- batuk - - asma -
d Gastrointestinalis: - BAB terkontrol
- mual, muntah - e Urogenitas:
- BAK terkontrol f Muskuloskeletal:
- Adanya nyeri gerak pada kedua sendi knee - Keterbatasan gerak karena nyeri
- Adanya spasme pada otot quadriceps dan hamstring - Adanya penurunan kekuatan otot pada kedua lutut
g Nervorum: Kadang-kadang pasien merasakan kesemutan pada kedua kaki
menjalar sampai telapak kaki.
B. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Fisik
1.1. Tanda-tanda vital: a Tekanan darah
: 14080 mmHg b Denyut nadi
: 70menit c Pernapasan :
22menit d Temperatur :
36,6
O
C e Tinggi badan
: 145 cm f Berat badan
: 49 hg
1.2. Inspeksi: Statis
: - pasien tidak tampak pucat, tidak ada oedem - pasien terlihat memakai decker, pada kedua
lututnya. Dinamis : - pasien tampak menahan rasa sakit pada saat
bergerak dari posisi duduk ke berdiri, pasien berjalan dengan kaki agak pincang,sudah tampak
adanya deformitas ke arah varus. - tampak adanya deformitas genu varus
1.3. Palpasi: - Adanya nyeri tekan pada kedua lutut bagian lateral dan
medial - Tidak terdapat puting oedem
- Suhu lokal normal - Spasme M. Hamstring dan M. Quadriceps pada knee bilateral
1.4. Perkusi: Tidak dilakukan.
1.5. Auskultasi: Krepitasi + pada kedua lututnya.
1.6. Gerakan dasar: a Gerak aktif:
AGB knee sinistra-dextra
Hip ankle : mampu bergerak aktif, full ROM dan tanpa disertai nyeri kekuatan otot normal
Knee : mampu bergerak aktif, namun tidak full ROM
dan disertai nyeri terutama saat flexi 90
o
kekuatan otot normal b Gerak pasif:
AGB dextrea-sinistra Hip
dan ankle : mampu digerakkan pasif oleh terapis
secara full ROM end feel lunak disertai nyeri
Knee : mampu digerakkan pasif oleh terapis,
namun tidak full ROM, terutama saat flexi ≥ 90
o
end feel hard terdapat nyeri serta terasa krepitasinya.
c Gerak isometik melawan tahanan: AGB knee sinistra-dextra
Hip-ankle : pasien mampu melawan gerak isometrik
melawan tahanan minimal dari terapis tanpa disertai nyeri
Knee : pasien mampu melawan gerak isometrik
melawan tahanan minimal dari terapis namun disertai nyeri
1.7. Kognitif, intra personal dan inter personal: • Kognitif
: pasien mampu menceritakan kronologi yang dialaminya sampai sekarang kepada terapis
• Intrapersonal : pasien dapat bekerjasama dan berkomunikatif baik dengan terapis
• Interpersonal : pasien mampu menerima keadaan yang dialaminya dan memiliki motivasi yang tinggi
untuk sembuh 1.8. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas
a Kemampuan fungsional dasar: • Pasien mampu miring kanan-kiri pada saat tidur secara
mandiri • Mampu duduk ongkang-ongkang
• Pasien mampu berjalan disertai nyeri • Pasien mampu melakukan jongkok ke berdiri disertai
nyeri b Aktivitas fungsional:
• Aktifitas sholat pasien sangat terganggu • Saat aktifitas jongkok ke berdiri pasien merasakan nyeri
pada kedua lututnya • Toileting terganggu pada saat jongkok
c Lingkungan aktivitas: • Lingkungan rumah
• WC duduk • Lingkungan fisioterapi yang ada di RSUD Sragen
mendukung kesembuhan pasien 1.9. Pemeriksaan spesifik
1.9.1. Kekuatan otot dengan MMT Knee dextra
Knee sinistra Flexor
4 Flexor
4 Extensor
4 Extensor
4 1.9.2. Pengukuran nyeri dengan VDS
Dextra Nilai
Sinistra Nilai
1. Nyeri diam 2. Nyeri tekan
3. Nyeri gerak 1
