Jari-jari Sifat Dasar dan Keawetan Alami Kayu Sentang

G A.1.3 Nil Tabel 10 P Lebar μm Tinggi m Frekuensi Keterangan: Ber 1981, m dan agak tergolong baring G Gambar 7 a p

3. Jari-jari

ai rata-rata d Ukuran di Parameter m mm i jmlmm : a Penggolong rdasarkan kl maka jari-jar k jarang. P g heteroselul Gambar 8, se Gambar 8. Pori gabu perbesaran 2 dimensi dan imensi dan Perb 1 1 3 an menurut Den lasifikasi D ri kayu sent Pengamatan lar dimana j erta multiser a Sel bari perbesara ng radial; b 200x frekuensi ja frekuensi ja besaran R 00x 6 00x 32x 5 n Berger 1926 d en Berger tang tergolo mikroskopi jari-jari kay riet 2-4 sel G ng; b Sel te an 200x a b a b Pori gabu ari-jari disajik ari-jari Rata- Rata 64,29 ±7,53 0,49 ±0,05 5,80 ±1,23 dalam Martawij 1926 dala ng agak leb s memperlih yu tersusun Gambar 7 da egak pada b b b ung tangens kan pada Ta Keteran Agak lebar Luar biasa pe Agak jarang jaya et al. 1981 am Martawij bar, luar bia hatkan bahw atas sel teg an 9. bidang radia 35 sial abel 10. ngan a endek 1 jaya et al. asa pendek, wa jari-jari gak dan sel al 36 Gambar 9. a Tipe jari-jari multiseriet 2-4 seri pada bidang tangensial perbesaran 200x Diameter pori, jumlah pori dan frekuensi jari-jari berpengaruh pada kemampuan kayu untuk menyerap perekat. Menurut Vick 1999, sel jari-jari yang orientasinya radial dapat memberikan aliran dan penetrasi yang berlebihan. Penetrasi yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya rekatan miskin perekat. A.2. Sifat fisis kayu A.2.1. Berat jenis BJ Histogram rata-rata BJ disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Histogram berat jenis kayu sentang Nilai BJ kayu sentang berkisar 0,42-0,52 0,46±0,04. Nilai tertinggi berada pada posisi batang pangkal bagian tepi PG, sedangkan terendah pada posisi batang ujung bagian dalam UR. Nilai BJ ini menurut klasifikasi kelas kuat kayu Indonesia, termasuk kedalam kelas kuat III. Kayu sentang hasil 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 Pangkal Tengah Ujung Berat J e nis G T R 37 penelitian termasuk kedalam kategori kayu dengan BJ sedang. Ditinjau dari BJ- nya, kayu sentang cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku papan komposit, hal ini berkaitan dengan pencapaian kompresi rasio dari papan yang dihasilkan. Dengan kisaran BJ ini akan dapat dihasilkan papan ringan dengan kekuatan yang tinggi. Berkaitan dengan proses perekatan, kayu dengan BJ tinggi akan sulit untuk merekat karena dinding selnya lebih tebal dan lumennya kecil sehingga menyebabkan perekat tidak dapat berpenetrasi dengan baik, akibatnya aksi bersikunci hanya sebatas pada lapisan sel pertama atau kedua Ruhendi et al. 2007. Menurut Bowyer et al. 2003, kerapatan kayu yang rendah akan lebih mudah dipadatkan pada saat dikempa dan menghasilkan kontak strand yang lebih baik sehingga meningkatkan ikatan antar strand dan menghasilkan kekuatan yang tinggi. Secara keseluruhan pada arah batang secara vertikal, semakin ke ujung BJ kayu semakin rendah. Pada arah horizontal batang, semakin kedalam BJ semakin rendah. Menurut Bowyer et al. 2003, kayu bulat pangkal cenderung memiliki BJ yang lebih tinggi daripada kayu bulat yang dipotong lebih tinggi dalam batang utama. Menurut Brown et al. 1952, BJ kayu bervariasi dimana variasi tersebut disebabkan oleh jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit volume. Ketebalan dinding sel berpengaruh besar terhadap BJ kayu. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai BJ pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U dan horizontal G, T, R menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal tidak berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara vertikal, batang bagian pangkal berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan ujung, sedangkan antara batang bagian tengah dengan ujung tidak berbeda nyata. Pada posisi batang secara horizontal, batang bagian tepi berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan dalam, sedangkan antara batang bagian tengah dengan dalam tidak berbeda nyata. 38 A.2.2. Kadar air KA Menurut Tsoumis 1991, pada kayu daun jarum softwood, kayu teras memiliki KA yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu gubal, namun pada kayu daun lebar hardwood fenomena tersebut tidak pasti: terkadang ada yang kondisinya bisa berkebalikan. Hal tersebut juga terjadi pada arah batang secara vertikal. Histogram nilai rata-rata KA disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Histogram kadar air kayu sentang. Nilai KA kondisi segar berkisar 54,80-80,15 64,71±9,93, sedangkan nilai KA kondisi kering udara 15,12-15,70 15,45±0,27. KA kondisi segar tertinggi berada pada posisi batang tengah bagian dalam TR, sedangkan yang terendah pada batang pangkal bagian tepi PG. KA kondisi kering udara tertinggi berada pada posisi batang ujung bagian tepi UG dan terendah pada posisi batang pangkal bagian tepi PG. Secara umum dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa KA kayu akan bertambah dari pangkal ke ujung dan dari tepi ke pusat batang. Berkaitan dengan proses perekatan, KA kayu akan mempengaruhi kualitas garis rekatan, kedalaman penetrasi perekat, dan waktu pematangan perekat Ruhendi et al. 2007. KA kayu yang ideal untuk menghasilkan kualitas ikatan perekatan bervariasi sesuai dengan jenis perekat dan proses perekatan yang dilakukan. Pada umumnya ikatan perekat yang baik terjadi pada selang nilai KA 6-14 tetapi bisa juga terjadi dibawah atau diatas batas ini, apabila perekat diformulasi untuk proses tertentu . Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai KA pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U dan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung KA KU KA Basah Kad a r Air G T R 39 horizontal G, T, R menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada KA kondisi segar, sedangkan pada KA kondisi kering udara tidak berbeda nyata. Interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap KA kondisi segar. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 untuk KA kondisi segar memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara vertikal, batang bagian pangkal berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan ujung, sedangkan antara batang bagian tengah dengan ujung tidak berbeda nyata. Pada posisi batang secara horizontal, batang bagian dalam berbeda nyata dengan batang bagian tepi dan tengah, sedangkan antara batang bagian tepi dengan tengah tidak berbeda nyata. A.2.3. Penyusutan Menurut Skaar 1972, besarnya penyusutan tergantung oleh beberapa faktor diantaranya hilangnya air dari dinding sel, arah serat, kerapatan atau BJ kayu, suhu, dan tingkat pengeringan. Menurut Tsoumis 1991, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan kayu diantaranya adalah KA, kerapatan, struktur anatomi, ekstraktif dan komposisi kimia. A.2.3.1. Penyusutan longitudinal, radial, tangensial dan nilai TR rasio Histogram nilai rata-rata penyusutan longitudinal, radial, tangensial dan TR rasio disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 Histogram penyusutan longitudinal, radial, tangensial dan nilai TR kayu sentang. 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 Longitudinal Radial Tangensial TR P e ny u suta n KU KT 40 Nilai penyusutan dimensi secara berurutan untuk bidang tangensial radial longitudinal. Penyusutan bidang tangensial lebih besar dari radial ini dikarenakan oleh susunan jari-jari yang memanjang kearah radial, akibatnya penyusutan pada bidang radial tertahan. Penyebab lainnya adalah tipisnya dinding sel dan jumlah noktah yang lebih banyak pada bidang radial Brown et al. 1952. Menurut Forest Product Laboratory 1999, pengembangan dan penyusutan kayu besarnya tidak sama pada masing-masing arah sumbu utama kayu. Nilai pengembangan dan penyusutan terbesar terjadi pada bidang tangensial selanjutnya radial dan longitudinal. Penyusutan bidang longitudinal pada kondisi kering tanur tergolong tinggi, hal ini diduga karena keberadaan kayu juvenil. Menurut Bowyer et al. 2003, pertumbuhan pohon yang cepat menyebabkan proporsi kayu juvenilnya meningkat sehingga kekuatannya rendah serta penyusutan longitudinalnya tinggi. Perbandingan penyusutan tangensial dan radial TR untuk kondisi penyusutan kering udara dan kering tanur masing-masing sebesar 1,25 dan 1,17. Hal ini menunjukkan bahwa kayu sentang memiliki kestabilan dimensi yang cukup baik karena menurut Phansin de Zeeuw 1980, nilai TR yang makin mendekati 1,00 berarti stabil. Menurut Budiarso 2000, kualitas pengeringan kayu sentang relatif cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan kategori cacat akibat pengeringan meliputi pecah ujung, pecah dalam, pecah permukaan dan collapse yang relatif sedikit. Berkaitan dengan proses perekatan, perubahan dimensi menandai adanya perubahan kadar air yang besar dan berakibat nyata pada kinerja ikatan perekat. Saat kayu disatukan akan mengalami penyusutan dan pengembangan yang menimbulkan tegangan yang cukup kuat untuk mematahkan ikatan antara perekat dengan kayu Ruhendi et al. 2007. 41 A.2.3.2. Penyusutan volume Histogram nilai rata-rata penyusutan volume disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 Histogram penyusutan volume kayu sentang. Nilai penyusutan volume kering udara berkisar 3,37-5,11 4,17±0,84, sedangkan nilai penyusutan volume kering tanur berkisar 15,12-15,70 10,85±0,95. Nilai penyusutan volume kering udara tertinggi berada pada posisi batang ujung bagian tengah UT, sedangkan terendah pada posisi batang tengah bagian tepi TG. Nilai penyusutan volume kering tanur tertinggi berada pada posisi batang tengah bagian dalam TR dan terendah pada posisi batang tengah bagian tepi TG. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai penyusutan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U dan horizontal G, T, R tidak berbeda nyata pada penyusutan kering udara dan kering tanur, sedangkan interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal memberikan perbedaan yang sangat nyata pada penyusutan kering tanur. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung Susut Vol KU Susut Vol KT Sus u t Vol u me G T R 42 A.3. Sifat mekanis kayu A.3.1. Modulus of rupture MOR Histogram nilai rata-rata MOR disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Histogram MOR kayu sentang. Nilai MOR berkisar 405,69-581,90 454,39±58,91 kgcm 2 . Nilai MOR tertinggi berada pada posisi batang pangkal bagian tepi PG, sedangkan terendah pada posisi batang tengah bagian dalam TR. Nilai keteguhan patah kayu sentang ini menurut klasifikasi kekuatan kayu termasuk kedalam Kelas Kuat IV-III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara vertikal nilai MOR tertinggi pada bagian pangkal dan secara horizontal nilai MOR tertinggi pada bagian tepi. Hal ini dikarenakan kayu pada bagian pangkal dan tepi memiliki berat jenis lebih tinggi dibandingkan bagian yang lain. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai MOR pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U dan horizontal G, T, R menunjukkan perbedaan yang nyata dan sangat nyata. Kemudian interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal juga berbeda sangat nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara vertikal, batang bagian pangkal berbeda nyata dengan batang bagian tengah, sedangkan antara batang bagian tengah dengan ujung tidak berbeda nyata. Pada posisi batang secara horizontal, batang bagian tepi berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan dalam, sedangkan antara batang bagian tengah dengan dalam tidak berbeda nyata. 