50
Apabila  nilai  signifikansinya  lebih  dari  0,05  maka  data  dikatakan mempunyai distribusi normal Ghozali, 2005.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model
regresi  yang  baik  seharusnya  tidak  terjadi  korelasi  antara  variabel bebas  Ghozali,  2005.  Deteksi  ada  tidaknya  Multikolinearitas  yaitu
dengan  menganalisis  matrik  korelasi  variabel-variabel  bebas,  dapat juga  dengan  melihat  nilai
tolerance
serta  nilai
Variance  Inflation Vactor  VIF
.  Nilai  toleransi  yang  rendah  sama  dengan  nilai  VIF tinggi  karena  VIF  -  1
tolerance
dan  menunjukkan  adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai kritis yang umum dipakai adalah nilai
VIF di atas 10.  Apabila  nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Dengan rumus Ghozali, 2005:
i i
i
VIF X
b .
var
2 2
å
=
s
TOL
j
= 1- R
2 j
= 1 VIF
j
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan
kepengamatan yang lain. Jika variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan  yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika  berbeda  disebut  heteroskedstisitas.  Model  regresi  yang  baik perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
51
adalah  yang  homoskedastisitas.  Deteksi  adanya  heteroskedastisitas dapat  dilakukan  dengan  uji  korelasi
Spearman’s
.  Model  regresi dikatakan  terbebas  dari  heteroskedastisitas  apabila  masing-masing
variabel mempunyai nilai signifikansinya diatas 0,05 Ghozali, 2005.
4. Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  bertujuan  menguji  apakah  dalam  suatu  model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan  kesalahan  pada  periode  t-1  sebelumnya.  Jika  terjadi korelasi  maka  dinamakan  ada  problem  autokorelasi.  Untuk  menguji
ada  tidaknya  problem  autokorelasi  ini  maka  dapat  melakukan  uji Durbin  Watson  DW-test  yaitu  dengan  membandingkan  nilai  DW
statistik  dengan  DW-tabel.  Dengan  rumus  DW-Satistik  Ghozali, 2005:
å å
= =
= =
-
- =
n t
t t
n t
t t
t
e e
e d
3 2
3 2
1
Apabila  nilai  DW  statistik  terletak  pada  daerah
no  autocorrelation
berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi Ghozali, 2005.
Gambar 3.2  Distribusi Durbin Watson DW-test 2
4 d
L
d
U
4-d
U
4-d
L
No autocorrelation
commit to user
52
b. Uji Statistik 1. Uji-F
Uji-F  ini  digunakan  untuk  menguji  keberartian  koefisien  regresi secara bersama-sama simultan, dengan uji hipotesisGhozali, 2005:
a. H
0:
b
1
=b
2
=b
3
=b
4
=b
5
= 0 b. Menentukan a = 5  0,05.
c. Daerah kritik, H
o
ditolak jika: F
hit
F
tab
Gambar 3.3 Distribusi F-tabel Daerah penolakan H d. Statistik Uji:
1 1
2 2
k n
R k
R F
hit
- -
- =
Derajat bebas: df
1
= k-1 , df
2
= n-k R
2
= Koefisien R
2
n = Jumlah Data sampel
k = Banyaknya Kelompok dependen dan idependen
e Dengan Kriteria: 1  Ho diterima jika: F
hit
F
tab
atau jika: nilai sign. probabilitas value
α 0,05, berarti secara simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Daerah penolakan H
F
tab
commit to user
53
2  Ho  ditolak  jika:  F
hit
F
tab
atau  jika:  nilai  sign.  probabilitas value
α 0,05, berarti secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Koefisien Determinasi
Koefisien  determinasi  yang  dinotasikan  dengan  R
2
merupakan  suatu ukuran  yang  penting  dalam  regresi,  karena  dapat  menginformasikan
baik  tidaknya  regresi  yang  diestimasi.  Atau  dengan  kata  lain,  angka tersebut  dapat  mengukur  seberapa  dekatkah  garis  regresi  yang
diestimasi  dengan  data  sesungguhnya.  Nilai  koefisien  determinasi  ini mencrminkan seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan
oleh  variabel  independen.  Secara  manual  rumus  uji  tersebut  adalah Ghozali, 2005:
TSS ESS
Y e
R
i i
= =
å å
2 2
2
Keterangan: R
2
= Koefisien Σe
i 2
= ESS
Explined Sum Square
= Jumlah Kuadrat Sesatan Σe
i 2
= TSS
Total Sum Square
= Jumlah Kuadrat
3. Uji-t