Buruh Pendekatan Kepercayaan Politik

puas terhadap sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik yang ada. 18

6.3 Buruh

Buruh dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan memiliki pengertian setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Buruh terdiri dari beberapa macam yaitu : a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu. c. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu misalnya buruh tebang tebu. d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan. f. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain. g. Buruh terampil, buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. h. Buruh terlatih, buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu. 19 Pendapat lain menyebutkan buruh diartikan sebagai orang yang bekerja dibawah perintah orang lain, dengan menerima upah karena telah melakukan pekerjaan di perusahaan. 20 Kemudian Muchtar Pakpahan mengatakan buruh adalah mereka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari gaji dan mendapat upah dari jasa atau tenaga yang dikeluarkannya. Jadi, siapapun yang bekerja dan mendapatkan gaji, mereka adalah buruh. Orang yang bekerja di bank, rumah sakit, perusahaan sawit atau tebu, jurnalis, swalayan, toko, atau dimanapun, adalah buruh. 18 Asfar Muhammad, Presiden Golput, Surabaya : Jawa Pos Press 2004, Hal.41 19 http:bayuzu.blogspot.com201204pengertian-buruh.html Diunduh tanggal 7 juni 2012 pukul 13.05 20 Halili Toha dan Hari Pramono, Majikan Dan Buruh, Jakarta : PT. Bina Aksara 1987, Hal.3 Universitas Sumatera Utara Pemahaman orang tentang makna dan arti buruh sangat sempit. Buruh dianggap mereka yang bekerja dan mengandalkan tenaganya, untuk pekerjaan- pekerjaan berat. Tak heran muncul berbagai istilah baru sebagai bentuk pengaburan makna buruh itu sendiri. Seperti, pekerja kerah putih, ekspatriat, eksekutif dan lainnya. Pemaknaan dan determinasi ini memang sengaja dimunculkan sebagai bentuk dari pengkotak-kotakan kelas buruh. Sehingga ketika terjadi permasalahan di suatu perusahaan, misalnya di perusahaan tebu, sawit, kayu, garmen, atau perusahaan apapun, tidak akan menimbulkan simpati bagi buruh di perusahaan yang lain.

6.3.1 Buruh Perkebunan