Indeks ini pertama kali digunakan dalam The Pilot Geriatric Arthritis Program, Wilconsm USA tahun 1977 berdasarkan indeks ini, status fungsional
mempunyai 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu: a nyeri, derajat nyeri saat melakukan aktivitas terdiri dari tidak nyeri, 2 = nyeri, 3 = nyeri sedang, 4 = sangat
nyeri; b kesulitan, derajat kesukaran untuk melakukan aktivitas, terdiri dan 1 = sangat mudah, 2 = agak mudah, 3 = tidak mudah tetapi juga tidak sulit, 4 = agak
sulit, 5 = sangat sulit; c ketergantungan, derajat ketergantungan seseorang untuk melakukan aktivitas terdiri dari 1 tanpa bantuan, 2 = butuh bantuan alat, 3 = butuh
bantuan orang, 4 = butuh bantuan alat dan orang, 5 = tidak dapat melakukan aktivitas Parjoto, 2000.
D. Modalitas Fisioterapi
Micro Wave Diathermy EEM 2450 Mhz merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan
oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 km DepKes, 1993.
1. Efek fisiologis a. Perubahan panas temperatur dapat menimbulkan reaksi lokal pada
jaringan misalnya, 1 meningkatkan metabolisme sel-sel lokal ± 13 tiap kenaikan temperatur l°b, 2 meningkatkan vasomation sphinther
sehingga timbul homostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal. Reaksi general, mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu
diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal ± 13 cm dan aplikasinya
lokal. Consersual efek, timbulnya respon panas pada sisi kontra lateral dan segment yang sama Sujono, 2002.
Penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung cairandaerah.
b. Jaringan ikat Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik seperti
jaringancollagen, kulit, otot, tendon, ligamen dan capsul sendi akibat menurunnya viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat
yang letak kedalamannya ±3 cm Sujono, 2002. c. Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus otot lewat normalisasi nocisensorik kecuali hipertonik otot akibat emosional.
d. Jaringan saraf Misalnya: meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf,
meningkatkan nerve conduction konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang theshold.
2. Efek terapeutik a. Penyembuhan luka dapat meningkat proses respirasi jaringan secara
fisiologis. b. Nyeri, hipertropi, gangguan vaskularisasi, dapat menurunkan, nyeri,
normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbankan sistem metabolisme. c. Kontraktur jaringan lemah, dengan peningkatan elastisitas jaringan
lemak maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan.
d. Gangguan konduktifitas dan trashold jaringan saraf, apabila elastisitas dan trashold jaringan saraf semakin pula, prosesnya lewat efek
fisiologik. 3. Efek-efek yang lain
Efek umum misalnya merasa lemah badan, pusing mengantuk. 4. Indikasi.
a. Kelainan-kelainan patah tulang, sendi dan otot misalnya rhematoid artritis, post traumatik, low back pain.
b. Kelainan-kelainan pada syaraf perifer seperti neuropati dan neuralgia. 5. Kontra indikasi
a. Logam dalam tubuh b. Alat elektronis misalnya: jam tangan, alat audiovisual yang sedang
dipakai. c. Gangguan peredaran darah
d. Memakai nilon dan bahan lain yang tidak menyerap keringat e. Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan, misalnya: pada
mata atau luka basah, eksim basah yang dapat menimbulkan kebakaran di jaringan.
f. Gangguan sensabilitas g. Infeksi akut dan demam dapat memperluas infeksi bakteri melalui
aliran darah. h. Setelah menjalani terapi rontgen
i. Menstruasi dan Kehamilan j. Apabila daerah yang diterapi bagian punggung dan perut.
Terapi Latihan
Tujuan dari terapi latihan adalah: 1 untuk mengurangi nyeri, 2 mengurangi spasme, 3 mobilitas spasme, 4 meningkatkan kekuatan dan daya
tahan otot, 5 meningkatkan lingkup gerak sendi. Untuk mencapai tujuah tersebut maka latihan yang efektif adalah latihan:
1. Latihan active movement a. Assisted active movement
Adalah gerakan yang terjadi karena kontraksi otot pasien dibantu oleh kekuatan dari luar Kisner, 1996 Bantuan berupa alat atau dari terapis. Latihan ini
dapat dilakukan dengan posisi tengkurap untuk fleksi knee, tangan terapis memfiksasi pada otot hamstring dan tangan yang satunya membantu
menggerakkan. Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan. b. Free active movement
Adalah gerakan yang berasal dan otot itu sendiri Kisner, 1996 Latihan pada sendi lutut ini dikerjakan dengan posisi tidur tengkurap atau duduk di tepi
bed dengan pasien disuruh menggerakkan fleksi ekstensi. Yang penting tidak dikerjakan dengan posisi menumpu berat badan penuh karena dapat memperberat
kerusakan sendinya. Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan. c. Resisted active movement
Adalah suatu bentuk latihan gerak dimana dalam melakukan gerakan diberikan tahanan dan terapis Kisner, 1996 Latihan ini dilakukan dengan posisi
tidur tengkurap, posisi terapis disamping pasien memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas dan tangan satu pada pergelangan kaki. Terapis memberikan
tahanan minimal dan pasien disuruh menggerakkan atau melawan gerakan tadi ke arah fleksi. Dilakukan secara bergantian kanan dan kiri 8x2 hitungan.
d. Hold relax Adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi
optimal dan kelompok otot antagonis yang memendek, kemudian otot tersebut rikeks, cara pelaksanaannya teknik hold relax, 1 gerakan atau dimana nyeri
terasa timbul, 2 terapis memberi tahanan pada kelompok antagonus yang meningkat perlahan-lahan dan pasien harus meningkat perlahan-lahan dan pasien
harus melawan tahanan tersebut, 3 instruksi yang diberikan tahan disini, 4 rileksasi pada kelompok otot antagonis, tunggu beberapa saat sampai ototnya
rileks, 5 gerakan aktif dalam pola agonis Kisner, 1996.
Kerangka Berfikir
Osteoartritis Knee Bilateral
Ekstrinsik: Aktivitas fisik
pekerjaan Intrinsik:
- Usia - Obesitas
- Jenis Kelamin - Faktor
hormnonal
Kapsik: - Nyeri
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan otot - Spasme
Kemampuan fungsional:
- Kemampuan jongkok berdiri
- Naik turun tangga
- Berjalan jauh sakit
Fisioterapi: - MWD
- Terapi latihan - Edukasi
Evaluasi: 1. Nyeri dengan VDS
2. LGS dengan goneometer 3. Kekuatan otot dengan MMT
4. Kemampuan fungsional dnegan skala jette
Hasil terapi: 1. Nyeri berkurang
2. Peningkatan LGS 3. Peningkatan kekuatan otot
4. Peningkatan aktivitas fungsional
44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah dengan adalah studi kasus.
B. Kasus Terpilih
Kasus yang digunakan dalam penelitian karya tulis ilmiah adalah OA genu bilateral.
C. Instrumen Penelitian
Variabel dependent: kondisi OA knee bilateral yang disebabkan karena aktivitas yang berlebihan yang ditandai dengan adanya nyeri saat
melakukan aktivitas. Variabel independent: pelaksanaan terapi yang dilaksanakan adalah MWD dan terapi latihan. Dalam instrumen penelian ini
digunakan metode operasional sebagai berikut: 1. Verbal Deskriptive Scale VDS
Pengukuran derajat nyeri dengan skala penelitian yaitu: 1 = Tidak Nyeri
2 = Nyeri Sangat Ringan 3 = Nyeri Ringan
4 = Nyeri Tak Begitu Berat 5 = Nyeri Cukup Berat
6 = Nyeri Berat 7 = Nyeri Tak Tertahankan