Geometri dan Klasifikasi Penggulungan Strand

50 serangan mencapai kedalaman lebih dari 50 dari kayu utuh sehingga kayu sentang termasuk dalam kelas E kategori hancur Lampiran 4 . Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai kehilangan berat pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara horizontal G, T, R tidak berbeda nyata. Nilai kehilangan berat tertinggi terdapat pada kayu sentang bagian tepi, hal ini dikarenakan pada analisis sifat kimia terutama kandungan selulosa dan keberadaan zat ekstraktif. Kandungan selulosa kayu sentang pada posisi batang bagian tepi lebih tinggi dibanding bagian tengah dan dalam, sedangkan zat ekstraktif pada posisi batang bagian tepi lebih rendah dibandingkan bagian tengah dan dalam. Selulosa merupakan sumber makanan bagi rayap dan organisme perusak kayu yang lain. Menurut Bowyer et al. 2003, rayap tanah memanfaatkan kayu sebagai tempat tinggal atau untuk mendapatkan selulosa sebagai sumber makanan.

B. Geometri dan Klasifikasi Penggulungan Strand

B.1. Geometri strand Nilai rata-rata panjang, lebar, tebal, slenderness ratio dan aspect ratio strand yang dipergunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Panjang, lebar, tebal, slenderness ratio dan aspect ratio strand Parameter Rata-rata Minimum Maksimum Panjang mm 70,52±1,01 64,15 71,74 Lebar mm 23,68±1,10 21,45 25,33 Tebal mm 0,87±0,17 0,34 1,20 Slenderness Ratio SR 85,59±23,33 55,06 208,12 Aspect Ratio AR 2,99±0,16 2,73 3,43 Menurut Maloney 1993, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil flake antara lain ukuran kayu, kadar air, kecepatan pengumpanan, jenis kayu dan kerapatan kayu. Geometri partikel berperan penting dalam menentukan kekuatan papan yang dihasilkan. Untuk OSB, strand harus berbentuk seperti empat persegi panjang rectangular, tipis, panjang dan sempit. Menurut Natus 1996; Anonim 1997 dalam Misran 2005 bahwa 51 ukuran strand biasanya antara 60-150 mm panjang, 25-35 mm lebar dan 0,5-0,8 mm tebal. Slenderness ratio merupakan rasio antara panjang partikel dan tebalnya. Rasio ini menggambarkan orientasi partikel dan kekuatan papan Maloney 1993. Partikel dengan slenderness ratio yang tinggi akan lebih mudah diorientasikan sehingga kekuatan papan yang dihasilkan akan meningkat serta memerlukan sedikit perekat per luasan permukaan untuk mengikat strand. Aspect ratio merupakan rasio antara panjang partikel dan lebarnya. Partikel akan sulit terorientasi apabila memiliki nilai aspect ratio sebesar satu partikel berbentuk persegi. Untuk memperoleh orientasi papan yang bagus maka besarnya nilai aspect ratio minimal tiga Maloney 1993. Shuler et al. 1976 Kuklewski et al. 1985 dalam Misran 2005, aspect ratio sebesar 2 cukup untuk menghasilkan papan dengan sifat-sifat yang bagus. B.2. Klasifikasi penggulungan strand Nilai Persentase klasifikasi penggulungan strand yang dipergunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Klasifikasi penggulungan strand Kelas Strand Panjang mm Lebar mm Tebal mm 1 33 70,58 23,65 0,92 2 55 70,50 23,71 0,88 3 12 70,46 23,61 0,70 Strand yang paling bagus untuk dipergunakan dalam pembuatan papan adalah strand yang lurus dan rata tidak menggulung. Semakin tinggi tingkat penggulungan strand menyebabkan distribusi perekat tidak merata sehingga kondisi ini dapat memperlemah ikatan dan berpengaruh terhadap kualitas papan yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 12, strand yang dipergunakan dalam pembuatan papan ini sebagian besar termasuk dalam kelas penggulungan dua curl, quarter round dan kelas satu datar. Ketebalan strand sangat menentukan tingkat penggulungan. Strand yang tebal cenderung lebih datar dibandingkan dengan yang tipis. Klasifikasi penggulungan strand pada penelitian ini disajikan pada Gambar 23. 52 Gambar 23 Strand a Flat b Curl, quarter round c Curl, half round C. Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan OSB C.1. Sifat fisis OSB C.1.1. Kerapatan Histogram nilai rata-rata kerapatan papan disajikan pada Gambar 24. Gambar 24 Histogram kerapatan papan Nilai kerapatan papan berkisar 0,58-0,60 0,59±0,02 gcm 3 . Perlakuan terhadap strand berupa perendaman dalam air dingin, bahan pengawet dan autoklaf menghasilkan nilai kerapatan papan tertinggi, sedangkan kerapatan terendah pada perlakuan strand yang direbus. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai kerapatan papan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal strand tidak berbeda nyata. Besar kecilnya kerapatan panil dipengaruhi oleh besarnya kerapatan kayu dan kadar perekat serta bahan aditif yang digunakan. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kayu kerapatan kayu, besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya Kelley 1997 dalam Yusfiandrita 1998. a b c 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 K AD AP BP AU K e rapat an gc m 3 53 Kerapatan kayu yang rendah akan lebih mudah dipadatkan pada saat dikempa dan menghasilkan kontak strand yang lebih baik sehingga meningkatkan ikatan antar strand dan menghasilkan dengan kekuatan yang tinggi. Dalam memproduksi papan partikel, kerapatan tinggi bukanlah target utama melainkan bagaimana memproduksi panil dengan kerapatan serendah mungkin tetapi kekuatannya memenuhi persyaratan standar Bowyer et al. 2003. Menurut Maloney 1993, acuan rasio kompresi yang sesuai untuk kerapatan minimal suatu papan adalah 1,3. Nilai rasio kompresi rata-rata untuk semua papan hasil penelitian sebesar 1,3. Nilai kerapatan yang dihasilkan dari masing-masing papan belum mencapai target kerapatan yang diharapkan 0,7 gcm 3 . Persentase rata-rata pencapaian target kerapatan hasil penelitian adalah 84,86 sebagaimana disajikan pada Lampiran 5. Papan yang dihasilkan pada penelitian ini dikategorikan kedalam papan berkerapatan sedang. Menurut Maloney 1993 bahwa papan berkerapatan sedang adalah papan yang memiliki kerapatan antara 0,59-0,80 gcm 3 . Berdasarkan standar JIS A 5908 2003, standar kerapatan papan berkisar antara 0,4-0,9 gcm 3 , nilai kerapatan papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar tersebut. C.1.2. Kadar air Histogram nilai rata-rata kadar air papan disajikan pada Gambar 25. Gambar 25 Histogram kadar air papan. Nilai kadar air papan berkisar 8,26-12,80 9,86±1,85. Strand tanpa perlakuan menghasilkan nilai kadar air papan tertinggi, sedangkan kadar air papan terendah terdapat pada perlakuan strand yang direbus. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K AD AP BP AU Kad a r Air 54 Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai kadar air papan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal pada strand memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan pengujian antar perlakuan awal strand tidak berbeda nyata. Pemberian perlakuan awal terhadap strand yang meliputi perendaman dalam air dingin, perebusan, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf pada dasarnya untuk mengeluarkan keberadaan zat ektraktif pada kayu sehingga dengan berkurangnya zat ektraktif akan menyebabkan proses perekatan berjalan dengan sempurna. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian perlakuan awal terhadap strand dapat menurunkan kadar air papan dibandingkan dengan papan kontrol. Perendaman strand dalam air dingin dan air panas akan menurunkan kadar ekstraktif pada kayu sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan perekat untuk menembus dinding sel, akibatnya proses perekatan berlangsung dengan baik sehingga penyerapan airnya dapat berkurang. Pelarutan zat-zat ekstraktif dapat meningkatkan daya ikat antar partikel kayu dengan bahan pengikatnya. Kadar zat ekstraktif menurun dengan semakin meningkatnya waktu pengukusan. Perlakuan pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan pada saluran pembuluh. Zat ekstraktif yang terdapat didalam kayu akan berkurang sehingga memudahkan bagi aliran perekat untuk diserap kayu Kubunsky Itju 1972 dalam Yusfiandrita 1998. Pengaruh pengukusan selama 3 dan 6 jam pada partikel meranti merah yang berukuran panjang, lebar dan tebal masing-masing 10-50 mm, 2-25 mm, dan 0,2-0,5 mm menghasilkan peningkatan sifat fisis dan mekanis papan partikel yang dihasilkan Priyatna 1988 dalam Yusfiandrita 1998. Menurut Hunt Garratt 1986, akibat dari pengukusan strand adalah terbentuknya ikatan yang lemah antara mulut noktah dengan torus. Adanya ikatan yang lemah pada saluran noktah akan meningkatkan penetrasi perekat terhadap kayu dan menyebabkan terisinya ruang-ruang kosong yang ada dalam 55 strand. Dengan terisinya ruang-ruang kosong tersebut dapat menghambat air dan uap air untuk menembus dinding sel sehingga kadar air papan yang dihasilkan lebih rendah dibanding papan tanpa perlakuan. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar kadar air papan 5-13, maka nilai kadar air papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. C.1.3. Daya serap air DSA Histogram nilai rata-rata DSA papan disajikan pada Gambar 26. Gambar 26 Histogram daya serap air papan. Nilai daya serap air papan selama 2 dan 24 jam masing-masing berkisar 5,02-11,18 7,37±2,26 dan 22,30-42,24 30,66±7,52. Strand tanpa perlakuan menghasilkan nilai daya serap air papan selama 2 dan 24 jam tertinggi, sedangkan perlakuan perendaman strand dalam bahan pengawet menghasilkan daya serap air papan terendah. Sampel masih menyerap air ketika direndam dalam air, hal ini disebabkan karena keberadaan air bebas dan terikat. Air bebas terletak pada rongga sel, ruang interselular dan celah pada ikatan rekat perekat dengan kayu. Air terikat terdapat pada dinding sel dan mungkin juga terdapat pada jaringan kayu-perekat Boonstra et al. 2006. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai daya serap air papan selama 2 dan 24 jam pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal pada strand tidak berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa daya serap air papan selama 2 jam memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand perendaman dalam air dingin, perebusan, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 K AD AP BP AU Daya S e ra p Air DSA 2 Jam DSA 24 Jam 56 kontrol. Perlakuan perendaman strand dalam bahan pengawet berbeda nyata dengan perebusan dan autoklaf. Perlakuan awal antara perendaman strand dalam air dingin dengan bahan pengawet, perebusan dan autoklaf tidak berbeda nyata. Kemudian perlakuan awal perebusan strand dengan autoklaf tidak berbeda nyata. Untuk daya serap air papan selama 24 jam memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand perendaman dalam air dingin, perebusan, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, demikian juga pada perlakuan awal antara perendaman strand dalam bahan pengawet dengan autoklaf. Selanjutnya perlakuan awal antara perendaman strand dalam air dingin dengan perebusan, bahan pengawet dan autoklaf tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian perlakuan awal terhadap strand dapat menurunkan daya serap air papan dibandingkan dengan papan kontrol. Perendaman strand dalam air dingin dan air panas akan menurunkan kadar ekstraktif pada kayu sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan perekat untuk menembus dinding sel, akibatnya proses perekatan berlangsung dengan baik sehingga penyerapan airnya dapat berkurang. Pelarutan zat-zat ekstraktif dapat meningkatkan daya ikat antar partikel kayu dengan bahan pengikatnya. Perlakuan bahan pengawet menghasilkan nilai daya serap air yang rendah. Keberadaan bahan pengawet tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap proses perekatan, hal ini dapat dibuktikan dengan nilai sudut kontak yang rendah rata-rata 35,4 untuk strand dengan perlakuan bahan pengawet sebagaimana disajikan pada Gambar 27. Kemampuan perekat untuk berpenetrasi kedalam kayu berlangsung dengan baik, dimana keberadaan gugus hidroksil bebas pada kayu terisi oleh perekat akibatnya sifat higroskopis dari papan dapat diminimalisasi. 57 Gambar 27 Sudut kontak strand dengan perlakuan perendaman dalam bahan pengawet. C.1.4. Pengembangan tebal PT Histogram nilai rata-rata pengembangan tebal papan disajikan pada Gambar 28. Gambar 28 Histogram pengembangan tebal papan. Nilai pengembangan tebal papan selama 2 dan 24 jam masing-masing berkisar 1,48-2,02 1,72±0,42 dan 6,54-7,63 7,11±1,21. Strand tanpa perlakuan menghasilkan nilai pengembangan tebal papan selama 2 dan 24 jam tertinggi, sedangkan perlakuan perendaman strand dalam bahan pengawet dan air dingin menghasilkan pengembangan tebal papan terendah. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai pengembangan tebal papan selama 2 dan 24 jam pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand tidak berbeda nyata. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar pengembangan tebal papan maksimal 25 nilai pengembangan tebal papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K AD AP BP AU P e nge m ba nga n Te ba l PT 2 Jam PT 24 Jam 58 C.1.5. Pengembangan linier PL Histogram nilai rata-rata PL disajikan pada Gambar 29. Gambar 29 Histogram pengembangan linier papan. Nilai pengembangan linier papan selama 2 dan 24 jam masing-masing berkisar 0,39-0,45 0,42±0,07 dan 0,72-1,04 0,89±0,16. Perlakuan perendaman strand dalam air dingin dan perebusan menghasilkan nilai pengembangan linier papan selama 2 dan 24 jam tertinggi, sedangkan perlakuan strand dalam autoklaf dan perendaman dalam air dingin menghasilkan pengembangan linier papan terendah. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai pengembangan linier papan selama 2 dan 24 jam pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand tidak berbeda nyata. C.2. Sifat mekanis OSB C.2.1. Modulus of Rupture MOR Histogram nilai rata-rata MOR papan disajikan pada Gambar 30. Gambar 30 Histogram MOR papan. 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 K AD AP BP AU Pen g em ba n g a n Lin ier PL 2 Jam PL 24 Jam 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 K AD AP BP AU MO R k g cm 2 Kering Basah 59 Nilai MOR papan untuk kondisi pengujian kering dan basah berkisar 395,60-618,71 457,32±136,45 kgcm 2 dan 60,75-216,83 166,63±62,56 kgcm 2 . Perlakuan awal terhadap strand berupa perebusan menghasilkan nilai tertinggi untuk MOR pada kondisi kering, sedangkan kontrol strand tanpa perlakuan awal menghasilkan nilai terendah untuk MOR pada kondisi kering. Kemudian MOR pada kondisi basah tertinggi dihasilkan oleh strand yang diberi perlakuan perendaman dalam air dingin sedangkan nilai terendah untuk MOR pada kondisi basah dihasilkan oleh strand dengan perlakuan perebusan. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai MOR pada kondisi kering pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand tidak berbeda nyata. Sedangkan untuk MOR pada kondisi basah perlakuan awal terhadap strand memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa nilai MOR pada kondisi basah memperlihatkan bahwa perlakuan perebusan strand menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, perendaman dalam air dingin, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf. Perlakuan awal strand berupa perendaman dalam air dingin, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, MOR dan MOE dengan perlakuan perebusan pada uji kering menghasilkan nilai tertinggi sedangkan pada saat uji basah menghasilkan nilai terendah. Nilai MOR dengan perlakuan perebusan pada pengujian dalam kondisi basah tidak memenuhi standar. Pada saat pengujian dalam kondisi basah, contoh uji dengan perlakuan perebusan telah mengalami delaminasiterbukanya ikatan rekat antara strand dengan perekat seperti yang disajikan pada Gambar 31. Kelarutan dengan air panas dapat menimbulkan hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan dalam air panas tersebut akan menghasilkan asam organik bebas Riyadi 2004. Menurut Boonstra et al. 2006, perlakuan panas menyebabkan derajat keasaman dari partikel menurun sehingga membentuk asam asetat dan asam format. Asam- 60 asam ini mengakibatkan terhidrolisanya selulosa dan hemiselulosa sehingga berakibat terhadap perlemahan pada sifat mekanis. Gambar 31 Delaminasi pada contoh uji MOR dan MOE. Menurut Maloney 1993 bahwa nilai MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Faktor yang mempengaruhi nilai MOR panil adalah BJ kayu, geometri partikel, orientasi partikel, kadar perekat, kadar air lapik dan prosedur kempa. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar MOR papan pada kondisi kering dan basah masing-masing minimal 244,8 dan 122,4 kgcm 2 , nilai MOR papan hasil penelitian ini sebagian besar memenuhi standar kecuali MOR pada pengujian kondisi basah ada salah satu nilai yang dihasilkan oleh perlakuan perebusan yang tidak memenuhi standar. C.2.2. Modulus of elasticity MOE Histogram nilai rata-rata MOE papan disajikan pada Gambar 32. Gambar 32 Histogram MOE papan Nilai MOE papan untuk kondisi pengujian kering dan basah berkisar 45513,60-65905,32 58106,62±10768,30 kgcm 2 dan 9756,04-26500,80 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 K AD AP BP AU MO E k gcm 2 Kering Basah 61 20433,63±6333,03 kgcm 2 . Perlakuan terhadap strand berupa perebusan menghasilkan nilai tertinggi untuk MOE pada kondisi kering, sedangkan kontrol strand tanpa perlakuan awal menghasilkan nilai terendah untuk MOE pada kondisi kering. Kemudian MOE pada kondisi basah, nilai tertinggi dihasilkan oleh strand yang diberi perlakuan perendaman dalam air dingin sedangkan nilai terendah untuk MOE pada kondisi basah dihasilkan oleh strand dengan perlakuan perebusan. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai MOE pada kondisi kering pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand tidak berbeda nyata. Sedangkan untuk MOE pada kondisi basah perlakuan awal terhadap strand memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa nilai MOE pada kondisi basah memperlihatkan bahwa perlakuan perebusan strand menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, perendaman dalam air dingin, perendaman dalam bahan pengawet dan autoklaf. Antara kontrol dengan perlakuan perendaman dalam bahan pengawet tidak berbeda nyata, demikian juga antara autoklaf dengan perendaman dalam air dingin. Kemudian perlakuan awal Strand berupa perendaman dalam air dingin dan autoklaf berbeda nyata terhadap kontrol dan perendaman bahan pengawet. Menurut Maloney 1993 bahwa nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Perbedaan kadar resin perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap sifat-sifat mekanik bahan yang direkat. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar MOE papan pada pengujian dalam kondisi kering minimal 40800 kgcm 2 , nilai MOE papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Sedangkan MOE pada kondisi basah tidak dipersyaratkan dalam standar JIS A 5908 2003. 62 C.2.3. Keteguhan rekat internal internal bond IB Histogram nilai rata-rata IB papan disajikan pada Gambar 33. Gambar 33 Histogram keteguhan rekat internal papan. Nilai IB papan berkisar 5,71-19,43 9,97±5,93 kgcm 2 . Perlakuan terhadap strand berupa autoklaf, menghasilkan nilai keteguhan rekat internal papan tertinggi, sedangkan IB papan terendah terdapat pada kontrol. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai IB papan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand sangat berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa nilai IB memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand berupa autoklaf menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, perendaman dalam air dingin, perebusan dan perendaman dalam bahan pengawet. Sedangkan perlakuan awal strand berupa perendaman dalam air dingin, perebusan dan perendaman dalam bahan pengawet tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Sutigno 2000 menyatakan bahwa zat ekstraktif adalah zat yang terdapat didalam rongga sel yang dapat mengurangi keteguhan rekat karena menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel. Makin tinggi kandungan zat ekstraktif dalam suatu bahan, makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Nilai IB papan tertinggi dihasilkan melalui perlakuan autoklaf terhadap strand karena menurut Rowell et al. 2002 bahwa perlakuan steam dapat merubah keberadaan gula bebas menjadi furan intermediate, dimana furan intermediate ini dapat dikonversi menjadi furan resin untuk meningkatkan keteguhan rekat internal dan stabilitas dimensi papan serat. Menurut 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K AD AP BP AU Int e rnal Bond k g cm 2 63 Kubunsky Itju 1972 dalam Yusfiandrita 1998, akibat pengukusan dapat menurunkan zat ekstraktif sehingga dapat meningkatkan ikatan internal panil yang dihasilkan. Perlakuan pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan pada sel pembuluh. Zat ekstraktif yang terdapat didalam kayu akan berkurang sehingga memudahkan bagi aliran perekat untuk diserap kayu. Menurut Hunt Garratt 1986 bahwa waktu pengukusan dianjurkan tidak lebih dari 6 jam, waktu pengukusan yang berlebihan dapat menurunkan kekuatan panil. Menurut Maloney 1993, dengan semakin meningkatnya kerapatan lembaran, partikel akan mengalami kehancuran pada waktu pengempaan sehingga akan meningkatkan penyebaran perekat per satuan luas, yang akhirnya akan menghasilkan keteguhan rekat internal yang baik. Keteguhan rekat internal papan partikel dipengaruhi oleh sifat adhesi spesifik kayu yang digunakan, penyebaran perekat dan waktu pengempaan Shuler Kelly 1976 dalam Peniyati 1992. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar IB papan minimal 3,06 kgcm 2 , nilai keteguhan rekat internal papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. C.2.4. Kuat pegang sekrup KPS Histogram nilai rata-rata KPS papan disajikan pada Gambar 34. Gambar 34 Histogram kuat pegang sekrup papan. Nilai KPS papan berkisar 85,93-126,28 111,31±39,81 kg. Perlakuan terhadap strand berupa autoklaf, menghasilkan nilai KPS papan tertinggi, sedangkan KPS papan terendah terdapat pada papan kontrol. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 K AD AP BP AU Ku at Pega n g S e k r u p k g 64 Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai KPS papan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand tidak berbeda nyata. Berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang mensyaratkan bahwa standar KPS papan minimal 51 kg, sehingga papan hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. C.3. Keawetan OSB C.3.1. Kehilangan berat akibat serangan rayap tanah Histogram nilai rata-rata kehilangan berat disajikan pada Gambar 35. Gambar 35 Histogram kehilangan berat papan. Nilai kehilangan berat papan berkisar 0,61-8,90 5,66±3,08. Perlakuan terhadap strand berupa perendaman dalam bahan pengawet menghasilkan nilai kehilangan berat papan terendah, sedangkan kehilangan berat papan tertinggi terdapat pada papan dengan perlakuan autoklaf. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai kehilangan berat papan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand berupa autoklaf menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perendaman dalam air dingin, perebusan dan perendaman dalam bahan pengawet. Sedangkan perlakuan awal strand berupa perendaman dalam air dingin, perebusan dan autoklaf tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Rayap tanah memanfaatkan kayu sebagai tempat tinggal atau untuk mendapatkan selulosa sebagai sumber makanan Bowyer et al. 2003. Perlakuan awal strand yang direndam dengan menggunakan bahan pengawet 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K AD AP BP AU Ke hi la ngan Be rat 65 CCB selama 2 hari terbukti efektif dalam meningkatkan daya tahan papan yang dihasilkan terhadap serangan rayap tanah. Bahan pengawet efektif sebagai racun yang dapat mematikan rayap sehingga papan dengan perlakuan ini memiliki persentase kehilangan berat yang terendah. Bahan pengawet jenis ini mampu melindung kayu ataupun papan terhadap serangan rayap kayu kering, bubuk kayu kering, rayap tanah, jamur pelapuk kayu, dan organisme perusak kayu lainnya. Nilai kehilangan berat untuk papan dengan perlakuan awal strand berupa autoklaf tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Menurut Boonstra et al. 2006, perlakuan panas pada temperatur rendah dalam jangka waktu yang lama tidak berdampak terhadap kehilangan berat. Pengaruh temperatur lebih dominan bila dibandingkan dengan waktu. Lamanya waktu pemanasan pada temperatur yang rendah tidak berdampak pada derajat dekomposisi. C.3.2. Nilai penghambatan aktifitas makan antifeedant Histogram nilai rata-rata penghambatan aktifitas makan antifeedant disajikan pada Gambar 36. Gambar 36 Histogram a ntifeedant. Nilai penghambatan aktifitas makan antifeedant berkisar 8,10-85,13. Perlakuan terhadap strand berupa perendaman dalam bahan pengawet menghasilkan nilai antifeedant tertinggi, sedangkan antifeedant terendah terdapat pada papan dengan perlakuan autoklaf. Berdasarkan klasifikasi antifeedant, papan yang dihasilkan termasuk golongan lemah sampai sangat kuat. Perlakuan awal strand melalui perendaman dalam bahan pengawet memberikan nilai tertinggi pada antifeedant berarti menandakan bahwa papan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 AD AP BP AU A n tifeedan t 66 dengan perlakuan tersebut tidak disukai oleh rayap. Bahan pengawet ini efektif sebagai racun yang dapat mematikan rayap. C.3.3. Nilai mortalitas rayap Histogram nilai rata-rata mortalitas rayap disajikan pada Gambar 37. Gambar 37 Histogram mortalitas rayap. Nilai mortalitas rayap berkisar 40-100 64,13±26,26. Perlakuan terhadap strand berupa perendaman dalam bahan pengawet menghasilkan nilai mortalitas rayap tertinggi, sedangkan mortalitas rayap terendah terdapat pada papan tanpa perlakuan kontrol. Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah, papan yang dihasilkan termasuk golongan sedang sampai sangat kuat. Berdasarkan sidik ragam terhadap mortalitas rayap pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa perlakuan awal terhadap strand memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand berupa perendaman dalam bahan pengawet menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, perendaman dalam air dingin, perebusan dan autoklaf. Perlakuan awal strand melalui perendaman dalam bahan pengawet memberikan nilai tertinggi pada mortalitas rayap berarti menandakan bahwa papan dengan perlakuan tersebut mengandung racun yang menyebabkan tingginya jumlah rayap yang mati. Bahan pengawet ini efektif sebagai racun yang dapat mematikan rayap. 20 40 60 80 100 120 K AD AP BP AU Mor tal itas 67 D. Skoring OSB Hasil Penelitian Tabel 13 Rekapitulasi skoring OSB hasil penelitian Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan OSB K AD AP BP AU Kerapatan • Nilai Rata-Rata 2 1 3 1 1 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Kadar Air • Nilai Rata-Rata 1 2 5 4 3 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Daya Serap Air • Nilai Rata-Rata 1 4 3 5 2 • JIS A59082003 - - - - - Pengembangan Tebal • Nilai Rata-Rata 1 5 2 3 4 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Pengembangan Linier • Nilai Rata-Rata 3 5 1 4 2 • JIS A59082003 - - - - - MOR • Nilai Rata-Rata 1 2 5 3 4 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 MOE • Nilai Rata-Rata 1 2 5 4 3 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Internal Bond • Nilai Rata-Rata 1 2 4 3 5 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Kuat Pegang Sekrup • Nilai Rata-Rata 1 2 4 3 5 • JIS A59082003 1 1 1 1 1 Durability • Nilai Rata-Rata 2 3 4 5 1 • JIS A59082003 - - - - - Total Skor 21 35 43 42 37 Keterangan : Nilai Rata-Rata: 1-5 Standar JIS A 5908 2003: Memenuhi= 1 Tidak memenuhi=0 K=Kontrol; AD=Rendam air dingin; AP=Rebus; BP=Rendam bahan pengawet; AU=Autroklaf Berdasarkan Tabel 13, hasil total skoring yang ditinjau dari nilai rata-rata yang dihasilkan dan pencapaian standar dari sifat fisis, mekanis dan keawetan papan memperlihatkan bahwa perlakuan awal strand berupa perebusan dan perendaman dalam bahan pengawet mendapatkan skor tertinggi sehingga 68 direkomendasikan sebagai papan dengan kualitas terbaik bila dibandingkan dengan karakteristik sifat papan dengan perlakuan yang lain dan kontrol. Bila ditinjau dari segi efisiensi teknis dan ekonomis papan tanpa perlakuan kontrol merupakan papan yang layak dipertimbangkan karena secara keseluruhan, papan yang dihasilkan dari penelitian ini telah memenuhi standar kelayakan sebagai papan komposit struktural dalam hal ini standar JIS A 5908 2003 kelas papan partikel dasar tipe 24-10 khusus untuk oriented strand board OSB. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan