Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan program Statistical Product and Service Solutions SPSS versi 17.0. Hasil penelitian menunjukkan persentase stres ringan, sedang, dan berat adalah 26,7, 22,2, dan 22,2. Sekitar 28,9 mahasiswa kedokteran tidak mengalami stres. Penelitian Bahrul Ulumuddin A, 2011: Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Metode : penelitian ini menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 145 responden , analisis data dengan menggunakan uji statistik Fisher-Exact. Hasil: 34 responden 23,4 mengalami stres ringan, 31 21,4 responden mengalami stres sedang, 3 responden 2,1 mengalami stres berat,1 responden 0,7 mengalami stres sangat berat, dan 62 responden 42,8 mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara pola tidur dengan tingkat stres. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada perpustakaan.uns.ac.id commit to user dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan Guyton Hall, 1997. Menurut Lanywati 2001, kebutuhan tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur kuantitas tidur, juga oleh kedalaman tidur kualitas tidur. Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai Lumbantobing, 2004. Waktu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam memperbaiki sel –sel yang rusak menjadi menurun. Kelelahan, meningkatnya stres, kecemasan serta kurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari –hari adalah akibat yang sering terjadi apabila waktu tidur tidak tercukupi. Hasil penelitian yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 145 responden , analisis data dengan menggunakan uji statistik Fisher-Exact. Hasil: 34 responden 23,4 mengalami stres ringan, 31 21,4 responden mengalami stres sedang, 3 responden 2,1 mengalami stres berat,1 responden 0,7 mengalami stres sangat berat, dan 62 responden 42,8 mengalami insomnia. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 2. Hubungan antara intensitas berolahraga dengan tingkat stres. Endorfin atau beta-endorfin merupakan neurotransmitter opioid endogen yang memiliki efek analgesik dan adiktif seperti halnya morphin dan kodein. Selain itu endorfin juga dapat memberikan perasaan nyaman, tenang relaksasi dan beberapa sumber mengatakan endorfin dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menekan pertumbuhan kanker Abdilah Nurhayati, 2008. Hormon ini dikeluarkan salah satunya saat berolahraga. Inilah mengapa setelah melakukan olahraga aerobik renang, jogging, bersepeda membuat merasa lebih fresh dan menyenangkan Jati, 2012. Di samping itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan insiden dan keparahan gangguan mood yang berkaitan dengan stres termasuk ansietas dan depresi. Efek ini berhubung dengan peningkatan neurotransmiter terutamanya serotonin dan dopamin dan juga sekresi endorfin Greenwood Fleshner, 2008. Maka, olahraga adalah salah satu cara yang sungguh bermanfaat untuk melawan efek stres terhadap kesehatan yang merugikan Castro, Wilcox. O’Sullivan, Baumann, King, 2002. 3. Hubungan antara pola tidur, intensitas berolahraga dengan tingkat stres. Dari beberapa hasil penelitian tentang pola tidur dengan tingkat stres dan intensitas berolahraga dengan tingkat stres maka peneliti bermaksud meneliti hubungan antara intensitas berolahraga dan pola tidur terhadap tingkat stres. Adapun hubungan antara intensitas berolahraga dan pola tidur dengan tingkat stres dapat digambarkan sebagai berikut : commit to user Gambar 2.1. Bagan Kerangka berpikir Hubungan antara intensitas berolahraga dan pola tidur dengan tingkat stres

D. Hipotesis