5 6
1. Nyeri diam 2. Nyeri tekan
3. Nyeri gerak 1
6 6
1.9.3. LGS dengan goniometer Dextra
Sinistra Pasif S = 0-0-100
o
Aktif S = 0-0-90
o
Pasif S = 0-0-100
o
Aktif S = 0-0-90
o
1.9.4. Skala Jette Aktifitas yang dinilai
Jongkok ke berdiri Skor
1. Nyeri 2. Kesulitan
3. Ketergantungan 4 sangat nyeri
5 sangat sulit 4 butuh bantuan alat dan
orang
Jalan 15 meter Skor
1. Nyeri 2. Kesulitan
3. Ketergantungan 3 sangat nyeri
4 sangat sulit 2 butuh bantuan alat dan
orang
Naik tangga 3 step Skor
1. Nyeri 2. Kesulitan
3. Ketergantungan 4 sangat nyeri
5 sangat sulit 2 butuh bantuan alat dan
orang
1.9.5. Tes Laci sorong -
valgus - gravity sign +
Balotement + varus +
krepitasi +
2. Diagnosa Fisioterapi
A. Impairment - Nyeri pada kedua lutut
- Adanya spasme otot M. Hamstring dan M. Quadriceps - Keterbatasan lingkup gerak sendi pada kedua lutut
- Adanya penurunan kekuatan otot pada kedua lutut B. Functional limitation
- Adanya gangguan saat melakukan gerakan jongkok ke berdiri - Adanya gangguan saat melakukan sholat pada gerakan duduk
diantara dua sujud ke berdiri C. Disability
Pasien masih mampu melakukan aktifitas di masyarakat D. ProgramRencana Fisioterapi
1. Tujuan a. Khusus
1. Mengurangi nyeri, baik tekan maupun nyeri gerak 2. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot
3. Meningkatkan dan memelihara LGS 4. Mengurangi spasme pada otot quadriceps dan
hamstring b. Umum
Meningkatkan aktifitas ADL
2. Tindakan Fisioterapi a. Teknologi Fisioterapi
1 Teknologi alternatif a. IR
e. Massage b. TENS
f. US c. SWD
g. TL d. MWD
2 Teknologi terpilih a. MWD
b. TL 3 Teknologi yang dilaksanakan
a. MWD b. TL
b. Edukasi - Usahakan memakai deker pada lututnya pada saat
beraktifitas untuk menjaga efisiensi sendi lutut - Dianjurkan pada pasien untuk membatasi yang
mengakibatkan pembebanan sendi lutut secara berlebihan
3. Rencana evaluasi - Derajat nyeri skala VDS
- Kekuatan otot dengan MMT - LGS dengan goniometer
- Aktifitas fungsional-skalla jette
E. Prognosis Quo ad Vitam
: baik Quo ad Sanam
: ragu-ragu Quo ad Fungsionam : ragu-ragu
Quo ad Cosmeticam : buruk F. Pelaksanaan Fisioterapi
19 Februari 2008 1. MWD Micro Wave Diathermy
Persiapan alat: Pastikan alat dapat berfungsi dengan baik, memastikan apakah
semua tombol dalam posisi off atau on, kabel-kabel tidak boleh bersentuhan satu dengan yang lain. Hubungkan alat dengan
sumber arus lalu persiapkan elektroda terpilih lalu di cek dengan lampu apakah arus sudah masuk lalu pasang pada
tempat yang diterapi. Persiapan pasien:
Pasien tidur tengkurap comfortable area yang akan diterapi terbebas dari pakaian, terapis memberi informasi kepada pasien
tentang kontraindikasi dari MWD dan tujuan yang ingin dicapai.
Pelaksanaan terapi: pasien tidur tengkurap, lalu cop dipasang dengan metode
coplanar ± 10 menit kemudian bergantian ke kaki yang
satunya, atur intensitasnya sesuai dengan toleransi pasien. Setelah waktu habis cop kita alihkan ke kaki sebelahnya
dengan intensitas yang sama. Selama terapi ini kita tanyakan kepada pasien apakah panas yang dirasakan terlalu panas atau
tidak atau bahkan tidak terasa hangat sama sekali. Intensitas: submitis 50 MA gelombang: continos dengan
waktu 20 menit metode: koplanar dengan menggunakan cope elektrode.
