13
laporan keuangan. Selain itu, tingkat laba merupakan data yang relatif mudah didapat dari laporan keuangan Rossieta dan Wibowo, 2009. Penelitian ini
menggunakan Model Carey dan Simnett 2006 yang dimodifikasi sesuai kondisi di Indonesia oleh Rossieta dan Wibowo 2009 melalui pendekatan earnings
surprise benchmark . Dengan pertimbangan, untuk mengevaluasi kualitas
keputusan yang berujung pada kualitas audit, laba dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai ukuran yang diobservasi.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
2.1.2.1 Ukuran KAP
Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 Choi, 2010 dalam Sinaga 2012. KAP Big 4 dianggap cenderung memberikan kualitas audit yang baik. Kantor akuntan
publik KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah : a.
KAP Purwantono, Suherman Surja – berafilisiasi dengan Ernst Young.
b. KAP Osman Bing Satrio – berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafiliasi dengan KPMG, dan
d. KAP Tanudiredja, Wibisana Rekan – berafiliasi dengan
PricewaterhouseCoopers PwC.
Menurut Lee 1993 dalam Febrianto dan Widiastuty, “auditor dan klien sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas yang besar
bahwa penghasilan auditor akan tergantung pada fee audit yang dibayarkan
Universitas Sumatera Utara
14
kliennya”. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung tidak independen terhadap kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih
independen terhadap kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun kecil. Dopuch dan Simunic 1980 dalam Permana 2012 menyatakan bahwa
“KAP yang lebih besar dapat memberikan kualitas yang lebih tinggi pula karena memiliki reputasi yang tinggi”.
Namun Watkins et al. 2004 dalam Febrianto dan Widiastuty 2010 tidak sependapat dengan hal tersebut. Kepemilikan sumber daya dianggap tidak lebih
penting daripada penggunaan sumber daya tersebut . Buktinya ada di dalam kasus Enron, Arthur Anderson. AA adalah sebuah KAP skala internasional yang
tergabung dalam Big 5. Dengan demikian AA merupakan auditor ukuran besar dan memiliki sumber daya yang lebih dari cukup. Adanya kasus Enron ini telah
mematahkan pendapat Lee dan Dopuch dan Simunic yang sepakat bahwa auditor yang besar akan memberikan kualitas audit yang tinggi.
2.1.2.2 Masa Perikatan Auditor-Klien Audit Tenure
Audit Tenure adalah masa Perikatan keterlibatan antara Kantor Akuntan
Publik KAP dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Al-Thuneibat et al. 2011
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa “hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup
untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit”. Namun, Jackson et al. 2008 dalam Sinaga 2012 memiliki pandangan yang berbeda dari
hasil penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. 2011. Jackson
Universitas Sumatera Utara
15
menyimpulkan bahwa “kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien”. Carey dan Simnett 2006 dalam Sinaga 2012
berpendapat “ada dua faktor utama yang menimbulkan timbulnya hubungan yang negatif antara hubungan auditor-klien dan kualitas audit yaitu pengikisan
independensi yang mungkin muncul seiring dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien mereka dan berkurangnya kapasitas auditor untuk
memberikan penilaian kritikal”. Di Indonesia, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan
atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423KMK.062002, yang mengatur bahwa “pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut”.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa
Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang “pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 6 enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut”. Akuntan publik dan kantor
akuntan diperbolehkan menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan
klien tersebut.
Universitas Sumatera Utara
16
Carcello dan Nagy 2004 dalam Permana 2012 juga menemukan bahwa “kecurangan dalam laporan keuangan seringkali terjadi pada tahun-tahun awal
pelaksanaan audit”. St Pierre dan Anderson 1984 dalam Permana 2012 juga menemukan adanya banyak kesalahan audit yang dilakukan auditor pada masa
awal perikatan audit. Mautz dan Sharaf 1961 dalam Permana 2012 menyatakan bahwa “auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud
mempengaruhi perilakunya dan berangsur-angsur mengurangi independensinya”. Auditor harus berhati-hati dan menjaga jarak dengan klien supaya tidak
terjadi hubungan yang terlalu akrab sehingga akan mempengaruhi independensi dan obyektivitas auditor. Dikatakan oleh Carey dan Simnett 2006 dalam
Permana 2012 bahwa kondisi paling ekstrem adalah timbulnya familiaritas berlebihan yang mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien. Lebih
lanjut, tingginya tingkat kepuasan, kurangnya inovasi, kurang kuatnya prosedur audit, dan munculnya percaya diri berlebihan terhadap klien cenderung muncul
ketika auditor mempunyai hubungan yang lama dengan klien. Dengan kata lain, semakin lama masa perikatan audit, akan semakin berkurang sikap kritis dan
independensi auditor. Dalam Pernyataan Standar Auditing PSA, SA Seksi 220, mengenai independensi, dikatakan bahwa “auditor diharuskan bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum”. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa
“untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban
Universitas Sumatera Utara
17
terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”.
2.1.2.3 Ukuran Perusahaan Klien