Dari grafik di atas didapatkan hasil: 1. Group otot flexor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan dari T
1
4, menajdi T
6
4+ kiri, T
1
4 menjadi T
6
4+ 2. Group otot ektensor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan T
1
4, menjadi T
6
4+ kiri T
1
4 menjadi T
6
4+. J. Hasil terapi akhir
Pasien yang bernama Ny. Siti Romdiyah dengan kondisi osteoarthritis genu bilateral setelah mendapat penanganan
fisioterapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan MWD dan terapi latihan maka didapatkan hasil dimana adanya penurunan rasa nyeri,
peningkatan kekuatan otot, pengurangan spasme, LGS bertambah.
F. Pembahasan Kasus
Seorang pasien wanita berusia 79 tahun dengan diagnosa fisioterapi berupa osteoartritis bilateral, pasien mempunyai kebiasaan membaca al-Qur’an.
Pasien mulai mendapatkan penangann fisioterapi pada tanggal 19 Februari 2008. Setelah dilakukan intervensi fisioterapi melalui dua modalitas yaitu:
Microwave diathermi SWD dan terapi latihan dengan frekuensi 6 kali terapi berturut-tirit, didapatkan penurunan nyeri, penambahan LGS pada kedua sendi
lutut, penambahan kekuatan otot flexor dan extensor pada kedua sendi lutut dan peningkatan kemampuan fungsional pasien. Intervensi 6 kali terapi ternyata cukup
menunjukkan hasil yang memuaskan pada pasien ini. Adapun hasil terapi dari pertama sampai akhir sebanyak enam kali adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri
Pengurangan tingkat nyeri dapat dilihat dengan menggunakan VDS. Perubahan nyeri dari evaluasi awal T
1
sampai evaluasi akhir T
6
dapat dilihat bahwa setelah 6x terapi ada pengurangan nyeri.
Nyeri pada osteoarthritis terjadi oleh karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensorik oleh terbentuknya osteofit yang baru di permukaan tulang femur, tulang
tibia, dan proksimal tulang patella Parjoto, 2000. Penurunan nyeri pada OA lutut ini dipengaruhi ole efek dari diarthemi dan
terapi latihan antara lain: sedatif pada ujung-ujung saraf, terjadinya relaksasi otot, terangkutnya sisa-sisa metabolisme.
Menurut Maurer 1999, peningkatan otot akibat latihan mampu menurunkan atau mengurangi nyeri pada OA otot. Hal ini dapat terjadi karena
bertambahnya kekuatan otot quadriceps dan hamstring sehingga mampu lebih menstabilkan sendi lutut sehingga jaringan lunak sekitar lutut dapat rileks.
Aplikasi pada modalitas panas akan dapat mengakibatkan kenaikan action patiential afferen dan menutup gate. Peningkatan temperatur pada area yang
diterapi akan mengakibatkan rasodi latasi yang diikuti peningkatan aliran darah kapiler sehingga akan dapat memperlancar pembuangan sisa-sisa metabolisme
yaitu prostaglandin zat ”p” yang menumpuk. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat ”p” juga ikut terbuang. Sehingga terjadi rileksasi pada otot, nyeri akan
turun selama pemanasan berlangsung, perubahan vaskuler dan merespon aplikasi dari pemanasan mengurangi 30 mil10 gr jaringan yang telah terabsorbsi,
peredaran darah yang lancar akan dapat meningkatkan suplay nutrient karena
untuk perbaikan dan mengangkat siswa produksi dari jaringan yang cidera Miclovitz, 1990
2. LGS
Pertambahan LGS dapat diketahui dengan menggunakan goniometer. Dari pemeriksaan awal sampai akhir diperoleh data tentang LGS sebagai berikut:
Peningkatan LGS pada pasien ini dipengaruhi oleh latihan-latihan yang diberikan yaitu latihan resisted active movement. Selain itu peningkatan LGS
dipengaruhi juga oleh penurunan nyeri dan relaksasi dari otot-otot di sekitar kedua sendi lutut.
LGS akan dapat bertambah dengan gerakan aktif maupun pasif dan akan dapat merangsang propioseptif dengan perubahan panjang otot pada saat terjadi
kontraksi otot darah akan mengalur keseluruhan jaringan tubuh. Sehingga pada sendi terjadi penambahan nutrisi dan enzim yang dapat mencegah perlengketan
jaringan pada daerah sekitar sendi Cottle, 1996.
3. Kekuatan Otot
Penyebab dari turunnya kekuatan otot adalah karena adanya nyeri pada lutut. Penilaian perkembangan kekuatan otot pasien dengan Manual Muscle
Testing MMT. Dari pemeriksaan awal sampai evaluasi akhir diperoleh data mengenai kekuatan otot pada kedua lutut.
Setelah dilihat dari hasil evaluasi kekuatan otot kedua lutut, maka didapat adanya peningkatan kekuatan otot flexor dan extensor dengan nilai 4. Setelah 6
kali terapi dinyatakan terjadi peningkatan kekuatan otot dikarenakan oleh rasa nyeri yang berkurang, sehingga pasien mau melakukan gerakan-gerakan yang
diperintahkan terapis. Juga karena pasien melakukan latihan yang dianjurkan fisioterapi setiap hari di rumah yang dibantu oleh keluarga ataupun sendiri.
Apabila tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, maka otot akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat. Penyesuaian yang terjadi di dalam otot dapat
terlewati dengan menggunakan terapi latihan apabila kemampuan otot secara progresif terpelihara. Otot merupakan jaringan kontraktil, akan menjadi lebih kuat
akibat hasil dari hipertropi dari serabut otot dari suatu penambahan pengangkutan motor unit di dalam otot Kisner, 1996.
4. Kemampuan Fungsional
Kemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien melakukan aktivitas spesifik dalam hubungan dengan rutinitas kehidupan
sehari-hari. Pada penderita oesteoartritis kemampuan fungsional dapat diukur dengan skala jette.
Apabila terjadi keterbatasan fungsional, maka disana terdapat ketidakstabilan dari organ tubuh. Pemeriksaan dan pengkajian akan dapat
membedakan jenis impairment yang hilang apalah dari LGS, kekuatan otot, kestabilan sendi, dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan fungsional,
komponen impairment harus dikaji melalui latihan yang lengkap pada tingkat dimana teknik pengajaran aman sesuai kemampuan yang dapat diintegrasikan di
dalam program latihan Kisner, 1996. Indeks mi pertama kali digunakan dalam The Pilot Geriatric Arthritis
Program, Wilconsm USA tahun 1977 berdasarkan indeks ini, status fungsional mempunyai 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu: 1 nyeri, derajat nyeri saat
melakukan aktivitas terdiri dari 1 = tidak nyeri, 2 = nyeri, 3 = nyeri sedang, 4 =
sangat nyeri; b kesulitan, derajat kesukatan untuk melakukan aktivitas, terdiri dari 1 = sanagt mudah, 2 = agak mudah, 3 = tidak mudah tetapi juga tidak sulit, 4
= agak sulit, 5 = sangat sulit; c ketergantungan, derajat ketergentungan seseorang untuk melakukan aktivitas terdiri dari 1 = tanpa bantuan, 2 = butuh bantuan alat, 3
= butuh bantuan orang, 4 = butuh bantuan alat dan orang, 5 = tidak dapat melakukan aktivitas Parjoto, 2000.
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN