Tujuan Manfaat Kerangka Pemikiran Penelitian Melia excelsa

3 penelitian mengenai “Sifat Dasar Kayu Sentang Melia excelsa Jack dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Oriented Strand Board”.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mempelajari sifat dasar kayu sentang M. excelsa Jack untuk menilai kesesuaiannya sebagai bahan baku OSB. 2. Mengevaluasi pengaruh perlakuan awal strand kayu sentang terhadap sifat fisis, mekanis dan keawetan OSB yang dihasilkan.

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk pengolahan kayu M. excelsa Jack sebagai bahan substitusi untuk konstruksi dan meubel. Melalui teknologi pengolahan kayu diharapkan dapat mengurangi kelemahan yang ada pada kayu M. excelsa Jack yang tergolong sebagai jenis cepat tumbuh. Teknologi papan komposit salah satunya OSB diharapkan dapat menciptakan suatu produk yang dapat dipergunakan sebagai panel struktural dalam rangka substitusi produk kayu lapis. Dimana produk OSB ini nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi penyekat dinding, langit-langit, lantai, dan lain-lain dan bahan baku meubel meja, kursi, lemari, dan lain- lain.

D. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1. 4 Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian. Penurunan suplai kayu dari hutan alam Excess demand kayu konstruksi dan meubel Hutan tanaman industri f ast growing species Kelemahan: Berat jenis, kekuatan dan keawetannya rendah Modifikasi kayu dan komposit kayu Balok laminasi Papan semen dan g ypsum Papan partikel Papan serat Oriented strand board OSB Masalah: Daya serap air dan pengembangan tebalnya tinggi Perlakuan awal terhadap strand rendaman dalam air dingin, air panas, bahan pengawet dan autoklaf Sifat fisis, mekanis dan keawetan papan TINJAUAN PUSTAKA