200 400 600 800 1000 Pangkal Tengah Ujung MO R kg cm 2 G T R 43 A.3.2. Modulus of elasticity MOE Histogram nilai rata-rata MOE disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Histogram MOE kayu sentang. Nilai MOE berkisar 24559,82-48678,78 31424,96±7045,31 kgcm 2 . Nilai MOE tertinggi berada pada posisi batang pangkal bagian tepi PG, sedangkan terendah pada posisi batang ujung bagian tepi UG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara vertikal nilai MOE tertinggi pada bagian pangkal dan secara horizontal nilai MOE tertinggi pada bagian tepi. Hal ini dikarenakan kayu pada bagian pangkal dan tepi memiliki berat jenis pada lebih tinggi dibandingkan bagian yang lain. Menurut Forest Products Laboratory 1999 MOE berbanding lurus dengan berat jenis kayu. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai MOE pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U dan horizontal G, T, R menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kemudian interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal juga berbeda sangat nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara vertikal, batang bagian pangkal berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan ujung, sedangkan antara batang bagian tengah dengan ujung tidak berbeda nyata. Pada posisi batang secara horizontal, batang bagian tepi berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan dalam, demikian juga antara batang bagian tengah dengan dalam. 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 Pangkal Tengah Ujung MO E k g cm 2 G T R 44 A.3.3. Keteguhan tekan sejajar serat Histogram nilai rata-rata keteguhan tekan sejajar serat disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 Histogram keteguhan tekan sejajar serat kayu sentang. Nilai keteguhan tekan sejajar serat kayu sentang berkisar 144,34-182,98 171,10±21,63 kgcm 2 . Nilai keteguhan tekan sejajar serat tertinggi berada pada posisi batang ujung bagian tengah UT, sedangkan terendah pada posisi batang pangkal bagian dalam PR. Nilai keteguhan tekan kayu sentang ini menurut klasifikasi kekuatan kayu termasuk kedalam kelas kuat V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara horizontal nilai keteguhan tekan sejajar serat tertinggi pada bagian tepi. Hal ini dikarenakan kayu pada bagian pangkal dan tepi memiliki berat jenis lebih tinggi dibandingkan bagian yang lain. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai keteguhan tekan sejajar serat pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U tidak berbeda nyata sedangkan posisi batang secara horizontal G, T, R menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal juga sangat berbeda nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara horizontal, batang bagian tepi berbeda nyata dengan batang bagian dalam, sedangkan antara batang bagian tepi dengan tengah serta batang batang bagian tengah dengan dalam tidak berbeda nyata. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Pangkal Tengah Ujung K et eg u ha n Teka n kg cm 2 G T R 45 A.3.4. Keteguhan tarik sejajar serat Histogram nilai rata-rata keteguhan tarik sejajar serat disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Histogram keteguhan tarik sejajar serat kayu sentang. Nilai keteguhan tarik sejajar serat kayu sentang berkisar 397,48-465,75 422,81±54,21 kgcm 2 . Nilai keteguhan tarik sejajar serat tertinggi berada pada posisi batang pangkal bagian tepi PG, sedangkan terendah pada posisi batang pangkal bagian tengah PT. Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai keteguhan tarik sejajar serat pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U, horizontal G, T, R serta interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal tidak berbeda nyata. A.3.5. Kekerasan Histogram nilai rata-rata kekerasan disajikan pada Gambar 18. Gambar 18 Histogram kekerasan kayu sentang. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Pangkal Tengah Ujung K e te guh a n T a ri k k gcm 2 G T R 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Pangkal Tengah Ujung Kekera sa n k g cm 2 G T R 46 Nilai kekerasan berkisar 256,50-350,17 296,93±37,44 kgcm 2 . Nilai kekerasan tertinggi berada pada posisi batang pangkal bagian tengah PT, sedangkan terendah pada posisi batang tengah bagian tepi TG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara vertikal nilai kekerasan tertinggi pada bagian pangkal dan secara horizontal nilai kekerasan tertinggi pada bagian tepi, hal ini dikarenakan kayu pada bagian pangkal dan tepi memiliki berat jenis pada lebih tinggi dibandingkan bagian yang lain. Berdasarkan nilai kekerasan hasil penelitian, pembuatan strand sebaiknya dilakukan pada saat kayu masih basah karena pada saat kondisi kadar air kering udara 14-16, tingkat kekerasan semakin meningkat sehingga akan sulit untuk dibuat strand pada kondisi ini. Berdasarkan sidik ragam terhadap nilai kekerasan pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara vertikal P, T, U menunjukkan perbedaan yang sangat nyata sedangkan posisi batang secara horizontal G, T, R tidak berbeda nyata. Interaksi antara batang pada posisi horizontal dan vertikal menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji Duncan pada selang kepercayaan 95 memperlihatkan bahwa pada posisi batang secara vertikal, batang bagian pangkal berbeda nyata dengan batang bagian tengah dan ujung, sedangkan antara batang bagian tengah dengan ujung tidak berbeda nyata. A.4. Sifat kimia kayu A.4.1. Kelarutan zat ekstraktif Histogram rata-rata kelarutan zat ekstraktif disajikan pada Gambar 19. Gambar 19 Histogram kelarutan zat ekstraktif kayu sentang. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Air Dingin Air Panas Ethanol Benzena 1:2 NaOH 1 Ke lar u tan Z at Ek st rak ti f G T R 47 Nilai kelarutan dalam air dingin, air panas, ethanol benzena dan NaOH masing-masing berkisar 4,25-5,07; 7,39-7,83; 2,09-2,64; dan 9,29- 11,19. Komponen yang terlarut dalam air dingin meliputi tanin, gum, gula dan pigmen, sedangkan yang terlarut dalam air panas adalah sama dengan yang terlarut dalam air dingin ditambah dengan komponen pati. Komponen yang terlarut dalam ethanol benzena meliputi lemak, resin, bahan-bahan yang larut dalam pelarut organik non polar atau sedikit memiliki polaritas. Kelarutan dalam NaOH 1 dapat memberikan gambaran adanya kerusakan komponen kimia dinding sel kayu yang diakibatkan oleh serangan jamur pelapuk kayu atau terdegradasi oleh cahaya, panas dan oksidasi Anonim 1995 dalam Pari et al. 2006. Semakin tinggi kelarutan dalam NaOH 1, tingkat kerusakan kayu juga meningkat Tsoumis 1991. Berdasarkan klasifikasi komponen kimia kayu daun lebar Indonesia sebagaimana yang disajikan pada Lampiran 3 terutama untuk kelarutan dalam ethanol benzena, maka kayu sentang termasuk kedalam kelas yang mengandung kadar ekstraktif sedang. Menurut Maloney 1993, ekstraktif berpengaruh pada konsumsi perekat dan laju pematangannya, menghalangi pembasahan, mengakibatkan terjadinya blowing pada saat pengempaan. Menurut Ruhendi et al. 2007, ekstraktif berpengaruh terhadap perekatan kayu dalam hal ini mempengaruhi pH, kontaminasi dan penetrasi. Dalam proses perekatan masalah mulai timbul pada tahap pengeringan atau pengkondisian kayu sebelum direkat. Cairan yang meninggalkan kayu pada saat pengeringan akan membawa sejumlah kecil ekstraktif yang kemudian tertinggal dipermukaan kayu. Proses ikatan akan terhambat ketika terdapat sejumlah kandungan ekstraktif pada permukaan. A.4.2. Kadar holoselulosa, selulosa, hemiselulosa, dan lignin Histogram nilai rata-rata kadar holoselulosa, selulosa, hemiselulosa dan lignin disajikan pada Gambar 20. 48 Gambar 20 Histogram kadar holoselulosa, selulosa, hemiselulosa, dan lignin kayu sentang. Nilai kadar holoselulosa, selulosa, hemiselulosa dan lignin masing- masing berkisar 73,13-76,77; 49,30-56,66; 20,11-23,83; dan 23,49- 25,65. Pada molekul polisakarida dalam dinding sel, terutama selulosa juga memperlihatkan efek menonjol pada sifat fisis dan mekanis setiap sel bahkan sifat kayu secara keseluruhan. Bahan kimia kayu terutama selulosa dan hemiselulosa sangat mempengaruhi sifat fisis dan mekanis kayu, bagian ini menyebabkan dinding sel bersifat higroskopis. Gugus hidroksil pada molekul selulosa dan hemiselulosa bertanggung jawab atas afinitas air dan tingginya potensi untuk membentuk ikatan hidrogen, sebaliknya lignin hanya memiliki sedikit gugus hidroksil bebas, karena itu lignin tidak bersifat higroskopis Ahmadi 1990. Berdasarkan klasifikasi komponen kimia kayu daun lebar Indonesia sebagaimana disajikan pada Lampiran 3, maka kayu sentang termasuk kedalam kelas yang mengandung kadar selulosa tinggi dan kadar ligninnya termasuk kelas sedang. A.4.3. Kadar abu Histogram nilai rata-rata kadar abu disajikan pada Gambar 21. 20 40 60 80 100 Holoselulosa Selulosa Hemiselulosa Lignin G T R 49 Gambar 21 Histogram kadar abu kayu sentang Nilai kadar abu berkisar 0,70-0,91. Berdasarkan klasifikasi komponen kimia kayu daun lebar Indonesia sebagaimana disajikan pada Lampiran 9, maka kayu sentang termasuk kedalam kelas yang mengandung kadar abu sedang. Komponen yang terdapat dalam abu diantaranya adalah K 2 O, MgO, CaO, Na 2 O Pari et al. 2006. A.5. Keawetan alami kayu Histogram nilai rata-rata kehilangan berat disajikan pada Gambar 22. Gambar 22 Histogram kehilangan berat akibat serangan rayap tanah pada kayu sentang Nilai kehilangan berat kayu sentang berkisar 32,90-55,52. Nilai kehilangan berat tertinggi pada posisi batang bagian tepi G, sedangkan terendah pada posisi batang bagian dalam R. Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah, kayu sentang tergolong rentan dalam hal ini memiliki tingkat keawetan yang rendah. Berdasarkan penilaian secara visual terhadap contoh uji yang telah dikubur selama 100 hari 3 bulan, sebagian besar contoh uji mengalami kerusakan yang sangat parah dimana 0,0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 G T R Kadar Abu 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 G T R Ke h ila n g a n Be r a t 50 serangan mencapai kedalaman lebih dari 50 dari kayu utuh sehingga kayu sentang termasuk dalam kelas E kategori hancur Lampiran 4 . Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap nilai kehilangan berat pada selang kepercayaan 95 dan 99 diperoleh hasil bahwa posisi batang secara horizontal G, T, R tidak berbeda nyata. Nilai kehilangan berat tertinggi terdapat pada kayu sentang bagian tepi, hal ini dikarenakan pada analisis sifat kimia terutama kandungan selulosa dan keberadaan zat ekstraktif. Kandungan selulosa kayu sentang pada posisi batang bagian tepi lebih tinggi dibanding bagian tengah dan dalam, sedangkan zat ekstraktif pada posisi batang bagian tepi lebih rendah dibandingkan bagian tengah dan dalam. Selulosa merupakan sumber makanan bagi rayap dan organisme perusak kayu yang lain. Menurut Bowyer et al. 2003, rayap tanah memanfaatkan kayu sebagai tempat tinggal atau untuk mendapatkan selulosa sebagai sumber makanan.

B. Geometri dan Klasifikasi Penggulungan Strand