berlawanan. Dan ”jika permukaan sendi cekung bergerak pada permukaan sendi cembung, maka gerak slidding dan rolling searah”.
Pada permukaan femur cembung konvek bergerak, maka gerakan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak flexi femur rolling kearah
belakang dan sliddingnya ke depan untuk gerak extensi rollingnya keventral dan sliddingnya kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung konkaf bergerak,
flexi ataupun extensi menuju kedepan atau ventral.
B. Patologi 1. Etiologi
Sarnpai saat ini etiologi yang pasti dari osteoartritis ini belum diketahui dengan jelas, ternyata tidak ada satu faktor pun yang jelas sebagai proses destruksi
rawan sendi, akan tetapi beberapa faktor predoposisi terjadinya OA telah diketahui. Faktor resiko yang berperan pada osteoarthritis dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu, 1 faktor predoposisi umum, antara lain umur, jenis kelamin, kegemukan, hereditas, hipermobilitas, merokok, densitas tulang,
hormoral, dan penyakit rematik lainnya, 2 faktor mekanik, antara lain trauma, bentuk sendi, penggunaan sendi yang berlebihan oleh karena pekerjaan atau
aktivitas dan kurang gerak Isbagio, 2003. Menurut Sidartha, 1999 presdisposisi etiologi dari osteoartritis sebagai
berikut:
a. Umur Sebagai faktor bahwa semakin tua semakin menurun kualitas cartilago
persendian. Cartilago sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua semakin berkurang elastisitasnya, sehingga akan mengakibatkan gangguan fungsi.
b. Gangguan mekanik Trauma langsung atau tidak langsung trauma kecil-kecil yang dialami
sepanjang masa menjelang tua mengakibatkan rusaknya katilago persendian. c. Kecacatan genu valgus atau genu varus
Kecacatan tersebut lama mengakibatkan kerusakan pada karlilago persendian, karena berat badan hanya ditumpu oleh sebagian dan persendian.
d. Infeksi Infeksi disebabkan oleh virus, virus yang masuk ke dalam tubuh kedalam
pembuluh darah kemudian dilalirkan oleh darah. Virus tersebut akan berhenti ke tempat yang disukainya.
e. Metabolic Syndrome Kaitannya dengan penurunan fungsi dari mitokondria. Mitokondria
menghasilkan energi yang akan digunakan oleh inti sel. Usia yang sudah tua akan membuat metokondri tidak mampu menghasilkan energi sehingga DNA tidak bisa
menyelenggarakan prises metabolisme tubuh. f. Kegemukan atau obesitas
Kelebihan berat badan akan menarnbah beban sendi penopang berat badan, dan pada orang gemuk akan timbul genu varus. Hal ini merupakan salah
satu penyebab Osteoartritis.
g. Penyakit Endokrin Pada hipotiroidisme terjadi produksi air dan garam-garam proteoglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong, sehingga akan merusak si fat fisik rawan sendi, ligamen, tendon, synovial dan kulit pada diabetes mellitus,
ghukosa akan menyebabkan produksi proteoglikan menurun. Semua ini akan menyebahkan Osteoartritis.
h. Penyakit sendi lain Osteoartritis dapat timbul sebagai akibat berbagai penyakit sendi lainnya
seperti arthritis, arthritis karena infeksi akut, atau karena infeksi, kronis seperti TBC. Sendi infeksi tersebut menimbulkan reaksi peradangan dan mengeluarkan
enzim permukaan matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel-sel radang. Berdasarkan kriteria A.R.A American Rheumaticam Associaton,
Osteoarthritis dapat dilklasifikasikan sebagai berikut: a Osteoarthritis primer
Yang penyebabnya berupa idiopatik dan erosive Osteoarthritis. Osteoarthritis primer dikatakan sebagai perubahan degeneratif yang penyebabnya
tidak diketahui. Saiter menyebutkan sebagai ”Aging Process” dan sendi normal. b Osteoarthritis sekunder
Adalah penyebab Osteoarthritis yang menyertai kelainan seperti kongenital atau kelainan pertumbuhan contoh: osteochondrosis, penyakit
metabolik contoh: Gout, trauma, inflamasi contoh: Rheumatoid arthritis. Disebut Osteoarthritis sekunder karena diketahui penyebabnya Kamiati, 1995.
