PENGGUNAAN MODEL DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISWA KELAS VI A SD NEGERI 2 WAY LUNIK KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

PENGGUNAAN MODEL DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM

(IPA) SISWA KELAS VI A SD NEGERI 2 WAY LUNIK KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh SUTRISNO NPM 1013069243

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S1 PGSD dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Rumusan Masalah ... 5

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori-teori Belajar ... 8

2.1.1 Teori Behaviorisme ... 8

2.1.2 Teori Kognitifisme ... 8

2.1.3 Teori Konstruktivisme ... 9


(6)

2.3Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.4Aktivitas Belajar ... 12

2.5Hasil Belajar ... 14

2.6Model Pembelajaran Demonstrasi ... 14

2.7Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD ... 18

2.8Penelitian yang Relevan ... 20

2.9Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III Metode Penelitian ... 22

3.1Setting Penelitian ... 22

3.1.1Waktu Penelitian ... 22

3.1.2 Tempat Penelitian ... 22

3.2Subyek Penelitian ... 22

3.3Sumber Data ... 23

3.4Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 23

3.4.1Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.2Alat Pengumpul Data ... 24

3.5Analisa Data ... 24

3.5.1 Data Kualitatif ... 24

3.5.2 Data Kuantitatif ... 25

3.6Prosedur Penelitian ... 27

3.7Langkah-langkah Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ... 29

3.8Indikator Keberhasilan ... 32

BAB IV Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 33

4.1Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 33

4.1.1 Sejarah Berdirinya SD Negeri 2 Way Lunik ... 33

4.1.2 Situasi dan Kondisi Sekolah ... 34

4.1.3 Profil SD Negeri 2 Way Lunik ... 35

4.1.3.1Keadaan Guru SD Negeri 2 Way Lunik ... 35

4.1.3.2Keadaan Siswa SD Negeri 2 Way Lunik ... 36

4.1.3.3Waktu Belajar ... 36

4.2 Laporan Hasil Penelitian ... 37

4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal ... 37

4.2.1.1Hasil Penelitian ... 38

4.2.1.2Siklus I ... 38

4.2.1.3 Siklus II ... 45

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

4.3.1 Aktivitas Siswa ... 54

4.3.2 Kinerja Guru ... 57

4.3.3 Hasil Belajar Siswa ... 59

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 64


(7)

5.1.1 Siklus I ... 64

5.1.2 Siklus II ... 64

5.2 Saran ... 65

5.2.1 Bagi Siswa ... 65

5.2.2 Bagi Guru ... 65

5.2.3 Bagi Sekolah ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil nilai siswa pada ujian semester 1 ... 2

2.1 Standar Kompetensi Dasar dan Indikator ... 20

3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Observasi Siswa ... 25

3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajara Siswa ... 26

4.1 Nama-nama Kepala Sekolah ... 33

4.2 Daftar Guru dan Kariawan SD Negeri 2 Way Lunik ... 35

4.3 Daftar Jumlah Siswa SD Negeri 2 Way Lunik ... 36

4.4 Waktu Kegiatan Belajar Mengajar ... 37

4.5 Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 42

4.6 Data Kinerja Guru Siklus I ... 43

4.7 Data Pencapaian Hasil Penelitian Siklus I ... 44

4.8 Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 49

4.9 Data Kinerja Guru Siklus II ... 50

4.10 Data Pencapaian Hasil Penelitian Siklus II ... 50

4.11 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus ... 56

4.12 Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru antar Siklus ... 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus Penelitian Tindakan dalam PTK ... 27

4.1 Diagram Perbandingan Rata-rata Nilai Tes Akhir Siklus I dan Siklus II 52

4.2 Diagram Perbandingan Pencapaian KKM siklus I dan Siklus II ... 52

4.3 Diagram Data Presentasi Perbandingan Rata-rata Aktivitas Siswa ... 53

4.4 Diagram Skor Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II ... 53

4.5 Diagram Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Siswa antar Siklus ... 57

4.6 Diagram Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru antar Siklus ... 59

4.7 Diagram Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar dan Rata-rata Nilai .... 62


(10)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 69

2. Surat Keterangan dari Kepala SDN 2 Way Lunik ... 70

3. Surat Pernyataan ... 71

4. Denah Sekolah Dasar Negeri 2 Way Lunik ... 72

5. Jadwal Penelitian ... 73

6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 74

7. Silabus Pembelajaran ... 75

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 76

9. Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I ... 80

10.Instrumen Tes Siswa Siklus I ... 82

11.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 83

12.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 84

13.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 85

14.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 87

15.Analisis Tes Siswa Siklus I ... 89

16. Hasil Nilai Tes SiswaSiklus I ... 90

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 91

18.Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ... 95


(11)

ii

19. Instrumen Tes Siswa Siklus II ... 96

20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 99

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 100

22. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 101

23. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 103

24. Analisis Tes Siswa Siklus II ... 105

25. Hasil Nilai Tes SiswaSiklus II ... 107

26. Lembar Konsultasi ... 108

27. Catatan usulan perbaikan proposal/skripsi ... 110

28. Catatan perbaikan skripsi ... 112

29. Nilai hasil tes siklus I dan siklus II ( 2 tertinggi dan 2 terendah) ... 114


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan suatu bangsa dapat meningkatkan derajat dan martabat di mata dunia lain. Selain itu suatu bangsa yang tingkat pendidikannya tinggi dapat bersaing di tengah globalisasi seperti sekarang ini. Keberhasilan suatu pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu negara dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada guru yang professional, keadaan siswa dan bimbingan orang tua di rumah serta dukungan dari pemerintah.

Seorang guru dalam pembelajarannya menginginkan siswanya dapat belajar dengan baik sehingga guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa menerima dan memahami materi pelajaran, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 40 ayat 2 tugas seorang guru adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum


(13)

2

menerapkan isi undang-undang tersebut sehingga hasil yang diperoleh siswa banyak yang kurang baik, bahkan di bawah ukuran standar yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Hal ini juga terjadi pada kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Guna mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan persebaran kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas VI A tahun pelajaran 2012/2013 SDN 2 Way Lunik, pertama-tama penulis melakukan pengamatan dan mencari informasi langsung terhadap siswa-siswi tesebut.

Tabel 1.1

Hasil Nilai Siswa pada Ujian Semester 1

No Kelas Jumlah Interval Frekuensi Prosentasi Prosentasi

Komulatif

1. VI A 32 91-95

85-90 80-84 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 1 2 1 4 5 4 9 1 3 2 3% 6% 3% 13% 16% 13% 28% 3% 9% 6% 100 97 91 88 75 59 46 18 15 6

TOTAL 32 32 100%

(Sumber : Dokumentasi Kelas VI A SDN 2 Way Lunik, 2012/2013)

Sesuai data di atas diketahui bahwa hanya 17 siswa atau 54% dari jumlah

siswa yang mendapat nilai ≥ 65 karena KKM Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


(14)

3

sebab menurut indikator keberhasilan yaitu 75% dari keseluruhan siswa harus mendapat nilai ≥ 65.

Sesuai fakta di atas diduga dalam pembelajaran yang dilakukan guru tidak menggunakan model, metode, dan teknik yang tepat sehingga siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan untuk mendukung proses pembelajaran yang baik seorang guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Seorang guru merupakan tenaga yang professional. Pendidik yang professional dalam konteks ini adalah pendidik yang menjadikan dirinya menyatu dengan peserta didik. Implikasinya adalah bagaimana seorang guru sebagai pendidik professional berusaha menjadikan keseluruhan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Jadi dalam melaksanakan tugasnya seorang guru harus menumbuhkan keterampilan berpikir kepada siswanya.

Hal ini sesuai dengan pendapat pakar psikologi J.Piaget (dalam Ahmad Rohani, 2004:7) berpendapat: “ Seorang anak berfikir selama ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak berfikir. Agar ia berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri ”. Dengan melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran secara aktif diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(15)

4

Pembelajaran dapat disebut berjalan baik dan berhasil apabila guru mampu menerapkan model, metode, dan teknik yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi, serta mampu merubah diri siswa dalam arti yang luas dan mampu menumbuhkan kesadaran siswa untuk belajar, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan perilaku mereka.

Peneliti berharap dengan penelitian ini terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI A sehingga dapat meningkatkan nilai dan kelulusan siswa. Menulis kondisi akhir harapan peneliti setelah menggunakan model demonstrasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik dapat memberikan wawasan dan warna pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM).

Masalah yang ada di kelas VI A SDN 2 Way Lunik adalah hasil yang diperoleh siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih rendah tidak sesuai dengan KKM yang diharapkan dan guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran, maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN 2 Way Lunik tahun 2013/2014 peneliti melakukan tindakan memanfaatkan model demonstrasi pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Peneliti memilih pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam penelitian ini karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pelajaran yang masuk dalam


(16)

5

Ujian Nasional (UN) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara tidak langsung telah kita alami setiap hari baik secara sadar maupun tidak sadar.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1 Rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik

1.2.2 Rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran 1.2.3 Kurangnya penggunaan model pembelajaran demonstrasi pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.3.1 Apakah pembelajaran dengan model demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik?

1.3.2 Apakah penerapan model demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik?


(17)

6

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian ini adalah: 1.4.1 Meningkatkan aktivitas belajar pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik setelah pembelajaran menggunakan model demonstrasi

1.4.2 Meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik setelah pembelajaran menggunakan model demonstrasi.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.1.1Menemukan teori/pengetahuan baru tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui penggunaan model demonstrasi dalam proses pembelajaran

1.5.1.2Penemuan teori ini sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dan untuk keilmuan ke-PGSD-an..

1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi Siswa

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Negeri 2 Way Lunik khususnya siswa kelas VI A melalui penggunaan model demonstrasi serta memberikan pengalaman baru dan menimbulkan rasa senang pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).


(18)

7

1.5.2.2Bagi Guru

Dapat memberikan pemikiran dan pertimbangan agar dapat menerapkan model demonstrasi dalam penyampaian suatu materi pelajaran demi tercapaianya tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran, untuk memperbaiki pembelajaran, guru lebih percaya diri, dan guru akan lebih professional sesuai dengan tupoksinya.

1.5.2.3Bagi Sekolah

Dengan penelitian ini sekolah dapat menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM) serta membangun suasana yang kondusif serta mempererat hubungan orang tua dengan guru dan hubungan sekolah dengan masyarakat.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Teori-teori Belajar

Teori Belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan adalah teori behaviourisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

2.1.1 Teori Belajar behaviourisme

Prinsip utama bagi teori ini adalah faktor rangsangan (stimulus), respon (response), serta penguatan (reinforcement). Teori ini menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan dan respon peserta didik terhadap rangsangan itu adalah responnya. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain: Thorndike (1911), Wathson (1963), Hull (1943), dan Skiner (1968).

2.1.2Teori Belajar Kognitivisme

Konsep belajar menurut teori perkembangan kognitivisme adalah belajar merupakan kegiatan mengasimilasikan dan mengakomodasikan berbagai informasi dan pengetahuan dari lingkunngan hingga menjadi suatu skema atau struktur mental tertentu. Para ahli yang menganut aliran ini adalah: Jean Piaget (1975), Ausubel, Bruner (1964).


(20)

9

2.1.3Teori Belajar Konstruksivisme

Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasi dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan dan disusun dalam diri manusia itu sendiri. Selama proses pembelajaran guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Para peserta didik harus membangun pengetahuan berdasarkan pengalamamnya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik sendiri. Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuanya sesuai dengan pengalamannya masing-masing. Menurut teori ini satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuannya di dalam memorinya. Dalam hal ini guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Tokoh yang beraliran teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky.

Berdasarkan teori belajar di atas yang akan peneliti gunakan adalah teori belajar konstruktivisme, karena teori ini lebih cocok dengan model dan materi pelajaran yang akan disampaikan pada saat penelitian nanti. Pada materi yang


(21)

10

akan disampaikan nanti akan banyak melibatkan aktivitas siswa dalam belajar karena anak akan langsung menerapkan konsep-konsep dalam kehidupan yang nyata.

2.2Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang akan berlangsung terus menerus dari lahir sampai manusia menutup mata atau long live education. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan yang nyata pada diri sesorang tersebut. Banyak ahli yang mengungkapkan teori belajar dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Gagne (dalam Udin S Winataputra, 2007:2.3) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.

Menurut Hilgard dan Marquis (Syaiful Sagala, 2010:13) berpendapat bahwa,” Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri manusia melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri”.

Ada tiga ciri utama dalam belajar yaitu proses, perubahan prilaku, dan pengalaman. Belajar melibatkan proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan penguasaan nilai atau sikap (afektif). Belajar adalah mengalami maka harus terjadi interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik contohnya: buku, alat peraga, alam sekitar maupun lingkungan sosial


(22)

11

contohnya: guru, siswa, kepala sekolah, pustakawan. Lingkungan belajar yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar.

Berdasarkan dari uraian di atas dapat diidentifikasi ciri-ciri belajar yaitu: (1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan perilaku individu, (2) Perubahan yang didapat berupa kemampuan baru yang berlaku relative lama, (3) Perubahan terjadi karena adanya usaha.

2.3Belajar dan Pembelajaran

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sikdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Jadi pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila terjadi interaksi antara peserta didik, pendidik dan lingkungan sekitar saling mendukung. Agar terjadi interaksi yang saling mendukung maka harus mengetahui faktor-faktor yang menpengaruhi proses belajar dan hasil belajar.

Menurut Udin S Winataputra (2007:2.17) pembelajaran adalah suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen atau unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Sebagai sistem unsur-unsur pembelajaran tersebut saling berkait, saling mempengaruhi. Oleh karena itu pemilihan dan penguasaan strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan dan unsur-unsur lain dalam sistem pembelajaran. Dan yang menjadi unsur utama adalah tujuan pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pembelajaran harus ditetapkan lebih dahulu. Sedangkan mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem mendukung dan memungkinkan


(23)

12

untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar merupakan milik siswa, maka mengajar dapat dikatakan sebagai kegiatan guru.

Menurut Sardiman A.M (2008:8) dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar mengatakan, ” Mengajar sebagai upaya

menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental ”.

Pengertian mengajar di atas membuktikan bahwa dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi perlu diciptakan suasana yang kondusif serta menyiapkan segala yang diperlukan untuk proses pembelajaran.

2.4Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis sehingga siswa mendapatkan hasil yang berupa perubahan tingkah laku. Sardiman A.M. (2008: 95-96) berpendapat bahwa, “ Berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada kegiatan kalau tidak ada aktivitas”.

Pendidikan tradisional kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa, jadi guru satu-satunya sumber belajar bagi siswa.


(24)

13

Pendidikan modern tidak menolak pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Aktivitas belajar banyak melibatkan kegiatan panca indera yaitu melihat, mendengar, merasakan, berpikir, melakukan kegiatan fisik. Tanpa melakukan aktivitas proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sekolah merupakan salah satu pusat kegiatan belajar, dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas dan ini salah satu tugas seorang guru.

Menerapkan pembelajaran seperti di atas maka guru perlu: 2.4.1Membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik melalui:

2.4.1.1Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik 2.4.1.2Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,

menganalisis, mengambil keputusan dan sebagainya

2.4.1.3Menyelenggarakan berbagai berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat, dan sebagainya 2.4.2Membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:

2.4.2.1Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di laboratorium dan sebagainya.

2.4.2.2Mengadakan pameran , karyawisata dan sebagainya 2.5Hasil Belajar


(25)

14

Hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa harus semakin baik. Menurut Woordworth (dalam http: forum. upi. Edu / v3 / index. php? Topic = 15692.0 pos terakhir:28 Jan 2012), “ Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotor, maupun afektif, Sedangkan menurut penulis hasil belajar adalah suatu nilai dan sikap yang diperoleh siswa setelah siswa melakukan evaluasi pembelajaran dalam jangka waktu tertentu dan sangat berkesan bagi siswa.

2.6Model Pembelajaran Demonstrasi

Menurut Zainal Aqip (2013:17) model-model pembelajaran yang ada saat ini sangat banyak dan beragam misalnya: examples non examples, numbered

heads together, cooperative script, mind mapping , artikulasi, model jigsaw,

model bamboo gila, model demonstrasi, model STAT, model picture and

picture, bermain peran, tebak kata, melengkapi kalimat, debate, dan masih

banyak lagi lebih kurang ada 32 model pembelajaran. Model yang peneliti pilih adalah model demonstrasi karena tepat dan cocok dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lebih menitikberatkan pada proses/bukti daripada teorinya. Dengan model demonstrasi para siswa diajak langsung


(26)

15

untuk menerapkan konsep-konsep dalam kehidupan nyata yang sudah sering dialami dalam kehidupan nyata.

Model demonstrasi adalah pertunjukkan-pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa, sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik, baik secara nyata maupun secara tiruan. Model ini pertama kali digunakan oleh manusia purba sewaktu akan menambah kayu bakar, akhirnya anak-anak ikut menirunya. Hal ini lebih cocok untuk gerakan yang sifatnya ke arah gerakan motorik di samping moral. Dengan demikian model demonstrasi adalah model yang digunakan guru untuk mempertunjukkan gerakan dengan prosedur yang benar.

Alasan menggunakan model demonstrasi adalah: (1) Tidak semua materi dapat dijelaskan secara konkrit melalui penjelasan, (2) Karena materi menuntut untuk diadakan demonstrasi agar lebih cepat diserap siswa, (3) Tipe belajar siswa yang tidak sama, (4) Memudahkan mengajarkan suatu proses, (5) Sesuai perkembangan kognitif siswa.

2.6.1 Kelebihan model demonstrasi

Kelebihan model demonstrasi adalah: (1) Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang lebih konkrit, (2) Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan, (3) Pelajaran menjadi lebih menarik karena siswa tidak hanya mendengar tapi bisa melihat secara langsung, (4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk


(27)

16

mencobanya sendiri, (5) Menyajikan materi yang tidak bisa dengan model lain.

2.6.2Kelemahan model demonstrasi

Kelemahan model demonstrasi adalah: (1) Tidak semua permasalahan dapat didemonstrasikan di dalam kelas, (2) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik, (3) Memerlukan alat / perlengkapan khusus yang kadang sulit untuk ditemukan, (4) Memerlukan banyak waktu, (5) Memerlukan kesabaran dan ketelitian serta ketelatenan.

2.6.3 Langkah-langkah pelaksanaan model demonstrasi 2.6.3.1 Kegiatan Persiapan

a.Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa

b.Menyusun materi yang akan disampaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

c.Menyiapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan demonstrasi

d.Melakukan latihan pendemonstrasian dalam menggunakan alat yang diperlukan.

2.6.3.2 Kegiatan pelaksanaan a.Kegiatan Pembukaan


(28)

17

1.Aturlah tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat melihat hal-hal yang didemonstrasikan guru atau duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2.Timbulkan motivasi siswa tentang materi pelajaran yang akan didemonstrasikan dengan kehidupan nyata.

