kasihi dan yang selalu memberikan dorongan baik berupa moril maupun materil, mulai dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih buat pacar saya Sylvia Anggreni Siagian yang banyak membantu dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan baik dari segi bobot ilmiah maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita.

Medan, 17 Desember 2012


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan………. i

Abstrak ………. ii

Abstract ………iii

Kata Pengantar ………... iv

Daftar Isi ………..vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Perumusan Masalah………... 7

1.3 Pembatasan Masalah……….. 7

1.4 Tujuan Penelitian………... 8

1.5 Signifikansi Penelitian……… 8

1.6 Kerangka Teori………... 8

1.6.1 Perilaku Politik……….. 8

1.6.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik……….. 9

1.6.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Politik……….. 11

1.6.2 Perilaku Pemilih………. 13

1.6.2.1 Pendekatan Sosiologis……… 13

1.6.2.2 Pendekatan Psikologis……… 14

1.6.2.3 Pendekatan Rasional………... 15

1.6.2.4 Pendekatan Kepercayaan Politik………. 16

1.6.3 Buruh……… 17

1.6.3.1 Buruh Perkebunan………18

1.7 Metodologi Penelitian………...19

1.7.1 Jenis Penelitian……….19

1.7.2 Lokasi Penelitian………. 20


(7)

1.7.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 21 1.7.5 Teknik Analisis Data……… 22 1.8 Sistematika Penulisan………. 23

BAB II DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan……… 24 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan……….. 29 2.3 Serikat Pekerja Perkebunan……… 34

BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

3.1 Karakteristik Responden……… 38 3.2 Analisis Data Pemahaman Terhadap Pemilukada……….. 42 3.3 Perilaku Politik Buruh Tebu………... 49

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 55 B. Saran………. 56

DAFTAR PUSTAKA………. 59 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 (Data Karyawan PTPN 2 Kebun Sei Semayang) Tabel 2 ( Karakteristik Responden Berdasarkan Umur)

Tabel 3 (Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin) Tabel 4 (Karakteristik Responden Berdasarkan agama)

Tabel 5 (Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir) Tabel 6 (Karakteristik Responden Mengenai Partisipasi Mengikuti

Pemilukada)

Tabel 7 (Karakteristik Responden Alasan Mengikuti Pemilukada)

Tabel 8 (Karakteristik Responden Mengenai Pengenalan Terhadap Calon) Tabel 9 (Karakteristik Responden Sumber Mengenal Calon)

Tabel 10 (Karakteristik Responden Sumber Mencari Informasi Tentang Calon)


(8)

Tabel 11 (Karakteristik Responden Apakah Termasuk Anggota Serikat Perkebunan)

Tabel 12 (Karakteristik Responden Apakah Serikat Perkebunan Mendukung Salah Satu Pasangan Calon)

Tabel 13 (Karakteristik Responden Pilihan Pasangan Calon Dalam Pemilukada 2010 Putaran Kedua)

Tabel 14 (Karakteristik Responden Alasan Memilih Calon)

Tabel 15 (Karakteristik Responden Kedekatan Personal Dengan Calon Yang Dipilih)

Tabel 16 (Karakteristik Responden Apakah Kesamaan Agama Mempengaruhi Pilihan Dalam Pemilukada 2010) Tabel 17 (Karakteristik Responden Apakah Pendidikan Calon


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : Hasudungan Reynald (080906071)

PREFERENSI POLITIK BURUH TEBU DALAM PEMILUKADA 2010 KOTA BINJAI

(Studi Kasus : Pada Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang)

ABSTRAK

Pemilu merupakan sarana untuk memobilisasi dan menggerakkan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Setiap individu dalam masyarakat memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat kondisi mayarakat heterogen dan bervariasi. Mulai dari kondisi sosial, ekonomi, psikologi, dan budaya. Terdapat pula kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia dan perbedaan pendidikan. Hal-hal ini mempengaruhi perilaku politik pada momen politik nantinya, sebab hal-hal yang melatarbelakangi ini akan berimplikasi pada bangunan pengetahuan dan preferensi kemudian.

Dalam masyarakat yang pluralisme budayanya tinggi, terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal ini berarti bahwa latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat member pengaruh. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba menguraikan perilaku buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam pemilukada kota binjai 2010 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi buruh tebu dalam membentuk sikap dan perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah kota Binjai tahun 2010.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori perilaku politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik. Teori ini digunakan untuk dapat melihat perilaku buruh tebu tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi buruh dalam menjatuhkan pilihannya dalam pemilukada kota binjai tahun 2010.


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : Hasudungan Reynald (080906071)

THE POLITIC PREFERENCE OF SUGARCANE WORKER IN ELECTION REGENT 2010 BINJAI CITY

(Research Case : The Sugarcane PTPN 2 Kebun Sei Semayang) ABSTRACT

General selection is an instrument for mobilization and activates the support of citizenry of country and the government by joining in politic process. Everyone in society has different background and context. That is why the condition of the society is heteregenous and has variations. From the social condition, economy, psychology, and culture. There are also some groups of categorical in society, like sex, age and education. These things influence the behavior of politic in the politics moment later, because they will implicate to the knowledge development and preference later.

Society which has high pluralism culture, there are various activities and it is impossible there are difference in implementation, for understanding the behavior of politic, we need the observe from multidimension point of view. Therefore, this research will try to analyze the behavious sugarcane worker PTPN 2 Kebun Sei Semayang in Binjai in geneal election 2010 and analysis factor which influence sugarcane worker in forming attitude and voters behavior in Binjai regant election 2010.

The theory which to explain that problem is politic behavior theory and factors that influence the behavior of politic. This theory is used to get seeing the sugarcane worker behavior and factors that influence it in give choice of Binjai regant election 2010.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Buruh pada saat ini dianggap oleh kebanyakan orang sama dengan pekerja, padahal dari dasar pengertiannya buruh berbeda dengan pekerja. Secara teori, didalam suatu perusahaan terdapat dua kelompok yaitu kelompok pemilik modal dan kelompok buruh, yaitu orang-orang yang diperintah dan dipekerjanan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu disebut Buruh. Dari segi kepemilikan kapital dan aset-aset produksi, dapat kita tarik benang merah, bahwa buruh tidak terlibat sedikitpun dalam kepemilikan aset, sedangkan majikan adalah yang mempunyai kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer atau direktur disebuah perusahaan sebetulnya adalah buruh walaupun mereka mempunyai embel-embel gelar keprofesionalan.

Buruh sendiri memberikan pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi maupun politik. Didalam bidang ekonomi misalnya buruh sebagai unsur penggerak langsung perekonomian, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan perekonomian khususnya di pabrik-pabrik maupun di perkebunan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan pengaruh buruh di bidang politik berkaitan dengan peran penting mereka sebagai salah satu kegiatan ekonomi yaitu sadar bahwa peran mereka begitu penting dalam bidang ekonomi, maka buruh menuntut berbagai tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan ini akhirnya dijadikan sebagai jalan bagi buruh menuju kegiatan politik. Disamping itu, peran buruh dalam politik yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini diikuti juga dengan kekompakan dan sifat militan dari buruh, kekompakan dan sifat militan ini timbul disebabkan adanya kesadaran bahwa nasib mereka dan kepentingan yang


(12)

ingin dicapai adalah sama. Tidaklah heran jika banyak partai – partai politik maupun calon – calon penguasa memanfaatkan isu buruh sebagai salah satu cara untuk mendongkrak suara dan popularitasnya. Peran buruh yang cukup besar tersebut mendapatkan pengakuan oleh berbagai pihak, hal ini ditandai dengan adanya hari buruh atau yang sering disebut dengan May Day. May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial.

Perkembangan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat da minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di ta membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu perjuangan untuk menuntut diubahnya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Di Indonesia, pergerakan buruh sudah ada semenjak masa penjajahan Belanda dimana pemerintah Belanda selalu menentang setiap gerakan buruh yang ada pada saat itu dan menangkap para pemimpin buruh. Setelah Indonesia merdeka, maka pada tanggal 19 September 1945 kaum buruh membentuk sebuah organisasi buruh yaitu Barisan Buruh Indonesia (BBI) yang bertujuan untuk ikut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjalanan gerakan buruh di Indonesia pada masa orde lama ditandai dengan munculnya beberapa organisasi buruh yang berhaluan komunis, seperti SOBSI (Sentral Organisasi Buruh) pada bulan Mei 1947 dan BKS-BUMIL (Badan Kerjasama Buruh Militer) tahun 1956.1

Tapi sejak masa pemerintaha setiap gerakan buruh tidak

diperbolehkan lagi, ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di


(13)

Indonesia. Ini juga termasuk dimana hari buruh yang tidak diperingati lagi di Indonesia karena semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day atau hari buruh masuk kategori aktivitas dikonotasikan dengan ideologi

Saat rezim otoriter Orde Baru runtuh (1998), banyak orang menduga bahwa buruh yang terorganisir sedang berada pada posisi yang diuntungkan. Secara berturut-turut pemerintahan pasca Soeharto mengubah hukum perburuhan yang bertujuan untuk memperluas hak-hak buruh, mempermudah pembentukan serikat, serta memperbesar ruang kebebasan berbicara dan berkumpul. Namun sekarang ini, banyak pengamat yang setuju bahwa masyarakat pekerja, khususnya buruh yang terorganisir gagal memanfaatkan ruang-ruang baru yang tersedia untuk unjuk gigi dalam dunia politik. Rendahnya posisi tawar buruh disebabkan pula peran serikat buruh seperti SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) maupun SP-BUN (Serikat Pekerja Perkebunan) tidak optimal, tidak berfungsi seperti yang diharapkan sebagian besar buruh karena konflik antar serikat yang duduk di dalam kepengurusan telah melemahkan daya tawar mereka, dan karenanya tidak jarang mereka diperdaya oleh oknum-oknum pejabat negara dan pengusaha yang licik.

Kelompok buruh memang tidak memiliki kekuatan politik yang tinggi bila dibandingkan dengan pengusaha ataupun pemilik modal tetapi dengan berkumpul dalam jumlah besar, mengganggu lalu lintas dengan turun ke jalan, kemudian melakukan pendudukan atas gedung-gedung dan tempat-tempat penting. Aksi-aksi ini memaksa otoritas untuk melihat para buruh sebagai satu kelompok dan mengakui kekuatan kolektif yang mereka miliki. Para buruh juga berhasil memperlihatkan ke publik bagaimana penderitaan-penderitaan yang selama ini mereka lalui. Strategi turun ke jalan ini mencerminkan kekuatan politik dari kelompok terpinggirkan di dalam masyarakat kita, yang menunjukkan bahwa mereka mampu memperjuangkan dan menentukan nasibnya sendiri. Disisi lain, karena jumlah buruh yang cukup besar, keberadaan buruh sering dieksploitasi oleh pihak-pihak lain terutama oleh kepentingan politik.


(14)

Indonesia memiliki banyak perkebunan Nusantara yang tersebar di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Adapun perkebunan Nusantara yang ada di Indonesia, yaitu:

- Perkebunan Nusantara I, PT State Jl.Kebon Baru, Langsa, Aceh Timur, D.I.Aceh.

- Perkebunan Nusantara II, PT State Tanjung Morawa Km 16 Desa Bakalia Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara.

- Perkebunan Nusantara III, PT State Jl.Sei Sikambing Medan, Sumatera Utara.

- Perkebunan Nusantara IV (Sei Bahar)/Pirsus State Pebatu, Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

- Perkebunan Nusantara V, PT State Jl.Ronggoarsito No.40 Pekan Baru, Riau.

- Perkebunan Nusantara VI, PT State Jl.Katip Sulaiman No.54 Padang, Sumatera Barat.

- Perkebunan Nusantara VII, PT State Jl.Teuku Umar No.300 Bandar Lampung, Lampung.

- Perkebunan Nusantara VIII, PT State Jl.Sindang Sirna No.4 Bandung, Jawa Barat.

- Perkebunan Nusantara X (Tebenan).

- Perkebunan Nusantara XIII, PT State Jl.Let.Jen.Sutoyo No.19 Pontianak, Kalimantan Barat

- Perkebunan Nusantara XIV, PT State Jl.Slamet Riyadi No.14 Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.2

2


(15)

Adapun jumlah buruh pada Februari 2010 menurut Badan Pusat Statistik berjumlah 30.720.000 dan pada bulan Agustus meningkat menjadi 32.52.000 orang, berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 jumlah buruh pada bulan Februari yakni berjumlah 34.510.000 orang, kemudian berkembang menjadi 37.770.000 orang pada bulan Agustus 2011, sedangkan pada bulan Februari 2012 jumlah buruh mengalami peningkatan menjadi 38.130.000 atau mengalami peningkatan sebanyak 7.410.000 dari bulan Februari tahun 2010.3

Buruh seharusnya dapat lebih bijak dalam mengikuti kegiatan politik dan memilih para elite yang mewakili suara mereka di pemerintahan, hal ini dapat dilakukan para buruh dengan ikut berpartisipasi didalam pemilu. Dengan kata lain, partisipasi langsung dari masyarakat yang seperti ini merupakan penyelenggaraan kekuasaan politik yang sah dan oleh rakyat keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakat tersebut lebih mengetahui apa yang mereka inginkan. Hal inilah yang seharusnya diperhatikan oleh para buruh melalui serikat buruh untuk dapat menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan mereka dan apa yang mereka inginkan, karena sistem demokrasi melalui pemilu, buruh dapat ikut mengambil peran didalam menentukan kebijakan yang diambil oleh pemerintah terutama kebijakan yang berhubungan dengan pekerja ataupun buruh. Tidak ada demokrasi tanpa partisipasi dari warga Negara karena keterlibatan masyarakat dalam berpolitik merupakan ukuran demokrasi suatu Negara. Dapat kita lihat dari

Dan jumlah buruh PTPN yang ada di seluruh Indonesia sebanyak 82.500 orang. Dengan melihat banyaknya jumlah buruh tersebut banyak partai politik mengarahkan pola gerakannya untuk merekrut buruh sebagai alat kepentingan politik mereka dan berupaya merebut suara mereka dengan menjanjikan perbaikan untuk nasib buruh, yang kita sama-sama tahu bahwa nasib buruh dari hari ke hari tetap saja sebagai alat produksi yang dapat dibuang dan diganti setiap saat.

3


(16)

pengertian demokrasi tersebut secara normatif, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.4

Adanya kebebasan rakyat dalam menjalankan pemilu menjadi ukuran untuk melihat eksistensi demokrasi dalam suatu Negara. Didalam pemilu, rakyat yang telah memenuhi syarat untuk memilih, secara bebas, dan rahasia menjatuhkan pilihannya pada figur yang dinilai sesuai dengan aspirasinya.5

Terwujudnya pemilu yang baik tidak terlepas dari perilaku politik masyarakatnya, perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Bentuk perilaku politik ini menjadi alat analisis untuk melihat bagaimana perilaku pemilih masyarakat dalam hal ini buruh tebu PTPN 2 kebun sei semayang dalam pemilihan kepala daerah 2010 kota Binjai. Buruh yang dibahas dalam penelitian ini adalah buruh tebu PTPN 2 kebun sei semayang dimana buruh yang dimaksud dalam hal ini adalah mereka yang berposisi sebagai karyawan lepas dan karyawan pelaksana, dengan memiliki jumlah yang cukup besar mereka dianggap sebagai objek penting oleh pasangan calon kepala daerah untuk memperoleh jumlah suara. Antusias yang ditunjukkan oleh buruh tebu PTPN2 dalam pemilukada juga cukup baik, ini terlihat dengan mengikuti kampanye dari pasangan calon walikota Binjai, banyak buruh yang rela cuti kerja untuk mengikuti kampanye dari calon pasangan walikota. Keikutsertaan mereka didalam kampanye menunjukkan bagaimana bentuk perilaku politik buruh tebu dalam mengikuti pemilukada kota Binjai, karena mereka berharap calon yang didukung akan dapat membantu memperbaiki kesehjateraan hidup mereka. Janji-janji yang disampaikan serta pendekatan yang digunakan oleh calon walikota akan sangat berpengaruh dalam menarik simpati buruh, karena akan menentukan bagaimana perilaku memilih dari buruh tebu PTPN2.

Oleh karena itu, kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin bukanlah muncul karena dirinya sendiri, melainkan titipan dari rakyat melalui pemilu.

4

Mochtar Mas’oed, Negara, Kapital dan demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2003, hal 43


(17)

Sampai saat ini, belum terlalu banyak kalangan pemerhati politik Indonesia yang melakukan kajian intensif terhadap perilaku pemilih khususnya pada buruh. Padahal kajian tentang perilaku buruh dalam memilih juga tidak kalah pentingnya terutama didalam pemilukada. Dengan demikian menyadari akan kurangnya penelitian tentang perilaku politik buruh, maka didalam penelitian ini penulis akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang pada Pemilukada 2010 Kota Binjai. Penulis menggunakan analisis perilaku politik untuk melihat perilaku memilih buruh.

2. Perumusan Masalah

Buruh pada saat ini memiliki pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi maupun politik, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan baik. Begitu juga dengan peran buruh di politik, menyadari peran mereka yang cukup besar maka mereka menuntut bergagai tuntutan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, maka penting untuk mengetahui bagaimana perilaku buruh tersebut dikehidupan politik.

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Bagaimana perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang pada Pemilukada 2010 Kota Binjai ?”

3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokus terhadap permasalahannya akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalah. Pada penelitian ini adapun masalah yang ingin diteliti adalah :

1. Penelitian ini melihat fenomena perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai.

2. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai.


(18)

4. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui fenomena perilaku politik apa yang terjadi pada pada buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku politik

buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai.

5. Signifikansi Penelitian

1. Secara pribadi penelitian ini mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan juga memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarja strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara akademis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai preferensi politik buruh dan memberikan solusi atas permasalahan buruh.

3. Secara kelembagaan penelitian ini berguna bagi keperluan lembaga pendidikan dan juga lembaga politik yang berbicara mengenai preferensi politik terkhusus buruh.

6. Kerangka Teori 6.1. Perilaku Politik

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.6

dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.

Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antar kelompok

6


(19)

Pada dasarnya, manusia yang melakukan kegiatan politik dibagi menjadi dua, yakni warga Negara yang memiliki fungsi pemerintahan (pejabat pemerintahan), dan warga Negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan tetapi memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintahan. Suatu tindakan dan keputusan politik tidak hanya ditentukan oleh tugas dan wewenang yang melekat pada lembaga yang mengeluarkan keputusan, tetapi juga dipengaruhi oleh kepribadian individu yang membuat keputusan tersebut.

Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mengambil suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum.

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan sikap politik, yakni yang berkaitan dengan kesiapan bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu yang merupakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut.7 Perilaku politik tidaklah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tetapi perilaku politik mengandung keterkaitan dengan hal yang lain. Salah satu sikap yang penting adalah sikap politik. Dimana antara sikap dengan perilaku memiliki tingkat keeratan yang sangat tinggi, namun keduanya dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu. Sikap belum merupakan tindakan tetapi masih berupa suatu kecenderungan.

6.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik adalah sebagai berikut :

1. faktor kondisi historis. Dimana setiap sikap dan perilaku politik masyarakat dipengaruhi oleh proses – proses dan peristiwa historis masa lalu. Hal ini disebabkan budaya politik tidak merupakan kenyataan yang statis melainkan berubah dan berkembang sepanjang masa.


(20)

2. faktor kondisi geografis memberikan pengaruh dalam perilaku politik masyarakat sebagai kawasan geostrategic, walaupun kemajemukan budaya Indonesia merupakan hal yang rawan bagi terciptanya disintegrasi. Kondisi ini mempegaruhi perbedaan tingkat partisipasi politik masyarakat, kesenjangan pemerataan pembangunan, kesenjangan informasi, komunikasi, teknologi mempengaruhi proses sosialisasi politik.

3. faktor budaya politik memiliki pengaruh dalam perilaku politik masyarakat. Berfungsinya budaya politik ditentukan oleh tingkat keserasian antara tingkat kebudayaan bangsa dan struktur politiknya. Kemajuan budaya Indonesia mempengaruhi budaya budi bangsa. Berbagai budaya daerah pada masyarakat Indonesia berimplikasi pada terciptanya hsebuah bentuk perilaku politik dengan memahami budaya politik masyarakat yang dipandang penting untuk memahami perilaku politik. 4. perilaku politik masyarakat dipengaruhi oleh agama dan keyakinan.

Agama telah memberikan nilai etika dan moral politik yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku politiknya. Keyakinan merupakan acuan yang penuh dengan norma – norma dan kaidah yang dapat mendorong dan mengarahkan perilaku politik sesuai dengan agama dan keyakinannya, proses politik dan partisipasi warga Negara paling tidak dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemahaman agama seseorang. 5. faktor pendidikan dan komunikasi juga mempengaruhi perilaku politik

seseorang. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin tinggi tingkat kesadaran politiknya. Komunikasi yang intens akan mempengaruhi perilaku politik seseorang dalam kegiatan politiknya.


(21)

7. faktor lingkungan sosial politik mempengaruhi aktor politik secara langsung seperti keadaan keluarga. Lingkungan sosial politik saling mempengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain dan bukannya sebagai faktor yang berdiri sendiri.8

Selain faktor – faktor diatas, ada beberapa faktor lain yang juga memainkan peranan penting dalam menentukan pilihan rakyat yaitu standar kehidupan, faktor penghasilan atau gaji, kelompok umur, dan jenis kelamin.

6.1.2 Bentuk – Bentuk Perilaku Politik

Perilaku politik dilihat sebagai sebuah alat analisis untuk melihat bagaimana masyarakat ikut berpartisipasi di dalam pemilihan umum, baik itu melalui pemberian suara (voting), maupun keikutsertaan seseorang dalam kampanye.

1. Pemberian Suara (Voting)

Richard G. Niemi dan Herbert F.Weisberg yang dikutip dalam komunitas embun pagi, berpendapat bahwa faktor sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih seseorang, bukan karena karakteristik sosiologis. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis (terutama konsep sosialisasi dan sikap) untuk menjelaskan perilaku seseorang. Pendekatan ini berkeyakinan bahwa pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari sosialisasi yang mereka terima. Maka dalam hal ini diperlukan “kurikulum sosialisasi politik”. Ini penting terutama bagi pemilih pemula yang cenderung belum pernah memilih. Harus dilakukan sosialisasi yang sistematis agar pemilih pemula ini dapat mengerti dan tidak menunjukkan karakter yang apatis (tidak adanya minat terhadap persoalan – persoalan politik), anomi (perasaan tidak berguna). Maka kesadaran politik warga Negara menjadi faktor determinan dalam partisipasi politik masyarakat, artinya berbagai hal yang berhubungan dengan


(22)

pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi tolok ukur seseorang terlibat dalam proses partisipasi politik.9

2. Kampanye

Kampanye adalah suatu tindakan politik yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian.10

Jenis-jenis kampanye dapat dilihat sebagai berikut :

1. Product-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada

produk umumnya yang terjadi di lingkungan bisnis. Isitilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial

campaign, atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah

memperoleh keuntungan finansial.

2. Candidate-Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada

kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai kampanye politik

(Political Campaigns). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan

dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

9

Richard G. Niemi dan Herbert F.Weisberg, Controversier of Voting Behaviour, yang dikutip di dalam komunitas embun pagi.

10


(23)

3. Ideologically or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus yang sering kali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini disebut sebagai Social Change Campaigns, yakni kampanye untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.11

6.2 Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih dapat didefenisikan sebagai keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuatan keputusan yaitu apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Jikalau memutuskan untuk memilih apakah memilih partai atau kandidat (X) ataukah partai politik atau kandidat (Y).12 Ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisa perilaku memilih yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan rasional, dan pendekatan kepercayaan politik.

6.2.1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan peranan faktor-faktor sosiologi dalam membentuk perilaku politik seseorang, pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial itu mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Karakter dan pengelompokan sosial berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, status sosial, ekonomi, aspek geografis dan lain sebagainya13

11

Antar Venus, Manajemen Kampanye, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009, hal. 11.

. Hal ini dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam bentuk perilaku pemilih. Aliran yang menggunakan pendekatan sosiologi dalam menganalisis perilaku pemilih ini menyatakan bahwa preferensi politik termasuk preferensi pemberian suara di kotak pemilihan seseorang merupakan produk dari karakteristik sosial ekonomi dimana dia berada, seperti profesi, kelas sosial, agama, dan seterusnya. Dalam

12

P.Antonius Sitepu Teori – Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Hal.90.

13


(24)

status sosial ekonomi terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk melakukan analisis tentang suatu hubungan atau pengaruh, yaitu antara lain: pendidikan, pekerjaan, pendapatan, atau kekayaan.14

6.2.2 Pendekatan Psikologis

Munculnya pendekatan psikologis merupakan sebuah reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan prilaku pemilih. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang merupakan sebagai refleksi dari kepribadian seseorang yang merupakan variable yang menentukan dalam mempengaruhi prilaku politiknya. Pendekatan psikologis, yang sering disebut Mazhab Michigan (The Michigan Survey Reseach Center) lebih menekankan pada faktor psikologis seseorang dalam menentukan perilaku atau pilihan politik. Menurut penganut pendekatan psikologis, secara metodologis pendekatan sosiologis dianggap sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indicator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya.

Pendekatan psikologis ini mengembangkan konsep Psikologis, khususnya konsep sikap dan sosialisasi dalam menjelaskan perilaku seseorang. Konsep sikap merupakan variable sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih karena menurut Greenstein ada tiga fungsi sikap yakni ; pertama, sikap merupakan fungsi penting. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan penyesuaian diri. Artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap merupakan sikap eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berujud mekanisme pertahanan (Defensce Mechanisme)

14


(25)

Dalam pendekatan ini juga terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Tiga faktor itu adalah identifikasi partai, orientasi isu atau tema, dan orientasi kandidat. Identifikasi partai dalam hal ini bukan sekedar partai apa yang dipilih tetapi juga tingkat identifikasi individu terhadap partai politik tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan orientasi isu atau tema adalah tema atau isu apa saja yang diangkat dan dijadikan acuan bagi partai politik atau kandidat tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan orientasi kandidat siapa yang akan mewakili partai politik tersebut.15 Dengan demikian, konsep identifikasi partai merupakan variable sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih dalam penekatan psikologis ini. Dalam hal ini, hubungan pengaruh antara identifikasi partai dengan perilaku pemilih sudah menjadi aksioma.

6.2.3 Pendekatan Rasional

Munculnya pendekatan rasional disebabkan karena dua pendekatan terdahulu hanya menempatkan pemilih pada ruang dan waktu yang kosong baik secara eksplisit maupun implisit. Dalam hal ini pemilih diibaratkan sebagai wayang yang tidak mempunyai kehendak bebas kecuali atas perintah atau kendali dalangnya. Dimana karakteristik sosiologis, latar belakang keluarga, pembelahan cultural atau identifikasi partai dan pengalaman hidup pada karakteristik psikologis, merupakan variabel yang dengan sendirinya maupun komplomenter mempengaruhi perilaku atau pilihan politik seseorang.

Dalam teori rasional (Rational Choise Theory) bahwa ketika seseorang dhadapkan pada beberapa jenis tindakan, maka orang biasanya akan melakukan apa yang mereka yakini berkemungkinan memberikan hasil yang terbaik. Pilihan rasional muncul sebagai revolusi pendekatan dalam ilmu politik 16

15

David Marsh, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Nusa Media; Bandung, 2002. Hal.76.

. Dengan kemunculan teori rasional ini, maka ada sebagian pemilih yang mengubah pilihan politiknya. Hal ini disebabkan oleh adanya ketergantungan pada peristiwa politik

16


(26)

tertentu yang bisa saja mengubah preferensi pilihan politik seseorang. Dalam pendekatan rasional terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Dimana orientasi isu fokus pada pertanyaan : apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara orientasi kandidat berpusat kepada sikap pemilih terhadap pribadi kandidat tanpa memperdulikan label partainya. Him Melweit mengatakan bahwa perilaku pemilih merupakan pengambilan keputusan cepat dan pengambilan keputusan tersebut tergantung pada situasi sosial politik tertentu yang tidak beda dengan pengambilan keputusan lainnya.

Pada akhirnya pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para pemilih benar – benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap visi, misi, program kerja pasangan calon atau kandidat dan partai politik. Pemilih rasional memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan informasi yang cukup. Perbedaan antara pendekatan rasional dengan lainnya bahwa pemilih rasional adalah pemberi suara yang responsitif dan tidak permanen.17

6.2.4 Pendekatan Kepercayaan Politik

Penggunaan variabel kepercayaan politik untuk menjelaskan perilaku politik nonvoting, sebenarnya diadopsi dari variabel kepercayaan untuk menjelaskan keaktifan atau ketidak aktifan seseorang dalam kegiatan politik. Ketidak aktifan dalam konsep ketidak percayaan politik sendiri selalu mengandung pengertian ganda. Pertama, ketidak aktifan dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi atas kepercayaan yang rendah terhadap sistem politik atau sebagai suatu ekspresi atas perasaan keterasingan (alienasi). Kedua, ketidak aktifan juga dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi kepercayaan yang tinggi, di mana ketidak aktifan seseorang dalam bilik suara menendakan bahwa mereka

17


(27)

puas terhadap sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik yang ada.18

6.3 Buruh

Buruh dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan memiliki pengertian setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Buruh terdiri dari beberapa macam yaitu :

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak

mempunyai keahlian dibidang tertentu.

c. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu (misalnya buruh tebang tebu).

d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan.

f. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain.

g. Buruh terampil, buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. h. Buruh terlatih, buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.19

Pendapat lain menyebutkan buruh diartikan sebagai orang yang bekerja dibawah perintah orang lain, dengan menerima upah karena telah melakukan pekerjaan di perusahaan.20 Kemudian Muchtar Pakpahan mengatakan buruh adalah mereka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari gaji dan mendapat upah dari jasa atau tenaga yang dikeluarkannya. Jadi, siapapun yang bekerja dan mendapatkan gaji, mereka adalah buruh. Orang yang bekerja di bank, rumah sakit, perusahaan sawit atau tebu, jurnalis, swalayan, toko, atau dimanapun, adalah buruh.

18 Asfar Muhammad, Presiden Golput, Surabaya : Jawa Pos Press 2004, Hal.41 19

20


(28)

Pemahaman orang tentang makna dan arti buruh sangat sempit. Buruh dianggap mereka yang bekerja dan mengandalkan tenaganya, untuk pekerjaan-pekerjaan berat. Tak heran muncul berbagai istilah baru sebagai bentuk pengaburan makna buruh itu sendiri. Seperti, pekerja kerah putih, ekspatriat, eksekutif dan lainnya. Pemaknaan dan determinasi ini memang sengaja dimunculkan sebagai bentuk dari pengkotak-kotakan kelas buruh. Sehingga ketika terjadi permasalahan di suatu perusahaan, misalnya di perusahaan tebu, sawit, kayu, garmen, atau perusahaan apapun, tidak akan menimbulkan simpati bagi buruh di perusahaan yang lain.

6.3.1 Buruh Perkebunan

Buruh Perkebunan merupakan para pekerja yang bekerja di sektor perkebunan. Perkebunan itu sendiri merupakan bidang kerja produktif yang melakukan berbagai aktifitas produksi demi pencapaian hasil, yang tentunya memerlukan banyak tenaga kerja.

Jenis-Jenis perkebunan yang terdapat di Indonesia, yaitu :

NO PERUSAHAAN PERKEBUNAN PRODUKSI

1. PTPN 1 Kelapa sawit, karet

2. PTPN 2 Tebu, kelapa sawit, karet, tembakau

3. PTPN 3 Kelapa sawit

4. PTPN 4 Kelapa sawit, Karet

5. PTPN 5 Kelapa sawit, karet

6. PTPN 6 Kelapa sawit, the

7. PTPN 7 Kelapa sawit, karet, tebu, the

8. PTPN 8 Kelapa sawit, karet, teh, kina, kakao

9. PTPN 10 Tebu, tembakau, kakao

10. PTPN 13 Kelapa sawit, karet


(29)

Perkebunan Tebu di Indonesia adalah perkebunan yang selain padat modal, juga memerlukan lahan yang besar, serta melibatkan tenaga kerja yang cukup banyak. Perkebunan tebu memiliki tenaga kerja yang beragam keahlian, pendidikan, berbeda sosial budaya, berbeda agama, serta berbeda produktivitasnya. Adapun kegiatan di kebun terdiri dari beragam kegiatan, baik kegiatan rutin maupun kegiatan lapangan, yang keseluruhannya dikerjakan oleh tenaga kerja yang tersedia. Untuk setiap pekerjaan di kebun diperlukan tenaga kerja dengan berbagai jenis keterampilan yang berbeda untuk setiap bidang pekerjaannya.

Penggunaan tenaga kerja menuntut adanya penghargaan dari pihak perusahaan perkebunan atas para pekerjanya terhadap produktivitas ataupun kinerja yang mereka lakukan bagi perusahaan. Tenaga kerja diperkebunan tebu terbagi atas dua macam yaitu pekerja tetap dan pekerja lepas. Pekerja tetap merupakan karyawan yang bekerja secara tetap dan permanen di perusahaan, sedangkan pekerja lepas merupakan karyawan yang bekerja secara musiman atau ketika perusahaan sedang dalam proses pembuatan gula.

7. Metodologi Penelitian 7.1 Jenis Penelitian

Berangkat dari uraian serta tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan format deskriptif. Dengan maksud untuk menggambarkan ataupun meneliti sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, pemikiran dan peristiwa pada masa sekarang. Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah penelitian sikap, atau pendapat individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan, survey, wawancara atau observasi.21

21


(30)

7.2Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah berada di PTP Nusantara II Kebun Sei Semayang berjarak 12,5 km dari kota medan tepatnya di kecamatan sunggal, kabupaten deli serdang.

7.3 Populasi dan Sampel 7.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diterapkan kesimpulannya. Populasi mempunyai lambang (N). 22 Dalam hal ini, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para buruh yang tergolong sebagai karyawan tetap yang telah memiliki hak suara di dalam pemilihan kepala daerah di PTPN 2 Kebun Sei Semayang, yang berjumlah 152 orang.

7.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah yang dapat mewakili karakteristik dari populasi. Disebabkan jumlah populasi cukup besar yaitu 152 orang, maka rumus yang digunakan untuk menentukan dan pengambilan sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane, yaitu:

n = N N.d2 +1

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90%.

22


(31)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: n = 152

152 (10%)2 + 1

n = 152 152 (0,01) + 1

n = 60,3 atau 63 orang

Dikarenakan populasi yang bersifat homogen, maka peneliti menggunakan teknik Random Sampling dalam menentukan sampel, dimana setiap unit penelitian atau elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan sampel probabilitas dengan teknik penentuan sampel secara random sistematis (Systematic Random Sampling).23

7.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulakan data dari lapangan dan selanjutnya mengolah data yang telah diperoleh dari lapangan, serta melakukan analisa dengan menggunakan teori-teori dari perpustakaan, dan akhirnya menarik kesimpulan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh dengan 2 (dua) cara yaitu penyebaran kuisioner dan wawancara langsung. Kuisioner merupakan kumpulan pertanyaan dengan pilihan jawaban seputar rumusan masalah yang akan dijawab oleh responden.24 Sementara, wawancara untuk melengkapi data dari hasil penyebaran kuesioner.

23

M.Arif Nasution, dkk, Metode Penelitian, Medan : Fisip USU Press, 2008. Hal 103

24


(32)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Sumber data sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap sebagai bahan pembanding. Ada dua kategori data sekunder, yakni :

a. Internal Data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder, seperti buku, jurnal, internet dan laporan hasil riset yang sebelumnya. b. Eksternal Data, seperti data sensus dan data register, serta data yang

diperoleh dari badan atau lembaga yang aktifitasnya mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan berbagai masalah.25 Badan atau lembaga yang menjadi sumber data adalah KPUD Kota Binjai dan PTPN 2 Sei Semayang.

7.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif. Data-data yang yang telah dikumpul dan diperoleh di lapangan akan dikaji dan selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang mampu menjelaskan masalah yang diteliti.

25


(33)

8. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan disajikan penulis kedalam IV Bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori penelitian dan Metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

Bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum PTPN 2 Kebun Sei Semayang, yang dilihat dari sejarah singkat perusahaan, tujuan berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan serikat pekerja perkebunan di PPTPN 2 Kebun Sei Semayang.

BAB III : HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Bab ini akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang didapat dari lapangan yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden serta pembahasan dan analisis dari fakta dan data tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan mencakup kesimpulan dan saran – saran yang diperoleh dari hasil penelitian, yang mencakup dari keseluruhan bab yang telah dibahas.


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)

KEBUN TEBU SEI SEMAYANG

I. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan I.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah perusahaan penghasil gula yang dikelola langsung oleh PTPN IX. Pada mulanya PTPN IX hanya memproduksi lembaran daun tembakau (dekblat). Lahan bekas tembakau yang telah dipanen harus dihutankan kembali untuk mencegah penyakit layu daun pada tanaman tembakau berikutnya. Umur tanaman tembakau kurang lebih 100 hari, sedangkan lama penghutanan kembali adalah 5 tahun. Dari segi komersil, keadaan ini sulit untuk dipertahankan. Disamping itu, permintaan dekblat dipasar internasional menurun. Jika dipandang dari segi produktivitas, penggunaan areal tanah untuk tanaman tembakau tidak ekonomis lagi, tetapi tembakau deli harus tetap dipertahankan karena merupakan komoditi ekspor tradisional dengan catatan harus diselingi dengan tanaman rotasi (tanaman selingan).

Didorong untuk menggunakan tanah milik PTPN IX agar lebih berdaya guna maka diambil suatu kebijakan untuk mengadakan diversifikasi tanaman dengan penanaman coklat, kelapa sawit dan tebu. Sehingga perkebunan tembakau yang ada di PTPN IX telah banyak dialihkan ke tanaman tersebut. Percobaan penanaman tebu merupakan awal dari pendirian Pabrik Gula Sei Semayang yang dimulai pada tahun 1975 oleh Proyek Pengembangan Industri Gula (PPIG). Dengan persetujuan BKU-PNP, percobaan PPIG dilakukan di tiga tempat, yaitu proyek perkebunan Tanjung Morawa, perkebunan Batang Kuis, dan perkebunan Sei Semayang.


(35)

Kelanjutan dari penanaman tebu diikuti dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh “Philippine Consortium of Sugar Consultant” pada bulan Februari 1978. Hasil studi ini menyatakan bahwa pembangunan PGSS layak dilakukan, sehingga pada akhir tahun 1978 keluarlah izin proyek pembangunan pabrik gula dari Menteri Pertanian RI. Kredit investasi yang digunakan untuk membangun pabrik tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu dari Bank Bumi Daya sebagai kreditur utama dan dari PTPN IX itu sendiri, serta didukung juga oleh perkebunan lainnya.

Adapun pelaksanaan yang dilakukan dalam pembangunan tersebut, ialah : A. Supply Contract, ditangani oleh :

1. Kawasaki Heavy Industri Coorporation. 2. Yoshimini.

3. Nischo Iwai/Egara.

B. Perakit Lokal : Super Andal Steel Medan. C. Pelaksana : PT. Aneka Usaha Perkebunan. D. Pengawas : KPB Surabaya.

PGSS mulai dibangun pada tanggal 21 April 1981 dengan kapasitas 4000 TCD (Ton Cano Per Days) dan selesai dibangun pada tanggal 15 Oktober 1982. Peresmian pabrik ini dilaksanakan oleh Presiden RI Soeharto. Sebelum diresmikan, PGSS telah mengadakan penggilingan percobaan pada Desember 1981, tetapi belum mencapai kapasitas penuh. Pabrik gula ini mulai berproduksi secara komersil pada awal Januari 1983 sampai dengan Juli 1983 dan penggilingan kedua dimulai pertengahan Januari 1984 sampai dengan Agustus 1984. Kebun Sei Semayang berada di Desa Mulyorejo Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang terletak di Jalan Medan-Binjai KM 12,5 sebagai tempat pelaksanaan produksi dengan luas areal sekitar 16.000 m².

Pabrik ini mempunyai delapan perkebunan dan penanaman tebu dilakukan di dua jenis tempat yaitu pada tanah konversi (areal tembakau yang diubah


(36)

menjadi tanaman tebu) dan pada daerah rotasi (areal tanaman tebu yang dirotasi dengan tanaman tembakau). Selain menambah pendapatan dan lapangan kerja, pembangunan PGSS juga mendorong usaha-usaha industri seperti pengadaan karung, kapur tohor, penambang girang dan transportasi.

Visi, Misi, Tujuan Serta Karakteristik PTPN II

VISI : Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya saing tinggi.

MISI :

1. Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha 2. Memberikan kontribusi optimal

3. Menjaga kelestarian dan pertambahan nilai

Tujuan Perusahaan :

1. Peningkatan kinerja operasional organisasi dan manajemen serta pemanfaatan peluang bisnis seoptimal mungkin, sehingga menjadi perusahaan perkebunan yang sustainable (berkelanjutan) berdaya saing, makmur dan menghasilkan laba sehingga dapat berperan dalam pembangunan daerah dan nasional serta dalam mensejahterakan karyawan.

2. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sector

perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan tumbuh dalam skala usaha yang ekonomis.

3. Meningkatnya posisi portofolio bisnis melalui perbaikan internal semua aspek sumber daya yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara II.

4. Meningkatkan profitabilitas usaha pada kondisi unggulan serta mempertahankan dan meningkatkan sumbangan devisa di bidang perkebunan melalui peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya


(37)

peningkatan ekspor non migas, serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan serta konservasi air dan tanah.

Karakter PTPN II :

1. Pekerja keras.

2. tangguh dan bertanggungjawab. 3. Sadar berbiaya.

4. Persaudaraan dan kebersamaan. 5. Taqwa dan berakhlak mulia. 6. Setia pada nusa bangsa

Budaya Perusahaan :

1. kebenaran formal dan material melalui keteladanan, keterbukaan, kepercayaan, kejujuran, Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan dalam meningkatkan produktivitas dan etos kerja.

2. Dalam setiap gerak langkah senantiasa mengedepankan konsultasi, komunikasi dan koordinasi.

3. Dalam menyelesaikan setiap tugas selalu melaksanakan dengan cepat, cekatan, cerdas, cermat dan menjaga citra.

4. Menghargai setiap hasil karya yang baik, memiliki rasa hormat dan santun dalam berprilaku.


(38)

DATA KARYAWAN PTPN II KEBUN SEI SEMAYANG

BIDANG JUMLAH SELURUHNYA

P W JLH

I. KANTOR

1. Administrasi 15 13 28

2. Gudang 2 1 3

3. Guru Agama 6 1 7

4. Keamanan (Satpam) 53 - 53

5. Opas 3 - 3

II. BENGKEL TEKNIK

1. Ass. B. Teknik/Adms 1 - 1

2. Mandor-Mandor 2 - 2

3. Mekanik 3 - 3

4. Supir 11 - 11

5. Kenek 6 - 6

6. Emplasmen 9 - 9

7. Tukang 3 - 3

III. TANAMAN

1. Ka. Rayon/Ka. DP 10 - 10

2. Krani Rayon/DP 10 7 17

3. Pemb. Krani/Pelayanan - - -

4. Mandor/Kapveld 6 - 6

5. EWS/Mekanisasi 7 - 7

6. Mdr. Panen 20 - 20

7. Mdr. Pemeliharaan 20 - 20

8. Pemeliharaan 15 - 15

9. TRI 3 2 5

IV. Kary. Ex Kebun Bekala 87 23 110

V. MBT 10 - 10

VII. JUMLAH SDM KANDIR 32 20 52

JUMLAH KESELURUHAN 334 67 401

Sumber : Data PTPN2 Kebun Sei Semayang

Tabel diatas merupakan jumlah buruh di perkebunan PTPN 2 Kebun Sei Semayang beserta bagian-bagian ataupun bidang pekerjaan mereka, dimana buruh di dominasi oleh lelaki.


(39)

Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, sehingga memungkinkan setiap unit-unit organisasi dapat bekerja sama seefektif mungkin untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan dan suatu perusahaan akan dapat berjalan lancar apabila ada pembagian tugas dari pimpinan. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan tanggung jawab kepada orang-orang yang akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, dengan demikian pimpinan perusahaan akan mudah mengetahui siapa yang bertanggung jawab dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dan dapat mengukur tingkat prestasi tiap pegawai dalam lingkungan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk melihat Iebih jelasnya batas-batas wewenang dan tanggung jawab orang-orang yang terlibat dalam kegiatan perusahaan dan untuk mengetahui darimana mereka menerima tugas dan kepada siapa pula mereka mempertanggungjawabkan semua kegiatannya. Strukiur organisasi PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sei Semayang Medan pada Gambar 3.1:


(40)

Struktur Organisasi

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Sei Semayang

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sei Semayang

ADMINISTRATUR

Asisten Admi/Umum

Ka. Rayon A Ka. Rayon B Ka. Rayon c Ka. TRI

Ass. Tehnik PAPAM Ass. Tehnik

Ass. Tehnik Ass. Tehnik

Ass. Tehnik Ass. Tehnik Ass. Tehnik


(41)

Dari bagan struktur organisasi tersebut dapat diuraikan fungsi dan uraian dari masing-masing bagian sebagai berikut :

1. Administratur bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Direksi.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendarian, dan pengawasan guna menunjang tugas pokok secara efektif dan efisien. c. Mengajukan rencana kerja dan anggaran perusahaan(RKAP) unit

kebun.

d. Mengendalikan kegiatan harian operasional kebun.

e. Memberikan usul dan saran kepada Direksi untuk perbaikan kinerja perusahaan.

f. Memberi teguran, kondute, dan usul kepada karyawan.

2. Kepala Rayon bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Adminisratur.

b. Menyusun, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan terhadap

penyimpangan kerja di lapangan serra pengendarian biaya operasional agar efektif dan efisien.

c. Melaksanakan perencaniuul, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan ditingkat rayon untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan Administratur.

d. Mengkoordinir pelaksanaan penlusunan RKAP unit DP.

e. Memberikan usul dan saran perbaikan yang diperlukan unit kebun kepada Administratur.

3. Asisten Tebu Rakyat lntensifikasi (TRI) bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Melaksanakan kebijakan Administratur dalam pengolahan TRI. c. Membuat rencana kebutuhan mekanisme pengolahan tanah.


(42)

d. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan kepada peserta/calon peserta TRI sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bercocok tanam tebu.

e. Memberikan teguran, kondute, dan usulan bawahan kepada

Administratur.

4. Asisten Administrasi/Umum bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Menyusun rencan kerja dan anggaran perusahaan untuk laporan manajemen

c. Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan. d. Mengendalikan sumber dana dan penggunaan dan serta pengamanan

terhadap asset perusahaan.

e. Menyampaikan saran-saran tentang kondisi keuangan dan administrasi yang berkaitan dengan operasional perusahaan kepada Administratur. f. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencan kerja.

g. Melaksanakan standar biaya dan fisik.

h. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi perkantoran.

i. Mengusulkan/menilai kondute karyawan pelaksana lingkup kantor.

5. Personalia bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Asisten Admi/Umum.

b. Mengelola tenaga kerja/personalia, pensiunan, asuransi, dan humas. c. Mengelola sekretariat dan rumah tangga serta pengawasan terhadap

inventaris kantor dan rumah-rumah perusahaan.

d. Mempersiapkan kondute dan usulan kenaikan berkala/golongan karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana sepanjang menyangkut wewenang Administratur.

e. Mengambil keputusan yang sifatnya tidak menyimpang dari kebijaksanaan Asisten/Umum dan memberikan teguran, kondute, dan usulan bawahan kepada Asisten Admi/Umum.


(43)

6. .Administrasi bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Asisten Admi/Umum.

b. Melaksanakan kebijakan Asisten Admi/Umum dan Administratur dalam mengelola administrasi pembukuan.

c. Menyusun rencana anggaran bulanan dan tahunan. d. Menganalisa dan mengevaluasi laporan Pb 7l/LM.

e. Mengambil keputusan yang sifatnya tidak prinsipal serta tidak menyimpang dari kebijaksanaan Administratur dan Asisten Admi/Umum.

7. Asisten Tanaman bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Kepala Rayon.

b. Membuat rencana kerja ditingkat DP yang menyangkut bidang tanaman dan produksi.

c. Membantu Kepala Rayon melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang telah digariskan perusahaan.

d. Membuat RKAP DP sesuai dengan norma-norna yang telah

ditentukan.

e. Memberikan saran dan usul perbaikan kepada Kepala Rayon.

8. Asisten Tehnik bertugas dan berwenang untuk: a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Melaksanakan kebijakan Administratur dalam mengelola dibidang tehnik.

c. Bertugas memelihara dan memperdayakan alat angkut berat, bengkel tehnik, infrastruktur dan bangunan.

d. Mernbuat rencana tentang pengadaan perbaikan dan pengoperasian transport bangunan/sipil, bengkel tehnik dan mekanisasi.

e. Menilai kondute karyawan pelaksana dalam mengusulkan mutasi dan demo promosi jabatan.


(44)

9. PAPAM (Perwira Pengamanan) bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Administratur.

b. Bersama dinas/unit lainnya mengkoordinasi latihan bersama untuk keamanan keselamatan kerja dan melakukan inspeksi/patroli.

c. Menyusun rencana kerja tahunan bidang keamanan.

d. Menganalisa dan memperbaiki serta meningkatkan hasil kerja dibidang keamanan.

e. Mengusulkan kondute, mutasi promosi lingkup bidang keamanan.

I.3. SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN)

Serikat Pekerja Perkebunan PTPN II didirikan oleh Serikat pekerja Perkebunan Tingkat Unit Kerja / Kebun lingkup PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) pada tanggal 20 Agustus l998 di Tanjung Morawa memenuhi Undang-Undang Nomor 21 Trahun 2000 untuk jangka waktu 5 (lima ) tahun. SPBUN itu sendiri memiliki tujuan dan fungsi, yaitu :

1. Tujuan SPBUN :

a. Turut serta secara aktif mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia l7 Agustus 1945 dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta khususnya para pekerja perkebunan dan masyarakat Indonesia pada umumnya.


(45)

b. Menghimpun dan mempersatukan para pekerja perkebunan, memupuk rasa setia kawan serta mempererat tali persaudaraan.

c. Membela dan melindungi serta memperjuangkan hak-hak dan kepentingan para pekerja dan keluarganya.

d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja serta penghidupan yang layak sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

e. Meningkatkan keterampilan pengetahuan dan produktivitas para pekerja perkebunan.

f. Melindungi anggota dalam iklim Hubungan lndustrial, sehingga tercipta ketenangan kerja dan kelangsungan usaha demi peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

2. Fungsi SPBUN :

a. Meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab daram kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

b. Meningkatkan efektivitas komunikasi antara pelaku produksi.

c. Meningkatkan pemahaman, pengalaman hak dan kewajiban masing-masing anggota secara selaras, serasi dan seimbang.

d. Menjembatani / Memfasilitasi hubungan antara pekerja dengan Manajemen.


(46)

SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN) UNIT KERJA KEBUN SEI SEMAYANG

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II MASA BHAKTI 2012 – 2017

1. Ketua : JEPRIN

PENGURUS HARIAN :

Wakil Ketua 1. Nuralunan

2. Sadana Barus, SP, MSi 3. Syarituddin

4. Deli Ketaren 5. Sumarno

Sekretaris : LILIK RAHAYUDI

Wakil Sekretaris 1. Suprapto Tresno, SP 2. Mawardi Nur

3. Rianto

Bendahara : SUDARSONO II

Wakil Bendahara : l. Rointan Bakara 2. Lisnawati 3. Bendahara

BIDANG - BIDANG :

1. BIDANG PERLINDUNGAN DAN PEMBELAAN :

1. Purwanto 2. Toni Wasno 3. Sabari


(47)

2. BIDANG KESEJAHTERAAN PEKERJA :

1. Erwandi

2. Joz Hambali, Amk 3. Suherman

4. Maswadi Sinulingga

3. BIDANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN :

l. Rusli

2. Ranto Marpaung, SPd.I 3. Sampat Tarigan

4. Svahril

4. BIDANG ANALISIS PERUSAHAAN :

1. Suriadi R. 2. Rusman 3. Jasa Ginting 4. Roslina

5. BIDANG PENGEMBANGAN USAHA DAN KOPERASI :

1. Wagino 2. Binton Siagian 3. Mislan

4. Syamsir

6. BIDAIIG UMUM DAN PERANAN WANITA : 1. Sardi

2. Resi Sinaga 3. Arifah 4. Sri Wahyuni


(48)

BAB III

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Pada Bab ini akan dianalisa data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para responden di PTPN II Kebun Sei Semayang dengan responden sebanyak 60 orang . populasi pada penelitian ini adalah buruh yang berdomisili di Kota Binjai dan telah memiliki hak suara dalam pemilihan kepala daerah Kota Binjai tahun 2010 yang berjumlah 162 orang. Data yang disajikan dan dianalisa adalah perilaku politik buruh tebu dalam pemilihan kepala daerah.

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Buruh tebu pemilih di PTPN 2 kebun Sei Semayang terdapat kelompok-kelompok kateegorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia, agama dan perbedaan pendidikan. Karakteristik sosial dan pengelompokan sosial, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan , dan lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik. Interaksi yang terjadi didalam kelompok-kelompok sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, dan pendidikan akan menjadi susunan bangunan pengetahuan yang akan mempengaruhi preferensi politik dan perilaku pemilih seseorang hingga kemudian akan mempengaruhi bentuk-bentuk pilihan politiknya. Setiap orang akan mengindentifikasi diri sebagai anggota dari kelompok sosial dimana dia berada. Hal itu akan membuat seseorang menjatuhkan pilihannya berdaasarkan orientasi konteks kelompok sosialnya. Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden, yaitu: berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Agama, dan Pendidikan.


(49)

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Presentase

1. 30-35 6 10

2. 36-40 10 16,67

3. 41-45 14 23,33

4. 46-50 18 30

5. 51-55 12 20

Jumlah 60 100

Sumber : Data Kuesioner 2012

Di dalam penelitian ini, jumlah responden adalah 60 orang. Jika dilihat dari karakteristik umur responden pada Tabel 2, maka yang paling banyak jumlahnya adalah responden yang berumur 41-45 tahun (23,3%) dan umur 46-50 tahun (30%). Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden terdiri dari pemilih dewasa. Hal ini cukup baik untuk mewakili pandangan para pemilih yang telah dewasa, tetapi karena tingkat pendidikan buruh yang rata-rata berpendidikan rendah membuat buruh tidak mampu berpikir secara rasional dalam pemberian suara di dalam pemilihan kepala daerah. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5 dimana 93,34% buruh tebu pemilih di PTPN 2 Kebun Sei Semayang pendidikan terakhirnya adalah SMP dan SMA.


(50)

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1. Laki-Laki 46 76,67

2. Perempuan 14 23,33

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi faktor penghambat bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah, dimana adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa buruh tebu di PTPN II kebun sei semayang dengan jenis kelamin laki-laki lebih dominan secara kuantitas (jumlah) dibanding jenis kelamin perempuan didalam mengikuti pemilukada kota binjai 2010 yang lalu. Dapat disimpulkan bahwa laki-laki yang bekerja di PTPN II kebun sei semayang lebih menyadari pentingnya keikutsertaan dalam pemilukada sebagai proses politik menuju kepada pemerintahan yang lebih baik lagi. Dari data di atas dapat kita lihat bahwa perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi keikutsertaan masyarakat di dalam pemilihan kepala daerah. Pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin ini diambil secara acak sesuai dengan hasil data yang diperoleh di lapangan. Responden pada penelitian ini ternyata lebih banyak berjenis kelamin laki-laki.


(51)

Tabel 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Presentase

1. Islam 37 61,7

2. Kristen Protestan 23 38,3

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Begitu juga halnya dengan karakteristik responden berdasarkan agama, pengambilan sampel berdasarkan hasil yang ada dilapangan. Karekteristik responden berdasarkan agama hanya diwakili oleh 2 agama, yaitu Islam dan Kristen Protestan. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa buruh tebu di PTPN II didominasi oleh agama Islam yaitu sebanyak 61,7%. Dengan demikian buruh tebu di PTPN 2 kebun sei semayang cenderung beragama Islam dibandingkan dengan agama lain.

Tabel 5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase

1. SMP / Sederajat 10 16,67

2. SMA / Sederajat 46 76,67

3. Diploma (D1, D2, D3) 4 6, 66

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa buruh tebu pemilih di PTPN2 kebun


(52)

sei semayang mayoritas berpendidikan SMA/Sederajat dengan 76,67% diikuti SMP/ sederajat dengan 16,67%. Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas buruh tebu pemilih di PTPN2 kebun sei semayang belum dapat berpikir secara logis dan rasional dalam menentukan pilihannya dalam pemilukada. Tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran politik. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin tinggi juga kesadaran politiknya. Demikian sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikannya, maka semakin rendah pula tingkat kesadaran politiknya.

3.2 ANALISIS DATA PEMAHAMAN TERHADAP PEMILUKADA

Melalui pelaksanaan Otonomi daerah sebagai media untuk menyebarkan sistem demokrasi yang semakin disempurnakan, termasuk melalui pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memacu tumbuhnya kekuatan yang pro demokrasi di daerah. Artinya melaui pemilihan kepala daerah secara langsung akan lahir aktor-aktor demokrasi di daerah, yang kemudian diharapkan mampu melakukan gerakan-gerakan baru bagi perubahan.

Tabel 6

Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Didalam Mengikuti Pemilihan Kepala Daerah

No Jawaban Jumlah Presentase

1. 1 s/d 2 kali 13 21,7

2. 3 kali 17 28,3

3. Lebih dari 3 kali 30 50

Jumlah 60 100


(53)

Menurut Miriam Budiarjo partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy). Buruh mengikuti pemilihan kepala daerah karena mereka menganggap bahwa peran mereka sangat besar didalam roda pemerintahan dan perekonomian, sehingga mereka perlu mengikuti pemihan kepala daerah untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhan buruh yang selama ini kurang didengar oleh pemerintah.

Tabel 6 memperlihatkan bagaimana partisipasi buruh tebu pemilih di PTPN II Kebun Sei Semayang dalam mengikuti Pemilukada Kota Binjai. Dari data yang diperoleh dapat dilihat dari 60 responden, 13 orang mengikuti Pemilukada Kota Binjai sebanyak 1-2 kali (21,7%). Kemudian ada 17 (28,3 %) yang mengikuti Pemilukada sebanyak 3 kali, dan 30 orang (50%) yang mengikuti Pemilukada lebih dari 3 kali.

Tabel 7

Jawaban Responden Mengenai Alasan Mengikuti Pemilukada

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Saya ingin mendukung calon pilihan saya

23 38,3

2. Saya ingin menyampaikan aspirasi melalui pemilukada ini

27 45

3. Ikut-ikutan saja 10 16,7

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Dari tabel 7 dapat dilihat alasan para buruh tebu di PTPN II Kebun Sei Semayang dalam mengikuti Pemilukada Kota Binjai. Dari data yang diperoleh dapat dilihat dari 60 responden, 23 (38,3%) orang mengikuti Pemilukada Kota


(54)

Binjai dengan alasan ingin mendukung calon pilihannya Kemudian ada 27 (45 %) yang mengikuti Pemilukada untuk menyampaikan aspirasinya, dan 10 orang (16,7%) yang mengikuti Pemilukada karena ikut-ikutan saja. Hal ini menunjukkan bagaimana Pemilukada digunakan sebagai sarana oleh para buruh untuk menyampaikan aspirasi mereka.

Berdasarkan temuan peneliti dilapangan, keinginan untuk menyampaikan aspirasi adalah jawaban dominan dari buruh kenapa mereka mengikuti pemilukada kota binjai 2010, buruh menganggap bahwa kesejahteraan mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah sedangkan buruh memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan roda ekonomi, dan sebagian kecil yang mengikuti pemilukada hanya untuk ikut-ikutan saja, karena beberapa alasan, seperti siapa saja yang menjadi pemimpin tidak akan memberikan perubahan apa-apa dan kehidupan buruh akan begitu saja, ada juga yang mengikuti pemilukada karena alasan mengikuti suaminya.

Tabel 8

Jawaban Responden Mengenai Pengenalan Terhadap Calon Walikota

No Jawaban jumlah Persentase

1. Ya, saya mengenalnya 38 63,3

2. Sedikit 22 36,7

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Riwayat hidup dari pasangan calon membantu masyarakat untuk dapat mengenalnya, H.Muhammad Idaham yang pernah menjabat sebagai camat Binjai Selatan, Camat Binjai Kota, sekda kota Binjai dan wakil walikota Binjai membuat dia cukup dikenal dikelangan masyarakat, begitu juga dengan calon walikota Zefri Januar Pribadi yang merupakan anggota DPRD Sumut membuat namanya dikenal dikalangan masyarakat Binjai dan statusnya yang merupakan ipar dari walikota sebelumnya Ali Umri menjadi nilai tambah untuk Zefri Januar Pribadi.


(55)

Dari jawaban responden di atas, dapat dilihat bahwa para buruh telah mengenal calon-calon Walikota yang akan dipilihnya pada Pemilukada Kota Binjai. Ada 38 responden (63,3%) yang mengenal calin Walikota Binjai, dan 22 responden (36,7%) yang sedikit mengenal calon tersebut. Mereka hanya mengenal melalui gambar calon Walikota tersebut saja.

Tabel 9

Jawaban Responden Mengenai Sumber Pengenalan Calon

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Saya Mengenalnya Langsung 3 5

2. Dari Media Elektronik (Televisi, Radio, Internet)

16 26,7

3. Dari Media Cetak (Surat Kabar, Majalah, Baliho, Selebaran)

41 68,3

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012.

Media massa merupakan sarana yang paling efektif menjangkau pemilih termasuk memberikan kesadaran akan pentingnya memilih. Media massa mampu membuat publik lebih memikirkan pemimpin bagaimana yang mereka inginkan untuk menjadi kepala daerah dan media massa menjadi referensi masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya. Media juga memiliki peranan yang cukup penting terhadap perkembangan politik didalam masyarakat. Tanpa adanya media, masyarakat tidak akan mendapatkan informasi dan mengetahui perkembangan politik saat ini.

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa buruh yang mengenal calon Walikota didominasi oleh pengaruh media massa, baik itu media elektronik maupun media cetak. Dan hanya 3 orang buruh (5%) yang mengenal calon secara


(56)

langsung. Hal ini menunjukkan bagaimana peran media yang sangat vital didalam kehidupan politik.

Tabel 10

Jawaban Responden Mengenai Sumber Dalam Mencari Informasi Tentang Calon

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Rekan Kerja 41 68,3

2. Media Cetak 19 31,7

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Intensitas responden mendapatkan informasi juga dapat mempengaruhi perilaku politiknya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, menemukan bahwa hampir setiap hari mereka mencari informasi tentang calon walikota dan kondisi politik yang sedang berkembang. Hal ini menunjukkan masih besarnya kesadaran buruh dalam mengolah informasi dan menambah pengetahuannya terhadap kondisi dan kehidupan politik.

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan 41 buruh (68,3%) mencari informasi mengenai calon walikota binjai dari rekan kerja dan sebanyak 19 buruh (31,7%) masih menggunakan media cetak sebagai sarana informasi yang dianggap mampu memberikan informasi pasangan calon Walikota tersebut. Data memperlihatkan bahwa media massa bukan merupakan sumber utama buruh untuk mencari informasi tentang calon walikota binjai. Responden lebih memilih rekan kerja sebagai sarana untuk mencari informasi tentang calon walikota, hal ini karena mereka memiliki pekerjaan yang sama dan merasa memiliki kesamaan dalam hal keinginan dan kebutuhan.


(1)

Jawaban Responden Apakah Pendidikan Calon Mempengaruhi Responden Dalam Pemilukada 2010

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Ya 6 10

2 Tidak 54 90

Jumlah 60 100

Sumber: Data Kuesioner 2012

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa faktor tingkat pendidikan dari calon Walikota juga menjadi alasan bagi para buruh dalam menentukan pilihannya, dimana terdapat 54 buruh (90%) yang tidak melihat para calon berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka miliki, dan hanya 6 orang buruh (10%) saja yang menganggap bahwa tingkat pendidikan para calon menjadi alasan mereka memilih calon tersebut. H.Muhammad Idaham yang merupakan lulusan terbaik dari Universitas Medan Area pada tahun 2003 juga tidak dilihat oleh responden sebagai faktor didalam menjatuhkan pilihannya.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Tetapi responden yang mayoritas berpendidikan terakhirnya smp dan sma tidak terlalu memperhatikan karir pendidikan dari calon walikota, karena mereka berpendapat tingkat pendidikan tidak menentukan baik atau buruknya seseorang untuk menjadi pemimpin.


(2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Buruh tebu di PTPN II mayoritas memilih H. Muhammad Idaham – Timbas sebagai pasangan calon yang menjadi walikota dan wakil walikota binjai dibandingkan pasangan Zefri Januar Pribadi – Baskami Ginting. Hal ini dapat dilihat dari tabel 12 yaitu dengan persentase 65% bagi H. Muhammad Idaham – Timbas. Hal ini disebabkan karena buruh memandang Idaham dan Timbas merupakan sosok yang kharismatik untuk menjadi walikota dan wakil walikota binjai. Para buruh berharap dengan terpilihnya Idaham dan Timbas dapat memberikan perubahan di pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan para buruh, khususnya buruh di PTPN II kebun sei semayang.

2. Ketokohan, visi dan misi pasangan calon menjadi alasan bagi buruh tebu di PTPN II kebun sei semayang dalam menjatuhkan pilihannya. Para responden mayoritas masih memilih calon berdasarkan sosok ataupun ketokohan dari calon tersebut. Ini dapat dilihat dari tabel 13 dimana persentase responden yang memilih berdasarkan sosok calon sebanyak 58,3%, dan 41,7% responden yang memilih berdasarkan visi dan misi dari calon tersebut. Selain ketokohan dan visi misi pasangan calon, agama merupakan faktor yang sangat penting, karena kesamaan agama antara pemilih dengan pasangan calon sangat mempengaruhi pilihan politik buruh tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang. Pada pemilukada kota Binjai tahun 2010 yang lalu tidak ada pasangan calon walikota yang beragama diluar Islam, sehingga hal ini sangat disayangkan oleh responden yang beragama Kristen, karena mereka beranggapan bila ada pasangan calon yang beragama Kristen maka pasangan tersebut akan lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan diluar pekerjaan seperti bantuan terhadap


(3)

gereja-4. Serikat perkebunan merupakan sarana bagi buruh untuk menyampaikan aspirasi mereka, selain untuk melindungi buruh dari tindakan yang semena-mena dari perusahaa, serikat perkebunan juga berfungsi untuk menyampaikan kebutuhan buruh kepada pemerintah, pentingnya serikat perkebunan ini membuat semua buruh merupakan anggota dari serikat perkebunan ini, tetapi serikat ini tidak memihak atau mendukung pasangan calon walikota dan wakil walikota serta partai politik manapun.

B. Saran

1. Pada pemilukada Binjai tahun 2010 yang lalu, buruh tebu di PTPN 2 kebun Sei Semayang dalam memilih masih berdasarkan faktor kesamaan agama. Sikap buruh yang memberikan suara lebih dikarenakan agama merupakan suatu bukti atau fakta bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman politik yang didapatkan oleh masyarakat. Seharusnya masyarakat diajarkan untuk lebih kritis didalam menentukan pilihannya tanpa menghiraukan masalah agama. Masyarakat khususnya buruh harus lebih bijaksana memilih calon yang dianggap mampu menjadi pemimpin yang baik, karena itu demi kehidupan masyarakat yang lebih baik kedepannya.


(4)

2. Serikat perkebunan di PTPN 2 Kebun Sei Semayang merupakan organisasi yang digunakan sebagai wadah bagi buruh, dan setiap buruh merupakan anggota dari serikat perkebunan, karena serikat perkebunan adalah sarana buruh untuk menyampaikan keinginan dan aspirasi mereka kepada perusahaan ataupun pemerintah, melihat perannya yang begitu besar dikhawatirkan serikat perkebunan di PTPN 2 akan ditunggangi oleh partai dan organiasi politik, dan hal ini tidak boleh terjadi karena akan merusak sifat dari serikat perkebunan yang bersifat mandiri, demokratis dan bebas dari pengaruh partai politik, organisasi politik maupun organisasi lainnya. Serikat perkebunan harus mampu berdiri bebas tanpa adanya pengaruh dari pihak manapun sehingga tetap dapat menjadi organisasi yang melindungi buruh tebu di PTPN 2 Kebun Sei Semayang.


(5)

Bungin, Burhan, 2001. Metode Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press.

Burhan Bungin, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Goup.

Damsar, 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Harrison, Lisa, 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta : Kencana.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Halili Toha dan Hari Pramono, 1987. Majikan Dan Buruh, Jakarta : PT. Bina Aksara

Marsh, David, 2002. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung : Nusa Media.

Mas’oed, Mochtar, 2003. Negara, Kapital dan demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Muhammad, Asfar, 2004. Presiden Golput, Surabaya : Jawa Pos Press.

Nasution, M.Arif, dkk, 2008. Metode Penelitian, Medan : Fisip USU Press.

Ranadireksa, Hendarmin, 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung : Fokusmedia.

Sastroatmodjo, Sudijono, 1995. Perilaku politik. Semarang: IKIP Press.

Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.

Sitepu, P. Antonius, 2012. Teori-Teori Politik, Yogyakarta : Graha Ilmu.


(6)

Surbakti, Ramlan, 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Venus, Antar, 2009. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Sumber Jurnal

Chaniago Andrinaf A, “Pemilu 2004 dan Konsultasi kita”. Jurnal Ilmu Politik Volume 4. No 1. 2004.

Richard G. Niemi dan Herbert F.Weisberg, Controversier of Voting Behaviour, yang dikutip di dalam komunitas embun pagi.

Irmayani, Tengku, Gerakan Buruh Sejak Proklamasi Sampai 1965, Jurnal Ilmu Politik volume 3. No 2. 2011

Sumber Internet

Diunduh tanggal 7 juni 2012 pukul 13.05

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18273/5/Chapter%20I.pdf Diunduh tanggal 19 Juni 2012 pukul 13.35

pada tanggal 14 Agustus 2012 pukul 11.45

Diunduh pada tanggal 14 september 2012 pukul 13.15