2. Perubahan patologi
Pada kondisi osteoartritis terjadi perubahan lokal pada cartilago berupa timbulnya bulla atau blister yang menyebabkan serabut kolagen terputus
proteoglikan mengalami pembengkakan pada tahap laju, terjadi perubahan air proteoglikan dan bercerai berai yang mengakibatkan struktur dan tulang rawan
sendi rusak Hudaya, 1996. Dimana tulang rawan sendi mengadakan reaksi dengan hiperaktifitas
pembentukan janngan kolagen baru dan proteoglikan namun reaksi ini kadang tidak menolong. Pada jaringan juga mengadakan selerotis hilang dan akhimya
terjadi disorganisasi sendi dan diikuti dengan absorb si kapsula yang berlanjut di dalam suatu kondisi sinovitis yang menyebabkan terjadinya ankilosis Hudaya,
1996. Pada Osteoarthritis terdapat proses degradasi, reparasi dan inflamasi yang
terjadi dalam jaringan ikat. lapisan rawan, sinovium dan tulang subchondral. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Osteoarthritis adalah sebagai berikut:
a. Degradasi tulang rawan sendi, yang timbul sebagai akibat dan ketidakseimbangan antara regenerasi dan degenerasi rawan sendi melalui
beberapa tahap yaitu fibrasi, pelunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat dan lambat. Untuk
proses cepat dalam waktu 10-15 tahun sedang yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi Parjoto,
2000.
b. Osteofit, bersama timbulnya degenerasi tulang rawan sendi. Selanjutnya diikuti reparasi tulang rawan sendi. Reparasi berupa pembentukan osteofit
ditulang subchondral Parjoto, 2000. c. Skierosis subchondral, pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa
sklerosis pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak Parjoto, 2000.
d. Sinovitis adalah inflamasi dan sinovium yang terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi.
Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan, ini akan mempercepat proses pengrusakan tulang
rawan Parjoto, 2000. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, sifat-sifat biomekanis
tulang rawan sendi akan berubah, sehingga akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban yang biasa Kamiati, 1995.
3. Gambaran klinis
Secara klinis Osteoarthritis dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: a. Subklinis, pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda kilnis lainnya.
Kelainan baru terbatas pada tingkat sekunder dan biokimiawi rawan sendi. b. Osteoartritis manifest, pada tingkatan itu biasanya penderita datang ke
dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan. Tanda dan gejala yang muncul adalah nyeri setelah bergerak beberapa saat,
kaku sendi saat memulai gerakan.
c. Osteoartritis decompensasi, pada tingkatan ini rawan sendi setelah rusak sama sekali biasanya diperlukan tindakan bedah. Tanda dan gejala yang muncul
adalah saat istirahat terasa nyeri, kontraktur serta deformitas sendi Hudaya, 1996.
4. Tanda dan Gejala
Secara umum gejala dan tanda osteoartritis adalah sebagai berikut: 1 nyeri merupakan gejala khnik yang paling menonjol, nyeri pada sendi lutut, nyeri
diperberat oleh pemakaian sendi dan menghilang dengan istirahat. Ada 3 tempat yang membedakan nyeri yaitu: a sinovuum terjadi akibat reaksi radang yang
timbul akibat adanya kristal dalam cairan sendi, b kerusakan pada jaringan lunak dapat berupa robekan ligamen, kapsul sendi dan kerusakan meniscus, c nyeri
juga berasal dari tulang biasanya akibat rangsangan pada periosteum karena osteofit kaya tersebut penerima nyeri nociceptor: 2 kaku sendi juga gejala yang
juga sering ditemukan biasanya pada waktu pagi hari atau lama pada keadaan ini aktifitas, kaku pada pagi hari, nyeri atau kaku sendi timbul setelah immobilitas
dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur. 3 keterbatasan lingkup gerak sendi oleh karena secara fungsional fungsi sendi terganggu oleh
berbagai macam masalah seperti nyeri, spasme otot dan pemendekan otot, Keterbatasan LGS, gangguan ini semakin bertambah berat dengan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri. 4 kelainan bentuk struktur sendi, ini dapat di temukan pada keadaan penyusun yang lanjut dapat berupa genu valgum maupun genu
valgus. Bila sudah ditemukan instabilitas ligamen menunjukkan kerusakan yang progresif dan prognosis yang jelek, 5 gangguan aktifitas fungsional yang
disebabkan oleh akumulasi keluhan yang juga ditambah oleh karena menurunnya kekuatan otot Isbagyo, 2000.
5. Diagnosis Medis
Diagnosis sendi lutut berdasarkan gambaran klinis dan radiologi. Kriteria Actman merupakan salah satu pedoman diagnosis osteoarthritis sendi lutut. Bila
seseorang ditemukan hanya nyeri lutut, diagnosa osteoarthritis harus ditambah tiga dan lima kriteria, yaitu umur diatas 50 tahun, kaku sendi di pagi hari kurang
dan 30 menit. nyeri tekan pada tulang pembesaran tulang, perabaan sendi tidak panas.
Bila ada gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologi dibutuhkan satu dan tiga kriteria, yaitu umum diatas 50 tahun, kaku sendi kurang dan 30 menit dan
krepilasi Parjoto, 2000. Diagnosis Osteoarthritis lutut berdasarkan gambaran klinik dan nadiologis.
