Keuntungan Antara IB dengan Non IB Uji Normalitas

75 Berdasarkan Tabel 4.17 terlihat bahwa penggunaan biaya produksi pada usaha ternak sapi potong oleh responden dengan teknologi IB sebesar Rp.12.427.491,-, sedangkan non IB sebesar Rp.11.293.019,-. Hal ini disebabkan karena nilai induk setahun dengan tehnologi IB lebih mahal karena memilih bibit indukan yang baik. Ternak yang dipelihara dengan teknologi IB penggunaan pakan lebih banyak dibandingkan dengan non IB karena penggunaan konsentrat pada IB bertujuan untuk mempercepat pertumbuhannya. Untuk biaya obat-obatan hampir sama antara non IB dan IB. Upah tenaga kerja non IB lebih besar karena dalam pemeliharaanya membutuhkan tenaga lebih banyak dari pada dengan IB karena selain tenaga keluarga dibutuhkan tenaga kerja untuk mencari makanan ternak tambahan yang dipetik disawah-sawah, tegalan atau dikebun sendiri. Secara keseluruhan biaya produksi antara dengan IB dan non IB hanya berbeda sedikit, lebih banyak dengan menggunakan IB. Untuk penerimaan nilai jual anak sapi IB lebih tinggi karena dalam penggunaan indukan yang baik juga dihasilkan anakan yang tebaik yaitu sebesar Rp.18.697.041,- dibandingkan dengan non IB sebesar Rp.14.266.186,-. Biasanya anak sapi yang dihasilkan sebagian besar adalah jenis Simental, Brahman, dan Limousin yang mempunyai kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat sehingga di pasaran mempunyai nilai jual yang tinggi.

2. Keuntungan Antara IB dengan Non IB

Untuk mengetahuai apakah ada perbedaan pendapatan secara statistik antara peternak yang menggunakan teknologi IB dengan tanpa IB maka commit to user 76 dilakukan pengujian hipotesis. Hasil analisis perbedaan pendapatan peternak dengan teknologi IB dan tanpa IB disajikan pada Tabel 4.18: Tabel 4.18 Perbandingan Keuntungan Peternak dengan Teknplogi IB dan Tanpa Teknologi IB di Kabupaten Sragen Keterangan Dengan Teknologi IB Tanpa Teknologi IB t hitung Keuntungan Rp. 2.330.520 1.565.999 -3,784 T-tabel 0,05; 97 -1,6611 Sumber : Data primer diolah lampiran 4 Tabel 4.18 didapatkan bahwa hasil analisis dengan menggunakan uji dua sisi diperoleh nilai t hit sebesar -3,784 kurang dari –t tabel = -1,6611 dan probabilitas sebesar 0,000 kurang dari 0,05 dengan demikian rata-rata keuntungan peternak sapi IB dengan non IB di Kabupaten Sragen berbeda secara nyata pada tingkat signifikan 95. Dengan demikian adanya metode perkawinan dengan teknologi IB memberikan pengaruh yang nyata terhadapa keuntungan. Hasil uji hipotesis tersebut menyatakan bahwa keuntungan peternak dengan teknologi IB lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa IB. Tingginya keuntungan peternak yang menggunakan teknologi IB juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Nurlelah 2003, Utami 2011 bahwa tingkat pendapatan peternak sapi potong dengan menggunakan teknologi IB lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan IB. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 77

3. Hasil Analisis Regresi

Untuk mengetahui pengaruh jumlah sapi, harga pakan, harga obat- obatan, upah tenaga kerja dan teknik inseminasi terhadap keuntungan peternak sapi potong di Kabupaten Sragen, maka digunakan analisis regresi linier berganda. Untuk mendapatkan hasil estimasi yang optimal maka ditransformasi dalam persamaan double logaritma natural Ln dan diolah dengan bantuan software SPSS Statistical Package for Social Sciences 16.0 views. Hasil uji tertera pada Tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Ringkasan Estimasi Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Keuntungan Peternak di Kabupaten Sragen No. Nama Variabel Notasi Koefisien Regresi Standart Error t- hitung Prob. 1 2 3 4 5 6 Jumlah sapi Harga pakan Harga obat-obatan Upah tenaga kerja Teknologi IB Konstanta LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 X5 Konstanta 0,386 -0,149 0,099 -0,567 0,227 22,335 0,191 0,063 0,085 0,099 0,085 1,802 2,017 -2,354 1,167 -5,727 2,661 12,394 0,047 0,021 0,246 0,000 0,009 0,000 R 2 Adjusted R 2 S.E of the estimated F-Statistic Prob. F-Statistic 0,665 0,413 0,33251 14,764 0,000 DW-test SD dependent var 1,734 0,395 Sumber: Data Primer diolah SPSS Versi 16.00 2011 Berdasarkan hasil analisis regresi berganda tersebut dapat disusun model persamaan regresi sebagai berikut: LnY = 22,335 +0,386lnX1 - 0,149lnX2 +0,099lnX3 - 0,567lnX4 +0,227X5 perpustakaan.uns.ac.id commit to user 78

a. Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data penelitian yang best liniear and unbiased estimation BLUE guna mendapatkan model regresi seperti disyaratkan oleh Gujarati 1995 bahwa datanya harus terdistori secara normal. Ada empat uji asumsi klasik yang akan dilakukan yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastsitas dan autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan uji Kolmogorof Smirnov yaitu dengan melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal, dengan hasil uji Kolmogorof Smirnov dapat dilihat dalam Tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20 Uji Normalitas Variabel Penelitian Unstandardized Residual N 99 Normal Parameters a Mean 0, 0000 Std. Deviation 0,3240 Most Extreme Differences Absolute 0,0850 Positive 0,0850 Negative -0,0530 Kolmogorov-Smirnov Z 0,9480 Asymp. Sig. 2-tailed 0,4690 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data primer diolah, 2011 Lampiran 3 Tabel 4.20 menunjukkan bahwa semua variabel berdistribusi normal, dengan bukti nilai signifikan sebesar 0,469 lebih besar dari commit to user 79 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian tersebar secara normal yang menjadi asumsi dasar pada penelitian ini.

2. Uji Multikolinearitas