21 Februari 2008 - MWD
- Terapi latihan 23 Februari 2008
- MWD - Terapi latihan
25 Februari 2008 - MWD
- Terapi latihan 27 Februari 2008
- MWD - Terapi latihan
29 Februari 2008 - MWD
- Terapi latihan
G. Tujuan dari terapi latihan - Untuk mengurangi nyeri
- Untuk mengurangi spasme - Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot
- Meningkatkan lingkup gerak sendi Untuk mencapai tujuan tersebut maka latihan yang efaktif adalah
latihan aktif terutama latihan dengan tahanan yang akan menambah volume otot bertamabh sehingga akan menjadikan peningkatan
kekuatan otot. Latihan stadium ini adalah 1 latihan active movement, 2 hold relax
1 Latihan active movement a. Assisted active movement
Latihan ini dapat dilakukan dnegan posisi tengkurap untuk fleksi knee, tangan terapis memfiksasi pada otot hamstring
dan tangan yang satunya membantu menggerakkan. Dilakukan secara bergantian 8 x 2 hitungan.
Gambar 4.7. Assisted active movement
b. Free active movement Latihan pada sendi lutut ini dikerjakan dengan posisi tidur
tengkurap atau duduk di tepi bed dengan pasien disuruh menggerakkan fleksi ekstensi. Yang penting tidak
dikerjakan dengan posisi menumpu berat badan penuh karena dapat memperberat kerusakan sendinya. Dilakukan
secara bergantian 8 x 2 hitungan.
Gambar 4.8. Free aktive movement c. Resisted active movement
Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur tengkurap, posisi terapis disamping pasien memfiksasi. Tangan kiri berada
pada lutut atas dan tangan satu pada pergelangan kaki. Terapis memberikan tahanan minimal dan pasien disuruh
menggerakkan atau melawan gerakan tadi ke arah fleksi. Dilakukan secara bergantian kanan dan kiri 8 x 2 hitungan.
Gambar 4.9. Resisted active movement 2 Hold relax
Adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi optimal dan kelompok otot antagonis yang memendek,
kemudian otot tersebut rileks, cara pelaksanaannya teknik hold relax, 1 gerakan atau dimana nyeri terasa timbul, 2 terapis
memberi tahanan pada kelompok antagonus yang meningkat perlahan-pelahan dan pasien harus meningkat perlahan-lahan
dan pasien harus melawan tahanan tersebut, 3 instruksi yang diberikan tahan disini, 4 rileksasi pada kelompok otot
antagonis, tunggu beberapa saat sampai ototnya rileks, 5 gerakan aktif dalam pola agonis.
Gambar 4.10. Hold relax
H. Prognosis Untuk prognosis pada pasien Ny. Siti Romdiyah pada
kondisi osteoarthritis knee bilateral adalah: - Quo ad vitam
: baik - Quo ad sanam
: ragu-ragu - Quo ad fungsional : ragu-ragu
- Quo ad cosmeticam : buruk I. Hasil Akhir Terapi
Pasien yang bernama Ny. Siti Romdiyah dengan kondisi osteoarthritis knee bilateral setelah mendapatkan penanganan
fisioterapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan MWD dan terapi latihan maka didapatkan hasil dimana adanya penurunan rasa nyeri
peningkatan luas gerak sendi, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan skala “jette”.