A. Melia excelsa

A.1. Taksonomi Joker 2000 mengemukakan taksonomi dari tanaman Melia excelsa sebagai berikut: Dunia : Plantae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rutales Suku : Meliaceae Marga : Melia Jenis : Melia excelsa Nama lain : Azadirachta integrifolia Merr., Azedarach excelsa Jack Kuntze, M. excelsa Jack, Trichilia excelsa Jack Spreng. Nama umum : sentang nama dagang, kayu bawang Indonesia. Tanaman ini berkerabat dekat dengan Azadirachta indica A. Juss yang menyebar lebih ke barat dan lebih kering. Bastar hibrid diyakini terjadi dimana dua jenis ini bertemu. Genus ini berkerabat dekat dengan Melia. A.2. Morfologi Joker 2000 mengemukakan bahwa M. excelsa merupakan tanaman meranggas, tinggi mencapai 50 m, diameter sampai 125 cm, tanpa banir. Daun majemuk dengan anak daun berpasangan, panjang 60-90 cm, dengan 7-11 pasang anak daun. Anak daun asimetris, lanset sampai elips, panjang mencapai 12,5 cm, lebar 3,5 cm, tepi daun tidak bergerigi seperti neem. Bunga kecil, putih kehijauan, panjang malai sampai 70 cm. A.3. Penyebaran Joker 2000 mengemukakan bahwa tanaman ini tumbuh di hutan sekunder tua atau hutan yang telah ditebang lama, dan juga di hutan Dipterokarpa primer. Merupakan jenis asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, 6 Kalimantan, Sulawesi, Filipina, Kepulauan Aru dan Papua New Guinea. Ditemukan sampai ketinggian 350 m dpl. Tumbuh paling baik didaerah bercurah hujan tahunan lebih 2.000 mm, suhu rata-rata tahunan 22-27 °C, dan musim kering tidak lebih 2-3 bulan. Tidak tahan dingin atau es. Membutuhkan tanah subur, menyukai tanah geluh berpasir, drainase dan aerasi baik. Pertumbuhan di areal datar lebih baik daripada daerah miring atau pegunungan. Tidak ada pemuliaan atau uji provenan untuk A. excelsa. Bahan pertanaman yang digunakan sekarang kebanyakan dari pohon tidak terseleksi. A.4. Kegunaan Joker 2000 mengemukakan bahwa manfaat dari kayu sentang adalah untuk konstruksi ringan, mebel, panel dan vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Biasanya ditanam di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestry, tanaman A. excelsa muda ditanam secara tumpangsari dengan padi, kacang tanah, buncis, kedelai dan sayuran. Florido dan Mesa 2001 mengelompokkan kegunaan tanaman M. excelsa sebagai berikut: Kayu : Konstruksi, langit-langit, jendela, pintu, meubel dan ukir-ukiran Biji : Ekstraksi minyak neem, sabun, produk obat-obatan, kosmetik dan dipakai pada industri pasta gigi. Daun : Insektisidaanti serangga, ekstrak daunnya dapat dipakai sebagai kontrasepsi laki-laki Bunga : Dapat dimakan, sebagai obat bagi penyakit yang berkaitan dengan perut dan hidung Kayu gubal : Obat untuk penyakit kantong empedu Kayu teras : Pencegah gangguan penyakit pencernaan Tanaman : Tanaman agroforestri, pemecah angin, tanaman pinggir jalan, tanaman pagar dan kayu bakar. 7 B. Sifat Dasar Kayu sentang B.1. Anatomi Kayu sentang memiliki tekstur cukup kasar, serat berpadu interlock grain, dan bau menyengat seperti pohon cedar pada saat kondisi basah dan bau berangsur-angsur hilang pada kondisi kering. Menurut Ching 2003, kayu sentang memiliki jumlah pori lebih banyak dan ukurannya lebih besar dari kayu karet. Kandungan getah pada kayu sentang lebih banyak ditemukan pada kayu teras dari pada bagian gubal. Kayu gubal memiliki noktah berbentuk tangga schalariform dan vestured. Tilosis ditemukan pada kayu teras tetapi tidak ditemukan pada kayu gubal. Menurut Selamat dan Hasim 2002, kayu sentang memiliki jari-jari biseriat sampai multiseriat. B.2. Sifat fisis Menurut Trockenbrodt et al. 1999, kayu sentang memiliki kadar air awal 49,2, kerapatan kondisi basah 0,74 gcm 3 , kerapatan kering oven 0,48 gcm 3 , penyusutan dari kondisi basah ke kering udara sebesar 3,1 tangensial, 1,7 radial dan 0,2 longitudinal, sementara penyusutan dari kondisi basah ke kering oven mencapai 5,5 tangensial, 3,7 radial dan 0,4 longitudinal. Menurut Oey Djoen Seng 1961 dalam Soewarsono 1990, pada kondisi kadar air 15 kayu sentang memiliki kerapatan 490-700 600 kgm 3 . Menurut Budiarso 2000, kualitas pengeringan kayu sentang relatif cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan kategori cacat akibat pengeringan meliputi pecah ujung, pecah dalam, pecah permukaan dan collapse yang relatif sedikit. B.3. Sifat mekanis Menurut Trockenbrodt et al. 1999, kayu sentang memiliki modulus of rupture modulus patah 75,7 Nmm 2 , modulus of elasticity modulus lentur 7060 Nmm 2 , keteguhan tekan sejajar serat 39,5 Nmm 2 , keteguhan geser 14 Nmm 2 tangensial dan 11,7 Nmm 2 radial, serta kekerasan 3,74 kN tangensial dan 3,24 kN radial. 8 B.4. Sifat kimia Menurut Pari et al. 2006 kayu ki bawang Melia excelsa memiliki kandungan holoselulosa sebesar 69,88, lignin 27,31, pentosan 16,44; kelarutan ekstraktif 6,94 air dingin, 4,23 air panas, 2,6 alkohol benzena, 15,18 NaOH 1, kadar abu 0,47, dan kadar silika 0,14. Berdasarkan hasil penelitian Tamizi 2003, kadar abu dari kayu sentang tidak dipengaruhi oleh perbedaan umur pohon. Nilai kadar abu berkisar antara 1,87- 2,33. Ditemukan tiga unsur anorganik utama yaitu potasium, kalsium dan magnesium. Selain itu juga terdapat unsur lain seperti natrium, tembaga, seng, mangan, besi dan nikel. B.5. Keawetan alami kayu Hasil pengujian keawetan menunjukkan bahwa kayu sentang baik teras maupun gubal tidak tahan terhadap serangan jamur pelapuk. Ketahanan kayu teras lebih besar dibandingkan kayu gubalnya. Tingkat keparahan serangan jamur soft rot lebih besar dari brown rot dan white rot. Kayu sentang yang telah diawetkan dengan bahan pengawet Chrom Cupprum Arsenic CCA termasuk kedalam kelas IV Ching 2003. Keawetan alami kayu teras termasuk sedang dan mudah terserang oleh rayap; kayu gubal sangat mudah diserang lyctus.

C. Oriented Strand Board OSB