Kriteria Altman merupakan salah satu pedoman diagnosis Osteoarthritis lutut Parjoto dalam, TITAFI 2000. Bila seseorang ditemukan hanya nyeri lutut,
diagnosis harus ditambah 3 dan 5 kriteria yaitu: a. Umur di atas 50 tahun.
b. Kaku sendi pagi hari kurang dari 0 menit. c. Nyeri tekan pada tulang.
d. Pembesaran tulang. e. Perabaan sendi tidak panas.
Bila ada gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologis dibutuhkan salah satu dan 3 kriteria tambahan:
a. Umur di atas 50 tahun. b. Kaku sendi kurangdani 30 menit
c. Dan kreditasi.
6. Diagnosa Banding
Pemeriksaan pasien yang sejumlah kemungkinan diderita oleh penderita. Ada kondisi yang mempunyai gejala-gejala hampir sama dengan Osteoartritis
sendi lutut sehingga akan mengacaukan kita dalam menentukan diagnosa pada kondisi osteoartritis sendi lutut yang mempunyai rematoid arthritis sendi lutut.
Namun pada rematoid arthritis sendi lutut selalu disertai gejala dan keluhan ekstra artictilar dan aktualisasi inflamasi cukup tinggi. Sementara
osteoarthritis sendi lutut tidak dijumpai gejala dan keluhan tersebut. Pada kasus rematoid arthritis sendi lutut didapat keluhan seperti nodul rematoid di jaringan
sub cutan vasculatis episkerins miositis, limfadenopaty. Pada rematoid arthritis sendi lutut menyerang umur lebih muda, selalu bilateral, nyeri sangat tajam sharp
pain morning stiffness. Rematoid arthritis lebih berat selama 1 jam, sendi lebih menonjol disertai demam, kelemahan otot dan penurunan berat badan Hudaya,
19. Kelainan artritis lutut di luar asteoartritis yang umumnya banyak
dijadikan diagnosa banding dengan osteoartritis adalah Kalim, 1997: a. Rheumatoid Arthritis
Pada Rheumatoid Arthtitis, pembengkakan jaringan lunak dan gejala inflamasi setempat jelas, prediksi sendi yang terkena adalah sendi-sendi kecil,
bersifat poliartikuler, simetris dan disertai gejala sistematik Kalim, 1997.
b. Gout Arthritis Adalah sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus yaitu Arthritis
akut. Gejala Arthritis akut disebabkan oleh inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat akibat adanya gangguan
metabolisme purin dalam tubuh. Sering terjadi pada sendi metatarsophalangeal dan pada sendi lutut. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat
yang tinggi dalam darah serta diketahui adanya jumlah leukosit dan laju endap darah yang meningkat Kalim, 1997.
7. Komplikasi
Penyakit ini apabila tidak mendapat penanganan yang baik dan tepat, maka memerlukan berbagai masalah baru yang teriadi akibat proses penyakit itu sendiri.
Seperti adanya spur osteofit sehingga teriadi proses penghancuran tulang rawan sendi. Tulang subkondral lama kelamaan dapat menusuk pada metafisis dari
tulang tibia dan tulang femur sebagai akibatnya terjadi komplikasi seperti nyeri, kaki terbentuk varus dan valgus, atrofi kelemahan otot meniscus quadriceps
femoris, menurunya ketahanan struktur dan komplikasi deformitas varus dan valgus Reksoprojo, 1990. Terganggunya aktifitas sehari-hari seperti aktifitas
beribadah, jongkok, duduk, bendiri dan jalan.
8. Prognosis
Mengingat bahwa osteoartritis adalah penyakit degeneratif, maka dapat dimengerti bahwa penyakit ini progresif sesuai dengan usia, namun apabila
diketahui secara dini dan belum menimbulkan deformitas valgus atau varus
maka penjalanan penyakit dapat dihambat dengan cara membuat atau berusaha untuk memperbaiki stabilitas sendi.
a. Quo ad vitam baik, karena mengingat kondisi penyakitnya secara langsung tidak membahayakan jiwa.
b. Quo ad sanam ragu-ragu, karena interverensi fisioterapi tidak dapat menyembuhkan osteoartritis sendi lutut. sifatnya simpthomatik yaitu
mengurangi gejala-gejala yang timbul. c. Quo ad funcionam ragu-ragu, karena tergantung pada derajat nyerinya.
d. Quo ad cosmeticam buruk, karena sudah terjadi adanya deformitas varus. Kita ketahui bahwa stabilitas sendi tergantung dan bentuk sendi, ligamen
dan kapsul serta pegang peranan penting adalah otot. Bentuk sendi, ligament dan kapsul tidak dapat dipengaruhi kecuali menjaga agar jangan terlalu mendapat
beban dan stress sedangkan otot dapat diperkuat dengan cara latihan, sehingga kunci dan stabilitas yang masih bisa dikendalikan adalah mengurangi rasa sakit
dan melatih otot agar menjadi kuat Reksoprodjo, 1990.
C. Obyek yang Dibahas