Setelah dilakukan proses fisioterapi selama 6 kali didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nyeri dengan VDS
VDS T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
Nyeri gerak kanan 5
5 4
4 3
2 Nyeri tekan kanan
5 5
4 3
2 2
Nyeri gerak kiri 6
6 5
3 3
2 Nyeri tekan kiri
6 6
5 3
3 2
Nyeri diam kanan 1
1 1
1 1
1 Nyeri diam kiri
1 1
1 1
1 1
1 2
3 4
5 6
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu terapi
K u
a li
ta s
n y
e ri
Nyeri gerak kanan
Nyeri tekan kanan
Nyeri diam kanan
Grafik 4.1. Penurunan Rasa Nyeri pada Lutut Kanan
1 2
3 4
5 6
7
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu terapi
K u
a li
ta s
n y
e ri
Nyeri gerak kiri
Nyeri tekan kiri
Nyeri diam kiri
Grafik 4.2. Penurunan Rasa Nyeri pada Lutut Kiri
Dari grafik di atas didapatkan hasil: 1. Nyeri diam T
1
kanan 1, kiri 1, T
6
kanan 1, kiri 1 2. Nyeri gerak T
1
kanan 5, kiri 6, T
6
kanan 2, kiri 2 3. Nyeri tekan T
1
kanan 5, kiri 6, T
6
kanan 2, kiri 2 Tabel 4.2.
Evaluasi Kekuatan Otot Flexor dan Extensor Sendi Lutut Sendi Terapi Flexor Extensor
Knee T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
4 4
4 4+
4+ 4+
4 4
4 4+
4+ 4+
1 2
3 4
5
T1 T2
T3 T4
T5 T6
Waktu terapi N
il a
i o
to t
Flexor kanan
Grafik 4.3. Peningkatan kekuatan otot flexor pada lutut kanan
1 2
3 4
5
T1 T2
T3 T4
T5 T6
Waktu terapi N
il a
i o
to t
Flexor kiri
Grafik 4.4. Peningkatan kekuatan otot flexor pada lutut kiri
1 2
3 4
5
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Waktu terapi N
il a
i o
to t
Extensor kanan dan
kiri
Grafik 4.5. Peningkatan kekuatan otot extensor pada lutut kanan dan kiri
Dari grafik di atas didapatkan hasil: 1. Group otot flexor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan dari T
1
4, menajdi T
6
4+ kiri, T
1
4 menjadi T
6
4+ 2. Group otot ektensor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan T
1
4, menjadi T
6
4+ kiri T
1
4 menjadi T
6
4+. Tabel 4.3.
Evaluasi LGS sendi lutut Aktif
Pasif Sendi
lutut Kanan
Kiri Kanan Kiri T
1
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
2
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
3
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
4
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
T
5
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
T
6
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
80 85
90 95
100 105
110 115
120 125
130
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu terapi
N il
a i
Lutut kanan Lutut kiri
Grafik 4.6. Hasil evaluasi LGS dengan parameter skala ROM gerak aktif knee
kanan dan kiri dalam bidang sagital
80 85
90 95
100 105
110 115
120 125
130
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu terapi
N il
a i
Lutut kanan Lutut kiri
Grafik 4.7. Hasil evaluasi LGS dengan parameter skala ROM gerak pasif knee
kanan dan kiri dalam bidang sagital Dari grafik di atas didapatkan hasil:
1. Aktif lutut kanan adanya peningkatan dari T
1
90
o
menjadi T
6
110
o
2. Aktif lutut kiri adanya peningkatan dari T
1
90
o
menjadi T
6
110
o
3. Pasif lutut kanan adanya peningkatan dari T
1
100
o
menjadi T
6
120
o
4. Pasif lutut kiri adanya peningkatan dari T
1
100
o
menjadi T
6
120
o
Grafik 4.4. Evaluasi Skala Fungsional
No Item yang diukur
T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
1 Berdiri dari posisi duduk
a. Nyeri b. Kesulitan
c. Ketergantungan 4
5 4
4 5
4 4
5 4
3 2
2 3
2 1
2 2
1 2 Berjalan
15 Meter
a. Nyeri b. Kesulitan
c. Ketergantungan 3
4 2
3 4
2 3
4 2
3 4
2 3
3 1
2 2
1 3
Naik turun tangga a. Nyeri
b. Kesulitan c. Ketergantungan
4 5
2 4
5 2
4 5
2 2
2 1
2 2
1 2
2 1
1 2
3 4
5 6
T1 T2
T3 T4
T5 T6
Waktu terapi N
il a
i Nyeri
Kesulitan Ketergantunga
n
Grafik 4.8. Penilaian status fungsional skala jette berdiri dari posisi duduk
1 2
3 4
5 6
T1 T2
T3 T4
T5 T6
Waktu terapi N
il a
i Nyeri
Kesulitan Ketergantunga
n
Grafik 4.9. Penilaian status fungsional skala jette berjalan 15 meter
1 2
3 4
5 6
T1 T2
T3 T4
T5 T6
Waktu terapi N
il a
i Nyeri
Kesulitan Ketergantunga
n
Grafik 4.10. Penilaian status fungsional skala jette naik turun tangga
Dari grafik di atas didapatkan hasil; 1. Dari posisi duduk ke berdiri adanya pengurangan
- Nyeri dari T
1
4 menjadi T
6
2 - Kesulitan dari T
1
5 menjadi T
6
2 - Ketergantungan dari T
1
4 menjadi T
6
2 2. Berjalan 15 meter
- Nyeri dari T
1
3 menjadi T
6
2
- Kesulitan dari T
1
4 menjadi T
6
2 - Ketergantungan dari T
1
2 menjadi T
6
1 3. Naik turun tangga
- Nyeri dari T
1
4 menjadi T
6
2 - Kesulitan dari T
1
5 menjadi T
6
2 - Ketergantungan dari T
1
3 menjadi T
6
1 Hasil penelitian ini meliputi nyeri dengan VDS, lingkup gerak
sendi dengan goniometer, kekuatan otot dengan MMT, dan kemampuan fungsional dengan skala jette.
Tabel 4.5. Hasil Penelitian Nyeri dengan VDS
VDS T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
Nyeri gerak kanan 5
5 4
4 3
2 Nyeri tekan kanan
5 5
4 3
2 2
Nyeri gerak kiri 6
6 5
3 3
2 Nyeri tekan kiri
6 6
5 3
3 2
Nyeri diam kanan 1
1 1
1 1
1 Nyeri diam kiri
1 1
1 1
1 1
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan: 1. Nyeri diam T
1
kanan 1, kiri 1, T
6
kanan 1, kiri 1 2. Nyeri gerak T
1
kanan 5, kiri 6, T
6
kanan 2, kiri 2 3. Nyeri tekan T
1
kanan 5, kiri 6, T
6
kanan 2, kiri 2 Lingkup gerak sendi dengan goneometer didapatkan tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Hasil Penelitian LGS dengan goneometer
Aktif Pasif
Sendi lutut
Kanan Kiri Kanan Kiri
T
1
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
2
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
3
S: 0-0-90
o
S: 0-0-90
o
S: 0-0-100
o
S: 0-0-100
o
T
4
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
T
5
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
T
6
S: 0-0-110
o
S: 0-0-110
o
S: 0-0-120
o
S: 0-0-120
o
Dari grafik di atas didapatkan hasil:
1. Aktif lutut kanan adanya peningkatan dari T
1
90
o
menjadi T
6
110
o
2. Aktif lutut kiri adanya peningkatan dari T
1
90
o
menjadi T
6
110
o
3. Pasif lutut kanan adanya peningkatan dari T
1
100
o
menjadi T
6
120
o
4. Pasif lutut kiri adanya peningkatan dari T
1
100
o
menjadi T
6
120
o
Tabel 4.7. Evaluasi Kekuatan Otot Flexor dan Extensor Sendi Lutut
Sendi Terapi Flexor Extensor Knee
T
1
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
4 4
4 4+
4+ 4+
4 4
4 4+
4+ 4+
Dari grafik di atas didapatkan hasil: 1. Group otot flexor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan dari T
1
4, menajdi T
6
4+ kiri, T
1
4 menjadi T
6
4+ 2. Group otot ektensor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan T
1
4, menjadi T
6
4+ kiri T
1
4 menjadi T
6
4+. J. Hasil terapi akhir
Pasien yang bernama Ny. Siti Romdiyah dengan kondisi osteoarthritis genu bilateral setelah mendapat penanganan
fisioterapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan MWD dan terapi latihan maka didapatkan hasil dimana adanya penurunan rasa nyeri,
peningkatan kekuatan otot, pengurangan spasme, LGS bertambah.
F. Pembahasan Kasus