3.Kemukakan tujuan yang akan dicapai dan tugas apa yang dalam demonstrasi nanti.

b.Kegiatan inti pembelajaran

1.Mulailah melakukan demonstrasi sesuai dengan yang telah direncanakan dan dipersiapan oleh guru

2.Pusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang penting dari demonstrasi supaya siswa bisa melakukan demonstrasi selanjutnya secara mandiri

3.Ciptakan suasana yang menyenangkan

4.Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti demonstrasi dan kesempatan untuk bertanya dan berkomentar

c.Kegiatan Akhir

1.Meminta siswa merangkum pokok-pokok yang telah didemonstrasikan

2.Memancing siswa untuk aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami dalam demonstrasi

3.Melakukan evaluasi baik proses maupun hasil dari demonstrasi


(29)

18

4.Tindak lanjut tugas, baik tugas-tugas berikutnya maupun tugas memahami materi yang diajarkan.

2.7Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan alam dengan cara mencari tahu dengan sistematis sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja. Tetapi merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas No. 22 tahun 2006:147).

Seorang guru perlu menciptakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Keaktifan dan rasa ingin tahu siswa dapat ditumbuhkan dengan cara menerapkan pembelajaran dengan model demonstrasi, karena dengan model ini siswa langsung melakukan tindakan, percobaan, hipotesa dan membuktikan dari suatu konsep teori. Dengan bekerja secara nyata siswa secara langsung menerapkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor serta mendorong siswa untuk bekerja secara ilmiah.

Tujuan pembelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam (Permendiknas No. 22 tahun 2006:148) yaitu bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang


(30)

19

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dan memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD perlu menyiapkan perangkat pembelajaran atau alat percobaan guna menghadirkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Ruang lingkup pembelajaran IPA seperti yang tertulis dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 halaman 148 meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) makluk hidup dalam proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan dan kesehatan, (2) benda atau materi sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat, gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.


(31)

20

Berdasarkan aspek-aspek tersebut maka penulis ingin meneliti aspek yang kedua yaitu benda atau materi sifat-sifat dan kegunaannya.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Indokator Materi 5. Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda 5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda -Membedakan arti konduktor dan isolator -Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan isolator panas -Menggolongkan

benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas

Benda konduktor dan isolator panas

2.8Penelitian yang Relevan

Menurut Ngatimin dalam penelitiannya yang berjudul, “ Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan KIT IPA dan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jati Baru

Tanjung Bintang Tahun Pelajaran 2011/2012 “, mengambil kesimpulan

bahwa pembelajaran dengan KIT IPA dan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas siswa.

Menurut Ignatius Ngadio dalam penelitiannya yang berjudul, “ Penerapan Metode Demontrasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata


(32)

21

bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Merujuk dari dua penelitian di atas penulis ingin membuktikan kebenaran dari hasil yang telah dicapai terdahulu, yaitu pengaruh penggunaan model demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di SD Negeri 2 Way Lunik.

2.9 Hipotesis Tindakan

“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. (Suharsimi Arikunto, 2010:109).

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “ Apabila dalam pembelajaran menerapkan model demonstrasi dengan menggunakan langkah-langkah secara tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik Kota Bandar Lampung”.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Selama enam bulan, dimulai dari perencanaan sampai perbaikan hasil penelitian.

3.1.2Tempat Penelitian

3.1.2.1 Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Way Lunik kelas VI A, Jl.M. Salim No. 30 Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

3.1.2.2 Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Way Lunik karena peneliti adalah pengampu yang bertugas di sekolah tersebut, sehingga peneliti bisa fokus dalam melakukan penelitian.

3.2 Subyek Penelitian

3.2.1 Subyek penelitian dalam PTK ini adalah guru dan siswa kelas VI A SD Negeri 2 Way Lunik dengan jumlah siswa 29 anak yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

3.2.2Latar pendidikan orang tua murid adalah lulusan sekolah dasar hampir 75% sisanya 15% lulusan SMP, 3% luklusan SMU serta 7% tidak lulus


(34)

23

SD. Sedang latar belakang pekerjaan orang tua murid adalah para buruh pabrik dengan penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,00. Kondisi sekolah cukup baik walaupun berada di pinggir laut dan lingkungan pergudangan dan pabrik.

3.3Sumber Data

Data primer berasal dari pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa berbentuk lembar observasi dan lembar hasil kerja siswa, sesuai subyek penelitian.

Data sekunder berasal dari dokumentasi sekolah, guru, dan orang tua siswa. Cara memperolehnya dengan pengamatan langsung ke sekolah dan angket untuk orang tua siswa.

3.4Teknik dan Alat Pengumpul Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Penulis akan meneliti aktivitas dan hasil belajar maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

3.4.1.1Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kinerja guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui penerapan model demonstrasi.


(35)

24

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapain hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari dengan memberikan soal-soal evaluasi di akhir setiap siklus.

3.4.2Alat Pengumpulan Data

3.4.2.1Lembar panduan observasi, instrument ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui penerapan model demonstrasi.

3.4.2.2Soal-soal tes, instrument ini digunakan untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa dan mengetahui ada tidaknya peningkatan pada setiap siklusnya.

