Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman mendorong manusia untuk bergerak lebih cepat dan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup. Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik fisik, mental emosional, dan sosial tidak jarang menghadapi rintangan. Rintangan, tekanan-tekanan dan kesulitan- kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup menjadikan individu stres, sehingga mempengaruhi fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku. Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial. Stres dapat mengganggu kondisi fisik dan kesehatan mental Krohne, 2002. Dewasa ini, stres diakui sebagai pembunuh nomor satu di dunia karena stres diyakini sebagai akar penyakit. Menurut catatan The American Medical Association, stres adalah penyebab dasar dari 60 persen semua penyakit manusia dan komplikasinya Syarifah, 2013. Survei yang dilakukan oleh Widianingrum 2012 terhadap 221 mahasiswa yang direkrut secara acak menunjukkan bahwa satu dari empat mahasiswa mengalami tingkat stres sedang, sementara hampir 4 menunjukkan tingkat burn-out yang tinggi. Sebanyak dua belas persen dari 217 responden mahasiswa dalam penelitian Anisah 2012 menunjukkan gejala kecemasan yang cukup tinggi, dan sekitar 40 dari 194 responden mahasiswa perpustakaan.uns.ac.id commit to user dalam penelitian Pratiwi 2012 menunjukkan gejala-gejala depresi. Temuan penelitian-penelitian lapangan ini sejalan dengan data pada layanan konsultasi psikologi di Gadjah Mada Medical Center GMC. Menurut analisis yang dilakukan oleh Utami 2011, klien-klien yang dilayani di GMC sebagian besar menunjukkan masalah-masalah terkait dengan perasaan kurang bersemangat, tertekan, gangguan konsentrasi, perasaan bingung, kesulitan tidur, putus asa, dan dorongan mengakhiri hidup, bahkan pada beberapa kasus telah terjadi percobaan bunuh diri oleh mahasiswa. Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang termasuk transisi dari seorang senior di Sekolah Menengah Atas SMA menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi Santrock, 2003 dalam Silalahi, 2010. Secara khusus Greenberg merangkum penyebab stres pada mahasiswa yang memasuki perkuliahan setelah lulus dari SMA, yaitu perubahan gaya hidup, nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu, dan kecemburuan Silalahi, 2010. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Towbes Cohen 1996 dalam Ross 1999 menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan mahasiswa lainnya, hal ini karena mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru. commit to user Bila dicermati secara mendalam, masalah-masalah kesehatan mental pada mahasiswa bersumber pada aspek akademis maupun non-akademis, dan dari faktor internal maupun eksternal mahasiswa. Masalah-masalah akademis terutama disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan studi, misalnya akibat salah memilih jurusan, metode pembelajaran yang berbeda dengan SMA, cara dosen mengajar, tugas perkuliahan, masalah-masalah dalam pengerjaan skripsi, dan kehawatiran terhadap karier dan masa depan. Permasalahan non-akademis terutama berasal dari tekanan sosial yang dialami mahasiswa sehari-hari seperti permasalahan yang terkait dengan keluarga, misalnya karena tinggal terpisah dari keluarga, kondisi keuangan keluarga, riwayat pola pengasuhan asuh dari orangtua, perbedaan prinsip dengan orangtua. Selain itu masalah-masalah yang bersumber dari kehidupan di pondokan, hubungan pertemanan dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, kesulitan adaptasi umum, masalah dalam hubungan lawan jenis, serta masalah di dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan sering merupakan sumber permasalahan yang serius bagi mahasiswa Center for Public Mental Health UGM, 2012. Mencari cara untuk mengelola stres adalah bagian yang penting untuk menjaga diri kita sendiri. Melakukan olahraga secara teratur untuk kebugaran merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi stres Suryanto, 2011. Beberapa studi telah menunjukkan aktivitas fisik dapat mengurangi insiden dan tingkat keparahan gangguan mood stres yang terkait, termasuk ansietas dan depresi Greenwood Fleshner, 2008. Temuan ini juga menunjukkan bahwa perpustakaan.uns.ac.id commit to user olahraga memberi dampak protektif terhadap stres secara konsisten baik pada olahraga jenis aerobik ataupun anaerobik Greenwood Fleshner, 2008. Efek ini dikaitkan dengan meningkatnya neurotransmiter, khususnya serotonin dan dopamin. Selain itu olahraga juga dapat meningkatkan sekresi opioid endogen ataupun endorfin Greenwood Fleshner, 2008. Olahraga dapat menjadi sumber yang berguna untuk memerangi efek kesehatan yang merugikan dari stres Castro, Wilcox OSullivan, Baumann, King, 2002. Disamping melakukan olah raga faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres adalah pola tidur seseorang. Belakangan ini, pola tidur yang dimiliki para mahasiswa tidak teratur lagi. Pola tidur yang tidak baik itu sangat berdampak buruk bagi para mahasiswa. Hubungan pola tidur dengan konsentrasi belajar siswa tentulah tidak asing lagi yang pernah kita dengar. Banyak sekali mahasiswa yang tidak memperhatikan pola tidurnya saat ini, hal tersebut bisa kita lihat ketika pelajaran sedang berlangsung ada mahasiswa yang tertidur ketika guru sedang menjelaskan pelajaran. Mungkin mereka menganggap hal tersebut adalah sepele, tetapi kalau diteruskan akan menjadi kebiasaan yang buruk. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan Guyton Hall, 1997. Menurut Lanywati 2001, commit to user kebutuhan tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur kuantitas tidur, juga oleh kedalaman tidur kualitas tidur. Maka kebiasaan berolahraga mampu mempengaruhi tingkat stres pada setiap individu dengan mekanisme yang kompleks dan berbeda antara satu sama lain. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara intensitas berolahraga dan pola tidur dengan tingkat stres pada mahasiswa tingkat satu Prodi DIII Fisioterapi Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta angkatan 2013-2014.

B. Rumusan Masalah