3.5Analisa Data 3.5.1 Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu data yang didapatkan dari observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa selama penelitian berlangsung. Observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa. Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan dengan tujuan untuk memperoleh data perubahan terhadap aktivitas siswa selama proses


(36)

25

pembelajaran dari setiap siklus. Rumus penilaian dari kegiatan siswa di atas adalah :

NA = x 100 Keterangan:

NA= Nilai akhir yang dicari JS = Jumlah skor yang diperoleh SM= Skor maksimum

100= bilangan tetap

(Diadopsi dari Aqib dkk.(2009:41)

Tabel 3.1

Kriteria Tingkat Keberhasilan Observasi Aktivitas Siswa Tingkat Keberhasilan (%) Arti

80 – 100 60 – 79 40 – 59 20 – 39

≤ 20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Sumber: Aqib,dkk, 2009:41)

3.5.2 Data Kuantitatif

Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui ketercapaian kualitas hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan rumus:


(37)

26

Keterangan:

= Nilai rata-rata kelas = jumlah seluruh nilai

N = Jumlah siswa yang mengikuti tes 100=bilangan tetap

(Diadopsi dari Arikunto, 2007:38)

Tabel 3.2

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Tingkat Keberhasilan Arti

80 – 100 60 – 79 40 – 59 20 – 39

≤ 20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Sumber: Aqib,dkk, 2009:41)

3.5.3 Nilai peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setiap siklus diperoleh dengan rumus:

% peningkatan = % rata-rata siklus II- % rata-rata siklus I


(38)

27

Prosedur penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (Arikunto, S , 2010:131) didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah: (1) perencanaan atau planning, (2) tindakan atau action, (3) pengamatan atau

observing, dan (4) refleksi atau reflecting

Tahap atau siklus dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Dalam PTK

Model Kemmis dan Mc Taggart diabdobsi Arikunto, S (2010:132)

Sesuai dengan gambar di atas, maka prosedur yang ditempuh pada penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

PERENCANAAN

Analisis &

Refleksi Pelaksanaan

PENGAMATAN

PERENCANAAN

Analisis &

Refleksi Pelaksanaan

Observasi SIKLUS 1

SIKLUS 2


(39)

28

3.6.1 Tahap perencanaan

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan satu tindakan sesuai dengan perbaikan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Pada tahap ini dipersiapkan RPP, alat dan bahan pembelajaran untuk model demonstrasi dan instrument yang diperlukan.

3.6.2Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pelaksanaan dari persiapan pembelajaran yang telah direncanakan. Sebelumnya peneliti memberikan gambaran pelaksanaan tindakan, mungkin dalam tahap pelaksanaan tindakan ada hal-hal yang belum terpikirkan dan akan berbeda dengan rencana, oleh karena itu peneliti member tindakan yang tidak tercantum dalam perencanaan sebelumnya, upaya untuk meningkatkan keberhasilan setiap siklus maka selama kegiatan tindakan dilakukan pengamatan dan evaluasi.

3.6.3Tahap Observasi

Tahap observasi adalah tahap lebih operasional karena untuk mengenal, mereka dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang timbul dari tindakan terencana atau hasil proses pelaksanaan tindakan. Fungsi dari observasi adalah untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah mengarah pada terjadinya perubahan secara positif dalam kegiatan pembelajaran.


(40)

29

Data yang diperoleh untuk dianalisis kemudian direfleksi sebagai alat evaluasi untuk memperbaiki siklus berikutnya, serta untuk menentukan kesimpulan dari hasil penelitian. Pada tahap refleksi peneliti bersama observer mendiskusikan hasil tindakan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan, kemudian hasilnya direfleksi. Peneliti juga bisa merefleksi diri dengan melihat data observasi. Apakah kegiatan yang telah dilakukan sudah tercapai atau belum. Temuan yang diperoleh sebagai acuan bagi perumusan rencana pembelajaran untuk dilaksanakan pada pembelajaran berikutnya.

3.7Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas 3.7.1 Rencana (Planing)

Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.7.1.1 Peneliti menetapkan rancangan pembelajaran yang nantinya akan diterapkan kepada siswa di dalam kelas

3.7.1.2 Peneliti membuat rencana pelaksanaan menggunakan pembelajaran model demonstrasi sesuai dengan materi pelajaran 3.7.1.3 Menyusun rencana pembelajaran yang meliputi silabus, RPP,

Lembar Kerja Siswa (LKS)

3.7.1.4 Menyiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

3.7.1.5 Membuat lembar instrument observasi untuk melihat aktivitas siswa


(41)

30

3.7.2Pelaksanaan Tindakan (action)

Kegiatan yang dilaksanakan pada pelaksanaan meliputi hal-hal berikut: 3.7.2.1Tahap awal penelitian

a.Mengemukakan materi pelajaran yang akan dipelajari

b.Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen

c.Menjelaskan tugas setiap kelompok dan menjelaskan peraturan dan tata tertib saat memulai dan mengakhiri kegiatan kelompok

3.7.2.2Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini urutan kegiatannya adalah sebagai berikut: a.Pendahuluan

Guru membuka awal pelajaran dengan membacakan tujuan pembelajaran dan menampilkan phenomena dalam kehidupan sehari-hari untuk memotivasi siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dalam menghubungkan antara pembelajaran dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

b.Kegiatan Inti

Setelah siswa dikelompokkan guru mendemonstrasikan menggunakan alat peraga tentang konduktor dan isolator panas (pada siklus 1) dan benda-benda untuk membuat konduktor dan isolator (pada siklus 2) dan siswa mengamati saat guru melakukan demonstrasi. Kemudian setiap kelompok diberi tugas mendiskusikan dan menjawab


(42)

pertanyaan-31

pertanyaan yang ada di LKS. Guru mengawasi, memonitor, dan sebagai fasilitator selama siswa melakukan belajar kelompok. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil belajar kelompok masing-masing ke depan kelas.

c.Kegiatan Akhir

Guru menjelaskan hasil dari pembelajaran yang telah didiskusikan bersama. Pada akhir setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari.

3.7.3 Tahap Observasi (observing)

Tahap ini dilakukan bersamaan pada saat proses pembelajaran. Observasi penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui tingkat penyerapan pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis dan mencatat nilai hasil yang diperoleh dari evaluasi setelah siklus tindakan dilaksanakan.

3.7.4 Tahap Refleksi (replecting)

Tahap observasi hasil setiap siklus dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis obsevasi pada tiap-tiap siklus digunakan untuk merefleksi apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari aktivitas yang telah dilakukan. Hasil analisa yang


(43)

32

telah diperoleh digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

3.8.1 Presentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya 3.8.2 Nilai rata-rata meningkat setiap siklusnya

3.8.3 Nilai yang diperoleh siswa yang mencapai KKM ≥65 mencapai 75%


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Pada siklus I presentasi aktivitas siswa diperoleh hasil yang berbeda-beda pada tingkat ketercapaiannya, di mana hanya ada satu aktivitas yang memenuhi target yaitu membuat rangkuman 79.31% dengan target 75%, dari aktivitas tersebut memproleh hasil belajar dengan rata-rata nilai 72.76 atau 72.41% yang mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum memcapai target yang diharapkan karena pembelajaran akan dinyatakan berhasil apabila aktivitas dan hasil belajar siswa mencapai target 75% maka perlu diadakan perbaikan dengan melanjutkan pembelajaran ke siklus II.

5.1.2 Pada siklus II presentasi aktivitas siswa pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan yaitu untuk aktivitas memperhatikan 86.21%, aktivitas mengerjakan soal 100%, aktivitas bertanya/menjawab


(45)

65

pertanyaan 94.81%, aktivitas diskusi 93.10%, aktivitas membuat rangkuman 93.08%. Pencapaian aktivitas di atas ternyata menentukan hasil belajar, hal ini terbukti bahwa pada siklus II mendapatkan hasil belajar dengan nilai rata-rata 73.10 atau 86.21% yang mencapai KKM. Dengan demikian hasil belajar dengan model demonstrasi ini telah mencapai target dengan indikator keberhasilan yaitu 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 65. Dengan demikian pembelajaran dengan model demonstrasi dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaranya meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang peneliti ajukan demi peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu:

5.2.1 Bagi Siswa

Pembelajaran dengan model demonstrasi sebaiknya digunakan siswa untuk memupuk keaktivan, keberanian, kerjasama dan untuk meningkatkan hasil belajar.

5.2.2 Bagi Guru

Sebaiknya seorang guru dapat mengembangkan profesionalismenya dalam kegiatan pembelajaran, dangan mengembangkan model-model pembelajaran yang baik misalnya dengan mencoba menggunakan model


(46)

66

demonstrasi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentu saja disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. .

5.2.3 Bagi Sekolah

Sekolah merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran model demonstrasi dapat menjadikan kondisi kelas yang kondusif dan menciptakan rasa senang bagi siswa sehingga siswa akan termotivasi untuk terus belajar sehingga akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

, (2013). Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Aqib, Zainal (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual. Bandung: Yrama Widya

Aqib, Zainal (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngadio, Ignatius. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI C SD Xaverius

Metro Tahun Pelajaran 2011/2012. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan.

Ngatimin.(2012). Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan KIT IPA dan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jati Baru Tanjung Bintang Tahun Pelajaran

2011/2012. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan.

Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

S.Winataputra, Udin (2007). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka

S.Winataputra, Udin.(2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sardiman, A. M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumber http: // cumannulissaja. blogspot. cpom/ 2012/ 05/ teori-belajar-behaviorisme, htm1.

Sumber http:forum.UPI-edu/v3/index.php?topic=15692.0hasilbelajar. Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(1)

pertanyaan yang ada di LKS. Guru mengawasi, memonitor, dan sebagai fasilitator selama siswa melakukan belajar kelompok. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil belajar kelompok masing-masing ke depan kelas.

c.Kegiatan Akhir

Guru menjelaskan hasil dari pembelajaran yang telah didiskusikan bersama. Pada akhir setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari.

3.7.3 Tahap Observasi (observing)

Tahap ini dilakukan bersamaan pada saat proses pembelajaran. Observasi penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui tingkat penyerapan pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis dan mencatat nilai hasil yang diperoleh dari evaluasi setelah siklus tindakan dilaksanakan.

3.7.4 Tahap Refleksi (replecting)

Tahap observasi hasil setiap siklus dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis obsevasi pada tiap-tiap siklus digunakan untuk merefleksi apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari aktivitas yang telah dilakukan. Hasil analisa yang


(2)

32

telah diperoleh digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

3.8.1 Presentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya 3.8.2 Nilai rata-rata meningkat setiap siklusnya

3.8.3 Nilai yang diperoleh siswa yang mencapai KKM ≥65 mencapai 75% dari jumlah siswa


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Pada siklus I presentasi aktivitas siswa diperoleh hasil yang berbeda-beda pada tingkat ketercapaiannya, di mana hanya ada satu aktivitas yang memenuhi target yaitu membuat rangkuman 79.31% dengan target 75%, dari aktivitas tersebut memproleh hasil belajar dengan rata-rata nilai 72.76 atau 72.41% yang mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum memcapai target yang diharapkan karena pembelajaran akan dinyatakan berhasil apabila aktivitas dan hasil belajar siswa mencapai target 75% maka perlu diadakan perbaikan dengan melanjutkan pembelajaran ke siklus II.

5.1.2 Pada siklus II presentasi aktivitas siswa pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan yaitu untuk aktivitas memperhatikan 86.21%, aktivitas mengerjakan soal 100%, aktivitas bertanya/menjawab


(4)

65

pertanyaan 94.81%, aktivitas diskusi 93.10%, aktivitas membuat rangkuman 93.08%. Pencapaian aktivitas di atas ternyata menentukan hasil belajar, hal ini terbukti bahwa pada siklus II mendapatkan hasil belajar dengan nilai rata-rata 73.10 atau 86.21% yang mencapai KKM. Dengan demikian hasil belajar dengan model demonstrasi ini telah mencapai target dengan indikator keberhasilan yaitu 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 65. Dengan demikian pembelajaran dengan model demonstrasi dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaranya meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang peneliti ajukan demi peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu:

5.2.1 Bagi Siswa

Pembelajaran dengan model demonstrasi sebaiknya digunakan siswa untuk memupuk keaktivan, keberanian, kerjasama dan untuk meningkatkan hasil belajar.

5.2.2 Bagi Guru

Sebaiknya seorang guru dapat mengembangkan profesionalismenya dalam kegiatan pembelajaran, dangan mengembangkan model-model pembelajaran yang baik misalnya dengan mencoba menggunakan model


(5)

demonstrasi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentu saja disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. .

5.2.3 Bagi Sekolah

Sekolah merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran model demonstrasi dapat menjadikan kondisi kelas yang kondusif dan menciptakan rasa senang bagi siswa sehingga siswa akan termotivasi untuk terus belajar sehingga akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

, (2013). Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Aqib, Zainal (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya

Aqib, Zainal (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngadio, Ignatius. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan. Ngatimin.(2012). Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam dengan Menggunakan KIT IPA dan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jati Baru Tanjung Bintang Tahun Pelajaran 2011/2012. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan.

Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

S.Winataputra, Udin (2007). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka

S.Winataputra, Udin.(2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sardiman, A. M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumber http: // cumannulissaja. blogspot. cpom/ 2012/ 05/ teori-belajar-behaviorisme, htm1.

Sumber http:forum.UPI-edu/v3/index.php?topic=15692.0hasilbelajar. Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN 4 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG

0 7 168

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKARAME II TELUKBETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

0 6 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PINANG JAYA BANDAR LAMPUNG

0 14 55

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WAY GUBAK BANDAR LAMPUNG

0 6 56

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG

0 6 35

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAGNET UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SD NEGERI 2 MARGAAGUNG

0 7 45

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISWA KELAS V A SD NEGERI 10 METRO PUSAT

1 9 67

PENGGUNAAN STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KARANGMOJO Penggunaan Strategi Modeling The Way Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Karangmojo Kecamatan Tasikmadu

0 1 15

PENGGUNAAN STRATEGIJIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEJALA ALAM (IPA) SISWA KELAS III SD NEGERI 1 JOMBORAN KLATEN Penggunaan Strategijigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gejala Alam (Ipa) Siswa Kelas III SD Negeri 1 Jomboran Klaten Tengah Tahun

0 0 15

PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) Penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas V SD Muhammadiyah 11 mangkuyudan Laweyan Surakarta.

0 2 20